Author: Beautiful Luhan (Tami Chan)
Main Pairing: HunHan (Sehun/Luhan)
Other Pairing: crack!KaiHan, BaekYeol, KaiSoo, etc (Other Pairing will come later).
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Disclaimer: I just own the plot. The characters are belong to GOD, themselves, and SM ent.
Warning: Yaoi (Boy x Boy). Don't Like, Don't Read!
ENJOY~! ^^
"Selamat makan~" Seru mereka serempak. Malam ini, mereka makan malam di apartemen Kris, tentu saja lagi-lagi Luhan yang memasak. Karena memang masakan Luhan sangatlah lezat.
"Hmm… Lezatnya!" Teriak Baekhyun, senang. "Masakan buatan Luhan memang nomor satu!" Sambungnya sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Setuju banget sama Bacon~ Ini enak sekali, Luhannie!" Kata Chanyeol. Mendengar hal itu, Luhan hanya tersenyum senang.
"Kalian berlebihan. Masakan di luar 'kan jauh lebih enak dari masakanku."
"Tapi…" Tiba-tiba Sehun angkat bicara, "Makanan ini memang lezat sekali." Katanya, lalu ia meneruskan makannya. Luhan merasa senang, sangat senang. Entah mengapa, ia merasa pujian dari Sehun lebih special daripada pujian dari teman-temannya.
Tanpa sadar, ia menunduk sedikit menyembunyikan pipinya yang mulai memerah. 'Kenapa aku merasa sesenang ini saat Sehun memuji masakanku? Apa aku menyukainya? Ah, tidak mungkin begitu. Aku 'kan masih menyukai…' Ia mengingat Kai. Lagi. Dan seperti biasa, setiap ia mengingat Kai, ia merasakan sakit yang amat sangat di dadanya.
Mereka semua menghentikan makan mereka dan melihat ke arah Luhan, sadar bahwa Luhan sedang mengingat Kai, kecuali Sehun. Sehun sama sekali tidak tahu kenapa Luhan tiba-tiba diam dan memasang wajah sedih seperti itu.
"Ada apa? Kenapa kalian berhenti makan?" Tanyanya. Yang lain hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan makan. Tidak mau kalau Luhan sampai sadar kalau mereka memperhatikan Luhan sedari tadi.
"Hmm… Aku mau keluar sebentar. Ada yang mau kubeli." Lalu, Luhan pun berdiri dari kursinya. Namun, sebelum ia sempat beranjak pergi, Sehun menahan tangannya.
"Mau ke mana?"
"Eh? Itu 'kan tadi sudah kubilang ada yang mau kubeli." Jawabnya pelan.
"Iya, tapi beli apa? Dan ke mana?" Tanyanya lagi.
"Aku… Hmm… Aku… Mau ke toko buku sebentar. Mau cari beberapa buku dan beli alat tulis. Ada beberapa alat tulisnya yang hilang soalnya. Jadi, aku mau beli dulu." Jawabnya agak terbata.
"Aku ikut."
"Tapi…"
"Sudah kubilang, aku ikut. Ada buku yang mau kucari." Sehun pun beranjak bangkit dari kursinya.
"Duduk, kalian berdua! Habiskan dulu makan kalian, baru pergi." Perintah Kris tegas.
"Tapi, kalau nanti lagi, toko bukunya keburu…"
"Kubilang habiskan dulu makan kalian!" Mendengar Kris bicara seperti itu, mereka lebih memilih untuk melanjutkan makan malam daripada membuat Kris semakin kesal.
Selesai makan malam, BaekYeol pamit pulang dan juga mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu mengerjakan PR dan diberikan makan malam.
"Kalau begitu, sampai besok, Kris-hyung! Luhannie! Sehun! Kami pulang dulu." Pamit Chanyeol.
"De~ Hati-hati, ya, kalian!" Jawab Luhan sambil melambaikan tangannya.
"Bye, Lulu!" Baekhyun berteriak dan melambaikan tangannya dengan semangat ke arah Luhan sambil tersenyum lebar.
"De~ Bye, Baekkie-ah~"
'Lulu? Kenapa nama itu sama dengan nama anak itu? Atau… Jangan-jangan Luhan adalah… Ah, mana mungkin. Tidak mungkin Luhan adalah anak itu.' Pikir Sehun.
"Jadi, Sehun-ah. Kita jadi ke toko buku?" Sehun mengangguk.
"Nanti bagaimana kamu pulang ke sini, Lu? Masa kamu pulang sendirian. Apa perlu aku ikut?" Tanya Kris khawatir. Luhan menjawab dengan menggeleng pelan dan tersenyum.
"Tidak perlu, gege. Aku bisa ke sini sendiri, kok. Tidak perlu khawatir. Dan lagi, toko bukunya 'kan dekat dari sini." Tetap saja Kris khawatir walaupun Luhan bilang begitu. Ia takut di jalan pulang, Luhan malah digoda oleh pemabuk-pemabuk yang sering berkumpul saat malam. Ia takut adiknya kenapa-kenapa.
"Kalau begitu, nanti Luhan kuantar ke sini lagi, hyung. Biar hyung gak khawatir." Tawar Sehun.
"Tidak perlu, Sehun-ah! Bukannya rumahmu beda arah dari sini? Nanti malah kamu pulang kemalaman."
"Tidak apa-apa. Aku sudah biasa, kok. Ayo, kita pergi sekarang. Kalau toko bukunya tutup gimana?" Luhan hendak membantah lagi, namun Sehun dengan cepat menarik tangan Luhan.
"Kalau begitu, kami pergi dulu, hyung." Pamit Sehun yang dibalas dengan anggukan oleh Kris. Lalu, lama-lama, sosok mereka pun menjauh.
"Luhan, cepatlah lupakan Kai. Ada orang yang lebih bisa menjagamu daripada Kai yang brengsek itu." Bisik Kris dalam kesunyian. Lalu ia melangkahkan kakinya masuk menuju kamar apartemennya.
^o^
"Iya,
terus kenapa? PR 'kan bisa dikerjakan besok, Kyungsoo. Aku malas
mengerjakannnya sekarang!" Seru Kai kepada Kyungsoo yang ada di seberang
telepon."Tapi Kai, besok PR kita itu dikumpulkan di jam pelajaran pertama. Kalau kamu belum selesai lalu dihukum, bagaimana?" Tanya Kyungsoo.
"Cih, biarkan saja. Memangnya aku peduli?" Kyungsoo hanya bisa menghela napas mendengar jawaban Kai. Sebenarnya, ia lelah membujuk Kai mengerjakan PRnya. Namun, ia tidak mau kalau Kai sampai dihukum guru karena tidak mengerjakan PR.
"Kai…!"
"Berisik! Aku mau tidur." Kai hendak menutup teleponnya, namun Kyungsoo berteriak memanggilnya.
"Kai! Jangan tutup dulu teleponnya! Baiklah aku akan mengerjakan PRmu, biar besok kamu tidak dihukum."
"Gomawo, Kyungsoo-ah! Kamu memang teman baikku!" Seru Kai senang.
'Teman baik, ya?' Pikir Kyungsoo. "Kai…" Panggilnya.
"Hm?"
"Apa kamu… masih mencintai Luhan?" Tanyanya dengan hati-hati. Takut Kai tidak suka dengan pertanyaannya.
"Buat apa kamu bertanya seperti itu? Sudah kubilang, aku mencintai orang lain, Kyungsoo! Dan itu bukan Luhan!" Nada bicara Kai meninggi dan terdengar kesal.
"Tapi, caramu melihat Luhan dengan laki-laki di sebelahnya tadi siang, itu adalah tatapan cemburu, Kai! Aku melihatnya!"
"Kyungsoo, berhenti menanyakan hal ini kepadaku! Aku muak mendengarnya! Dan jangan pernah mengambil kesimpulan sendiri tentangku atau pun perasaanku. Kamu tidak tahu apa-apa tentangku!" Mereka berdua terdiam sejenak. Kyungsoo tidak tahu harus menjawab apa. Hatinya sakit. Sampai khirnya, Kyungsoo memecah keheningan yang menyesakkan tersebut.
"Mianhae, Kai. Aku memang tidak tahu apa-apa tentangmu. Aku memang sok tahu."
Mendengar nada sedih Kyungsoo, Kai langsung menyesali perkataannya, "Kyungsoo, itu…"
"Selamat malam, Kai. Sampai ketemu besok!" Lalu, Kyungsoo menutup teleponnya.
"Cih! Kim Jongin! Kau orang terbodoh di dunia! Bisa-bisanya kamu mengatakan hal seperti itu ke orang yang kau cintai! Orang yang paling mengertimu! BODOH!" Teriak Kai frustasi.
Kemudian, Kai mendudukkan dirinya di atas tempat tidurnya. Tiba-tiba, ia mengingat kejadian tadi siang. Saat laki-laki asing berusaha mencium Luhan. Hal itu membuatnya kesal. Dan lagi, kenapa Luhan bisa-bisanya diam saja diperlakukan seperti itu?
Menyadari jalan pikirnya, Kai bingung sendiri. Ia bingung, mengapa ia kesal saat Luhan dekat dengan laki-laki lain? Bukannya itu bukan urusannya? Ia tidak mencintai Luhan, 'kan? Yang ia cintai itu Kyungsoo, 'kan?
"Sebenarnya aku ini mencintai Luhan atau Kyungsoo?" Tanyanya pelan. Setelah berpikir agak lama, ia berteriak lagi, "ARGH! Kenapa aku jadi begini?"
Lalu, ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Ia pusing dengan jalan pikirnya sendiri hari ini. Ia lebih memilih untuk tidur daripada memikirkan siapa yang sebenarnya ia sukai. Membiarkan alam mimpi perlahan menyelimutinya dengan damai.
^o^
Malam
ini terasa sangat sunyi. Hanya terdengar suara daun bergemerisik dan
suara burung hantu yang terkesan agak… menyeramkan. Jujur, Luhan
sebenarnya takut untuk keluar selarut ini. Tapi, entah kenapa, kali ini
ia merasa tenang dan aman. Ia merasa terlindungi dengan adanya Sehun di
sampingnya."Apa toko buku masih buka jam segini?" Suara Sehun memecah keheningan di antara mereka.
"Hmm… Aku juga tidak tahu apa tokonya masih buka atau tidak. Tapi, semoga saja masih." Jawab Luhan tenang.
Keheningan kembali menyelimuti mereka. Namun anehnya, mereka berdua sama sekali tidak merasa canggung. Justru mereka merasakan kenyamanan yang tercipta dari keheningan ini. Mereka merasa tenang dan damai.
"Tapi, sebenarnya apa yang mau kau cari?" Tanya Sehun. Luhan menoleh ke arah Sehun lalu tersenyum.
"Aku kehilangan alat tulisku, Sehun-ah. Jadi kupikir, lebih baik beli sekarang daripada besok aku kebingungan mencari alat tulis."
"Jangan bohong. Kamu itu sama sekali tidak pandai berbohong." Jawaban Sehun tentu saja membuat Luhan kaget. Karena sebenarnya, bukan itu alasan Luhan pergi ke toko buku. Itu haya alasan untuk menenangkan pikirannya, dari ingatan tentang Kai.
"Si..Siapa yang berbohong, Sehun-ah? Aku benar-benar mau beli alat tulis, kok."
Tiba-tiba, Sehun menghentikan langkahnya. Luhan yang melihat hal itu bingung. Kenapa Sehun tiba-tiba seperti ini.
"Luhan…" Panggil Sehun. Membuat Luhan terus menatap Sehun. "Kamu bisa menceritakan apa pun padaku. Aku tahu kita baru saja saling kenal, tapi kamu bisa percaya padaku." Luhan tersenyum mendengar perkataan Sehun. Ia senang, Karena Sehun begitu memperdulikannya.
"Gomawo…" Sehun mengangkat kepalanya, matanya bertemu pandang dengan mata Luhan. 'Indah…' Pikirnya.
"Gomawo, Sehun-ah~ Kamu begitu peduli padaku." Lanjut Luhan. Sehun tersenyum dan mengangguk pelan.
"Jadi… sekarang kamu mau, 'kan menceritakan segalanya padaku?" Tanya Sehun pelan.
"Hm.." Luhan mengangguk kecil, ekspresi wajahnya sedih. Lalu, Luhan pun menceritakan semua tentangnya dan Kai, dan bagaimana Kai memutuskannya secara sepihak.
Mendengar cerita Luhan, Sehun sangat marah. Bagaimana bisa Kai memperlakukannya seperti itu. Apalagi, awalnya Kai lah yang mengejar-ngejar Luhan. Namun, saat Luhan mulai mencintai Kai, dia malah meninggalkannya. Mengapa Kai mempermainkan Luhan?
Air mata jatuh membasahi pipi Luhan. Sehun yang melihat hal itu langsung menarik Luhan ke dalam pelukannya. Membenamkan wajah Luhan di dadanya.
"Jangan menangis lagi. Dia tidak pantas kau tangisi, Luhan." Luhan mengangguk. Ia terlalu sering mendengar kata-kata itu. Tapi ia tetap tidak bisa melupakan Kai. Rasanya sangatlah sulit. Melupakan orang yang kau cintai.
'Mengapa berada dalam pelukan Sehun membuatku merasa nyaman? Aku tidak pernah merasakan hal ini dengan Kai sebelumnya…' Luhan terlarut dalam pikirannya sendiri, sampai Sehun melepaskan pelukannya dari Luhan. Lalu, menghapus jejak air mata di pipi Luhan.
"Bagaimana? Sudah merasa lebih baik?" Nada lembut Sehun membuat Luhan merasa tenang. Luhan mengangguk pelan. Matanya terkunci dengan manik Sehun. Lama mereka bertatapan, dan tiba-tiba Sehun mendekatkan wajahnya dengan Luhan secara perlahan. Sampai Luhan merasakan hembusan napas Sehun di wajahnya.
'Eh? Apa yang akan Sehun lakukan? Apa dia mau menciumku? Aku harus bagaimana?' Luhan menutup matanya gugup. Sehun yang melihat hal itu tersenyum, lalu langsung mencium dahi Luhan.
"Kenapa kamu menutup matamu seperti itu?" Goda Sehun. Luhan merasakan wajahnya memanas mendengar perkataan Sehun. Ia benar-benar malu sekarang. Ia tidak tahu harus berkata apa untuk membalas Sehun.
Sehun hanya tersenyum senang melihat wajah Luhan yang memerah. 'Dia benar-benar manis.' Pikir Sehun. 'Kurasa…Aku benar-benar menyukainya. Entah kenapa, berada di dekatnya terasa tidak asing lagi bagiku.'
"Jadi…ki…kita jadi k…ke toko buku a…atau tidak?" Tanya Luhan terbata dengan wajah semerah tomat.
"Sepertinya tidak usah. Ini sudah terlalu larut. Lebih baik, kuantar kau pulang sekarang. Tidak apa, 'kan?" Luhan menggeleng pelan. Lalu, mereka pun berjalan menuju apartemen Kris.
Sesampainya di depan gedung apartemen Kris, Sehun berpamitan kepada Luhan. "Sudah sampai. Sekarang, naiklah. Istirahat yang cukup."
"De~ Gomawo, Sehun-ah. Kamu sudah mau mendengarkan ceritaku." Sehun mengangguk pelan dan tersenyum. "Kalau begitu, sampai jumpa besok, Sehun-ah!"
"Hm! Sampai jumpa besok… Lulu~" Luhan langsung menatap Sehun dengan tatapan heran. "Boleh 'kan, aku memanggilmu begitu?" Tanya Sehun.
"Ha? Eh.. Hm! Tentu saja boleh!" Jawab Luhan dengan nada riang dan senyumannya yang mengembang. "Bye, Sehun-ah~" Luhan melambaikan tangannya ke arah Sehun yang perlahan menghilang dari pandangannya. Kemudian, ia berjalan menaiki tangga menuju apartemen Kris.
'Kenapa aku merasa tidak asing dengan cara Sehun memanggilku? Padahal selama ini yang memanggilku begitu hanya Baekhyun dan…' Luhan mengingat kenangan masa kecilnya. Ingatannya berputar ke masa saat ia berumur 8 tahun. Saat ia bertemu dengan anak itu.
'Apa jangan-jangan… Sehun adalah… Tidak mungkin Luhan. Tidak mungkin Sehun adalah anak itu. Anak itu 'kan, sudah tidak ada. Ingat Luhan. Ia telah pergi, dan tak akan mungkin kembali.' Luhan tersenyum miris mengingat bahwa anak itu, cinta pertamanya, telah tiada lagi di dunia ini. Yang ia tahu, anak itu sudah pergi untuk selama-lamanya.
^o^
"Bisa tidak sih, sehari saja kamu tidak bergantung kepadaku?" Teriak Kyungsoo marah."Berisik! Salahmu 'kan, kenapa tidak bangun cepat seperti biasa? Jam bekermu bunyi gak sih?" Tanya Kai balik. Kyungsoo membulatkan matanya kaget, lalu menatap Kai dengan kesal.
'Bukannya ini salahnya yang selalu mengandalkanku untuk bangun pagi dan menjemputnya setiap pagi? Kalau dia bisa lebih mandiri juga dia tidak akan ikut-ikutan telat! Kenapa jadi dia yang marah-marah?' Kyungsoo mendengus keras.
"Pokoknya lain kali, bangun lebih pagi! Cek lagi jam bekermu! Kalau kita telat seperti ini, siapa yang susah?" Kyungsoo semakin kesal mendengar perkataan Kai. Ia sudah tidak tahan disalahkan seperti ini.
"YAH! BERHENTI MENYALAHKANKU!" Teriak Kyungsoo kencang. Sampai membuat Kai kaget dan menutup telinganya. "Kalau kamu tidak mau telat, pasang jam beker sendiri! Bangun sendiri! Kamu tidak bisa jadi mandiri atau gimana sih? Kerjanya hanya menyalahkan orang lain. Menyebalkan sekali!"
"Menyebalkan, katamu? KAU YANG MENYEBALKAN! Seenaknya saja berteriak-teriak seperti itu! Menyuruhku bangun pagi, pula! Apa hakmu?"
"Kalau kamu tidak mau dibilang menyebalkan, sebaiknya kamu bangun lebih pagi." Kai semakin kesal karena Kyungsoo berjalan mendahuluinya sambil mengguruinya.
'Apa-apaan dia?' Pikir Kai kesal. "YAH…!"
"Selamat pagi, Kyungsoo-ah~ Pagi, Kai-ssi…" Terdengar suara lembut menyapa Kyungsoo yang kemudian berubah canggung saat menyapa Kai.
"Eh? Selamat pagi, Luhan~ Tidak bareng Baekhyun?" Tanya Kyungsoo, melihat Baekhyun tidak ada di samping Luhan seperti biasa. Sebagai gantinya, laki-laki yang kemarin terlihat hendak mencium Luhan lah yang ada bersamanya.
"Hmm… Baekkie bilang aku duluan saja, dia datang agak telat hari ini." Kyungsoo mengangguk mendengar penjelasan Luhan. "Ah! Aku lupa! Kenalkan, ini Oh Sehun! Anak pindahan, ia teman sekelasku sejak kemarin!"
"Annyeonghaseyo! Oh Sehun imnida! Bangapseumnida!" Sapa Sehun ke arah Kyungsoo dan Kai.
"Hm! Do Kyungsoo imnida! Dan ini, Kim Jongin. Tapi, kamu bisa memanggilnya Kai. Salam kenal, Sehun-ssi!" Saat Sehun tahu bahwa orang di hadapannya adalah Kai, ia langsung menarik tangan Luhan. Membuat Luhan bingung dengan perubahan sikap Sehun.
"Ada apa, Sehun-ah?" Tanya Luhan, cukup keras untuk didengar oleh Kai dan Kyungsoo.
"Lebih baik kita masuk kelas. Kamu tidak mau terlambat, 'kan?"
"Tapi, bukannya kita mau menunggu Baekhyun dan Chanyeol?" Luhan benar-benar tidak mengerti kenapa Sehun tiba-tiba bersikap seperti ini. Dari kilat matanya, ia melihat bahwa Sehun sedang marah dan kesal. Tapi kenapa?
"Tidak perlu. Mereka pasti mengerti juga. Salah mereka 'kan, kenapa datang terlambat. Masa kita juga harus ikut dihukum, sih, gara-gara kelamaan menunggu mereka." Jelas Sehun.
"Tapi, Sehun-ah…"
"Kami duluan, Kyungsoo-ssi, Kai-ssi." Sehun memotong perkataan Luhan. Lalu, matanya bertemu pandang dengan mata Kai. Ia menatap tajam ke mata Kai. Membuat Kai kesal dengan kelakuan Sehun.
'Kenapa tatapannya begitu benci padaku? Memangnya aku melakukan kesalahan apa padanya? Menyebalkan sekali.' Pikir Kai.
"Duluan, ya, Kyungsoo-ah! Sampai ketemu nanti!" Teriak Luhan yang terus ditarik oleh Sehun menuju kelas mereka. Kyungsoo mengangguk lalu melambaikan tangannya ke arah Luhan. Kemudian, ia menoleh ke arah Kai, mendapati Kai yang menatap tajam ke arah Sehun dan Luhan. Tepatnya menatap tajam punggung Sehun.
"Kamu kenapa, Kai?" Tanya Kyungsoo hati-hati. 'Apa dia cemburu dengan kedekatan Luhan dan Sehun?' Hatinya terasa sakit memikirkan kemungkinan itu.
"Eh? Tidak apa-apa. Hanya saja… aku merasa bahwa si Oh Sehun itu benci sekali padaku. Padahal aku tidak salah apa-apa. Kelakuannya itu menyebalkan!" Seru Kai kesal.
"Jelas saja dia marah, Kai. Kamu telah menyakiti Luhan. Kamu tidak sadar kalau daritadi Luhan berusaha untuk tidak menatapmu." Kai semakin kesal mendengar penjelasan Kyungsoo.
"Buat apa dia marah gara-gara Luhan? Memangnya dia siapanya Luhan? Pacarnya? Bukan, 'kan? Luhan saja tidak suka kepadanya, buat apa dia…"
"Kamu tahu dari mana Luhan tidak menyukainya? Bisa jadi Luhan juga menyukainya, Kai."
"TIDAK MUNGKIN! Luhan itu hanya suka kepadaku. HANYA AKU! Mengerti?" Protes Kai. Lalu, ia pergi meninggalkan Kyungsoo yang hanya bisa terdiam mendengar perkataan Kai.
Air mata menggenang di kedua pelupuk mata Kyungsoo. Sekarang, hatinya benar-benar hancur. Ia sadar, bahwa Kai masih mencintai Luhan. Dan itu membuatnya semakin hancur.
"Kenapa kamu bisa begitu kesal, Kai? Berarti… memang benar 'kan kamu masih mencintai Luhan?" Lalu, air mata turun membasahi kedua pipi Kyungsoo, yang langsung dihapusnya dengan cepat. Kemudian, ia melangkahkan kakinya pelan menuju kelasnya.
^o^
"Kamu
kenapa, sih, Sehun-ah? Kenapa tiba-tiba menarikku seperti ini?" Tanya
Luhan pada Sehun yang terus menarik tangannya. Namun, Sehun hanya diam,
tidak menjawab pertanyaan Luhan."Sehun-ah!" Panggil Luhan lagi, dan Sehun tetap tidak menjawab. Luhan kesal diacuhkan begini oleh Sehun. Akhirnya, ia berteriak dengan kencang, "SEHUN-AH!" Sehun terlonjak kaget dan langsung menatap tajam Luhan.
"WAE? Buat apa kamu teriak-teriak seperti itu? Kamu pikir aku tuli?" Luhan hanya memutarkan kedua matanya mendengar perkataan Sehun.
"Salahmu daritadi dipanggil malah gak jawab! Kenapa kamu bersikap seperti ini, Sehun-ah? Ada yang salah?" Tanya Luhan, lebih pelan daripada tadi. Sehun terus berjalan, seolah tidak menghiraukan pertanyaan Luhan.
Kesal diperlakukan seperti ini, Luhan langsung melepaskan tangannya dari genggaman Sehun. Kemudian, ia menarik Sehun, membuat mereka saling berhadapan sekarang.
"Beritahu aku, Sehun-ah… Kenapa kamu bersikap seperti ini?" Tanya Luhan dengan lembut. Sehun menunduk sesaat, lalu menatap kedua mata Luhan dalam. Setelah bertatapan agak lama, Sehun membuka suara.
"Aku tidak mau melihatmu sakit hati seperti itu, Luhan. Aku tidak tahan. Makanya aku menarikmu menjauh dari si BRENGSEK itu." Luhan hanya dia mendengarkan penjelasan Sehun. Di satu sisi, ia merasa senang karena Sehun begitu peduli padanya. Namun, di sisi lain, ia tidak suka cara Sehun mengatakan Kai brengsek. Itu sama saja dengan menjelek-jelekkan Kai, dan ia tidak suka jika ada orang yang berkata buruk tentang Kai.
"Sehun-ah… dengar! Aku berterima kasih sekali karena kamu mau peduli padaku. Tapi, aku yakin aku bisa mengatasi masalah ini tanpa perlu menghindar dari Kai. Aku tidak mau jadi pengecut yang terus lari. Lari setiap melihat Kai karena takut tersakiti lagi. Aku tidak mau jadi seperti itu, Sehun-ah…" Sehun terus menatap dalam kedua mata Luhan. Ia melihat tekad Luhan untuk melupakan Kai. Namun, di saat yang sama, ia melihat keperihan dan kesedihan yang terpancar dari kedua manik itu.
"Aku hanya ingin membantumu, Luhan. Apa salah?" Luhan menggelengkan kepalanya cepat.
"Maka dari itu, aku berterima kasih padamu Sehun-ah. Gomawo~" Luhan tersenyum manis ke arah Sehun. "Tapi…" Sehun kembali menatap Luhan, "Tolong jangan berkata buruk tentang Kai. Entah kenapa, aku tidak suka itu."
Sehun mengepalkan kedua tangannya kuat, 'Kenapa kamu masih peduli pada orang yang telah menyakitimu, Luhan? Kenapa?' Sehun berusaha mengendalikan amarahnya, dan tersenyum ke arah Luhan sambil mengangguk. Membuat Luhan tersenyum lagi. Lalu, mereka pun berjalan menuju kelas mereka.
^o^
BRAK!"Chanyeol nyebeliiiiin! Kenapa kamu gak bangunin aku pagi ini! Untung kita tidak telat, Yeollie!" Teriak Baekhyun sambil berjalan ke kursinya.
"Aku 'kan juga telat bangun, Bacon~ Bagaimana caranya membangunkan kamu? Salah sendiri kamu tidak pasang alarm." Jawab Chanyeol. Baekhyun yang mendengar jawaban Chanyeol hanya ber-pout ria.
Seperti yang tadi Luhan bilang, BaekYeol memang datang agak telat hari ini. Mereka berdua sama-sama kesiangan. Benar-benat pasangan yang serasi.
"Pagi, Baekkie, Chanyeol~ Pagi yang cerah, bukan?" Sapa Luhan dengan nada yang terkesan meledek.
"Apanya yang cerah? Kamu tahu tidak, sih? Aku dan Yeollie daritadi ketakutan telat tahu! Kami panik sekali selama di perjalanan!" Mendengar hal itu, Luhan dan Sehun –yang sedang duduk di sebelah Luhan- langsung tertawa terbahak-bahak. Melihat ekspresi Baekhyun yang panik dan berantakan.
"Kalian berdua jahat! Temannya panik, kok malah diketawain? Menyebalkan!" Baekhyun mempoutkan bibirnya lagi. Membuatnya semakin terlihat imut.
"Aigoo~ Namjachinguku imut sekali!" Seru Chanyeol sambil mencubit kedua pipi Baekhyun gemas.
"Yeollie! Sakit~ Huhuhu…" Teriak Baekhyun dengan imutnya. Kemudian, Chanyeol minta maaf sambil mengusap kedua pipi Baekhyun dengan lembut.
"Masih pagi tapi mereka sudah mengumbar-ngumbar kemesraan begitu. Bikin iri saja!" Kata Luhan pelan pada Sehun. Lalu, ia tertawa kecil, seakan kata-katanya tadi hanya bercanda. Tapi, Sehun tahu kalau Luhan benar-benar iri. Apalagi dia baru saja putus dengan pacarnya. Jelas saja kalau dia iri.
"Biarkan saja. Itu resiko dekat-dekat dengan pasangan gombal seperti mereka." Ledek Sehun ke arah BaekYeol. Pipi Baekhyun memerah mendengar hal itu, lalu membantah bahwa mereka tidak gombal. Namun, yang namanya Sehun, tetap saja meledeki Baekhyun sampai Baekhyun naik darah.
"Kami tidak gombal!" Teriak Baekhyun membantah.
"Terus, apa dong namanya kalau bukan gombal? Pagi-pagi saja sudah mesra-mesraan." Baekhyun yang sudah kesal langsung memukul kepala Sehun. Membuat Sehun meringis kesakitan. Lalu, seperti kemarin, mereka langsung memulai pertengkaran 'aneh' mereka. Hal itu membuat Luhan dan Chanyeol tertawa.
"Ternyata, sikap Sehun kekanakan sekali. Sama saja seperti Baekhyun dan… kamu." Chanyeol menunjuk Luhan. Membuat Luhan cemberut karena dibilang kekanakan.
"Enak saja! Sikapku ini cukup dewasa tahu! Dan menurutku… Sehun itu selalu bersikap dewasa, kok. Hanya terkadang saja kekanakan dan iseng seperti ini." Jawab Luhan sambil tersenyum menatap Sehun.
Chanyeol memperhatikan Luhan, dan ia sadar, kalau ada benih-benih cinta yang tumbuh di antara Sehun dan Luhan. 'Semoga kalian cepat sadar deh kalau kalian saling suka. Menurutku, kalian pasangan yang sangat serasi loh!' Dan Chanyeol pun tersenyum kecil membayangkan Sehun dan Luhan menjadi sepasang kekasih.
Tak berapa lama setelah itu guru mereka masuk ke kelas. Saat itulah pertengkaran Baekhyun dan Sehun terhenti, diakhiri dengan tawa kecil dari mereka berdua. Lalu, sang guru pun mulai menyampaikan materi untuk hari itu.
^o^
"Baiklah, sampai di sini dulu. Ada yang mau ditanyakan?" Tanya Song-songsaenim.
Beberapa murid menggeleng dan sisanya hanya diam. Tanda tidak ada yang
mau ditanyakan. "Baiklah, kalau begitu, saya akhiri pelajaran hari ini!"
Kemudian, wanita itu pun keluar meninggalkan kelas."Hft… akhirnya matematika selesai juga! Ah, senangnya~" Teriak Kai senang. Kyungsoo hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya.
"Berhenti mengeluh seperti itu, Kai! Ayo, cepat kita ganti baju! Pelajaran habis ini PE 'kan?" Kai mengangguk. Ia mengambil tasnya, dan mengikuti Kyungsoo menuju ruang ganti.
"Hari ini materi PE kita apa?" Tanya Kai. Kyungsoo hanya menggeleng tanda tidak tahu.
"Katanya sih hari ini kita pakai lapangan outdoor. Mungkin basket atau soccer? Tapi gak tahu juga."
Sesampainya di ruang ganti, suasananya sudah cukup ramai. Dari wajahnya, sepertinya yang sama-sama PE di jam itu juga anak kelas 1. Mereka langsung berjalan menuju loker baju mereka dan mulai ganti baju.
"Sakit, Yeollie~ Sudah kubilang jangan cubit lagi." Gerutu seseorang, yang ternyata adalah Baekhyun.
"Habisnya kamu manis sih kalau lagi cemberut. Makanya aku cubitin terus~" Jawab Chanyeol sambil terus mencubiti Baekhyun.
Di belakang mereka, ada Sehun dan Luhan yang sedang tertawa melihat tingkah mereka yang mesra sejak tadi pagi. Wajah Luhan masih terlihat senang, sampai matanya bertemu pandang dengan seseorang… Kai.
"Luhan, loker bajumu di ma…" Sehun hendak bertanya pada Luhan, namun ia melihat Luhan yang tiba-tiba membatu. Ia langsung menolehkan pandangan ke arah pandang Luhan.
'SIAL! Jangan bilang, dia pelajaran PE juga sekarang.' Pikir Sehun kesal. Sehun langsung menyikut lengan Luhan, membuat Luhan kembali ke alam sadarnya.
"Wae, Sehun-ah?" Tanya Luhan dengan suaranya yang pelan dan lembut. Seperti biasa.
"Loker bajumu di mana? Aku 'kan belum dapat loker. Jadi, aku mau titip seragamku di lokermu." Luhan mengangguk dan berjalan menuju lokernya yang hanya berjarak beberapa langkah dari loker Kai dan Kyungsoo.
"Luhan! Annyeong~" Sapa Kyungsoo ceria saat ia melihat Luhan.
Luhan membalikkan badannya menghadap Kyungsoo dan menyapanya balik, "Annyeong, Kyungsoo-ah! Kamu PE juga sekarang?" Kyungsoo mengangguk. "Outdoor?" Dan lagi-lagi, Kyungsoo mengangguk. 'Kenapa harus sama, sih?' Gerutu Luhan dalam hati. Namun, ia tetap tersenyum ke arah Kyungsoo.
"Kamu juga, ya? Wah, asyiknya! Kira-kira materinya apa, ya?" Luhan hanya menggelengkan kepalanya, sambil terus mengganti baju. "Tapi aku berharap bukan soccer. Kalau iya dan diadakan pertandingan latihan, pasti kelasmu menang. Kamu 'kan hebat sekali." Luhan tertawa kecil mendegar pujian dari Kyungsoo.
"Aniya… Siapa bilang aku hebat? Permainan soccer ku biasa-biasa saja, kok. Bahkan sampai sekarang, aku masih belum bisa mengalahkan Kris gege." Jawab Luhan sambil mempoutkan bibirnya.
"Hahaha… Suatu saat nanti kamu pasti bisa mengalahkannya, kok. Di bidang olahraga, ataupun akademik. Menurutku, kalian sama saja. Sama-sama pintar dan jago olahraga. Pantas saja kalian populer." Puji Kyungsoo lagi.
"Yang populer itu kakakku, bukan aku, Kyungsoo-ah. Aku hanya kecipratan sedikit kepopulerannya." Canda Luhan yang membuat Kyungsoo ikut tertawa.
Di saat mereka berdua asyik berbincang, tanpa mereka sadari, Sehun dan Kai saling menatap tajam satu sama lain. Tatapan Sehun ke Kai penuh dengan kebencian. Begitu juga sebaliknya. Mungkin, kalau Kyungsoo dan Luhan lebih peka, mereka akan merasakan aura gelap menyelimuti mereka.
"Di sana menyeramkan sekali." Bisik Baekhyun pada Chanyeol dengan nada gemetar. Chanyeol yang tidak mengerti, hanya menaikkan alisnya bingung. "Kai dan Sehun… Mereka seperti berniat membunuh satu sama lain. Lihat saja tatapan mereka berdua. Ih! Menyeramkan, Yeollie~"
Chanyeol menoleh ke arah Kai dan Sehun. Dan benar saja yang dikatakan Baekhyun. Aura mereka sangatlah menyeramkan. Mungkin, kalau tatapan bisa membunuh, mereka sudah terkapar tak berdaya sekarang.
'Aku mengerti kalau Sehun benci pada Kai. Tapi, kenapa Kai juga membenci Sehun seperti itu? Tidak. Malah tatapan Kai ke Sehun itu adalah tatapan marah karena cemburu. Apa jangan-jangan, Kai masih menyukai Luhan?' Pikir Chanyeol. Hal ini terlalu memusingkan baginya, sehingga ia memilih untuk tidak berpikir lebih lanjut lagi.
"Sehun-ah~ Kamu sudah selesai?" Tanya Luhan. Sehun terlonjak kecil saat Luhan tiba-tiba memanggilnya.
"De~ Kamu sendiri?" Luhan mengangguk pelan dan tersenyum kecil. 'Dia benar-benar manis sekali.' Pikir Sehun sambil tersenyum.
"Kalau begitu, taruh saja seragammu di lokerku. Biar kita langsung ke lapangan." Sehun mengangguk dan menaruh bajunya di loker Luhan. Kemudian, mereka berjalan meninggalkan ruang ganti.
"Kita barengan saja. Toh tujuan kita sama, kan?" Tawar Kyungsoo yang hanya dibalas dengan anggukan kecil oleh Luhan. Sebenarnya, ia tidak mau lama-lama berada di dekat Kai. Karena, ia masih belum bisa melupakan kenangan dan rasa sakit yang ia rasakan karena Kai. Tapi, ia bertekad untuk tidak lari. Ia yakin ia bisa melupakan Kai tanpa harus kabur.
Namun, tetap saja pilihan mereka untuk berjalan bersama menuju lapangan itu salah. Karena, sampai sekarang pun, Kai dan Sehun –yang berjalan di belakang Kyungsoo dan Luhan- tetap men-death glare satu sama lain. Mereka terus begitu sampai mereka tiba di lapangan.
^o^
Suasana
di sebuah kelas sangatlah sunyi. Seorang guru laki-laki sedang
menjelaskan pelajaran di depan kelas, sementara murid-murid –walaupun
ada juga yang tidak- mendengarkan penjelasannya.Seorang siswa laki-laki, berbadan tinggi, dan berparas tampan, sama sekali tidak tertarik untuk mendengarkan guru tersebut berbicara. Ia lebih memilih untuk melihat pemandangan ke luar jendela. Di sana, ia menemukan pemandangan yang menurutnya lebih menarik daripada memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan. Karena di luar sana, ada adiknya yang sepertinya sedang melakukan pemanasan sebelum olahraga dimulai. Ia tersenyum melihat bagaimana adiknya tertawa kecil saat bercanda dengan Baekhyun, Chanyeol, dan juga Sehun.
Namun, yang membuatnya kesal adalah, seseorang yang ada di sana, bisa membuat wajah adiknya yang bahagia itu tiba-tiba saja muram dan sedih. Dan orang yang menyebabkan itu tentu saja Kai a.k.a mantan pacar adiknya.
'Cih! Kenapa dia harus dapat PE juga sekarang? Dan kenapa sama-sama outdoor?' Pikir laki-laki itu, yang ternyata adalah Kris. Tanpa sadar, ia mengepalkan tangannya keras-keras di atas meja.
"Kris! Kamu kenapa?" Bisik Lay, teman sekelas Kris, yang juga merupakan teman baiknya.
"Ada hal yang membuatku kesal." Jawaban singkat dari Kris membuatnya bingung dan penasaran. Sebenarnya, apa yang membuat Kris sekesal ini? Ia tahu, pasti menyangkut masalah adiknya. Tapi, kenapa tiba-tiba.
Lay, yang duduk di dekat jendela juga –di belakang kursi Kris- langsung mengalihkan pandangannya ke arah pandang Kris. Dan sekarang, ia mengerti alasan dari kemarahan Kris yang tiba-tiba. Di sana, ada Luhan –adik k=Kris- yang sedang mengikuti PE. Namun, di dekatnya ada Kim Jongin a.k.a Kai a.k.a mantan pacar Luhan. Dan hal itu membuat wajah Luhan terlihat sedikit sedih. Walau terkadang, Luhan menutupinya dengan senyum yang menurut Lay agak terpaksa.
"Memangnya mereka sekelas?" Tanya Lay lagi, dengan berbisik. Kris menggeleng samar, agar guru di depan tidak sadar bahwa mereka sedang mengobrol sekarang. "Tapi kenapa bisa…?"
"Mungkin kebetulan mereka kebagian PE di jam yang sama. Kebetulan yang menyebalkan!" Desis Kris kesal. Lay berusaha menenangkan Kris agar tidak meledak di tengah-tengan pelajaran. Karena, Lay sangat tahu bahwa Kris memang over-protective ke Luhan, yang sudah dianggapnya sebagai adik kandung itu. Ia tidak bisa melihat Luhan sedih dan hancur seperti itu.
'Semoga tidak terjadi apa-apa di bawah sana. Atau… Kris bisa-bisa mengamuk di kelas…' Pikir Lay sambil menghela napas pelan.
^o^
"Baiklah!
Pelajaran kali ini adalah Basket!" Teriak guru PE mereka, yang mengajar
sekaligus kelas 1-2 dan 1-3. Ada beberapa murid yang berteriak senang,
namun ada juga yang mengeluh kesal."Saya akan coba mengadakan pertandingan 1 on 1 antarkelas 1-2 dan 1-3. Dan saya akan memanggil nama siswa secara acak." Lalu, terdengar keluhan kesal dari murid-murid. Kalau hanya pertandingan biasa sih, tidak masalah. Tapi kalau 1 on 1? Tentu saja banyak yang tidak suka.
"Baiklah! Kalau begitu, kita mulai. Saya akan panggil kalian satu per satu." Semua murid memasang wajah tegang dan berdoa agar bukan namanya lah yang disebut. "Lee Tae Hyun, Park Yeon Gu!" Lalu, pertandingan pun dimulai.
Durasi pertandingannya kurang lebih 7-8 menit. Namun, terkadang, ada pertandingan yang memakan waktu lebih dari itu. Pertandingan baru berakhir jika salah satu dari murid unggul 3 atau 4 angka. Nama murid terus dipanggil secara acak. Dan sekarang, pertandingan sudah berjalan lebih dari 10 menit. Namun, score mereka tetap seri. Sampai akhirnya, murid dari kelas 1-2 lah yang menang.
"Hah… Kalah lagi! Kalau basket kita memang tidak punya kesempatan untuk menang!" Gerutu Baekhyun pelan.
"Baiklah! Selanjutnya! Kim Jongin!" Saat mendengar nama Kai, seluruh murid kelas 1-3 berharap bukanlah namanya yang disebut. Karena, Kai sangatlah hebat dalam bermain basket. Dia merupakan ace klub basket sejak ia duduk di bangku SMP. Jelas saja tidak ada yang mau jadi lawannya, kecuali satu orang.
"Oh Sehun!" Dan wajah Luhan langsung pucat. Ia tidak mau Sehun, yang baru saja pindah sekolah itu, langsung shock karena permainan basket Kai. Bukannya Luhan mau meremehkan Sehun, tapi Luhan sangatlah tahu bahwa Kai sangat hebat. Dan permainan basketnya itu terkadang agak… kasar.
"Kasihan sekali anak pindahan itu. Baru saja satu hari masuk sudah harus melawan Kai dalam basket."
"Dia pasti kalah…" Bisik murid-murid, yang membuat kuping Sehun terasa panas.
'Bisa tidak, sih, mereka tidak membuat kesimpulan sendiri. Belum tentu aku kalah, kan?' Pikirnya kesal. Kemudian, ia berdiri, dan melihat ke arah Luhan yang menatapnya khawatir. 'Astaga! Bahkan Luhan juga…' Sesaat, ia merasa kesal dengan Luhan yang terlihat tidak percaya pada kemampuannya. Namun, rasa kesal itu langsung hilang entah ke mana, saat Luhan membisikkan satu kata pada Sehun.
"Hwaiting…!" Luhan mengangkat tangannya dan tersenyum manis ke arah Sehun. Sehun merasa, ia bisa pingsan saat itu juga karena melihat senyuman yang sangat manis dari Luhan. Senyuman yang indah bagai senyuman angel. Kemudian, Sehun balas tersenyum kepada Luhan, dengan tatapan percaya diri kalau ia pasti menang.
Sementara di sisi lain, terlihat Kai yang menatap interaksi Sehun dan Luhan dengan tatapan marah –lebih tepatnya cemburu- dan menatap tajam Sehun. Kyungsoo yang melihat hal itu merasakan perih yang amat sangat di hatinya. 'Kai masih menyukai Luhan.' Begitu pikirnya berulang-ulang.
Saat Kai sama sekali tidak melepas pandangannya dari Sehun dan Luhan, Kyungsoo berbisik pelan kepada Kai dengan nada sedih di setiap kata-katanya, "Kamu cemburu, Kai?"
Kai yang mendengar hal itu langsung menoleh ke arah Kyungsoo. "Jangan harap, Kyungsoo! Aku tidak mungkin cemburu pada mereka!" Kemudian, ia masuk ke lapangan olahraga, diikuti oleh Sehun yang ada di seberangnya.
"Siap akan kekalahanmu, Oh Sehun?" Kata Kai dengan seringai menantang.
"You wish, Kim Jongin!" Balas Sehun. Kemudian, pertandingan pun dimulai.
^o^
"Daebak!
Anak baru itu melawan Kai?!" Seru Lay, dengan suara yang tertahan.
Sementara Kris hanya memfokuskan pandangannya ke bawah. Berusaha
mengikuti arah pertandingan, dan melihat siapa yang menang."Kris!" Panggil Lay, agak keras sekarang. Namun, guru di depan tetap tidak menyadari mereka yang daritadi tidak memperhatikan pelajaran.
"Hm?"
"Menurutmu… Apa anak baru itu suka pada adikmu?" Kris tetap diam mendengar pertanyaan Lay. "Yah! Kris!" Namun, Kris tidak menjawab. "Wu Yi Fan!" Barulah Kris menoleh sedikit ke belakang, lalu meluruskan posisi duduknya.
"Tidak masalah." Jawab Kris pelan.
"Eh?" Lay tidak menyangka Kris akan menjawab seperti itu.
"Menurutku, tidak masalah kalau Sehun menyukai Luhan. Kurasa, ia bisa menjaga Luhan dengan baik."
"Tapi… dulu kamu benar-benar menentang hubungan Luhan dan…"
"Mereka berbeda, Yixing." Mendengar Kris memanggilnya dengan nama asli, Lay langsung diam. Ia tahu, itu berarti Kris tidak ingin ditanya-tanya lagi. Lagipula, ia sudah mengerti maksud Kris dari jawaban singkat yang Kris berikan.
'Kuharap begitu…' Pikir Kris singkat. Lalu, ia mengalihkan pandangan ke arah guru untuk pertama kalinya sejak pelajaran dimulai.
^o^
"Anak baru itu hebat! Dia bisa menyamakan kedudukan dengan Kai!""Wah! Dia keren!"
"Pertandingan yang sengit! Kira-kira siapa yang akan menang, ya?"
"Pasti Kai lah~"
"Anak baru itu bisa saja menang!" Begitulah percakapan murid-murid 1-2 dan 1-3 saat ini. Mereka menerka-nerka siapa yang akan menang.
Melihat pertandingan yang sengit dan seimbang ini, Luhan malah semakin takut. Ia takut, Kai kesal karena Sehun dapat menyeimbanginya, kemudian ia menggunakan cara kasar dan licik seperti yang sering ia lakukan.
'Sehun… Berjuanglah!' Teriak Luhan dalam hati sambil memejamkan matanya kuat-kuat. Tiba-tiba, terdengar ringisan keras. Luhan pun langsung membuka kedua matanya, dan membulatkan matanya kaget.
"AKH! Yah! Kamu itu bermain kasar!" Teriak Sehun. Namun, gurunya tidak melihat bahwa tadi, Kai menyikut Sehun dengan keras, sampai tangan Sehun terlihat sedikit membiru.
Kai tidak menghiraukan Sehun dan terus men-dribble bola dan memasukkannya ke ring. 2 poin lebih unggul untuk Kai sekarang. Kai hanya tersenyum licik ke arah Sehun yang memegang tangannya. Sepertinya yang melihat kejadian itu hanyalah beberapa orang, dan mereka tidak berani mengadukan perbuatan licik Kai. Mereka tidak mau terkena masalah dengan Kai.
'Kai! Berhentilah bermain kotor seperti itu!' Kyungsoo benar-benar kesal dengan kelakuan Kai. Karena, Kai tidak bermain dengan sportif.
Pertandingan dimulai kembali. Kali ini, Sehun berhasil mengejar score Kai. Dan Kai tidak suka dengan hal itu. Ia kembali bermain licik dengan menyikut perut Sehun, dan sepertinya kali ini cukup dalam. Sampai Sehun terbaring kesakitan di tengah lapangan, dengan tangannya yang memegangi perutnya.
PRIT PRIT PRIIIT!
Guru pun membunyikan peluitnya. Tanda permainan harus berakhir saat itu juga.
"SEHUN-AH!" Tanpa pikir panjang, Luhan langsung berlari ke arah Sehun, dan membantunya berdiri. "Sehun-ah, Gwenchanayo?" Tanya Luhan khawatir. Namun, Sehun tidak menjawab. Ia terus meringis kesakitan. Hal itu membuat air mata Luhan menggenang. Baekhyun dan Chanyeol membantu Luhan untuk menopang Sehun. Sementara Luhan menatap benci ke arah Kai. Kai yang ditatap seperti itu sangat kaget. Luhan tidak pernah menatapnya seperti itu. Tatapan Luhan dulu kepadanya selalu penuh cinta dan kasih sayang, bukan tatapan benci seperti ini.
"APA MAKSUDMU, HAH?" Teriak Luhan. "Kenapa kamu melakukan hal licik seperti itu kepadanya? Memangnya apa salah Sehun padamu?! JAWAB KAI!" Kai tidak bisa bersuara. Ia merasa lidahnya kaku. Ia juga tidak tahu kenapa ia melakukan hal itu. Mengapa ia merasa kesal saat Sehun berada di dekat Luhan. Mengapa ia benci dengan sikap protektif Sehun pada Luhan?
'Apa aku masih mencintai Luhan?' Pikir Kai. Pikiran Kai membuyar, otaknya terasa mati, saat Luhan mengatakan kata-kata yang seketika meruntuhkan dunia Kai.
"Aku benci padamu, Kim Jongin!" Lalu, Luhan pun meninggalkannya. Menyusul Baekhyun dan Chanyeol yang sedang menopang tubuh Sehun ke ruang kesehatan.
Saat Kai tetap terdiam mematung seperti itu, suara gurunya mengembalikannya ke alam sadarnya.
"Kim Jongin! Ikut saya ke ruang guru!" Kai tahu, ia akan dimarahi. Tapi, ia tidak takut. Ia sudah tidak peduli akan diberi hukuman apa. Karena menurutnya, hukuman terberat baginya adalah dibenci oleh Luhan. Seperti sekarang.
Kai mengikuti gurunya pergi ke ruang guru. Sementara, Kyungsoo hanya menatap Kai dengan khawatir. 'Kai…'
"Parah sekali dia! Melakukan hal licik seperti itu!"
"Cih, mana pantas orang seperti dia disebut ace klub basket. Cara bermainnya kotor begitu." Kyungsoo sangat geram mendengar komentar buruk tentang Kai. Ia tahu Kai lah yang salah. Tapi, apa mereka harus berkata seperti itu tentang Kai?
Tanpa pikir panjang, Kyungsoo berdiri dengan kasar, mengagetkan murid-murid di sekelilingnya, dan berjalan menuju ruang guru. Menyusul Kai yang pasti saat ini akan dimarahi dan dihukum oleh guru atas perbuatannya.
-To Be Continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar