Pengikut

Selasa, 16 Oktober 2012

Memory About Love - Chap 5

Title: Memory About Love - Chap 5
Author: babysudo
Genre: Romance yaoi, friendship
Rating: Teen
Cast: Kim Joonmyun (EXO - K)
Do Kyungsoo (D.O EXO - K)
Other cast: Find it by yourself
Disclaimer: Cerita, alur, semua kejadian saya yang buat. Dari otak saya ini. NO PLAGIAT ! Cuma cast yang milik Tuhan.
Happy Reading All^^


"Ouch …" Kyungsoo melirik Kai di sebelahnya, mengembangkan senyum simpulnya ketika melihat muridnya itu menggaruk kepalanya yang diyakininya tidak gatal karna frustasi. "Ergh salah lagi .."
Lagi, Kai mengeluh tentang soal yang tak bisa dikerjakannya. Kyungsoo menutup mulutnya menahan tawa agar meredam suara tawanya.
"Teruslah tertawa hyung." Ketus Kai.
"Ups .. sorry, hehe …" Kyungsoo memperbaiki posisi duduknya agar lebih merapat pada Kai. Mungkin, jika orang yang tidak atau apa – apa mengenai hal ini. Mereka pasti mengira kalau Kyungsoo dan Kai itu berpacaran, tapi kenyataannya? Mereka hanya berlajar bersama dengan Kyungsoo sebegai guru dan Kai sebagai muridnya. Tapi, hati orang siapa yang tahu, kan?
"Bagian mana yang kau tidak mengerti Kai?" Tanya Kyungsoo sambil sedikit menggeser buku Kai mendekat padanya. Mungkin agar mata bulatnya bisa lebih melihat isi buku itu.
"Ini hyung, bagaimana cara mencari variable X nya? Oh aku benci aljabar !" Kai meremas ujung buku matematikanya dengan keras hingga merobekkan sedikit tepinya.
"Oh .. ini itu begini caranya …" kemudian keduanya mulai tenggelam dengan soal matematika tersebut.
"Kyungsoo-ah" seseorang mengganggu mereka, Kyungsoo menghentikan penjelasannya dan menoleh pada orang yang memanggilnya.
"Jongdae~" seru Kyungsoo melihat siapa yang memanggil namanya, "tunggu sebentar, Kai. Hyung mau menghampiri teman hyung dulu, ne?" Kai hanya mengangguk kecil lalu kembali tenggelam dengan soal – soal yang rumit itu.
"Uwaa~" Kyungsoo terpleset karna terlalu bersemangat untuk menghampiri jongdae tapi ..
Pluk
Namun ia tak merasakan tubuhnya menghantam lantai perpustakaan.
"Hyung, gwenchanayo?" Kyungsoo membuka matanya dan mendapati wajah Kai yang begitu dekat dengannya. Terbukti dengan napas hangat Kai yang menerpa wajahnya.
Hangat, tampan dan …
"Ya! Kyungsoo-ah gwenchanayo?" suara Jongdae membuyarkan lamunan Kyungsoo akan wajah tampan Kai yang terus memperhatikannya dengan khawatir.
"Gwenchana." Mendengar itu, Kai membantu Kyungsoo untuk berdiri, "gomawo Kai." Ucapnya pada Kai sebelum akhirnya Kai kembali untuk berkutat dengan soal – soal tadi.
"Kyungsoo-ah dia siapa? Nuguseyo?" Tanya Jongdae ketika dirinya sudah benar – benar dekat dengan Kyungsoo.
"Dia muridku, hehe …"
"Murid?"
"Ne~ dia memintaku untuk mengajarkannya beberapa materi pelajaran yang ia tidak mengerti."
"Oh …"
"Hmm … kenapa kau memanggilku Jongdae?"
"Aku ingin mengajakmu mengerjakan tugas dari Seohyun seonsaengnim tapi kalau kau sedang sibuk ya tak apa." Kyungsoo melirik Kai sebentar, dilihatnya namja berkulit tan itu sangat serius mengerjakan tugasnya.
"Gwenchana kita kerjakan sekarang saja. Sepertinya ia tak apa jika ditinggal."
"Kau yakin?"
Lagi, Kyungsoo melirik Kai sejenak dan berkata "Ne~ kajja!"

Suho pov
Angin semilir menerpa wajahku dengan lembut. Hmm .. sudah lama tak ku rasakan udara sesejuk ini. Ku pejamkan mataku untuk semakin menikmatinya. Melupakan sejenak semua beban yang ada di pundakku, yang mengekangku dan membuatku hampir frustasi.
"Hyung~" sebuah suara mengusikku, aku kenal suara ini. Suara cempreng yang berisik tapi begitu terdengar merdu dan melenakan ketika si pemilik suara ini menyanyi.
"Ada apa Baekhyun?" tanyaku pada sosok yang memanggilku tadi, Baekhyun.
"Sendirian saja? Biasanya kau dengan Minseok hyung." Aku membuka mataku perlahan, memberi isyarat padanya agar ia duduk disampingku. Yap, saat ini kami tengah berada di taman belakang asrama. Taman utama yang dikelilingi oleh tiga gedung asrama SM Senior High School. Dimana kita bisa melihat si penghuni ketiga gedung sedang melakukan apa saja dan mereka juga melihat ada apa saja di taman ini.
"Kau juga tumben tidak bersama Chanyeol, kemana si virus itu?"
"Hhh …" Baekhyun menghela napas panjang, biasanya kalau sudah begini dia pasti sedang ada masalah dengan Chanyeol, "tadi aku melihatnya sedang berjalan berdua bersama Kris hyung ke perpustakaan." Tuh kan benar dugaanku. Pasti sekarang dia sedang sedih.
"Uljima, mereka hanya sebatas teman. Tak lebih." Aku menepuk pelan bahu Baekhyun dan mengusapnya perlahan. Biar hubunganku dengan seseorang yang aku cintai kandas ditengah jalan karna kecelakaan. Tapi aku tau bagaimana rasanya ketika melihat orang yang kita cintai lebih dekat ke orang lain dibanding dengan kita. Aku tau itu karna aku melihat Kyungsoo tempo hari dengan namja –yang menurutku- keren di perpustakaan.
"Ne hyung, Yeollie juga pernah bilang padaku kalau ia dan Kris hyung dekat karna mereka sama – sama menyukai music RnB dan jago nge-rapp."
"Saling percaya, itulah yang terpenting." Nasehatku padanya.
"Hyung juga, ne?" aku menyengitkan dahiku. Heran dengan perkataan Baekhyun yang terucap dari bibirnya.
"Apanya yang 'hyung juga' ?"
"Ups aku keceplosan .." bisiknya lirih namun aku masih bisa mendengarnya karna jarak duduk ku dengan Baekhyun begitu dekat.
"Apanya yang keceplosan?" tanyaku dengan mata menatap tajam padanya.
"Hiihh hyung seram .." ucapnya dengan pandangan ketakutan tapi bagiku justru dia yang menyeramkan.
"Ya! Kau tuh yang—" ucapanku terhenti ketika melihat siluet seorang namja di gedung asrama pertama. Tepatnya lantai tiga dan yang aku kagetkan adalah itu kamar JongSoo.
"Hyung gwenchanayo?" Tanya Baekhyun membuat perhatianku teralih padanya.
"I-itu ada …" aku ketakutan, tiba – tiba rasa bersalah menyelimuti pikiranku. Dadaku terasa sesak, aku begitu sulit untuk bernapas.
"Apa hyung? Ada apa? Hyung jangan menakutiku dong~" Baekhyun berkeringat. Jelas ia benar – benar takut sekarang karna ekor mataku menangkap matahari yang mulai bergerak turun dari langit. Menandakan hari mulai gelap.
"A-ada …" semakin sesak dan aku semakin takut. Aku mecoba bernapas tapi udara di sekitarku seakan menjauhiku.
"Apa hyung apa?" Baekhyun menggoncang tubuhku dengan wajah panik dan khawatir. Aku mencoba mengintip kembali siluet seorang namja –yang kuyakini- masih ada di atas sana. Memandangi kami yang bila dilihat dari atas sana, terlihat sedang berduaan bermesraan.
"Seseorang … dia … melihat .. kita …"
"Mwo?" reflek Baekhyun mendongakkan kepalanya ke atas tapi kemudian memukul lenganku, "Ya! Hyung kau membuatku sport jantung! Nihil! Tak ada siapa – siapa." Omelnya padaku.
"J-jinjja?" tanyaku tak percaya.
"Ne~ lihat saja." Aku mendongakkan kepalaku ke atas dan memang benar. Tak ada satu orang pun disana, "memang siapa sih yang melihat kita tadi hyung?"
"Ntahlah~" jawabku cepat untuk menutupi perasaan bersalah ku.
Kyungsoo, aku tau .. dia yang melihat kami.

Kyungsoo pov
Aku berjalan gontai menuju perpustakaan sekolah. Karna terlalu serius mengerjakan tugas bersama Jongdae, aku jadi lupa kalau aku belum mengakhiri les mendadak dengan Kai hari ini. Bahkan tadi aku lupa berpamitan dengannya. Tapi dari itu semua yang membuatku berjalan dengan keadaan lemah seperti ini adalah ketika aku berdiri di balkon tadi. Melihat ke bawah dan terkejut saat melihat Suho hyung dengan Baekhyun hyung sedang bercengkrama di bawah sana, tepatnya di taman belakang asrama. Ntahlah, dada ini terasa begitu sesak melihat mereka. Bahkan otak ku tak berusaha berpikir jernih untuk mengatakan mereka hanya mengobrol biasa. Di bagian dada ini berkata lain, di bagian dada ini mengatakan bahwa aku tak suka melihat mereka. Seperti ada pisau yang menggores dadaku. Aku tak tau itu kenapa dan apa penyebabnya. Aku tak mengerti.
"Kyungsoo" seseorang memanggilku, aku kenal suara ini. Sekarang banyak suara yang ku kenali selain suara Jongdae.
"Lay, waeyo?" tanyaku ketika Lay sudah mendekat padaku.
"Ngg… ini ada formulir siswa baru untuk diserahkan ke sekolah. Sekolah selalu mendata siswa – siswanya yang aktif dalam kegiatan – kegiatan klub tertentu." Aku menerima kertas selebaran putih itu. Menatapnya sebentar dan kembali fokus pada Lay. "kalau sudah di isi, serahkan padaku atau pada Suho hyung, ne? Kau bebas memilih kegiatan klub mana yang kau sukai asal tidak mengganggu pelajaranmu." Aku tersenyum dan berterimakasih pada Lay kemudian kembali kepada tujuan utamaku: Kai.
"Kai sudah menunggu lama ya?" tanyaku setelah sampai di tempat Kai. Ia tak menjawab, tak berkedip pula memandangiku. Cukup lama hingga aku merasa risih dipandangi terus olehnya, "ehem .. Kai."
"O-oh mianhae hyung." Ia menundukkan wajahnya sebentar dan ku lihat mulutnya berkomat – kamit. Anak ini sebenarnya kenapa, huh?
"Sudah selesai? Mianhae meninggalkanmu tanpa pamit dan—"
"Hyung kenal dengan orang yang tadi?" potongnya tiba – tiba. Aku menatapnya heran, perubahan sikap yang sedikit buruk.
"Hmm .. kenal. Namja berponi lempar tadi kan?" tanyaku memastikan kalau yang dimaksud Kai adalah Lay.
"Ne~ hyung. Hyung temannya?" Kai berucap antusias membuatku sedikit bertanya – tanya dengan maksudnya menanyakan perihal kedekatan ku dengan Lay. Terasa aneh.
"Tentu saja kenal. Dia ketua asrama khusus angkatanku, kelas sepuluh, waeyo? Kau ada masalah dengannya?"
"Aniyo~ hanya ingin tahu saja." Ucapnya sambil menggeleng pelan. Aku hanya meng'O'kan mulutku.
"Jadi—"
"Hyung habis dari mana saja? Kau tega sekali meninggalkanku sendirian." Ck, benar – benar perubahan sikap yang buruk.
"Hyung habis mengerjakan tugas bersama teman tadi."
"Kenapa tak bilang?"
"Haruskah?" tanyaku dengan tatapan heran.
"Harus ! Kau … membuatku … khawatir." Aku hanya ber'O'ria. Eh tunggu, apa katanya?
"Kau khawatir padaku?" ia menutup mulutnya, mungkin menyadari kalau ia telah keceplosan. Ntahlah, aku merasa seperti ada kupu – kupu yang menggelitiki perutku. Seperti orang yang sedang … jatuh cinta. Mungkin.
"Lupakan! Ayo belajar lagi." Aku terkekeh sebentar, hoho dia benar – benar mengkhawatirkanku. Aku senang, bahkan lebih, bahagia tepatnya.
"Ne~"

Aku bersenandung kecil di tengah koridor asrama yang cukup sepi. Hari ini begitu menyenangkan. Apalagi saat aku mengantarkan Kai pulang sampai di gerbang sekolah.
"Hyung, mulai sekarang hyung harus bilang padaku kalau kau mau kemana – mana, ne?"
"Mwo? Waeyo? Kau bukan siapa – siapa ku, Kai."
"Aku pacarmu, mulai sekarang."
"MWO? O_O"
"Sudah ya hyung, aku pulang dulu. Phai~"
Cup
Ku elus pelan pipi kananku. Bibir kissable Kai masih terasa. Tak terasa, rona merah tipis terlukis di wajahku. Wajahku memanas mengingat kejadian di gerbang tadi. Benar – benar hari yang menyenangkan. Tapi, kenapa dia memutuskan sepihak, huh? Seenaknya saja menganggapku pacarnya tapi ah sudahlah.
Author pov
Kyungsoo sudah sampai di depan kamarnya dan Jongdae. Tangannya tergerak untuk memutar kenop pintu tapi sebelum tangannya melakukan itu, seseorang dari dalam duluan membukanya.
Krieet
Mata bulatnya bertemu dengan mata itu. Tatapannya membulat ketika menyadari siapa pemilik maniac mata itu. Kejadian di taman sore tadi terputar ulang di kepalanya.
Duk
Sakit, itulah ia yang rasakan walau ia tak tahu mengapa ia bisa merasakan hal itu. Aneh dan ia tak mengerti.
"Kyungsoo-ah, gwenchanayo?" tanya sosok itu ketika melihat perubahan raut wajah pada wajah Kyungsoo. Kyungsoo memegang kepalanya, merasakan sebuah kesakitan yang kembali muncul ketika memori lamanya terputar kembali.
"G-gwenchana hyung." Ucapnya dengan lirih.
"Kau yakin?" Tanya sosok lain yang berada di belakang Suho –sosok yang beratatapan dengan Kyungsoo-.
"G-gwenchana Jongdae."
Bruk
Terlambat, tubuh Kyungsoo ambruk ke lantai.
"Kyungsoo !"

Ruangan serba putih dan bau obat – obatan menyapa kedua mata bulat milik Kyungsoo. Ia mendengus ketika tahu dimana ia berada sekarang. Rumah sakit, tempat yang akan selalu ia benci sampai akhir hayatnya.
"Kyungsoo chagiya~" sebuah suara lembut menyapa gelendang telinganya. Kyungsoo menolehkan kepalanya ke samping dan mendapati ummanya berjalan mendekat ke arahnya, "kau sudah sadar nak?" hanya senyum yang diberikan Kyungsoo untuk yeoja yang telah sembilan mengadungnya. Lidahnya terlalu kelu untuk berucap 'iya'.
Krieett
Pintu ruang inap Kyungsoo terbuka, menampakkan dua orang namja yang seingatnya berteriak memanggil namanya ketika ia pingsan tadi, Suho dan Jongdae.
"Kyungsoo" hanya itu yang bisa diucapkan Jongdae dan Suho hanya terdiam dengan tatapan sendu melihat Kyungsoo yang terbaring lemah di atas katilnya.
Akhirnya terjadi, ia terbaring sekarang dan itu semua karna ku, batin Suho.
Flashback
Tap tap tap
Sebuah ketukan antara sepatu pantofel dengan lantai keramik rumah sakit terdengar mendekat ke arah Jongdae dan Suho yang tengah tertunduk di kursi ruang tunggu. Ketukan itu dihasilkan oleh sepatu yang dikenakan oleh seorang yeoja paruh baya yang beberapa menit lalu dihubungi oleh Jongdae untuk mengabarkan kalau anaknya, Kyungsoo, pingsan secara tiba – tiba.
"Jongdae, bagaimana keadaan Kyungsoo?" Tanya yeoja yang diketahui adalah Nyonya Do pada Jongdae.
"Hmm kata dokter … ia .. hanya mengalami keterkejutan tiba – tiba." Dahi Nyonya Do merengut.
"Keterkejutan tiba – tiba?"
"Dia … mungkin berusaha terlalu keras untuk memutar kembali memori otaknya yang telah terkubur lama, Nyonya Do." Mereka menoleh mendengar suara Choi uisa yang tengah berjalan ke arah mereka. Nyonya Do yang melihat dokter yang dari dulu merawat Kyungsoo itu langsung menghampirinya.
"Tapi ia baik – baik saja 'kan dok? Ia tidak kenapa – napa 'kan?"
"Tenang Nyonya Do, ia sudah ku beri obat penghilang rasa sakitnya. Sebentar lagi ia akan tersadar dari pingsannya." Nyonya Do hanya mengangguk lemah. Setelah Choi uisa berpamitan, kini dirinya menghampiri Jongdae dan Suho yang masih terdiam di tempat mereka.
"M-mianhae ahjumma" ucap Suho ketika Nyonya Do sampai di tempat mereka.
"Joonmyun, lama tak bertemu. Hm .. ahjumma mau berbicara banyak padamu." Setelah mendapat anggukkan dari Jongdae, keduanya berjalan menuju taman rumah sakit.
Suho pov
Aku dan umma Kyungsoo sudah sampai di taman rumah sakit. Suasana yang nyaman membuatku sedikit menghilangkan rasa takutku akan apa yang terjadi selanjutnya padaku.
"Joonmyun-ssi" aku menoleh dan mendapati Do ahjumma tengah menatap padaku.
"N-ne ahjuma?"
"Jangan gugup begitu santai saja. Aku atak akan memakanmu." Ia tertawa, membuat mata bulatnya menyipit.
"Ah ne~ mianhae."
"Kau tak salah, aku lah yang salah. Aku dan Do ahjussi yang salah." Dahiku menyerngit.
"Do ahjumma dan Do ahjussi yang salah? Tapi, kalian salah apa?" Do ahjumma bernapas sebentar, mengisyaratkan aku untuk ikut duduk bersamanya di sebuah bangku panjang yang ada di sudut taman.
"Kecelakaan itu … membuat semua keceriaan Kyungsoo hilang." Aku diam, aku hanya akan jadi pendengar sekarang. Aku merindukan suara ini, suara lemah lembut dari seorang yeoja paruh baya yang tadinya akan menjadi calon mertuaku dan sekarang mungkin akan jadi calon mertua orang lain.
"Ia sebenarnya mencarimu Joonmyun, ketika ia terbangun dari komanya selama berhari – hari. Tapi ia tak tahu siapa yang ia cari, yang selalu ia bilang setelah ia bangun dari komanya adalah—
"Umma aku merasa kehilangan seseorang tapi aku tak tahu siapa"
-ahjumma mencoba membantunya mengingatmu tapi tiba – tiba kondisi Kyungsoo justru drop. Awalnya Choi uisa bilang itu hal biasa. Tapi setelah hari pertama ia sekolah di SM High School, kejadian itu terulang lagi, Kyungsoo pingsan dan keadaannya lebih parah dari awalnya sampai Choi uisa melaranganya untuk berpikir keras tentang memorinya. Karna itu, mianhae Joonmyun-ssi, jeongmal mianhae~" Do ahjumma menangis, terdengar pilu dan menyedihkan. Au segera merangkulnya dan mendekapnya. Mengusap lengannya lembut seperti saat aku melihat ummaku menangis.
"Gwenchana ahjumma, aku mengerti. Jika semua ini membuat Kyungsoo selalu sehat dan keceriaannya kembali padanya, aku tak apa. Toh menjadi Suho dan menutupi identitasku sebagai Joonmyun begitu menyenangkan, aku jadi bisa …. berteman kembali dengan Kyungsoo." Do ahjumma mengusap dengan lembut air mata yang mengalir di pipinya. Aku melepaskan pelukanku.
"Gomawo Joonmyun-ssi."
"Cheonma ahjumma~"
"Hmm .. bagaimana keadaan keluargamu Joonmyun-ssi?"
"Baik – baik saja ahjumma. Semua sehat wal afiat."
Hening sejenak, kami saling tenggelam dalam pikiran masing – masing.
"Aku rasa sebaiknya kita segera kembali. Sekali lagi ahjumma minta maaf padamu."
"Ne ahjumma. Gwenchana. Kajja!"
Flashback end
Author pov
"Ayo makan aaaa …." Baekhyun menyendokkan bubur putih tak ada rasa dari sebuah mangkuk berbahan stainless steel dan menyodorkannya pada Kyungsoo yang menatap horror bubur itu.
"Sirheo~" tolak Kyungsoo sambil menutup mulutnya.
"Ayolah Kyungsoo-ah, makan yang banyak." Semangat Chanyeol.
"Sirheo hyung, aku mau pulang bukan mau makan." Baekhyun menaruh sendok yang sudah berisi bubur tadi ke mangkuk dan menaruh dua benda itu di atas meja di samping katil Kyungsoo.
"Tapi kata Choi uisa kau baru boleh pulang besok." Lapor Jongdae yang datang bersama Suho sambil membawa sebuah bungkusan berwarna putih.
"Ergh apa itu Jongdae?" Tanya Kyungsoo yang lagi – lagi menggunakan tatapan horror pada benda asing yang dilihatnya.
"Ini buah apel, aku membelinya tadi di supermarket, kau mau?" Kyungsoo diam sejenak hingga akhirnya ia mengangguk setuju.
"Syukurlah kalau ia akhirnya mau makan ... walau hanya buah." Ucap Baekhyun lesu.
"Memang buburnya tidak dimakan, Baekhyun?" Tanya Suho yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Baekhyun.
"Ini apelnya, ayo buka mulutnya aaaa …." Jongdae yang telah mengupas dan memotong buah apel untuk Kyungsoo segera menyodorkan potongan buah apel menyegarkan itu ke mulut Kyungsoo. Tapi—
"Kyungsoo hyung~" sebuah suara yang terdengar berteriak menginterupsi Jongdae untuk menghentikkan aktifitasnya dan membuat semua yang ada di situ menoleh pada sumber suara.
Grep
Namja yang tidak permisi itu langsung memeluk Kyungsoo, begitu erat sampai Kyungsoo sedikit susah bernapas.
"K-Kai?"
"Hyung kau baik – baik saja? Hyung aku begitu khawatir padamu. Aku—"
"Ssstt tenannglah Kai. Aku baik – baik saja kok." Kai mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Kyungsoo, "lihat? Baik – baik saja kan?"
"N-ne hyung."
"Kalau begitu lepaskan pelukanmu, aku susah bernapas, Kai."
"O-oh mianhae hyung." Kai melepaskan pelukannya lalu tersenyum manis pada Kyungsoo. Membuat Kyungsoo mati – matian harus menahan gejolak yang tiba – tiba bergemuruh di dadanya.
"Ehem .." Kyungsoo dan Kai menoleh pada Jongdae yang berdehem, ia merasa diacuhkan bahkan apelnya belum disentuh Kyungsoo sama sekali.
"E-eh Jongdae mianhae, mana apelnya?" Jongdae memberikan apel itu ke mulut Kyungsoo, menyuapininya lebih tepatnya. Kai memutar bola matanya, malas melihat pemandangan yang membuatnya cemburu. Mungkin.
"Hyung ini bubur siapa?" Tanya Kai saat mendapati bubur yang masih penuh di atas meja.
"Itu bubur dari rumah sakit." Ucap Kyungsoo lalu kembali mengunyah apel yang diberikan Jongdae.
"Kenapa tak dimakan?"
"Sirheo~ tak ada rasa, tak pakai kecap, tak pakai ayam, aku tak suka."
"Tapi hyung sedang sakit dan hyung harus makan bubur ini."
"Sirheo~ aku tidak sakit." Kai mengepalkan kuat satu tangan kirinya hingga tulang tangannya memutih. Ia juga merasa teracuhkan karna Kyungsoo sibuk makan dengan apel pemberian Jongdae, "Kau tak boleh makan buah sebelum makan bubur." Protes Kai sambil merebut buah apel dari tangan Jongdae yang siap dimasukkan ke mulut Kyungsoo.
"Mwo? Kenapa begitu?" Tanya Kyungsoo heran.
"Karna buah selalu dimakan sebagai pencuci mulut, hanya pelengkap vitamin. Sekarang, kau makan buburmu." Tanpa menunggu protes dari Kyungsoo, Kai langsung menyendokkan bubur itu dan menyodorkannya ke mulut Kyungsoo. Seperti tadi, Kyungsoo menutup mulutnya rapat – rapat dengan tangannya tanda ia tidak mau.
"Ayo Kyungsoo buka mulutnya." Perintah Suho yang sebenarnya ia merasa tidak apa – apa kalau Kyungsoo tidak memakan bubur itu.
"Em em em .. (tidak mau)"
"Hhh .. hentikkan pemaksaan itu!" ucap Chanyeol marah pada Kai karna namja berkulit tan itu sudah mau mencoba bermain kasar pada Kyungsoo karna dilihatnya tangan Kai yang berusaha melepaskan tangan Kyungsoo dari mulutnya.
"Waeyo? Kyungsoo hyung sakit, ia harus banyak makan."
"Tapi ia tidak mau!" ucap Chanyeol lagi dengan nada meninggi.
"Lagipula kau ini siapa?" Tanya Baekhyun akhirnya.
"Aku pacarnya, apa aku salah memaksanya untuk menghabiskan bubur ini, huh?"
Diam. Semua langsung diam ketika mendengar pengakuan Kai, termasuk Kyungsoo.
Jadi, dia benar – benar serius soal pembicaraan yang kemarin?, batin Kyungsoo.
"Gwenchana, mianhae kami tidak tahu. Kami … keluar dulu." Suho langsung menarik BaekYeol keluar dari ruang inap itu, diikuti Jongdae di belakang mereka. Kai menyeringai puas dan kini perhatiannya teralih pada Kyungsoo.
"Nah hyung hanya kita berdua, ayo cepat makan buburmu." Kyungsoo tak mengangguk, tak juga menggeleng. Ia masih terpaku dengan pengakuan Kai.
"K-Kai apa—"
Cup
"Apa ciuman itu masih membuatmu ragu?" Tanya Kai dengan angel smilenya. Wajah Kyungsoo memerah dan memanas, ia yang menyadari hal itu langsung menundukkan wajahnya, "kenapa disembunyikan, eum?" Kai mempersempit jarak di antara mereka. Posisi Kai lebih dekat ke wajah Kyungsoo ketimbang saat tadi ia datang dan memeluk Kyungsoo secara tiba – tiba tadi.
"A-Aku hanya—"
"Hanya malu?" Kai ber-smirk ria membuat Kyungsoo semakin menundukkan wajahnya, "Ayo hyung cepat habiskan bubur ini lalu kita jalan – jalan di sekitar rumah sakit, otte?"
"Ng .. b-baiklah."
Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari tadi. Dua mata malaikat yang terlihat berkaca – kaca karna dipenuhi dengan air mata.

Kyungsoo pov
Aku begitu senang sekarang karna muridku yang sekarang berstatus pacarku ini datang menjengukku dan sekarang membawaku jalan – jalan di sekitar taman rumah sakit yang indah ini. Sebenarnya aku agak ragu dengan pernyataannya, karna hanya ia yang mengakuinya dan ia tak bertanya dulu mengenai perasaanku yang sesungguhnya, tapi yasudahlah. Kalaupun ia menyatakannya aku pasti akan jawab 'iya' karna aku memang memiliki perasaan itu. Perasaan dimana orang yang merasakannya akan berubah menjadi gila. Jatuh cinta, yap, aku jatuh cinta pada Kai, muridku sendiri.
"Chagiya kenapa diam saja, eum?"
"E-eh gwenchana Kai."
"Ya! Hyung masih memanggilku Kai?" aku menyerngitkan dahiku menatap Kai yang memanyunkan bibirnya.
"Me-memang kenapa dengan panggilan Kai? Itukan namamu, Kai." Ia menghela napas panjang kemudian berjongkok di depanku yang duduk di kursi roda ini.
"Kita kan sudah resmi berpacaran hyung, aku mau kau punya panggilan sayang untukku." Kai beringsut mendekat dan menaruh kepalanya di atas kedua pahaku, "aku akan panggil Kyungsoo hyung dengan sebutan 'Kyungie hyung' otte?" Tanyanya dengan mata berbinar ke arahku.
"Hmm … boleh juga."
"Asyiikk~ lalu hyung panggil aku dengan sebutan apa?" aku memutar bola mataku sejenak, berpikir kira – kira apa panggilan sayang yang bagus untuknya.
"Hmm .. kalau Jongie ? Aneh ya? Atau—"
"Bagus kok hyung. Kyungie hyung dengan Jongie. Hoho cocok kok chagiya~" aku tersenyum senang, untunglah ia suka.
"Kyungie hyung~"
"Ngg … ne?" Kai meraih tanganku, membawanya ke dadanya dan menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Mulai sekarang, kalau hyung merasa sakit atau kesepian atau apapun itu, hyung harus cepat menghubungiku, ne?"
"Ne Jongie, itu pasti."
Cup
Lagi, ia mencium pipiku untuk ketiga kalinya.
"Hyung ngg …" ia menggaruk tengkuknya, tampak bingung untuk berucap.
"Waeyo?"
"Aku …. Itu …"
"Waeyo? Kau sakit atau mau pulang?"
"Aniyo~ i-itu .. aku …"
"Apa Jongie? Apa?"
"Arghhh .."
Cup
Aku diam, hanya menatap lurus ke depan. Kai .. dia ….
"Kyungie hyung, mianhae tiba – tiba." Ucapnya setelah mencium bibirku.
Kini pandangankku menuju ke arahnya. Aku berharap ini semua bukan mimpi, aku mencubit lenganku sendiri.
"Aw~" ringisku. Ternyata ini bukan mimpi.
"Ini bukan mimpi hyung. Mau lagi?"
"And—"
Terlambat. Untuk kedua kalinya, bibirku dan bibir Kai bertemu. Rasanya hangat dan lembut. Aku merasa lebih tenang.

Suho pov
Aku baru saja dari kedai untuk membeli makan siang untuk aku, Baekhyun, Chanyeol, Jongdae dan pacar Kyungsoo, Kai.
"Hyung beli apa?" Tanya Jongdae saat aku sudah duduk di sebelahnya.
"Hanya ramyun instant. Mianhae."
"Gwenchana hyung yang penting kita masih bisa mengisi perut." Kemudian aku memberikan ramyun – ramyun instant itu pada BaekYeol dan Jongdae. Kai? Mungkin sedang pergi, tapi Kyungsoo juga tidak ada di katilnya ya?
"Jongdae-ah, mana Kyungsoo?" tanyaku pada Jongdae.
"Pergi jalan – jalan ke taman rumah sakit bersama Kai, hyung." Aku hanya mengangguk untuk menutupi kesedihanku. Rasa sakit itu menjalar lagi, benar – benar membuat dadaku sesak.
"Hyung~" aku menengok lirih pada Baekhyun.
"Ne?"
"Uljima." Ucapnya. Aku mengerti maksudnya, aku hanya tersenyum untuk menunjukkan aku baik – baik saja.
"Ayo hyung makan ramyunmu" seru Chanyeol yang terdengar seperti menghiburku.
"O-oh ne~ ah tapi aku mau memberikan ramyun milik Kai dulu, ne?" setelah mendapat anggukkan dari ketiga dongsaengku, aku langsung bergegas menuju taman rumah sakit.

Aku telah sampai di taman rumah sakit. Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok Kyungsoo dan Kai.
"Ah itu dia." Ucapku setelah berhasil menemukan dimana mereka sekarang. Aku mulai melangkah kembali. Perlahan aku mulai menuju ke arah mereka. Tapi—
DEG
Sesuatu menghantam hatiku secara keras dan tiba – tiba. Air mata yang selalu ku tahan kini mengalir dengan bebasnya. Meliuk – liuk di kedua pipiku membentuk anakan sungai. Dadaku sesak, aku meremas kausku. Sakit dan menyesakkan. Hatiku teriris dan tersayat. Aku tak kuat, aku ingin segera pergi tapi kakiku terasa berat untuk melangkah.
Disana, di taman rumah sakit yang indah dan terasa nyaman. Aku melihat mereka, Kyungsoo dan Kai … berciuman di bawah pohon yang rindang.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
Huwaaa akhirnya nongol juga Chapter 5 nya ... Uwowo~
akhirnya akhirnya ... ayo sini kasih dollar ke author karna memenuhi satu permintaan readerdeul *ditimpuk bata bukan dollar*
.
.
.
.
.
Hoo .. ini sebenarnya KaiSoo atau SuD.O yaa? Haha XD author galau~
Okeh okeh .. jangan senang dulu dengan fanfic ini *maksudnya
Karna fanfic ini penuh dengan misteri *lebay
.
.
.
Malam ini saya mau langsung publish sampe chapter 7 ye biar kalian puas atas kehiatusan saya yang terlalu lama.
Saya mau ospek sih jadi hiatus mulu kerjaannya u.u
Oh ... satu lagi, maaf gak bisa balas review kalian tapi saya sangat - sangat berterimakasih karna kalian udah mau review fanfic saya.
Jangankan review, cuma nengok buat liat cerita bagian atasnya doang juga saya udah seneng
Sekali lagi terimakasih #bow
.
.
.
*tarik Suho ke kamar* #plak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar