Pengikut

Jumat, 19 Oktober 2012

Twinkle Chapter 1

Title: Twinkle
Rated: T
Warning: fluff maksa. typo(s), ooc? dan lain-lain.
Pairing(s): kaisoo/kaido, sulay/layho, taoris/kristao, xiuchen/chenmin, hunhan, baekyeol.
Genre: Romance/Humor
A/N: haiii. o u o. ini sehun. akun ini dipake tiga orang btw. ngok. /gaadayangnanya. dan ini cerita pertama saya. yeeeeee. /krikz.
jadi, ini semacam drabble gitu. tadinya sih pengen bikin 6 couple langsung dalam satu cerita, tapi kayaknya nggak bisa. berhubung saya nggak bisa nulis pendek-pendek. = w =v . terus rencana mau dijadiin tiga-tiga, tapi tetep aja masih kepanjangan. OTL. jadi diputuskan untuk 2 couple tiap chapter. nggak apa, kan? btw, enjoy reading. c:

Twinkle;
sebaekai; sehun's time.

kaisoo/kaido; -he behind the mask;
"Kai."
"Kai. Kkamjong."
"Kai? Jongin."
"Kim Jongin!"
Sang pemilik nama pun akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang dengan wajah setengah mengantuk, kedua tangan dijejalkan ke dalam saku celana, menatap wajah orang di belakangnya, ia menguap, "Apa, Kyungsoo?"
Kyungsoo menatap pemuda di hadapannya dengan dahi yang berkerut dan mulut yang melengkung ke atas. Kesal, ia menghela napas panjang sebelum berkata, "Kau ini, cuek sekali!" melempar sebuah kantung kertas berisi burger ke arah Kai—yang segera ditangkap oleh sang target dengan "woop!" mengikuti— kemudian mendengus, "kau berjalan terlalu cepat dan kau bahkan tidak mengajakku berbicara sejak kita keluar dari dorm. Apanya yang kencan!"
"Lalu aku harus bagaimana? Kau mau pegangan tangan?" kata Kai kemudian mengulurkan tangan kanannya ke arah Kyungsoo, sebuah cengiran menghiasi wajahnya. Kyungsoo sedikit merona setelah mendegar perkataan Kai. Pandangan matanya tertuju pada tangan kanan Kai yang terjulur ke depan.
Pegangan tangan dan berjalan beriringan seperti pasangan pada umumnya. Tentu saja Kyungsoo ingin. Tapi fakta bahwa mereka adalah idol, membuat Kyungsoo mengurungkan niatnya. Bisa gawat kalau mereka sampai tertangkap media dan nama mereka berdua menjadi headline dalam surat kabar.
Do Kyungsoo dan Kim Jongin dari Group Band EXO Tertangkap Sedang Berjalan Bergandengan Tangan di Sebuah Taman.
Mungkin hal itu menguntungkan bagi sebagian fans mereka, tapi tidak untuk perusahaan yang mengasuh mereka. Soo Man pasti bakal naik pitam. Yang terburuk, mereka bisa saja ditendang dari sana. Dan karena Kyungsoo masih ingin melanjutkan mimpinya, ia tidak mau mengambil risiko.
"A—Apa yang kau pikirkan! Ini tempat umum! Berapa kali kubilang kalau—"
"Tuh."
"Aaaahh! Baiklah-baiklah! A-Ayo kita cari bangku untuk duduk dan makan siang," Kyungsoo benci fakta bahwa ia sendirilah yang menyuruh Kai untuk berjalan berjauhan ataupun tidak melakukan hal-hal terlalu intim seperti skinship ketika mereka sedang berkencan di tempat umum.
Kai terkekeh sebelum kemudian mengekor di belakang Kyungsoo, berjalan menuju bangku kosong di pojok taman.
"Kenapa tidak dimakan?" Kai menghentikan kegiatannya memakan burger, melihat ke arah Kyungsoo. Pemuda yang lebih tua setahun darinya itu malah melihat ke arah lain. "Tidak suka? Sini biar kuhabiskan,"
Tepat sebelum Kai meraih kantung kertas milik Kyungsoo, Kyungsoo mengangkat tangan kanannya ke atas, menjauhkan kantung berisi burger itu dari jangkauan Kai.
"Dasar rakus," Kyungsoo menatap Kai dengan lidah terjulur. "Aku tidak pernah bilang tidak suka."
"Lalu kenapa tidak dimakan? Kau terus saja memandang ke arah lain," kata Kai kemudian melempar pandangannya ke arah dimana Kyungsoo melamun tadi. Dahinya berkerut ketika ia mendapati seorang kakek tengah duduk di sebuah bangku, seorang diri dengan sandwich di tangannya. "Orang tua? Dari tadi kau memandangi orang tua itu? Jangan bilang seleramu—"
Satu jitakan mendarat di kepala Kai.
"Kenapa pikiranmu harus ke situ, sih?" Kata Kyungsoo kemudian membuka kantung kertasnya, memberi satu gigitan pada burger yang ada di dalamnya, menghiraukan aduhan Kai yang duduk di sampingnya.
"Kau tidak perlu memukul kepalaku seperti itu," Kai mengelus kepalanya sambil meringis kesakitan. "Lalu?"
Kyungsoo menghela napas panjang, "Bukan apa-apa. Aku hanya... Mungkin ini hanya aku saja, tapi, melihat orang tua duduk dan makan sendirian seperti itu—mau dimana saja, entah itu di restoran, taman, atau dimanapun— membuatku sedih."
Kai terkekeh mendengar perkataan Kyungsoo.
"H-Hey, itu tidak lucu, jangan tertawa!"
Kai menghentikan kekehannya, "Kau tahu tidak alasan kenapa orang lebih memilih melakukan semua hal sendirian?" katanya kemudian sambil menatap wajah penuh tanya hyungnya.
"A-Apa?"
Sebuah cengiran lebar trekembang di bibir Kai, "Karena lebih murah!" jawabnya penuh percaya diri. "Makan di restoran atau jalan-jalan untuk berlibur sendirian itu memakan biaya yang lebih murah dibanding kalau melakukannya bersama banyak orang."
"..."
Hening.
"Apa? Itu benar."
"Aku penasaran kalau kau sebenarnya punya hati atau tidak."
"Tentu saja aku punya. Aku tidak mungkin mencintaimu kalau aku tidak memiliki hati."
"...Bukan waktunya untuk gombal."
Kai mengangkat bahunya cuek, melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda. "Kau hanya terlalu peduli."
"Mungkin." Kyungsoo mendorong tubuhnya ke belakang, bersandar pada bangku. "Tapi hal-hal seperti ini selalu membuatku penasaran."
Kai mengangkat alisnya sambil terus mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, "Seperti?"
Kyungsoo menghela napas. "Kau tahu, bahwa orang-orang tua pasti pernah muda, seperti kita," katanya. "Aku selalu bertanya-tanya apa cerita mereka. Bagaimana cerita mereka ketika anak-anak, saat remaja, atau saat mereka tumbuh dewasa dan mungkin menikah..." terhenti. Kyungsoo menundukkan kepalanya, menatap kantung kertas yang ia letakkan di atas paha kakinya. "Dan kenapa... mereka sendirian saat ini.."
Kai berhenti mengunyah, menatap pemuda di sampingnya yang saat ini sedang tertunduk, ia menghela napas.
Kai tahu kalau Kyungsoo memang sensitif. Tapi, ia tidak sesensitif Tao yang gampang menitikkan air mata. Kai hanya tahu kalau Kyungsoo bersungguh-sungguh ketika ia berkata kalau ia sedih. Dengan satu helaan napas panjang, Kai membuang kantung kertas yang saat ini telah kosong ke tempat sampah di samping kanannya dan berdiri. Hal itu membuat Kyungsoo terhenyak dari lamunannya dan menatap dongsaengnya dengan penuh tanya.
"Kai? Kau mau kemana?" tanyanya kemudian, melihat Kai mulai mengangkat kaki dan berjalan.
"Apa? Katanya kau kasihan."
"Kasihan? Kai, kau—"
"Jangan cuma bicara. Kalau kau benar-benar peduli, lakukan sesuatu," Kai menghentikan langkahnya, "seperti duduk menemani pak tua itu?" Kai mengerutkan dahinya, tidak percaya kalau dia akan mengatakan hal seperti itu. Tapi kemudian ia mengangkat bahu, membiarkan yang sudah terjadi, terjadi.
Kyungsoo masih duduk di sana, menatap punggung Kai yang mulai menjauh berjalan menuju ke arah Pak Tua di sudut lain taman dengan mulut yang sedikit menganga.
Namun sebuah senyum terpatri di bibirnya beberapa detik kemudian.
Kyungsoo adalah orang yang paling tahu bahwa di balik sikap dan penampilan cuek Kai, tersembunyi sosok yang lembut dan penyayang.
Dengan senyum lebar, Kyungsoo berdiri kemudian berlari kecil, mengekor di belakang Kai yang sudah berada agak jauh di depannya.
"Hey, jangan jalan cepat-cepat!"
.
.

sulay/layho; -don't forget me;
"Halo?"
"Yixing?"
"Suho? Ini Suho?"
"Ya, tentu saja, siapa lagi, ini kan nomor handphone-ku. Kenapa menelpon, omong-omong?"
"Ah iya benar juga. Suho, gawat! Aku lupa membawa dompetku—"
"Lagi?"
"Kau tahu bagaimana aku."
"Kau selalu lupa membawa hal-hal yang penting. Untung saja nyawa bukan sesuatu yang bisa dilepas-pasang. Bisa-bisa kau lupa membawanya atau meninggalkannya di suatu tempat. Hahaha."
"... Itu tidak lucu."
"Aku hanya bercanda."
"Baiklah, terserah. Tapi, bisakah kau menolongku? Aku dan Luhan pergi ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu liburan kami di Korea, dan kami berhenti di suatu restoran untuk makan."
"Dan kau tidak bisa membayar karena lupa membawa dompetmu."
"Tepat sekali."
"Kenapa tidak meminjam uang Luhan dulu?"
"Itulah masalahnya. Aku sudah berjanji pada Luhan untuk mentraktirnya sebelum kami berdua pergi tadi pagi. Ia tidak membawa dompetnya."
"Dasar bodoh."
"Aku tahu. Makanya, aku benar-benar butuh bantuanmu."
"Hhhh, baiklah. Kalian ada di mana?"
"Di sebuah restoran, di Gangwon."
"Gangwon itu luas."
"Uh..., sebentar aku tanyakan Luhan. Hey Luhan apa nama restoran—"
"Kau bahkan lupa nama restorannya."
"Diamlah. Aku hanya tidak begitu memperhatikan—"
"Tentu saja."
"Baiklah, baiklah, aku memang lupa. Kau puas? Luhan bilang namanya Unamjeong."
"..."
"Halo? Suho? Kenapa diam? Jangan bilang kau tidak tahu tempatnya..."
"...Tidak. Aku hanya sedikit kepikiran."
"Oh, ayolah, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal lain, aku benar-benar butuh bantuanmu."
"Yixing."
"Apa lagi?"
"Kau mudah sekali melupakan sesuatu."
"Aku tahu. Ini bukan saatnya untuk mengolok—"
"Bagaimana kalau suatu saat kau juga akan melupakan aku?"
"...Hah?"
"Aku hanya kepikiran. Mungkin saja, kan, kalau penyakit lupamu itu semakin parah, kau bisa saja... lupa?"
"...Ap.. Kau ingin aku amnesia!?"
"Bukan seperti itu. Hanya saja.. memikirkan hal seperti itu sedikit menyakitkan. Sudahlah, lupakan. Mungkin aku berpikir terlalu jauh."
"... Kau."
"Sudah jangan dipikirkan. Jadi, di mana tadi? Unamjeong, kan?"
"Dasar bodoh."
"Kau belum menjawab pertanyaanku."
"Aku tidak akan melupakanmu."
"..."
"Kau benar-benar bodoh karena sempat berpikiran seperti itu. Kau bilang menjadi yang dilupakan adalah satu-satunya yang terluka? Jangan bercanda. Melupakan sesuatu jauh lebih menyakitkan. Dan aku tahu itu. Perasaan ketika membutuhkan sesuatu namun kita melupakannya. Hal itu membuat kita bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Meminjam bukan kata yang bagus karena perasaan kita akan berbeda jika kita memakai milik orang lain. Dan terkadang rasanya kosong."
"Yi—"
"Mana mungkin aku melupakan orang-orang penting yang ada di dalam hidupku! Terutama kau!"
"Yixing.."
"A-Aku tidak percaya aku baru saja mengatakan hal yang dalam. Ini memalukan. Luhan, berhenti tertawa!"
"Hahaha."
"Itu tidak lucu. Jangan tertawa, Suho!"
"Baiklah. Um, Yixing."
"Hng?"
"Terima kasih banyak."
"... Ak—ak—sa-sama-sama. Argh. Kau tidak tahu betapa merahnya mukaku saat ini! Sudahlah cepat segera ke sini."
"Hey, Yixing."
"A-Apa lagi, sih?"
"... Nama restorannya Unamjeong, kan?"
.
.

A/N: = w =; pff. maksa banget yah. OTL. dan pasti baekhyun sama kai ngetawain gue. OTL saya emaing fail buat fluff.
dan itu... d.o sama lay nya.. ooc banget nggak sih? OTL. /kuburdiri.
buat couple(s) selanjutnya taoris/kristao sama xiuchen/chenmin nih. o u o. ada shipper(s) mereka nggak nih? o w o.
hehe anyway, makasih udah baca. c:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar