Pengikut

Selasa, 16 Oktober 2012

You Heal My Broken Heart (4/?)

Title: You Heal My Broken Heart (4/?)
Author: Beautiful Luhan (Tami Chan)
Main Pairing: HunHan (Sehun/Luhan)
Other Pairing: crack!KaiHan, BaekYeol, KaiSoo, etc (Other Pairing will come later).
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Disclaimer: I just own the plot. The characters are belong to GOD, themselves, and SM ent.
Warning: Yaoi (Boy x Boy). Don't Like, Don't Read!
ENJOY~! ^^

Luhan berlari menuju ruang kesehatan. Ia benar-benar khawatir akan kondisi Sehun. Ia melihat betapa kerasnya Kai menyikut perut Sehun, dan bagaimana Sehun meringis kesakitan tadi. 'Waeyo, Kai? Kenapa kamu menyakiti Sehun?' Pikir Luhan dengan sedikit terisak.
"Sehun-ah!" Teriak Luhan saat membuka pintu ruang kesehatan. Di sana, ada Baekhyun dan Chanyeol yang berdiri di samping tempat tidur yang ditiduri oleh Sehun. Sementara Sehun berusaha mendudukkan diri saat melihat Luhan datang.
"Andwae! Jangan memaksakan diri, Sehun-ah. Beristirahatlah dulu." Perintah Luhan sambil membantu Sehun berbaring lagi.
Luhan melihat bekas sikutan Kai di tangan Sehun yang semakin membiru. Lalu, ia menatap wajah Sehun yang masih terlihat kesakitan dan terus memegangi perutnya –bekas sikutan Kai.
Luhan terlihat akan menangis melihat keadaan Sehun. Ia tidak menyangka Kai bisa sejahat itu kepada Sehun. Perlahan, air mata turun dari kedua mata Luhan. Tangisnya semakin keras saat Sehun mengusap kepala Luhan dengan lembut sambil berbisik, "Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Sambil tersenyum lembut ke arah Luhan.
BaekYeol yang melihat hal itu hanya bisa menarik kesimpulan bahwa Luhan dan Sehun sebenarnya sudah ada 'rasa' untuk satu sama lain. Hanya mereka saja yang tidak sadar atau mungkin selalu menyangkal perasaan satu sama lain. Mereka melihat betapa khawatirnya Luhan dan betapa lembutnya sikap Sehun pada Luhan.
"Karena sudah ada Luhan yang menjagamu, jadi lebih baik kami kembali ke kelas, ya. Kalau terlalu banyak orang di sini, pasti nantinya akan dimarahi." Pamit Chanyeol pada Sehun dan Luhan yang hanya dibalas dengan anggukkan kecil oleh Sehun. Luhan masih tetap terisak, tidak bisa menjawab perkataan Chanyeol.
"Kalau begitu, kami keluar dulu. Semoga cepat baikan, Sehun! Dan kamu, Lulu! Jangan menangis terus! Kamu seharusnya membuat Sehun merasa lebih baik, kenapa kamu malah menangis?" Walaupun Baekhyun bilang begitu, tetap saja Luhan menangis. Ia tidak tahan melihat Sehun berbaring lemah dan kesakitan seperti itu. Dan yang membuatnya semakin sedih adalah, yang membuat Sehun begini adalah Kai. Orang yang pernah mengisi hatinya dan orang yang pernah memberikannya kebahagiaan yang sangat berarti.
"Sudahlah, Baekhyun. Kalian kembali ke kelas saja. Tidak apa-apa, kok. Menangis itu 'kan tidak salah. Dan… gomawo, Baekhyun, Chanyeol." Baekhyun dan Chanyeol mengangguk. Kemudian, Baekhyun menepuk bahu Luhan pelan, lalu melangkah keluar ruang kesehatan bersama Chanyeol.
Setelah Baekhyun dan Chanyeol keluar, Sehun memperhatikan Luhan lekat-lekat. Luhan masih berusaha mengendalikan emosinya. Terkadang, ia berhenti menangis dan hanya mengeluarkan isakan kecil. Namun, terkadang juga isakan itu berubah lagi menjadi tangisan yang lebih keras. Sebenarnya, Sehun merasa senang karena itu berarti Luhan sangat peduli padanya. Tapi, ia juga tidak mau melihat Luhan terus-terusan menangis seperti ini.
"Sudahlah, Luhan. Berhentilah menangis. Aku benar tidak apa-apa, kok." Sehun berkata dengan nada pelan dan lembut. Berusaha menenangkan Luhan. Ia menarik tangan Luhan yang digunakannya untuk menutup sebagian wajahnya dengan lembut, memperlihatkan wajah Luhan yang basah karena air mata. Perlahan, Sehun menghapus jejak air mata Luhan dengan punggung tangannya. Lalu, ia tersenyum lembut kepada Luhan.
"Bukannya sudah kubilang, senyummu itu jauh lebih manis daripada tangisanmu. Jadi, tersenyumlah, Luhan. Mungkin saja melihatmu tersenyum bisa membuatku merasa baikan." Ucap Sehun lembut, membuat wajah Luhan memerah. Luhan menundukkan kepalanya, takut Sehun melihat rona merah di pipinya. Sehun yang melihat hal itu hanya tertawa kecil, kemudian ia mengangkat wajah Luhan perlahan. Membuat mata mereka saling bertemu pandang.
"Tersenyumlah, Lulu." Mendengar Sehun memanggilnya 'Lulu' membuat dadanya berdesir hangat. Ia merasakan kerinduan yang dalam dari cara Sehun memanggilnya. Membuatnya merasakan perasaan tenang dan nyaman.
Perlahan, Luhan menarik kedua sisi bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang menurut Sehun indah dan… cantik. Entah kenapa, Sehun merasa kenal dengan senyuman lembut dan hangat itu. Membuatnya mengingat seseorang.
"Sehun-ah… Cepatlah sembuh, ya? Aku tidak ingin melihatmu seperti ini terus." Kata Luhan lembut. Sehun mengangguk pelan dan membalas senyuman Luhan.
Tak berapa lama setelah itu, Sehun melihat Luhan menguap sedikit. Sehun tertawa kecil dan berkata, "Tidurlah kalau kamu mengantuk, Lulu." Luhan mengangguk pelan sambil mengucek matanya pelan. 'Manis sekali…' Pikir Sehun sambil tersenyum. Lalu, Luhan membaringkan kepalanya di sebelah Sehun, dan tak lama kemudian, ia tertidur pulas.
"Selamat tidur, Lulu~" Bisik Sehun lembut sambil mengusap kepala Luhan dengan lembut. Perlahan, Sehun memejamkan matanya. Mengingat bagaimana Luhan tersenyum dengan hangat padanya tadi.
'Senyuman itu… aku merasa mengenal senyuman itu. Itu senyuman hangat yang sama dengan anak itu. Kenapa mereka begitu mirip. Apa dugaanku benar, kalau Luhan adalah…' Dan ingatannya pun melayang ke masa lalu.
FLASHBACK
Hari itu, matahari sangatlah terik, membuat panas daratan Beijing, Cina. Terlihat 3 orang anak kecil yang sedang bermain petak umpet dengan gembiranya di suatu lapangan. Mereka tertawa keras, berlarian, dan sebagainya.
"Hahaha… Xiumin-hyung giliran jaga!" Teriak seorang anak kecil dengan cara bicaranya yang agak cadel.
"Hft… Menyebalkan! Ya sudah, aku jaga. Aku hitung sampai sepuluh, ya!" 2 anak kecil lainnya langsung berlari mencari tempat persembunyian.
"Ini tempatku sembunyi, Tao-hyung!" Gerutu anak yang agak cadel itu sambil berbisik.
"Aku yang lebih dahulu sembunyi di sini, The-Hun-Nie~" Ledek Tao dengan suara yang agak dicadelkan. "Kamu cari tempat lain saja, Thehunnie~" Lanjut Tao.
"Huh! Namaku Sehun, bukan Thehun!"Namun, karena Sehun cadel, baik Sehun maupun Thehun, keduanya terdengar seperti Thehun bagi Tao.
"Tuh, kan! Namamu memang Thehun!" Ledek Tao sambil tertawa. Sehun semakin cemberut.
"10! Siap tidak siap, aku cari kalian!" Teriak Xiumin. Tanda ia selesai menghitung.
"Gawat! Aku belum sembunyi!" Sehun langsung berlari menjauh mencari tempat persembunyian. Ia menemukan semak-semak yang bisa dibilang cukup lebat.
"Kalau aku bersembunyi di sini, pasti tidak akan ketahuan!" Bisik Sehun pada dirinya sendiri. Lalu, ia pun masuk ke dalam semak itu. Tiba-tiba, ia mendengar isakan kecil tak jauh dari tempatnya sembunyi. Ia ketakutan, dan langsung berteriak, mendekati sumber suara isakan itu dengan langkah dan suara yang agak gemetar.
"S…si…siapa di s…situ?" Namun, tidak ada yang menjawab. Hanya suara isakan yang menjawabnya. Sehun pun menarik napas dalam, memberanikan diri terus mendekati sumber suara.
Ternyata, sumber suara isakan itu adalah seorang anak laki-laki, berbadan kecil, dan berparas cantik. Sehun pun memilih untuk mendekati anak itu.
"Hei! Kamu kenapa menangis?" Tanya Sehun pelan. Namun, anak kecil itu bukannya menjawab malah terus menangis. Membuat Sehun bingung harus berbuat apa.
"Hei! Sudah jangan menangis lagi! Ayo! Lihat aku, Bleeeh!" Sehun menunjukkan wajah konyolnya sambil memeletkan lidahnya. Namun, anak kecil itu tetap menangis dengan keras.
"Aduh, aku harus bagaimana?" Bisik Sehun agak frustasi. "Ah! Kalau kamu berhenti menangis, nanti kubelikan es krim! Mau tidak?" Dan berhasil! Anak kecil di hadapannya berhenti menangis. Matanya berbinar senang saat mendengar kata es krim.
"Es krim?" Sehun mengangguk keras. Membuat anak kecil itu tersenyum senang dan melompat sedikit.
"Iya. Ayo! Kubelikan es krim!" Anak kecil itu mengangguk. Meraih tangan Sehun, dan mengikutinya.
Sesampainya di toko es krim, Sehun membeli 2 es krim coklat untuk mereka. Anak kecil itu memakan es krim coklatnya dengan sangat lahap. Membuat Sehun tersenyum senang melihatnya.
"Oh iya! Siapa namamu?" Tanya Sehun antusias. Anak kecil itu menghentikan makannya, menatap Sehun sambil tersenyum lebar.
"Lulu! Kamu?"
"Aku T…" Sehun menghentikan kata-katanya. Ia berpikir sejenak. Kalau ia memperkenalkan dirinya dengan nama Sehun, pasti ia akan terdengar cadel, dia tidak mau kalau anak di hadapannya ini meledekinya cadel, seperti yang dilakukan teman-temannya. Sehun agak sedih saat teman-temannya –kecuali Tao dan Xiumin- meledekinya cadel.
"Panggil saja Hun! Salam kenal, Lulu!" Anak bernama Lulu tersenyum lebar menanggapi perkataan Sehun. Lalu, mereka melanjutkan memakan es krim mereka sambil mengobrol sedikit.
Sehun membawa Luhan ke tempat-tempat yang ia tahu. Tanpa sadar, hari sudah petang. Dan Sehun baru ingat kalau tadi ia tengah bermain bersama Xiumin dan Tao. Mereka pasti sedang mencarinya sekarang.
"Lulu! Kamu bisa pulang sendiri, 'kan? Aku harus pulang sekarang. Pasti teman-temanku sedang mencariku!" Tiba-tiba, Lulu menarik bagian bawah kaus Sehun. Seakan mengatakan pada Sehun untuk jangan pergi. Lalu, Lulu terlihat tersentak sedikit dan langsung melepaskan genggamannya pada kaus Sehun.
"Eum… Mian… itu… eum…" Sehun terus menunggu Lulu menyelesaikan kata-katanya. "Kamu…besok mau 'kan ke sini lagi? Aku akan menunggumu di sini."Tanya Lulu dengan nada lembut. Sehun langsung mengangguk semangat.
"Pasti aku datang! Sampai jumpa besok, Lulu!" Lulu tersenyum riang, membalas lambaian tangan Sehun.
Setelah hari itu, Sehun selalu datang ke tempat yang sama, bertemu dengan Lulu dan bermain dengannya. Bahkan, Lulu sudah sadar kalau Sehun itu cadel. Tapi, bukannya meledek, dia malah mengatakan hal yang membuat Sehun agak tersipu.
"Menurutku, caramu berbicara itu manis, Hun! Lispmu itu unik dan cute!" Seru Lulu dengan nada riang. Sehun benar-benar senang karena Lulu berbeda dari temannya yang lain. Teman-temannya selalu meledek cara bicaranya yang cadel itu.
Sehun juga jadi tahu kalau Lulu berkebangsaan asli Cina. Awalnya ia agak kaget, karena bahasa Korea Lulu sangatlah lancar. Ternyata, Lulu memang sudah lama tinggal di Korea, dan baru saja pindah lagi ke Cina.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan bergilir dengan cepatnya. Tak terasa, sudah hampir 6 bulan mereka selalu bertemu di tempat yang sama. Saling berbagi cerita, bercanda, tertawa, dan sebagainya.
Hari itu terasa aneh bagi Sehun, karena tiba-tiba saja, Lulu terlihat menangis saat Sehun datang. Sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Kali ini, Sehun memberanikan diri menanyakan alasan Lulu menangis. Dan tanpa pikir panjang, Lulu langsung menceritakan semuanya.
Alasan Lulu menangis hari itu adalah, teman sekolahnya, lagi-lagi mulai membullynya. Biasanya, Lulu akan berusaha bertahan, karena ada kakaknya yang selalu menemaninya. Tapi, sudah beberapa minggu ini, kakaknya itu pergi melanjutkan sekolahnya ke negara lain. Lulu tidak tahu tepatnya di mana, kakaknya hanya bilang tempat itu jauh, dan ia berjanji akan segera kembali. Namun, mimpi buruk Lulu kembali menghantuinya sehari setelah kepindahan kakaknya.
Teman-temannya mulai meledekinya aneh, karena ia berparas cantik dan manis seperti perempuan. Tidak seperti laki-laki. Ia juga selalu diledeki tidak normal karena ukuran badannya yang terbilang sangat kecil dan ramping untuk anak laki-laki seusianya. Teman-temannya selalu menyeretnya ke lapangan luar yang agak jauh dari sekolahnya seusai sekolah hanya untuk meledekinya, melemparinya, dan terkadang menyiksanya. Lulu sudah tidak tahan dengan semua ini. Berkali-kali ia ingin mengadu pada orang tua atau gurunya, tapi mereka selalu mengancamnya. Ia takut. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
Tangisan Lulu pecah kembali, membuat perasaan Sehun ikut teriris. Sekarang, Sehun mengerti alasan Lulu dulu tiba-tiba menahan kausnya saat ia mau pergi. Itu semua karena Lulu takut. Ia takut tidak ada lagi yang mau jadi temannya. Ia kesepian. Ia tidak punya siapa-siapa untuk melindunginya selain kakaknya. Sekarang, kakaknya sedang pergi. Sehun merasa, melindungi Lulu adalah tugasnya sekarang. Ia tidak mau melihat Lulu menangis lagi seperti ini.
"Sst… Jangan menangis lagi, Lulu. Aku pasti akan melindungimu! Aku akan selalu berada di sampingmu!" Ia memeluk Lulu dengan erat dan protektif. Berusaha meyakinkannya kalau Sehun akan selalu melindunginya.
Ia merasa tangisan Lulu perlahan mereda. Dan Lulu pun mulai berbicara, "Hun…" Sehun hanya mengangguk pelan sambil bergumam kecil menjawab panggilan Lulu. "Kamu akan selalu ada di sampingku, 'kan? Kamu tidak akan meninggalkanku 'kan, Hun?" Tanya Lulu dengan nada suara agak bergetar.
Sehun tersenyum lembut kepada Lulu. Kemudian, Sehun menjawab, "De~ Aku akan selalu ada di sampingmu untuk melindungimu! Aku tidak akan meninggalkanmu, Lulu!"
"Janji, Hun?" Tanya Lulu sambil mengulurkan jari kelingkingnya. Dan melakukan pinky-promise bersama Sehun.
"Aku janji, Lulu!" Jawab Sehun lantang dan melingkarkan kelingkingnya dengan kelingking Lulu. Mereka berdua tersenyum senang dan kembali bercanda tawa.
Sudah hampir setahun sejak pertemuan pertama mereka. Sehun dan Lulu semakin dekat dari hari ke hari. Sehun memenuhi janjinya untuk melindungi Lulu. Ia selalu berusaha membuat Lulu tersenyum saat Lulu terlihat muram. Mereka bahagia dengan keberadaan satu sama lain.
Hari itu, langit terlihat lebih gelap dari biasanya. Sepertinya, hujan akan turun. Dan benar saja, hujan turun dengan derasnya saat itu. Seperti biasa, Sehun dan Lulu berjanji bertemu di tempat mereka biasa. Namun, hari itu Sehun terpaksa datang lebih terlambat dari waktu biasa. Karena, eommanya menyuruhnya untuk tetap di rumah, menunggu hujan berhenti.
Sesaat setelah hujan berhenti, ia langsung berlari menuju tempat bertemunya dengan Lulu. Di dekat tempat itu, ia melihat keramaian, dan beberapa mobil polisi di sana. Ia
memutuskan untuk melihat apa yang terjadi di sana. Dan ternyata baru saja terjadi kecelekaan yang menewaskan seorang anak kecil. Ia merasa takut kalau anak kecil itu adalah Lulu. Namun, ia menepis pikiran negatifnya, dan berlalu dari tempat itu. Berlari menuju tempatnya dan Lulu bertemu.
Sesampainya di sana, tidak ada Lulu yang selalu menunggunya di atas batu besar sambil bersenandung. Tempat itu sepi dan sunyi. Hanya langkah kaki beberapa orang saja yang terdengar. Sehun pikir, mungkin Lulu juga datang terlambat karena hujan deras tadi. Akhirnya, ia memutuskan untuk menunggu di situ.
Satu jam, dua jam, tiga jam berlalu. Namun, Lulu tak kunjung datang. Saat itu, Sehun merasakan kekhawatiran yang sangat. Ia takut Lulu kenapa-kenapa sampai tidak bisa datang seperti ini. Namun, ia memutuskan untuk tetap menunggu.
Hari semakin gelap, bulan menggantikan matahari menyinari dunia. Namun, Lulu tak kunjung datang. Sehun bingung, khawatir, takut, semua pikiran negatif kembali merasuki dirinya. Dan ia berpikir, apa mungkin Lulu sudah datang terlebih dahulu, kehujanan, dan akhirnya pulang dengan kesal karena kelamaan menunggu? Atau mungkin jangan-jangan Lulu pingsan karena kedinginan menunggu Sehun? Atau mungkin… Korban kecelakaan tadi adalah Lulu? Perasaan Sehun terus tak tenang sampai ia mendengar suara seseorang memanggilnya. Ia berharap itu Lulu. Namun, harapannya tidak terkabul. Yang memanggilnya adalah Tao dan Xiumin.
"Yah! Sehunnie! Kamu ke mana saja, sih? Kami mencarimu daritadi!" Tanya Xiumin dengan nada khawatir.
"Mian, hyung. Aku menunggu temanku di sini. Tapi… ia sama sekali tidak datang, selama apa pun aku menunggu."
"Mungkin karena hujan lebat tadi, ia tidak diperbolehkan keluar rumah. Besok kamu ke sini saja lagi, Sehunnie. Mungkin saja besok ia datang." Saran Tao. Sehun mengangguk setuju dan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Keesokan harinya, Sehun kembali datang di jam biasa mereka bertemu. Namun, Lulu tetap tak ada di sana. Sehun memutuskan menunggu sampai malam. Dan Lulu tetap tak datang. Ia mencoba datang lagi esok harinya, esoknya lagi, dan esoknya lagi.
Tiga bulan lebih berlalu dan Lulu tetap tak datang. Walaupun Sehun selalu menunggu tiap harinya di tempat yang sama sejak hari itu, Lulu tak pernah datang lagi ke tempat ini. Pada akhirnya, Sehun diajak orang tuanya untuk pindah ke Jepang karena pekerjaan ayahnya. Akhirnya, ia memilih untuk meninggalkan Cina dan pindah ke Jepang bersama kedua orang tuanya. Tanpa sempat berpamitan dengan Lulu.
FLASHBACK END
Sejak hari itu, sekuat apa pun ia berharap untuk dipertemukan dengan Lulu, mereka tak pernah bertemu lagi. Ia tidak tahu bagaimana kabar Lulu sekarang. Apakah ia masih tinggal di Cina? Apakah ia masih dibully oleh teman-temannya? Siapakah yang melindunginya sekarang? Apakah kakaknya sudah kembali lagi menemaninya? Sehun tak pernah sekali pun berhenti memikirkan Lulu.
"…hun! Sehun-ah! SEHUN-AH!" Teriak seseorang, membangunkan Sehun dari tidur lelapnya.
"Hm? Oh, kamu, Luhan. Ada apa?" Tanya Sehun sambil mengucek mata.
"Hft… Sekarang sudah sore, Sehun-ah! Kita harus pulang sekarang." Jawab Luhan. Sehun langsung mendudukkan dirinya berniat melihta jam berapa sekarang. Namun, bekas sikutan di perutnya masih agak terasa nyeri, membuatnya meringis kesakitan.
"Ouch! Hss.."
"Sehun-ah, gwenchanayo? Masih sakitkah? Apa perlu kucarikan guru untuk mengobatimu lagi?" Tanya Luhan panik. Sehun menggeleng pelan.
"Sekarang jam berapa, Luhan?"
"Jam 5 lewat sepertinya." Jawab Luhan.
"Astaga, sudah jam segini. Ternyata kita tertidur lama sekali." Sehun langsung bergegas mengambil handphone-nya. Banyak sekali missed call dari Xiumin dan Tao, juga beberapa pesan dari mereka. 'Pasti mereka mencari-cariku.' Pikir Sehun.
"Kamu bisa pulang sendiri, Sehun-ah? Apa perlu kuantar?" Tanya Luhan.
"Kamu pulang ke rumah atau apartemen Kris hyung, Luhan?" Sehun malah balik bertanya.
"Sepertinya aku akan pulang ke rumah. Kris hyung lagi banyak pekerjaan OSIS. Dan biasanya kalau lagi begitu, ia tidak mau diganggu sama sekali. Ia lebih memilih untuk sendiri saja."
"Rumahmu jauh dari sini?" Tanya Sehun lagi.
"Eh? Hm… tidak terlalu. Memangnya kenapa?" Sehun menggeleng pelan.
"Aku pulang sendiri saja. Kamu cepatlah pulang, Luhan. Nanti keburu gelap. Apa mau aku mengantarmu dulu?"
"Seharusnya aku yang mengantarmu, Sehun. Kamu sedang kesakitan. Aku tidak masalah pulang malam. Rumahmu di mana? Biar aku antarkan kamu dulu. Naik bus tidak apa, kan?"
"Tidak perlu, Luhan. Daripada mengantarku, lebih baik kamu cepat pulang. Aku sudah baikan, kok. Dan aku akan baik-baik saja." Jawab Sehun berusaha meyakinkan Luhan.
"Yang benar? Aku tidak apa kalau harus…"
"Aku bisa sendiri, Luhan. Sungguh." Luhan menatap Sehun sesaat. Mencoba melihat apakah Sehun baik-baik saja. Akhirnya, Luhan mengalah dan memilih langsung pulang ke rumahnya.
"Aku bantu kamu sampai gerbang." Sehun mengangguk. Membiarkan Luhan menuntunnya dan membantunya.
Sesampainya di gerbang, ia melihat Xiumin dan Tao menunggunya dengan wajah cemas. Melihat Sehun memegangi perutnya, dan berjalan dengan dituntun seperti itu, mereka langsung berlari ke arah Sehun dan memborbardirnya dengan pertanyaan.
"Astaga, Oh Sehun! Kamu kenapa bisa sampai seperti ini? Apa yang terjadi? Masa iya kamu sudah dapat masalah. Baru saja kamu masuk sekolah ini, Oh Sehun. Astaga." Xiumin berbicara panjang lebar.
"Siapa yang membuatmu begini? Biar kuhajar dia!" Kali ini, Tao yang berbicara.
"Iya, beritahu kami, siapa yang membuatmu begini, maknae!" Sehun hanya mendengus keras mendengar pertanyaan-pertanyaan mereka.
"Sudahlah, tidak terlalu sakit, kok. Lagian, ini hanya kecelakaan saat PE tadi." Luhan menatap Sehun tak percaya. Jelas-jelas Kai sengaja menyakitinya dan Sehun bilang itu kecelakaan?
"Benarkah?" Selidik Xiumin. Sehun mengangguk meyakinkan. Xiumin menghela napas pelan dan membantu Sehun berdiri. Kemudian, ia menyadari adanya Luhan yang daritadi membantu Sehun.
"Ah, iya! Ini Xi Lu Han. Ia teman sekelasku. Luhan, kenalkan, ini Xiumin-hyung dan Tao. Teman-temanku sejak kecil.
"Ah! Annyeonghaseyo! Namaku Xi Lu Han! Salam kenal!" Sapa Luhan sambil membungkukkan badannya sopan.
"Aigoo, tidak perlu terlalu formal. Namaku, Kim Min Seok, tapi biasa dipanggil Xiumin. Salam kenal, Luhan!"
"Namaku Huang Zi Tao. Hei, kamu Chinese?" Tanya Tao tiba-tiba. Luhan hanya mengangguk. Tao tersenyum dan berkata, "Salam kenal, Luhan! Senang berkenalan dengan sesama Chinese di sini!" Luhan membalas senyuman Tao.
"Luhan, kamu tidak apa-apa pulang sendirian? Ini sudah cukup larut. Aku antar saja, ya." Tanya Sehun kepada Luhan. Luhan tersenyum dan mengangguk pelan.
"De… Tidak apa-apa, kok. Tidak usah, aku sudah biasa. Kamu jaga diri baik-baik, ya, Sehun. Istirahatlah yang cukup. Semoga cepat baikan, Sehun-ah!" Sehun tersenyum, kemudian mereka berpamitan, dan ia melambaikan tangannya pada Luhan.
Setelah Luhan berjalan menjauh, Xiumin bertanya pada Sehun dengan nada menggoda. "Siapa dia, Thehunnie? Pacarmu? Cantik sekali."
"Sudah kubilang, dia teman sekelasku, hyung! Bukan pacarku!" Jawab Sehun kesal.
"Tapi, kamu suka dia 'kan? Sampai segitu perhatiannya. Orang kamu saja jalan sudah seperti orang apaan, masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan dia dan menawarkan untuk diantar pulang. Berarti, kamu suka dia 'kan? Ngaku saja deh, Thehun!" Ledek Tao.
"Memangnya salah kalau aku menawarkan untuk mengantar pulang? Aku cuma gak mau dia kenapa-kenapa di jalan. Apalagi hari mulai gelap seperti ini." Jelas Sehun yang semakin membuatnya diledeki.
"Cie, khawatir, ya? Tuh 'kan berarti suka, tuh!" Ledek Xiumin lagi.
"Ah! Sudahlah! Mau membantuku jalan tidak? Sudah semakin gelap! Nanti kita telat pulang." Tao dan Xiumin hanya tertawa keras melihat sikap Sehun. Akhirnya, mereka pun membantu Sehun berjalan sampai ke rumahnya.
^o^
"Kenapa, Kai?" Tanya Kyungsoo dengan nada pelan. Berusaha bersabar menghadapi Kai yang sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
"Kai… Kumohon, jawab aku. Kenapa kamu melakukan hal seperti itu?" Lagi-lagi Kai diam seribu bahasa. Kyungsoo menghela napas panjang. Kalau sudah begini, ia yakin Kai tidak akan membuka mulutnya. Akhirnya, Kyungsoo pun memilih untuk beranjak pergi. Hari sudah larut dan ia pikir, lebih baik ia pulang daripada terus-terusan menunggu Kai bicara.
Saat Kyungsoo hendak beranjak pergi, Kai menarik pergelangan tangannya. Kyungsoo sedikit kaget dengan perlakuan Kai. Namun, saat ia menatap Kai, Kai hanya menundukkan wajahnya. Walaupun begitu, ia tetap dapat melihat wajah menyesal dan sedih Kai dengan jelas. Ia pun memilih untuk menemani Kai.
Kesunyian yang tercipta di antara mereka sama sekali tidak membuat Kyungsoo gugup. Dari dulu, ia merasa nyaman dengan kesunyian yang tercipta di antaranya dan Kai. Ia tak tahu mengapa, yang pasti, ia menyukai kesunyian itu.
Setelah beberapa lama terdiam, Kai akhirnya membuka mulutnya. Awalnya, ia terlihat ragu-ragu. Namun akhirnya, ia membuka suara.
"Aku tak tahu, Kyungsoo, kenapa aku melakukan itu…" Kai menjelaskan dengan nada yang terdengar… sedih?
"Aku sangat kesal saat melihat Luhan bergitu dekat dengan Sehun. Sementara ia mengabaikanku dan sama sekali tidak berbicara padaku. Aku tak tahu kenapa aku bisa begini. Aku tak tahu, perasaan apa ini. Tapi, aku…"
"Kamu cemburu, Kai." Kyungsoo memotong perkataan Kai. Ia berbicara dengan nada lembut, pelan, dan juga sedikit bergetar. Tapi, Kai tidak menyadari adanya getaran di nada suara Kyungsoo saat itu.
"Kamu cemburu melihat Luhan dekat dengan orang lain, 'kan? Itu berarti kamu masih menyukainya. Akuilah, Kai. Jangan menghindar terus." Kyungsoo tidak berani menatap mata Kai. Semuanya jadi lebih jelas, Kai cemburu. Kai masih menyukai Luhan. Itulah yang Kyungsoo pikirkan sekarang.
Kai menghela napas, dan menoleh ke arah Kyungsoo. "Kurasa, aku cemburu. Ani… Aku memang cemburu." Hati Kyungsoo serasa hancur berkeping-keping. "Aku memang masih menyukainya, Kyungsoo. Aku masih menyukai Luhan." Mendengar perkataan Kai, Kyungsoo tidak kuat menahan air matanya. Ia terus menunduk dalam-dalam, berusaha menyembunyikan wajahnya yang sekarang basah karena air mata.
"Aku menyesal telah melepasnya. Sekarang, akulah yang merasakan akibat dari perbuatanku sendiri. How pathetic…" Kai tersenyum sedih. Ia menyesal telah memutuskan Luhan. Karena ia pikir, ia sudah tidak menyukai Luhan. Karena ia pikir, yang ia cintai sekarang adalah Kyungsoo. Ternyata, ia salah. Orang yang disukai oleh Kai adalah Luhan. Orang yang pernah hadir dalam hidupnya dan membuat hidupnya lebih berwarna.
"Bagaimana dengan orang yang kamu sukai sekarang, Kai?" Tanya Kyungsoo, berusaha mengatur nada suaranya.
Kai tersenyum dan menatap lurus ke depan. "Aku tak tahu, Kyungsoo. Karena, aku juga menyukai orang itu." Hati Kyungsoo semakin sakit. Kai, orang yang ia cintai dengan sepenuh hati, menyukai 2 orang sekaligus, dan itu bukanlah dirinya. Kyungsoo merasa, Kai tidak akan pernah menjadi miliknya. Harapannya untuk bahagia bersama Kai musnah sudah. Karena Kai tidak akan pernah mencintainya.
Ia memikirkan hal tersebut, dan menyakiti hatinya sendiri, tanpa tahu bahwa yang disebut Kai dengan sebutan 'orang itu' adalah dirinya. Do Kyungsoo.
-To Be Continued-

A/N: Chapter 4 PUBLISHED! Bagaimana pendapat kalian semua dengan chapter kali ini? Mian kalo misalnya makin aneh #Orz Tapi, saya akan berusaha untuk terus memperbaiki kesalahan-kesalahan yg ada di chap ini di ke depannya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar