.
.
"Hei bocah, ingat kami?"
Aku mengelus kepalaku yang terasa sakit, kutatapi baik-baik siapa orang yang telah memukulku. Sial, itu mereka lagi, orang-orang yang telah membuatku terbaring di rumah sakit beberapa waktu yang lalu.
"Apa yang kalian inginkan dariku?" tanyaku dengan nada membentak, dan bukannya menjawab dengan mulut, mereka malah menonjokku lagi.
"Yah, kau tahu, gara-gara beberapa waktu yang lalu, salah satu teman kami ditangkap polisi, dan ouh, sepertinya kita juga membutuhkan uangmu lagi," orang sialan itu langsung meraba-raba tubuhku, mencari dimana aku menyimpan dompetku. Setelah dia mendapatkan dompetku dia melemparkannya pada salah satu temannya.
"Kau sudah mendapatkan dompetku bukan? Sekarang biarkan aku pergi!" aku segera mendorong orang tadi dan berusaha untuk bangkit, tapi kepalaku langsung dipukul dengan batang kayu oleh salah satu temannya itu. Sial, kepalaku mulai berdarah. Dan bukannya berhenti, mereka malah mulai memukuli dan menendangku sangat kencang. Kenapa aku jadi selemah ini? Sialan, padahal saat pertama mereka menghajarku aku masih bisa melawan mereka walau pada akhirnya aku yang kalah.
Aku tercengang begitu sadar mereka mulai melakukan hal yang lebih parah daripada memukulku. Salah satu dari mereka mulai berusaha menarik jaketku dan berusaha membuka celanaku. Apa-apaan mereka? Ini benar-benar menjijikan! Aku mulai memberontak dan menendang kearah salah satu namja yang berusaha membuka celanaku, kutendang dia tepat di matanya, membuat dia berteriak mengutuk-ngutuk dan mulai menonjoki mukaku lagi.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" aku tetap meberontak pada mereka, tapi aku tertahan karena jumlah mereka banyak. Aku melihat ada satu orang yang hanya diam saja berdiri di depanku sambil membawa... handycam?
"Kau tahu, kami belum puas untuk balas dendam padamu bocah, jadi kami berpikir untuk mempermalukanmu saja, hm?" salah satu namja brengsek itu berhasil melepaskan jaketku dan melemparnya tak tentu arah, dia berusaha menarik T-Shirtku.
"Kalau dilihat-lihat kau lumayan juga," salah satu dari mereka mengatakan hal itu sambil berbisik di telingaku, membuat bulu kudukku berdiri mendengarnya.
"Dasar gila! Kau masih belum puas juga melecehkan banyak yeoja atau pun namja? Dasar pedophile!" ujar temannya sambil tertawa menggelikan.
"Korbanmu terakhir itu, yang tahun lalu kan? Yang kau bunuh akhirnya dibuang begitu saja? Dasar kejam," mereka mulai mengobrol sambil tetap berusaha membuka pakaianku. Ukh, keparat.
"Oh yang tahun lalu itu ya? Anak SMA mungil yang manis itu kan? Dia menyebalkan sih, saat aku mulai 'menyerang'-nya, dia berteriak kencang-kencang dan memukuliku, dan tanpa sadar kucekek dia sampai mati, akhirnya kubuang saja mayatnya ke sungai."
"Memangnya dengan mudahnya kamu membuang mayatnya begitu saja?"
"Tidaklah, kumutilasi saja biar tidak langsung ketahuan polisi, dan tidak akan ketahuan! Sampai sekarang aku masih tidak di penjara kan? Hahaha!"
"Dasar gila! Tapi aku suka caramu!"
Kudengar mereka mulai tertawa-tawa, aku masih berusaha memberontak, tapi mereka menahanku. Salah satu dari mereka mulai melakukan hal paling menjijikan. Dia mulai memciumi mulutku kasar, membuatku tidak bisa bernafas. Aku pun menggigit bibir sialan namja itu dengan kencang, membuat dia menarik dirinya menjauhiku dan mulai menonjokku hingga tersungkur di tanah. Tanganku ditahan oleh kedua temannya yang sama brengseknya. Dia mulai menarik celanaku sambil mendekati mukanya padaku.
"Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu kok seperti yang kuceritakan tadi, aku bermaksud untuk melecehkanmu dan membiarkan semua orang tahu dengan video yang disebarkan itu," bisiknya padaku. Aku hanya bisa mengunmpat-ngumpat kasar dan berusaha melawan. Lalu saat itu dia mulai meraba-raba badanku, sialan!
Entah dapat kekuatan darimana, kakiku mulai menendang kencang kearah namja sialan itu. Kutarik tanganku untuk melepas genggaman dua temannya. Kulawan mereka sebisaku, tapi lagi-lagi kepalaku dipukul dengan batangan kayu.
"Argh!" lagi-lagi aku terjatuh. Kenapa kau jadi selemah ini Chanyeol?
"Kita selesaikan saja dia! Bunuh saja, dia menyebalkan sekali!" ujar salah satu namja itu.
"Dan seperti yang kau lakukan dengan anak SMA waktu itu, mutilasi saja!"
Dan tanpa sadar aku mulai menangkap sesuatu.
Dari tadi mereka membicarakan soal korban mereka yang mereka bunuh tahun lalu. Dia berstatus SMA dan dia dimutilasi. Tunggu, mana mungkin, apa mereka yang...
"Kalian," aku berusaha menatap mereka dengan lemah, mereka kembali menendangku dan memukuliku.
"Diam dasar bocah!" salah satu namja tersebut mulai mengangkat batangan kayu tersebut yang bermaksud untuk memukulku dengan benda itu lagi. Aku hanya bisa memejamkan mataku, sampai aku aku mendengar suara pukulan yang kencang, tapi aku tidak merasakan apa-apa.
Setelah itu kerusakan ada seseorang yang memelukku. Seseorang yang melindungiku dan membiarkan dirinya yang terpukul kayu untuk melindungiku.
Aku melihat wajah manisnya yang menatapku sambil tersenyum lemah, yang tiba-tiba mendekat lalu mencium keningku sekilas.
"Baekhyun, kenapa?" aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
Dia hanya tersenyum tipis, lalu tiba-tiba namja yang awalnya ingin memukulku menarik Baekhyun sambil membalikan tubuh Baekhyun untuk menghadapnya. Aku kaget, ternyata mereka bisa melihat Baekhyun juga, tidak seperti yang sudah-sudah hanya aku saja yang melihat Baekhyun.
"Siapa kamu hah? Pacarnya anak i—" namja itu mulai memelototkan matanya saat dia melihat wajah Baekhyun yang hanya menatapnya tajam. Segera namja itu mendorong Baekhyun dengan tampang yang masih shock.
"Kau, mana mungkin—yang waktu..." dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Baekhyun berjalan kearahnya.
"Iya, aku yang waktu itu kamu baginikan lho," Baekhyun tersenyum polos dan langsung mencekik namja itu. Walaupun tubuh Baekhyun lebih kecil, kelihatannya namja itu tidak bisa melawan cekikan Baekhyun yang sangat kuat.
"Argh—hey, tolong aku..." Namja tadi mulai kehilangan nafasnya, sedangkan teman-teman brengseknya sudah kabur entah kemana. Namja itu mendorong tangan Baekhyun dan mulai terbatuk-batuk karena cekikan Baekhyun, tetapi Baekhyun langsung mendorong Namja tadi, menubruknya ke tembok dengan kencang.
"Apa—apa maumu?" teriak Namja tadi. Terlihat pancaran ketakutan dari matnya.
"Balas dendam," Baekhyun menjawab dengan senyuman yang kelihatannya polos, tapi mengerikan. Baekhyun mulai mengambil sesuatu dari saku celana Namja tersebut yang ternyata adalah sebuah pisau.
Baekhyun muali bermain-main dengan pisau itu. Dia mendekatkan pisau itu ke leher, pipi, dan mulut si Namja, lalu dia mulai menggores pipi Namja tersebut dengan pisaunya.
"Hei—hei, itu kan masa lalu! Kau sudah mati!" Namja itu mulai meronta-ronta, tapi percuma, Baekhyun menahan tangannya dengan kuat.
"Oh ya? Baru saja kejadiannya setahun yang lalu dan kau sebut itu masa lalu?" Baekhyun mulai memainkan pisaunya, tapi bukan kearah Namja tersebut, tapi dia mengarahkan pisaunya kearah dirinya sendiri.
Dia mulai menggores lehernya yang putih itu sehingga mengeluarkan darah, "Kau ingat bagaimana kau menggorok leherku setelah membunuhku?" tanya Baekhyun yang masih berbicara walaupun darahnya mulai mengocor banyak dari lehernya. Melihat pemandangan itu aku merasa mual, aku membenci bau darah yang amis itu. Walaupun aku tahu Baekhyun memang bukan manusia, tapi darahnya itu kelihatan nyata.
"Dan memotong-motong tanganku?" Baekhyun mulai memotong tangannya tepat di daerah urat nadinya, darahnya langsung memuncrat seperti air mancur, benar-benar pemandangan yang mengirikan. Seolah-olah aku benar-benar melihat Baekhyun yang penuh darah. Aku berusaha menedekatkan diri padanya, tapi kepalaku terasa sakit, aku pun mulai mengeluarkan suara untuk menyuruhnya berhenti menyiksa dirinya seperti itu, walaupun aku tahu dia tidak kesakitan, tapi—
"Dan aku akan membuat kau merasakannya juga ya hyung~" Baekhyun pun mulai menancapkan pisaunya ke kaki Namja tersebut, membuat dia berteriak kesakitan.
Baekhyun mulai menancapkan pisaunya lagi ke lengan si Namja yang sepertinya sudah sangat kesakitan. Dia mulai meronta-ronta kesakitan. Aku memang membenci Namja brengsek itu, tapi yang dilakukan Baekhyun itu salah, tidak seharusnya dia membalas dendam, dia—dia kelihatan berbeda.
Dia tidak seperti Baekhyun yang kukenal.
Baekhyun yang manis dan polos.
Yang kulihat di depan hanya seperti arwah gentayangan yang membalaskan dendamnya.
Entah sejak kapan aku mulai merangkak mendekati Baekhyun, berusaha untuk menggapai tubuhnya. Sebelum dia menancapkan pisau pada Namja itu untuk ketiga kalinya, aku segera menghambur ke tubuhnya yang kecil dan memeluknya dari belakang.
Dia langsung berhenti, melepas pisaunya, melihat Namja yang tadi dia serang sudah tidak sadarkan diri, pingsan mungkin.
"Kenapa kau menghentikanku Chanyeol?" tanyanya dengan suara lirih.
Aku hanya membuang nafasku, "Tadi bukan Baekhyun yang kukenal, Baekhyun yang kukenal adalah Baekhyun yang baik, manis, dan polos."
Kudengar dia tertawa kecil, lalu membalikan badannya dan menatapku. Tanpa babibu, aku segera mendekatkan wajahku padanya, mempersempit jarak diantara kita, hampir aku menyentuh bibirnya, dia segera menghambur memeluk erat, dan aku merasakah tubuhnya mulai bergetar.
Dia menangis, aku bisa merasakan bahuku basah karena air matanya. Aku balas memeluknya erat, mengelus surai hitamnya dengan lembut.
"Maafkan aku Chanyeol, aku—aku hiks, aku... aku hanya ingin bisa terus bersamamu kau tahu? Kalau saja aku masih hidup, aku hiks, aku tidak mengerti... Awalnya aku hanya ingin membalas dendam pada mereka, tapi saat melihatmu, aku ingin melindungimu, aku merasa ingin bersamamu lebih lama, aku—aku sadar ternyata aku menyukaimu..." Baekhyun mulai sesegukan, dia mermas bajuku dan membuatnya basah dengan air matanya.
"Kau tidak salah Baekkie... Karena aku juga ingin bisa lebih lama bersamamu," aku menatap matanya yang penuh air mata, dia menatapku dengan mata sipitnya seperti anak anjing yang kebingungan arah. Aku pun memejamkan mataku, mendekatkan wajahku padanya, melakukan hal yang tadi tertunda.
Aku menciumnya dan mendekatkan wajahku padanya, kurasakan pipiku basah karena air matanya. Dia mulai membalas menciumku, melingkarkan tangannya pada leherku, kupeluk pinggangnya agar tidak ada jarak lagi diantara kita.
Setelah itu aku tak tahu apa lagi yang terjadi.
.
.
.
Setahun kemudian
.
.
.
Aku terbangun dari tidurku saat aku merasa ada dua orang duduk di sebelahku, aku tidak terlalu mengubris mereka, aku merasa mengantuk karena training hari ini sangat melelahkan sampai tertidur di kereta. Dua orang yang duduk di sebelahnya kelihatan asyik mengobrol sehingga aku tidak bisa melanjutkan tidurku lagi.
"Jadi kau akan menjadi trainee mulai bulan depan?" tanya salah satu dari dua orang itu.
"Ya, aku juga tidak menyangka, hehe... akhirnya satu jalan untuk menjadi bintang idola mulai tercapai!" ucap orang yang satunya lagi dengan semangat. Ternyata dia akan mejadi trainee toh, dia kelihatannya senang sekali, padahal aku sudah mulai malas menunggu kapan aku akan didebutkan, tapi kedengarannya anak itu bersemangat sekali, hm, kira-kira dia se-agency denganku tidak ya?
Kereta pun berhenti, "Ah sudah ya, aku sudah sampai, dah Baekkie!"
Baekkie?
"Dah juga!" ujar namja yang katanya bernama Baekkie itu. Aku berusaha melawan keinginanku untuk melihat wajanya, lagi pula suaranya kedengaran berbeda, suaranya lebih berat, toh mungkin saja namanya bukan Baekhyun, Baekhee atau Baekyeon atau apalah mungkin, kalau pun itu Baekhyun, pasti bukan Baekhyun yang kukenal.
Tiba-tiba terdengar suara ringtone dari HP-ku, segera kuangkat, ternyata dari temanku Kris-hyung.
Kuangkat telepon dengan malas, "Ada apa Hyung?"
"Kau pulang lebih awal lagi Chanyeol?" suaranya terdengar tegas dan agak marah walaupun dari telepon.
"Maaf Hyung, aku ada keperluan, hehe," jawabku mencari alasan.
"Keperluan dengan ranjangmu?" katanya ketus.
"Ya Hyung! Aku lelah nih! Lagi pula agency kita tidak mendebutkan kita terus! Aku bosan dan lelah!" ujarku dengan nada agak manja.
"Jangan manja Yeol, kalau kau begini terus kau akan makin lama didebutkan!" dia mulai menceramhiku lagi.
"Paling tidak aku pernah muncul di MV SNSD-sunbaenim haha," ujarku sambil tertawa garing.
Aku tahu pasti Kris-hyung sedang memutarkan bola matanya, "Terserah kau, pokoknya besok kau harus datang dan tidka boleh bolos juga harus latihan full!"
Belum aku membalasnya, dia sudah menutup sambungannya.
"Kau trainee juga? Kau trainee di SM?" tiba-tiba kudengar namja yang tadi bernama 'Baekkie' itu mulai menoleh kearahku. Aku tidak membalik menatapnya, aku masih belum berani melihat wajahnya. Aish, dan kenapa lagi aku harus menyingkir, toh mana mungkin dia Baekhyun.
"Kau pernah muncul di MV-nya SNSD? Kau hebat sekali! Aku fans berat mereka!" namja itu mulai berceloteh sendiri dan aku masih tidak meliriknya.
"Ohh, maaf aku tidak sopan, aku akan menjadi trainee di SM juga untuk bulan depan, aku masih baru jadi mohon bimbingannya ya," ucanya sambil menundukan kepala.
"Ehm, ya..." balasku dingin masih tidak balas menatapnya.
Dia terdiam sejenak lalu sepertinya dia mulai kesal dengan responku yang cuek.
"Hei, kenapa kau menyembunyikan wajahmu terus?" tanyanya.
"Tidak apa-apa," jawabku cepat.
"Kenapa? Aku jelek?"
"Mana kutahu, aku belum melihatmu."
"Makanya tatap orang saat berbicara dengannya!" kelihatannya dia mulai jengkel, tiba-tiba dia mulai menarik lenganku dan membuat aku berhadapan dengan dia, tapi aku menutup mataku.
"Kenapa sih kau ini? Kau pikir aku medusa?" Dia mulai kesal, "Aku ini tampan kok..."
Huh, pede sekali dia, dia mana mungkin Baekhyun. Baekhyun kan manis dan lucu, tidak sok pede dan kasar seperti dia.
"Tidak percaya buka saja matamu! Huh!" Dia kedengarannya kesal. Aku pun perlahan-lahan membuka mataku, memperhatikan sosok yang ada didepanku itu.
Dan benar saja—setelah melihat wajahnya aku mematung seketika.
"Nah aku tampan kan?"
"..."
"Hei kenapa diam saja? Kaget ya akan ketampananku?"
"..."
"Hahaha tuh kan betul—eh HEI! Apa-apaan kamu!" dia mulai berteriak saat aku langsung menarikanya kedalam pelukanku.
"Hei, apa-apaan kamu..." dia tidak banyak memprotes, dia hanya pasrah dipekul olehku.
Aku merasakan ada beberapa orang yang mulai menatap kita, tapi aku tidak peduli, aku tidak bisa mengendalikan diriku saat melihat wajah namja ini.
"Apa kau tidak ingat padaku Baekkie?" bisikku padanya.
"Apa? Kenapa kau bisa tahu namaku? Aku bahkan belum mengenalkannya! Kau penguntit ya! Ya dasar pervert!" ucap namja yang ternyata memang—entahlah—bernama Baekkie itu.
"Tadi temanmu memanggil namamu."
"Oh i, iya ya.. hehe.."
"Tapi apa kau memang tidak mengingatku?" aku bertanya lagi, kulepaskan pelukanku, kutatap wajah itu intens, dia memang Baekhyun.
"Haah? Ya hmm kamu yang muncul di MV Genie ya?" jawabnya ragu-ragu.
"Byun Baekhyun..."
Dia memelototkan matanya, "Itu... kau tahu darimana nama lengkapku?"
"Pertemuan pertama kita disini lho, masa kau tidak ingat," jawabku sambil tersenyum kepadanya. Mimik mukanya yang awalnya bingung tiba-tiba seperti menyadari akan sesuatu...
Dia menundukan kepalanya beberapa saat, dan dia mulai mengangkat kepalanya, menatapku lama.
"Aku... aku tidak tahu, tapi kenapa ada..." dia mulai menatapku lebih lekat, kudekatkan wajahku padanya.
"Ada rasa rindu yang dalam..." ujarnya lalu menatapku lagi. Lalu sontak aku menciumnya sekilas, dia tidka melawan sama sekali walaupun orang-orang di sekitar kita mulai merasa tidak nyaman, tapi aku tidak peduli.
"Apa kau sudah ingat, Baekkie?"
Dia menunduk lagi tapi setelah menunduk dia langsung mengangkat kepalanya lagi dengan cepat sambil tersenyum.
.
.
.
Senyum yang kurindukan selama setahun ini.
.
.
.
"Tentu saja aku ingat. Chanyeol."
.
.
.
Walaupun segalanya terasa tiba-tiba, aku tahu Tuhan sudah merencanakannya.
.
.
.
END karena keseringan terserang TBC huhu cedih yach
A/N:
cerita apa iniiii ending macam apa iniiii (╯°□°)╯︵ ┻━┻ maaf ya saya
telat banget updatenya, maaf sebesar-besarnya, udah lagi endingnya gj
maksa norak gitu deh tau deh ah ya lol, yang penting Happy Ending ya kan
hehe #tebarbunga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar