Rated: T
Warning: fluff maksa. typo(s), ooc? GAY. galau!taoris/kristao. orz.
Pairing(s): kaisoo/kaido, sulay/layho, taoris/kristao, xiuchen/chenmin, hunhan/sehan, baekyeol/chanbaek. author x galau /plak.
Genre: Romance/Humor/HurtComfort dikit bagian taoris/kristao
A/N: btw, saya bales review di akhir cerita, ya. pengen bales yang review lewat pm (buat yang log in) tapi koneksi lagi ngokz banget. dan maaf keterlambatan update-nya. saya kinda sorta a bit busy these days. QAQ /soksibuk. dan-dan makasih banyak yang udah review di chap 1 :'D te-terharu banget ternyata ada juga yang baca fanfic ini. hiks. /elap ingus. anyway, happy reading. c':
Twinkle
by: sebaekai; sehun's time
xiuchen/chenmin; —doormat;
Hari itu rapat sedang berlangsung. Semua anggota EXO-M berkumpul dalam satu ruangan besar dengan meja bundar di tengah-tengahnya. Mereka duduk rapi mengelilingi meja itu. Sedangkan manager menghadap ke sebuah layar, menjelaskan sesuatu yang ditampilkan oleh proyektor.
Semua tampak tenang memperhatikan penjelasan,
—kecuali dua orang laki-laki yang malah asyik bertukar-tukaran kertas berisi surat.
Chen
dan Xiumin tampak asyik dengan kegiatannya sendiri. Mereka duduk
berhadapan dan Chen terlihat sibuk menulis sesuatu di atas kertas.
Setelah selesai, ia melemparkan kertas tersebut pada Xiumin. Hyungnya hanya mendengus dan berdecih sebelum membuka gumpalan kertas tersebut.To: Xiumin
Hyung, kau lihat tidak? Kris lupa menaikkan resleting celananya lagi.
From: Chen
.
Sebenarnya mereka biasa melakukan hal ini ketika rapat berlangsung. Untuk mengusir kebosanan, katanya. Terutama Chen yang tidak betah diam.
To: Chen
Aku tidak peduli, bahkan jika Kris tidak mengganti celana dalamnya dari kemarin, aku benar-benar tidak mau peduli. Sekarang, perhatikan apa yang manager-hyung sampaikan.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Wow hyung, bagaimana kau tahu? Tao bilang Kris pakai celana dalam yang sama seperti kemarin. Tsk tsk, kau mengintip, ya? Dan tumben kau menyuruhku untuk memperhatikan manager.
From: Chen
.
To: Chen
... Aku hanya asal menulis saja? Dan ewww itu menjijikkan. Kepribadiannya benar-benar berbanding terbalik dengan wajahnya.
Kau ini, dua minggu yang lalu kita kena hukuman gara-gara ketahuan tidak memperhatikan penjelasan manager dan malah tukar-menukar surat? Aku heran kenapa kau tidak jera juga.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Omong-omong soal wajah, aku tidak suka alisnya. Dan oh well, tidak ada hal yang bisa membuat seorang Chen jera.
From: Chen
.
To: Chen
Aku tidak bertanya.
Dan kau baru saja terdengar seperti anak ingusan yang minta ditendang bokongnya.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Aku hanya memberi tahu, Baozi. Oh yeah? Kalau begitu, tendang saja bokongku.
From: Chen
.
To: Chen
JANGAN PANGGIL AKU BAOZI.
AKU BENAR-BENAR AKAN MENENDANG BOKONGMU.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, kau tidak perlu menulis dengan huruf kapital seperti itu, mataku masih sehat.
From: Chen
.
To: Chen
AKU TIDAK PEDULI.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
...hyung? Kau serius? Aku hanya bercanda.
From: Chen
.
To: Xiumin
Hyuuuuuuuuuuuuuuung. Jangan abaikan suratku.
From: Chen
.
.
To: Xiumin
Yah hyung! Balas suratku! Jangan abaikan suratku, aku hanya bercanda!
From: Chen
.
To: Xiumin
HYUUUUUNG! Aku hanya bercanda dan jangan tendang bokongku, kumohon.
From: Chen.
.
To: Xiumin
Hyuuung. Please?
From: Chen
.
To: Chen
Chen, kau menyebalkan.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Yah hyung! Kan sudah kubilang kalau aku hanya bercanda. Dan sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu.
From: Chen
.
To: Chen
Apa?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Berjanjilah terlebih dahulu kalau kau tidak akan menendang bokongku.
From: Chen
.
To: Chen
Geeez. Sudah cepat katakan sebelum aku berubah pikiran.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, berjanjilah dulu.
From: Chen
.
To: Chen
Kim Jongdae. Kau. Memuakkan.
Baiklah, aku berjanji. Dan sekarang cepat katakan apa yang ingin kau katakan.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Nah, begitu, dong~
From: Chen
.
To: Chen
Sudah cepat katakan!
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Aku sudah mempersiapkan ini berhari-hari yang lalu. Tapi tidak pernah dapat waktu yang tepat. Dan kurasa sekarang ini adalah waktu yang tepat.
Hyung, biarkan aku jadi kesetmu.
From: Chen
.
To: Chen
...WTF!? Kau mempersiapkan ini berhari-hari hanya untuk bertanya seperti itu?
Jadi kesetku? Kau ingin aku injak-injak?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, kau tidak romantis.
From: Chen
.
To: Chen
...?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Tsk. Padahal aku bermaksud mengatakan sesuatu yang romantis.
From: Chen
.
To: Chen
Apanya yang romantis dari keset? Aku bertanya.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Banyak hal, hyung. Banyak hal. Ah, kau payah.
From: Chen
.
To: Chen
Jangan panggil aku payah.
Dan sejauh yang aku tahu, fungsi sebuah keset hanyalah untuk membersihkan kotoran. Selalu di injak bahkan kadang di usek-usek dan menerima kotoran dari alas kaki sang penginjak untuk kemudian menampungnya.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
... Itu benar, tapi bukan itu maksudku!
From: Chen
.
To: Chen
Lalu?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, kau ini memang benar-benar payah! Tidak adakah hal lain yang kaupikirkan kecuali itu?
From: Chen
.
To: Chen
Tidak. Sudah katakan saja apa maksudmu. Aku malas main tebak-tebakan.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
...Baiklah. Aku akan mengatakannya sekarang. Tapi kau jangan tertawa!
From: Chen
.
To: Chen
Tidak akan.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
..Ugh. Baiklah. Ini akan sedikit panjang.
Jadi, hyung. Um, biarkan aku jadi kesetmu. Aku akan menempatkan diriku menjadi keset. Menjadi tempat mmbuang segala keluh kesah, umpatan, air mata. Dan keset tidak akan protes, tentu saja. Dan seperti yang sudah kau bilang tadi, keset mengorbankan dirinya agar alas kaki yang memijaknya bersih. Biarkan aku..membahagiakanmu, hyung. Entah bagaimana caranya.
Dan.. dan meski cuma pembersih alas kaki saja, keset juga sangat di percaya oleh orang-orang. Buktinya masih banyak orang yang menaruh kunci rumah di bawah keset. Jadi, hyung... percayakan dirimu padaku, dan.. aku akan mempercayakan diriku padamu.
Baiklah, sepertinya itu saja. Argh. Aku benar-benar tidak percaya kalau aku yang menulis ini semua.
Jadi, hyung. Kau sudah berjanji tidak akan tertawa, jadi, jangan tertawa.
From: Chen
.
To: Chen
...Aku tidak menyangka kau bisa menulis hal..seperti itu? Kau tidak sedang sakit, kan?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, kata-katamu setajam belati. Dan aku sedang dalam kondisi SANGAT sehat saat ini.
Jadi, apa jawabanmu?
From: Chen
.
To: Chen
...Hah? Jawaban? Memang apa yang kautanyakan?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, kau ini benar-benar payah. Tidak romantis. Dan... kau lambat.
From: Chen
.
To: Chen
Aku membencimu.
From: Xiumin
.
To: Xiumin
YAH HYUNG! Jangan marah! Aku hanya bercanda. Asdfghjkl. Jangan benci aku!
From: Chen
.
To: Chen
Kalau begitu, katakan padaku apa maksud semua ini. Apa pertanyaanmu?
From: Xiumin
.
To: Xiumin
Hyung, kau benar-benar membuatku asdfghjkl. Baiklah, langsung pada point-nya saja.
Hyung, aku menyukaimu. Apakah kau mau jadi... pacarku? Ugh. Bersama denganku?
Aku tidak apa-apa jika harus menunggu. Kau tidak harus menjawabnya sekarang. Atau yang paling parah.. ditolak juga aku tidak masalah. Aku sudah siap dengan semua hal yang mungkin terjadi.
Dan ugh.. aku terdengar sangat galau.
From: Chen
.
Chen menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah karena...karena ia baru saja mengungkapkan perasaannya, tentu saja.
Dia terkejut ketika ia mendengar Xiumin yang duduk di seberang sana, tertawa kecil. Dia lebih terkejut lagi ketika mendapati Xiumin meneteskan air mata.
Satu pertanyaan terlintas; kenapa?
Member yang lain—setelah mendengar suara tawa Xiumin—menolehkan kepala mereka, memandang Xiumin yang sedang menghapus air matanya sambil menggenggam selembar kertas.
Tao dengan wajah dan nada khawatirnya, "Gege, kau baik-baik saja?" dan Lay yang ingin tahu, "Apa yang terjadi?" Luhan dengan tatapan bingung dan polosnya, "Gege kenapa menangis dan tertawa dalam waktu bersamaan? Maksudku bagaimana bisa?" dan Kris dengan wajah acuh tak acuhnya, "Hey, perhatikan manager!" sampai—
"KIM MINSEOK DAN KIM JONGDAE! LAGI-LAGI KALIAN TIDAK MEMERHATIKAN PENJELASANKU DAN MALAH SIBUK SENDIRI DENGAN KEGIATAN KEKANAK-KANAKAN KALIAN ITU!? KELUAR SEKARANG DAN BERDIRI DI LUAR RUANG RAPAT SELAMA DUA JAM PENUH! CEPAT!"
"E-EH!?"
.
.
Dan di sinilah mereka, berdiri di luar ruang rapat sebagai hukuman... untuk yang kedua kalinya.
"Lihat, kita dihukum lagi. Aku penasaran apakah hukuman yang kedua kalinya ini akan membuatmu jera.."
"Psh. Tidak akan."
"Kau menyebalkan."
"Aku tahu."
Mereka terdiam. Cukup lama.
"Hyung."
"Hmm?"
"Apa jawabanmu?"
"..."
"..Hyung?"
"..."
"...Hey? Hyung? Kau tidak—"
"—mu. Aku juga.. menyukaimu."
"E-EH!?"
"Aku juga menyukaimu, Kim Jongdae."
"Ja-Jadi, itu adalah 'iya'?"
"Hmm."
"Serius hyung!?"
"Tentu saja, bodoh. Kau ingin aku merubah pikiranku?"
"E-eh! Ja-jangan! U-uwah! Aku tidak percaya! Aku diterima!"
"Tsk. Berbahagialah kau karena aku punya perasaan yang sama."
"Yeah. Sebenarnya aku sudah tahu kalau kau akan berkata iya, sih."
"Cih. Dasar narsis."
"Ahahaha. Tapi itu benar, aku memang hebat!"
"Sombong sekali. Kau menyebalkan."
"Tapi kau menyukaiku."
"Pff. Chen."
"Ya?"
"Aku benar-benar akan menendang bokongmu. Sekarang. Juga."
.
.
taoris/kristao; —i'm not a gay;
Kris tidak ingat persis kapan semua hal ini dimulai. Dia tidak ingat kapan ia mulai bersandar pada seorang laki-laki untuk kenyamanan. Dia tidak dapat menjelaskan alasan kenapa tangannya selalu berakhir di bahu laki-laki di sampingnya. Kris heran kenapa sekarang ia lebih suka menyentuh seorang laki-laki dibandingkan perempuan. Ia tidak bisa menjelaskan kenapa dia bisa dengan mudah merindukan orang ini di setiap detiknya.
Dan hal ini membuatnya gila.
Kris tahu kalau ia normal. Ia suka membaca majalah dewasa diam-diam dan mengagumi betapa indah tubuh para wanita yang dipampang di sana. Ia suka menonton film romance di mana seorang pria dan wanita saling bergandengan tangan dan saling melontarkan kata-kata gombal. Ia suka diam-diam mengintip celana dalam teman-teman perempuannya ketika masih di SMA dulu. Ia suka memandang wajah-wajah cantik dengan dada besar. Ia suka—suka—
suka—
(siapa?)
"Gege?"Suara ketukan terdengar, mata Kris berpendar.
Dengan posisi masih duduk bersandar pada pintu kamarnya, Kris bertanya dengan suara parau, "Siapa?"
"Ini aku, Tao."
Tao.
Sepertinya sudah lama—lama sekali ia tidak melihat wajah anak lelaki bermata panda tersebut. Sudah lama ia tidak mendengar suaranya. Sudah lama ia tidak memel—
Kris menampar wajahnya sendiri.
Cukup keras, hingga Tao yang berada di seberang mendengar suara kulit yang bertubrukan dengan kulit. Laki-laki bermata panda itu mengetuk kembali pintu dan berkata dengan nada khawatir, "G-Ge? Kau baik-baik saja, kan? Ini sudah hari ketiga dan kau masih mengunci diri di kamar," ia masih mengetuk pintu, "yang lain mengkhawatirkanmu. Terutama Xiumin gege. Ia tidak mau tidur di ruang tengah lagi."
Baik-baik saja katanya. Tao tidak bisa melihat betapa berantakannya penampilan Kris saat ini. Rambut acak-acakan, mata panda seperti milik Tao, dan ekspresi wajah yang begitu frustasi.
"Ge, sebenarnya kau kenapa?"
Apa yang mengganggunya?
Kalau saja pertanyaan seperti itu bisa dijawab semudah menjentikkan jari.
Kris menjambak rambutnya frustasi, mengatakan tidak apa-apa, tapi tentu saja Tao tidak tidak percaya semudah itu. Ia bukan lagi anak kecil yang mudah dibodohi. Ia sudah cukup dewasa untuk mencium ketidak beresan dengan segala tingkah absurd gege-nya itu. Mengunci diri selama tiga hari dua malam di dalam kamar, tanpa minum dan makan bukanlah sesuatu yang dapat disebut sebagai 'tidak apa-apa'.
Tao terus mengetuk pintu dan mengatakan 'gege' berkali-kali, berharap agar pria di seberang sana membuka pintu dan lalu dan lalu, lalu—memeluknya dengan cengiran lebar seperti yang biasa Kris lakukan—
—sebelum ia mengunci diri di kamar.
Kris kembali tenggelam di dalam pikirannya.
Ia tidak tahu apakah ini normal untuk tersenyum ketika ia memikirkan seseorang—seorang laki-laki? Apakah hal ini normal ketika seorang laki-laki menjadi inspirasinya dalam menulis sebuah lagu? Kris tidak mengerti dan hal ini membuatnya sangatsangatsangat bingung dan frustasi. Setiap saat ia menyentuh seorang laki-laki di atas panggung, semua fansnya akan berteriak senang. Dan ia berpikir bahwa mungkin—mungkin—fanservice adalah hal yang bagus. Tapi apakah ini normal ketika ia merasakan sesuatu hal yang lebih dari fanservice ketika ia bersentuhan dengan seorang laki-laki?
Tidak semua laki-laki, tentu saja. Perasaan ini hanya muncul ketika ia melakukan kontak dengan orang ini. Orang ini orang yang tinggal dengannya di bawah satu atap yang sama, orang yang ia sebut sebagai candu. Apakah ini normal jika orang ini sebenarnya adalah teman satu bandnya? Orang yang biasa bersenda gurau dengannya, orang yang biasa makan bersama, berlatih bersama, dan mungkin tidur bersama ketika ia sudah terlalu lelah untuk naik tangga di malam hari sepulang dari jadwal yang begitu ketat. Orang ini...
Huang Zitao.
"Ge? Gege yang lain sedang pergi ke luar untuk menghabiskan liburan. Aku sendirian—"
Kris masih tenggelam dalam pikirannya. Perkataan Tao hanya terdengar sayup-sayup.
Kris memeluk kakinya dan menenggelamkan kepalanya di antara dua lutut.
Benar. Tao selalu membuatnya tersenyum dan tertawa. Tao juga adalah orang yang sudah merubahnya menjadi seseorang yang banyak bicara, dibandingkan pertama kali mereka bertemu, Kris lebih banyak bicara sekarang. Dan ia berpikir bahwa—bahwa aegyo yang sering Tao lakukan begitu mengagumkan, membuatnya terlihat begitu.. indah? Kris tidak tahu kata apa yang pantas untuk mendiskripsikan hal semacam itu. Dan—dan ia berpikir betapa konyolnya kenyataan bahwa ia akan melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan..hanya untuk Tao.
Apakah hal-hal tersebut—normal?
"Gege, bicaralah. Bicaralah padaku!"
Suara Tao kembali terdengar, kali ini nadanya sedikit meninggi. Kris bermaksud mengatakan sesuatu namun kata-katanya terpotong bahkan sebelum ia sempat mengatakan satu kata.
"Ge, kau bertingkah aneh akhir-akhir ini. Kau sudah mengunci dirimu di dalam kamar selama tiga hari dua malam, tanpa makan. Jangan kau anggap aku ini akan semudah itu kau bodohi. Meski kau bilang kau tidak apa-apa.. aku bukan anak kecil, okay? " suara Tao terdengar bergetar.
Kris mengangkat kepalanya, "Ta—"
"Aku belum selesai," helaan napas. "Ge, aku tahu belakanagan ini kau menghindariku. Kau tidak lagi memandang mataku ketika kita berbicara, dan aku bersumpah kau bahkan terkadang menganggapku tidak ada. Dan sekarang, dan sekarang kau bahkan tidak mengizinkanku untuk melihatmu? Gege, kenapa? Apa yang salah? Apa aku membuatmu marah? Apa kau—
—membenciku?"
Bukan seperti itu."Kalau memang begitu, aku... aku minta maaf. Maaf."
Maaf.
Suara senggukan.
Mata Kris melebar. Tao tidak sedang—
( Salam kenal namaku Huang Zitao. Mulai hari ini aku adalah maknae dari grup EXO-M yang akan debut pada—
Haha, meskipun aku suka wushu tapi sebenarnya diriku yang asli tidak sekuat penampilanku.
Hiks. Gege, akhirnya kita debut juga. Ini mimpiku. Mimpiku. Aku terharu.
Aku memang sensitif, terus kenapa!?
Yah, Gege! Bukan seperti itu caranya menggoreng telur—
Gege lihat!
Gege
Gege
Gege
Gege
Ge—
Haha, meskipun aku suka wushu tapi sebenarnya diriku yang asli tidak sekuat penampilanku.
Hiks. Gege, akhirnya kita debut juga. Ini mimpiku. Mimpiku. Aku terharu.
Aku memang sensitif, terus kenapa!?
Yah, Gege! Bukan seperti itu caranya menggoreng telur—
Gege lihat!
Gege
Gege
Gege
Gege
Ge—
—ge. )
—menangis, kan?
—klek.BRAAAK!
Pintu terbuka. Kris berdiri di ambang pintu dengan ekspresi khawatir yang merayap di wajahnya. Tao membeku. Keduanya terdiam dan waktu seakan terhenti.
"H-Hey."
Adalah kata pertama yang keluar dari bibir Kris setelah tiga hari tidak bertatap muka dengan laki-laki yang ada di hadapannya.
"Ta—"
Sebuah senyum dan kali ini air mata benar-benar tumpah.
.
Orang yang sudah lama tidak ia lihat—
—sosok yang ia rindukan—
..
Suara senggukan.
"Jangan menangis."
Sebuah pelukan (Kris mendekap Tao dan Tao menenggelamkan wajahnya di dada bidang Kris.)
"Aku khawatir, tahu!" Dan mereka berdua tersenyum lagi.
.
.
.
.
.
.
"Jadi itu yang kau khawatirkan selama ini? Sampai kau tidak keluar kamar selama hampir tiga hari!?" Suara kekehan terdengar. Tao membanting tubuhnya ke belakang, bersandar pada sofa di mana mereka berdua duduk saat ini. Kris mengerutkan dahi dan Tao tetap terkekeh meskipun mengetahui hal itu.
"Apanya yang lucu? Hal itu nyaris membuatku gila."
Kekehannya terhenti, "Dengar ya, ge," ia berkata, menatap Kris yang duduk di sampingnya kemudian tersenyum lebar, "aku bukan seorang gay," terhenti, ia memperkecil jaraknya dengan Kris, meletakkan kedua tangannya di atas dada bidang milik pria berambut pirang itu. "Tapi aku mencintaimu." Detik berikutnya, bibir mereka saling bertemu.
Kris menempatkan kedua tangannya di leher Tao, menarik laki-laki yang lebih kecil darinya itu lebih dekat, dan balik menciumnya. Hal yang biasa mereka lakukan ketika member yang lain tidak sedang berada di dalam dorm. Menyentuh Tao sudah seperti candu bagi Kris.
"Kalau begitu, aku juga tidak gay, kurasa." Kata Kris sambil tersenyum kecil setelah memutuskan kontak bibir mereka hanya untuk mengatakan hal itu. Tao ikut tersenyum.
"Tentu saja."
Dan bibir mereka kembali bertemu, "Aku juga mencintaimu."
Kali ini ciumannya jauh lebih lama, lebih liar, lebih kasar, dan dengan sedikit desahan, saliva, gigitan, suara berkecipuk dari permainan lidah—
—mereka tenggelam dalam dunia mereka sendiri.
.
.
A/N: ASDFGHJKL. galauuuuu. pas bagian taoris/kristaonya galaaaau saya melebay. tiap liat taoris/kristao pasti selalu kebayang sesuatu yang galau. habis kris jaim sih. /salah.
yuk bales review dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar