
Author: Tamara Kim
Cast: Kim Jong In, Kim Tammy, Oh Se Hoon, Whang Zi Tao, Park Chan Yeol
Other cast: Find by your self
Catagories: EXO, FanFiction, Continue, Horor, Thriller
Tags: KIm Jong In, Oh Se Hoon, Whang Zi Tao, Park Chan Yeol
Note: Waduh, sudah lama enggak nerusin ini FF, author lagi sakit nih, jadi pas di kasur author untuk ngetik aja walau pusing2 aneh gitu kepala gara2 enggak liat MBLAQ (_ _)V curcol malem2. Hati mencoba tegar,eh kesehatan tekor.. ya sudahlah. takdir pasti sedang memikan sesuatu untukku kedapan. Amin. Mianhe masih banyak typo, kalau kesamaan tempat, cerita,
“Permisi..”, kuberbalik dan menatap dia. “Oh, temannya Sehun!”, seruku sambil menatapnya yang lebih tinggi dariku. “Ah, panggil saja aku Kai.. kau ingat?”, aku tersenyum mengangguk. “Oke, Kai~”.
“Bukan begitu maksudku…”, aku menatapnya kembali sesaat setelah mengulang namanya lagi. Apa yang salah?
“Apa kau ingat, 15 tahun lalu? Saat kau kecil? Aku selalu bersamamu…”
Kai? Bahkan aku baru tau namanya beberapa detik lalu. Atau kemarin, entahlah aku sudah lupa..
Memang aku di lahirkan di Indonesia tapi aku tumbuh besar di Korea sejejak dengan perkembangan ilmu kedokteranku disana. Nama anak kecil di samping rumahku saja aku tidak tau apa lagi aku mengenal Kai yang bertemanku sejak kecil?
“Kau pernah menjadi isi hatiku saat itu..”
Seperti ada petir di malam gelap aku menatapnya tajam. Jangan melecehakn diriku dengan perkataan seperti itu. bisa-bisanya orang baru yang kukenal sepertimu mengaku telah berpacaran denganku? Seumur hidup aku hanya memiliki teman, bukan pacar!
“Jaga bicaramu…”
“Aku tidak berbohong, bahkan kau yang memberiku cincin ini.” pikiranku berhenti sesaat. Ini, cincin ini sama persis yang bersemat di jariku. Aku jajarkan jariku dengan jarinya yang juga mempunyai cincin sama persis denganku. “Dari mana kau mendapatkan ini?’, ujarku tak percaya. Ini rancangan adikku, lebih tepatnya adik kembarku.
“Kau yang memberikanku sebelum kau pergi..”, kutatap matanya tak percaya. Kata-kata Tammy terukir di otakku kembali.
‘Eonni-ah, sebelum aku pergi aku ingin mengatakan sesuatu padamu..’
Kugenggam tangan dinginnya, sungguh aku masih tak ingin kehilangan adikku saat ini.
‘Pakailah namaku, aku tau eonnie pasti akan melakukannya.’
Buru-buru aku mengangguk untuk menenangkannya. Detak jantungnya mulai menurun dan nafasnya tersendat, air mataku mulai deras saat ini. hanya umma saja yang sudah meraung keras tak tega dalam pelukan appa. ‘Dan satu lagi eonni, aku sudah memilih laki-laki untukmu.. semoga.. ka-ka-kau.. bbahagia..”
Tepat setelah itu, genggaman tanganku terlepas olehnya, umma langsung memeluk Tammy dan aku? Aku hanya bisa menangis dan memproses semua kata-katanya.
Semenjak itulah namaku Tammy. Sesuai permintaan adikku. Kutatap jari yang bersematkan cincin beberapa hari sebelum ia meninggal.
“Kau menangis?”. Kai menyapu air mataku, “Aku bukan yang memberikan cincin ini padamu..”, Kai menggenggam erat jariku. Sampai sekarang aku tak berani menatap matanya. “Aku harus kerja, tak ada sisa waktu lagi.”
Aih, ada apa ini? kenapa jadi seperti drama-drama saja? Memang kalau diliat malah seperti ini. tapi ini kenyataan. Tammy yang membuatku bingung bertahun-tahun setelah kematiannya. Berbagai pertanyaan melekat dan kini jawaban ada di depan mata. Laki-laki itukah yang dimaksud Tammy?
“Hey, jangan bengong.. kau jelek nantinya..”, suara laki-laki di sampingku tiba-tiba membuyarkan bayangan Tammy. Siapa lagi ini? jangan bilang kau akan menjadi pacarku..
“Chanyeol, virus A bekerja disampel T.”, ia menjulurkan tangannya. Senyum ramah beserta mata kucingnya bersatu dalam wajah kecil lonjong sempurna. “Eh~ Oh~ ne~ Tammy, Kim Tammy imnida.”, kujabat tangannya. Ia menyelahkanku memasuki lift, tentu saja aku membungkuk terima kasih padanya.
“So, tinggal berapa hari waktumu yang tersisa?”
Dia tau? “Dari mana kau tau aku sudah di Virus B?” tanyaku yang berada di depan. “Tanda pengenalmu..”, ah bodohnya. Aku sudah memakai ID kemana-mana sekarang.
“Ehm, tinggal 5 hari lagi..”, jawabku kikuk di dalam lift ini. “Aku beri resep untuk menemukan rumus paling tepat agar cepat selesai. Ke cafélah dan pesan segelas cappuccino dengan mulai menyatukan rumus-rumus itu. mungkin hari itu juga semua akan selesai..”, Chanyeol berbicara dengan lancar di depanku, sedangkan aku yang di belakang gugup sendiri entah kenapa. Baru kali ini ada senior yang membantu junior awam sepertiku.
TING! Pintu lift terbuka, tapi ini bukan lantai yang kutuju. Laboratorium masih ada 2 lantai di atas. “Ah sebelumnya,.. percayalah karena aku sudah melakukannya..”, Pintu lift tertutup perlahan, tapi dari celah sebelum pintu saling bertemu sempat kulihat ia tersenyum dan menebar wink padaku. Aaah, aku bisa gila jika seperti ini terus. Baru saja bertemu dengan Kai-lah tuh nama sama satu makhluk baru ini. tuhan, lancarkan hari ini agar aku bisa menolong semua orang di Indonesia.
Sudah berjam-jam di lab aku belum bisa menyatukan vaksin C untuk memperkuat system ketebalan tubuh, Miki sudah memberikan aba-aba, kumasukkan kembali hasilku ketempatnya tapi langkahku terhenti sejenak sesat melihat laki-laki dengan baju bernama Tao di belakangnya.
“Kau tidak keluar??”, tanyaku di baliknya yang masih membelakangiku. “Aku akan menyusul..”, ujarnya. Akupun mengangguk dan berbalik tapi dari ekor mataku ia memasukkan sesuatu dalam baju putihnya. Entah apa, tapi aku tidak tertarik untuk seperti itu.
Terserah kau mau memanggilku bodoh atau apa, aku mengikuti kata-kata Chanyol. Membawa laptopku menuju café dan memesan cappuccino. Aku mengambil bangku yang menghadap taman dengan berbataskan kaca yang dialiri air di dalamnya. Kubuka aplikasi untuk membuat rumus dan segera mencoba membuat rumus baru. Setiap virus berbeda rumus kalau di gabungkan dan rumus itu bukanj seperti rumus-rumus yang kalian pelajari di sekolah. Kitalah yang harus membuat rumus-rumus itu dari gabungan beberapa rumus yang seperti biasa kita pelajari setiap hari di sekolah.
“Kau mengikuti saranku rupanya.”, ia menepuk bahuku dan sontak aku yang sedang mengesap cappucinoku hampir saja tersedak. Chanyeol mengambil tempat duduk di depanku.
“Ehm, sebentar..”, ia mengeluarkan laptop dari tas punggungnya. “Jika kau ingin menggabungkan virus C, berusalah untuk membuatnya salah satu selnya berbentuk seperti ini.”, ia menunjukkan layar laptopnya dan muncullah salah satu sel disana yang perbentu lonjong pipih tapi memiliki seperti cahaya kecil-kecil di pinggirannya. “Bagaimana aku bisa mempercayaimu, tuan Chanyeol?”,
“Okelah, itu terserah padamu karena kau tau sendiri kalau aku sudah lulus tahap A. Ehm.. sepertinya kau tidak tau diriku saja..”, yah tentu saja bodoh, aku bahkan belum pernah melihat lencanamu di jas yang kau pakai!
Chanyeol merogoh kantung jas dalamnya dan mengeluarkan semua lencana yang baru saja kupikirkan. Direktur? Direktur disini? Tapi kenapa ia bekerjadi virus..
“Aku pekerja keras, dan aku terus bekerja walau sudah di angkat sebagai direktur.”, ia seperti membaca pikiranku dengan tepat. “So, kau percaya?”. Aku hanya menyenderkan punggungku dan mengesap kembali cappucioku. Chanyeol menggeser laptopku dan kini di hadapanku telah bertengger laptopnya. “Ambillah gambarnya, jarang sekali aku memberikan ini pada seseorang.”,
Akupun ikut manut, siapa saja ini dapat membantuku lebih cepat. Kukeluarkan FDku dan menancapaknya, mengirim gambar itu. sesaat sebelum mencabutnya kembali Chanyeol menghentikanku “Aku masih punya rumus virus itu, kalau kau membutuhkan ambil saja. Ada di folder Virus, masukkan saja passwordnya ‘CIA’. Kau terkejud saat ia mengucapkan passwaor itu.
“Kau berani sekali mengumbar rumus virus itu..”, singgunggu tapi ia tampis dengan senyum ringan. “Karena aku tau kau mudah di percata dari tatapan matamu saja yang sudah berbeda dari yang lain.”, ha? Chanyeol, kau bodoh!
“Aku tidak terlalu tertarik dengan rumusmu itu, tuan Chanyeol. Aku ingin membuatnya sendiri…”. Chanyeol hanya menghembuskan nafasnya pelan, kugeser kembali laptopnya dan kini di hadapanku kembali.
“Baiklah, senang bisa berbicara denganmu.”, ia menutup laptopnya dan pergi dari café ini.
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar