Pengikut

Minggu, 18 November 2012

Virus ~_{KaiMy Couple}_~ Part 3


Author: Tamara Kim /@SheFly_Out17
Cast: Kai, Sehun, Tammy
Other cast: Find by your self
Catagories: EXO, FanFiction, Continue, Horor, Thriller
Tags: Kai, Sehun, Tammy
Note: ini asli pemikiran author sendiri enggak terinspirasi dari manapun. Ini semua dari ide admin saat melihat tatapan KAI pas lagi nari MAMA di Dream Concert 2012. Oke, kalau ada berarti kesengajaan. Harap maklum..


“Sehun”, Sehun terdiam dari tawanya dan menatap perempuan yang kecil berbaju kerah hijam dan rok selutut. Menampilkan makna bahwa ia pekerja keras.
Sehun segera mendekat dan mulai berbincang aku tak tertarik sama sekali kerena mataku tertuju pada perempuan jangkung diantaranya. Wajahnya itu sangat familiar dan seperti.. apa dia? Dia yang kucintai?
Perlahan kulihat ia mundur, sama seperti sifatnya tak suka mencampuri pembicaraan orang lain dan saat itu juga ia menatapku. Mata kelinci teduh dan kantung matanya membuat ia terdiam seperti sedang tersenyum padaku. Tak sampai sedetik, ia mengalihkan pandanganku dan berbicara pada mereka. Jantungku berdetak keras dan hangat padahal di luar sana sudah menunjukkan -3o, kumohon waktu berhentilah sejenak. Aku sangat rindu padanya.
“Yak!, Hyung! Ayo pulang!”, aku bahkan tak merasakan bahwa Sehun sudah menarikku berkali-kali. Sungguh apa dia tak mengenaliku? Akulah yang sejak kecil bersamanya, memberikan apapun yang kupunya untuknya, mengorbankan jiwaku untuknya apa dia tak bisa mengenaliku? Aku tak banyak berubah hanya potongan rambutku saja yang kuubah.
“Kau kenapa?”, Sehun membuyarkan semuanya. Aku baru sadar bahwa kami sedang terduduk berhadapan di meja makan. Makanan entah apa ini namanya sudah terhidang di depanku. “Sejak kau pulang kau seperti orang gila, kau kosong!”, Sehun mulai melahap sup di kirinya. “Entahlah, aku hanya merasa- Sehun-ah bagaimana kalau ada seseorang yang lama menghilang kini ada di depanmu dan dia tak mengenalmu kembali?”
“Entahlah, aku tidak terlalu memikirkan itu sekarang..”, Ah, Sehun dia benar-benar cuek. “Kalau itu seorang pacarmu yang menghilang begitu saja dan kembali lagi?”, Sehun tersedak dan menghadapku. “Tentu saja aku akan mengejarnya.”. Yah benar, mengejarnya. Kutaruh sumpit itu dan segera mengambil jacketku. “Hyung, kemana?”, dia mencoba menghalangku dengan pertanyaan itu tapi aku juga tidak tau harus bilang apa?
“Entahlah, mungkin aku pulang agak malam..”, setelah mengatakan itu aku langsung menutup pintu dan segera pergi kemanapun langkahku. Aku kembali berfikir, kemana harus pergi? Kerumahnya? Bahkan aku tak tau ia tinggal dimana. Apa harus kekantor? Belum tentu ia ada di sana tapi hatiku merasa yakin ia disana. Lampu merah bagi pejalan kaki menunjukkan tinggal 2 menit lagi. Tanganku tak henti bergerak, bukan dingin ini cemas.
Ting! Lampu hijau sudah terang, segera kuberjalan sedikit lebih cepat menuju kantor. Apa benar dia disini? Hanya bangunan megah dan besar berhiaskan lampu puti dan biru dari dalam.
Sejenak aku terduduk di bangku taman itu dan mencoba ke pos satpam.
“Bisakah aku disi- Oh kau!”, aku tercengang saat siapa satpam disini. Orang paruh baya Taxi itu.
“Ah, tuan muda.. kau bekerja disini ternyata.”, ia tersenyum dan memberiku kursi kosong di sampingnya. Aku duduk dan dari meja keluar kopi secara otomatis. “Minumlah tuan muda, diluar sangat dingin.”, aku mengangguk dan segera mengesap kopi itu. ehm, rasanya sangat berbeda. Ini sungguh nikmat dari pada di dalam sana. “Apa yang kau lakukan disini, tuan muda?”
“Ah, jangan memanggilku tuan muda. Panggil saja aku Kai.”. ia tersenyum. “Aku disini.. ehm- entahlah aku juga bingung.”, ia menautkan alisnya, memalak jawaban dariku. Akupun mulai menceritakan semuanya dari awal dan tak terasa sudah munglai menunjukkan pukul 3 dini hari. “Sepertinya dia tidak ada disini..”, ujarku mengakhiri cerita. “Ehm, lalu aku harus memanggilmu siapa?”,
“Panggil saja aku Rai.”, “Rai?” kuulang nama itu. “Yah, Rai dari kata Raion yang berarti bulan dalam bahasa Jepang.”, aku mengangguk pelan.
“Apakah itu dia? Wanita yang kau tunggu?”, aku melong keluar dari jendela pos satpam. Dari cara berjalannya saja aku sudah tau. Itu dia!
“Aku harus pergi..”, kubuka pintu itu, “Jangan pernah meninggalkan dia, tuan muda.”, Rai mengatakan itu padaku. Sempat terhenti sebentar dan segera berbalik menuju pos itu.
“Terima kasih, dan satu lagi.. aku bukan seorang tuan muda..”, dengan lari kecil aku menuju Dia yang sedang berjalan pelan.
“Kau!”
Dia berbalik menghadapku yang berada di belakangnya. Berlari di cuaca dingin membuat tubuhku panas dingin dan uap mengepul keras di depan mukaku. “Apa ini kau? Kau Tammy bukan?” tanyaku segera mungkin. Ia hanya menatapku dengan gurat bingung. “Ya, dan kau adalah temannya Sehun.”, ia tersenyum setelah mengatakan itu. senyum yang selalu terlontarkan 15 tahun lalu.
“Ya, aku temannya Sehun.”, seperti ada secercah harapan saat ia masih mengingatku walau bukan yang waktu itu.
“Ada yang bisa kubantu?”, ia menyibakkan rambutnya yang keterpa angin. “Ban..bantu??”, arghh… aku sudah bertatap muka dengannya dan kini? Aku harus bertanya apa?
“Ya, apa kau butuh bantuan? Jika tidak, aku harus pulang secepatnya..”, ayolah Kai, mana keberanianmu? Dia, Tammy sudah di depanmu dan kau sama sekali tak menanyakan apapun agar mengingatkannya kembali padamu? Pecundang!
“Tidak, tidak ada. Pulanglah, hati-hati di jalan..”,
“Oh, oke.. kau juga harus pulang. Telingamu sudah memerah..aku pulang.”, ia melambaikan tangannya dan menghilang di antara lampu jalan di luar sana.
KAU BODOH KAI!! Apa kau bisa menyebutmu professor kalau sebodoh ini? aku tak yakin bahwa kau bisa di banggakan kalau masalah sekecil itu saja kau tak bisa menyelesaikannya. Selama perjalanan menuju pagi ini aku mengerutuki diriku sendiri, apa mungkin aku bisa menemuinya besok/ belum tentu bukan?
Kubuka pintu itu dan “Kau dari mana saja Hyung? Aku menghawatirkanmu!”, ia langsung membuka jacketku dan menuntun diriku menuju penghangat di ruang tengah. “Aku menemukannya..”,
“Siapa hyung? Pacarmu itu?”
“Almost!”,
Hening, tak ada perbincangan kembali hingga waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Aku harus kekantor. “Jika kau tidak enak badan, ambillah cuti. Aku tau presedir akan tau ini.”, Sehun memberiku permen. Selalu saja, tak akan ada yang ia berikan selain permen dalam dirinya. “Tidak, aku bahkan belum pernah bertemu presedir sudah mulai membangkang di depannya.”, aku beranjak dari sana dan segera bangkit untuk bergegas ke kantor.
Dikantor aku masih belum bisa berkosentrasi tentang semalam, Sehun terus memantauku dari ruangan istirahat disana. Sampel ini tak mudah di satukan. Aku kehilangan akal dan cara untuk menyatukannya. Tinggal 6 hari lagi waktu habis dan sama sekali aku belum membuat rumus untuk tahap penyempurnaan.
Tiba-tiba tangan Sehun meraihku dan mengajakku keluar untung saja aku sempat menaruh sampelku sebelum aku di ajak pergi olehnya. Ia terus menarikku hingga keruangan rapat yang sepi, mendudukkanku kasar bagai seorang perempuan yang manut saja.
“Kau tau kenapa kau tidak pernah bertem presedir?”, pertanyaan Sehun membuatku terpojok. Aku juga tidak tau kenapa. “Karena kau itu special. Orang undangan untuk memberikan Vaksin dari semua virus. Engkau pintar Hyung, brilian dan sangat di kagumi mangkannya kau di beri ruang khusus bersama orang yang benar-benar di pandang tinggi yaitu laboratorium yang setiap kali kau datangi.”. seperti anak kecil yang di marahi ibunya aku terdiam dan menunduk.
“Buang pemikiranmu tentang perempuan itu, jangan sampai 6 harimu terbuang sia-sia!”, Sehun meremas pundakku hingga kumeringis kesakitan. “Aku.. Oh Se Hoon sebenarnya kagum atas kepintaranmu, Hyung. Buatlah aku makin terkagaum olehmu…”, ia meninggalkanku di ruang rapat dengan dobrakan pintu yang menggema.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar