Cast: Do Kyungsoo, Kim Jongin(Kai), other.
Genre: Hurt/Comfort, Romance, University-Life
Rated: T
Length: Twoshoot
Disclaimer: All cast isn't mine, This Fanfiction is mine!
Warning: Yaoi, Boy x Boy, OOC, Chara Death, Typo(s), No Bashing Chara, No Siders, No Plagiat, etc.
Uwaa,
mianhae, padahal author janjinya mau ngeshare kemaren, tapi gara"
author kena flu jadi kurang stamina buat nulis *bow*. Nah, ini dia yang
pertama, Kaido! Sesuai pemvotingan, kaido yang menang jadi kaido duluan
yang author bikin. Tenang aja, yang lainnya juga bakal author bikin
secepatnya, doain author gak kena WB ye ._. oh iya, ff aku juga dishare
dimana-mana tapi pake nama author yang beda, jadi aku gak plagiat yah!
So enjoy and read my fanfiction! ^^
.
.
.
DON'T LIKE DON'T READ!
.
.
.
IF YOU DON'T LIKE YAOI OR KAISOO, JUST LEAVE THIS PAGE!
.
.
.
FANFICTION IS STARTED! HAPPY READ! ^^
.
.
.
Kyungsoo
melangkahkan kakinya menuju atap Seoul University, tatapannya kosong
dan ia berjalan dengan lesu. Terjawab semua pertanyaan yang terus
menghantui fikirannya akan sikap namjachingunya –yang sekarang menjabat
menjadi mantan namjachingunya- belakangan ini yang mulai berubah.
*Flashback*
Keheningan
tercipta diantara dua insan yang saling sibuk didalam fikiran
masing-masing. Sampai akhirnya, namja bertubuh tinggi itupun membuka
pembicaraan.
"Hyung, mianhae." Ucap Namja itu sambil memeluk namja yang lebih pendek darinya.
"Waeyo, Kai?" tanya namja yang lebih pendek itu kepada Kai -namja tinggi tadi-
"Aku-aku mau putus." Ucap Kai membuat Kyungsoo –namja yang dipeluknya tadi- tersentak.
"Waeyo?"
tanya Kyungsoo sambil melepaskan tangan Kai yang melingkar
dipinggangnya. Posisinya masih membelakangi namjachingunya, karena ia
takut jika menatap mata kelam milik Kai, segala pertahanannya akan
runtuh.
"A-aku dijodohkan dengan orang tuaku."
"Dengan siapa?"
"..."
"Dengan siapa Kai?"
"Luhan-ge."
TES
Runtuh
sudah segala pertahanan Kyungsoo mendengar nama orang yang dulu pernah
menjadi mantannya. Orang itulah yang dulu pernah menyakitinya sampai
akhirnya ia bertemu Kai, namja yang dapat mengubah pandangannya bahwa
tidak semua namja sebrengsek Luhan, tapi apa, sekarang Kai akan menikah
dengan Luhan. Meninggalkannya dan bersama dengan orang lain, sakit, hati
Kyungsoo sakit, tapi mau apa lagi, nasi sudah menjadi bubur, perjodohan
Kai sudah direncanakan dari jauh hari, ia hanya tinggal memfikirkan
cara untuk melepaskan namjachingunya itu.
Kai menatap Kyungsoo
sendu. Bahu namja yang disayanginya itu bergetar walaupun tidak ada
suara isakan yang berasal dari mulut namja itu. Ingin sekali Kai
merengkuh tubuh mungil Kyungsoo, tapi itu malah akan semakin memberatkan
dirinya untuk melepaskan Kyungsoo. Mungkin ia memang bukan yang terbaik
untuk Kyungsoo, semoga saja Kyungsoo bisa menemukan sosok namja yang
bisa lebih menyayanginya.
"Mian Hyung, tapi sejujurnya, aku masih
menyayangimu hyung. Saranghae." Ucap Kai sebelum ia melangkahkan kakinya
meninggalkan taman tempat mereka biasa bersama. Meninggalkan sesosok
namja yang sedari dulu sampai detik ini pun masih dicintainya.
*Flashback End*
Kyungsoo
menghapus air matanya yang terus menetes, ia namja, ia harus kuat,
sekarang Kai bukan lagi miliknya, walaupun berapa banyak pun air matanya
mengalir, Kai tidak akan pernah kembali kedalam rengkuhannya.
Angin
musim gugur yang dingin menusuk kulit Kyungsoo. Namja itu hanya bisa
memeluk dirinya sendiri sambil menyenderkan badannya di tembok. Sekarang
sudah tidak ada lagi yang memeluknya disaat ia kedinginan,
memakaikannya jaket yang dibawa namja itu kepadanya padahal namja itu
sendiri juga kedinginan.
Senyum miris terpatri di wajah Kyungsoo,
tak ada gunanya ia terus-terusan terpuruk seperti ini, ia harus bangkit,
seperti inikan kemauan Kai agar ia bisa tenang meninggalkan Kyungsoo
untuk bersama dengan orang lain.
.
.
.
Kyungsoo
merebahkan dirinya dikasur yang berada dikamarnya. Sekarang, kamarnya
terasa sangat sepi, tak ada lagi yang bersikap childish,
berteriak-teriak sampai kedengaran tetangga, menari-nari yang membuat
dirinya kagum, berargumen di kaca besar yang ada dikamarnya, dan dengan
seenaknya saja meminjam komputer atau laptop miliknya.
Kyungsoo
memang hanya tinggal dengan para pembantunya di rumah yang semegah ini,
ia adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya meninggal karena
kecelakaan pesawat. Karena itu, dulu Kai sering menginap dirumahnya.
Disaat Kyungsoo sedang merenung soal masa lalunya, ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
"Tuan Kyungsoo, ada yang mencari anda dibawah." Ucap salah satu pelayannya.
"Suruh
naik kekamarku saja Park Ahjumma." Ucap Kyungsoo tanpa bergerak
sedikitpun dari posisinya. Walaupun terdengar langkah kaki menuruni
tangga, hal itu sama sekali tidak mengganggu Kyungsoo dari acara
renungannya. Sampai akhirnya, terdengar langkah kaki yang berlari
menaiki tangga membuat Kyungsoo hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Kyungsoo Hyung!" teriak sesosok namja yang membuka pintu kamar Kyungsoo tanpa mengetuk sama sekali.
'Dasar tidak sopan.' Batin Kyungsoo sambil menghela nafas.
"Ada apa Sehun?" tanya Kyungsoo setelah Sehun –namja tadi a.k.a. sepupunya- masuk kekamarnya.
"Eh itu memangnya benar Luhan-ge akan menikah dengan Kai?" tanya Sehun hati-hati. Raut wajah Kyungsoo pun berubah menjadi muram.
"Ne." Lirih Kyungsoo sambil menundukkan kepalanya membuat Sehun merasa bersalah telah bertanya seperti itu.
"Begitu yah." Ucap Sehun pelan seperti ada nada penyesalan dalam kata-katanya.
"Memangnya kenapa hun?" tanya Kyungsoo membuat Sehun menjadi terlihat gugup.
"Eh itu..." Sehun yang gugup hanya bisa memainkan jemari tangannya.
"Oalah,
kau menyukai Luhan-ge?" tanya Kyungsoo penuh selidik membuat Sehun
tersentak. Mukanya memerah membuat Kyungsoo ingin sekali tertawa.
"Oh ayolah katakan saja." Desak Kyungsoo membuat Sehun mau tak mau mengatakannya.
"Ne Hyung." Ucap Sehun malu-malu seperti seorang anak kecil yang mau memberikan bunga kepada teman yang disukainya.
"Pfft.." Kyungsoo menutup mulutnya dengan kedua tangannya supaya menahan ketawanya yang akan keluar.
"Ketawa saja Hyung, jangan ditahan-tahan." Suruh Sehun malas membuat tawa Kyungsoo pecah.
"Bwahahahaha!
Hahahaha!" tawa Kyungsoo sambil menepuk-nepuk kasurnya. Selang beberapa
menit, akhirnya namja itupun menghentikkan tawanya sambil berkali-kali
mengambil pasokan oksigen sedangkan Sehun hanya menatapnya jengkel.
"Sudah puas ketawanya Hyung?" tanya Sehun kesal yang dibalas cengiran gaje oleh Kyungsoo.
"Mian Hun. Oh ya, kau mau menginap disini tidak Hun?" tanya Kyungsoo namun Sehun hanya diam.
"Mau
yah Hun. Jebal." Jurus andalan Kyungsoo pun keluar, puppy eyes. Ini
adalah salah satu senjata yang sering dikeluarkan Kyungsoo agar sesuatu
yang diinginkannya terkabul. Dan bingo, Sehun pun mengangguk dengan
malas membuat Kyungsoo langsung tersenyum senang. Mungkin inilah salah
satu cara supaya dia bisa melupakan Kai secara perlahan.
.
.
.
Sesosok
namja bertubuh tinggi –Kai- mengambil salah satu figura yang berada di
kamarnya. Rasa bersalah kembali menyusup ke hatinya melihat sosok mantan
namjachingunya yang tengah tersenyum di foto itu. Sebenarnya, sudah
sejak lama acara perjodohan ini direncanakan bahkan Kai pun sudah tau
karena waktu itu ia sempat menguping pembicaraan kedua orang tuanya
dengan kedua orang tua calon pasangannya.
Tapi baru hari ini ia
dapat memberitahu Kyungsoo karena berbagai alasan yang berkecamuk di
kepalanya. Hatinya menolak untuk mengikuti perjodohan itu karena memang
ia sama sekali tidak mencintai siapapun calon pasangannya itu. Hanya
satu orang yang ia cintai dari dulu sampai detik ini, hanya Do Kyungsoo.
Bahkan disetiap mimpinya, hanya Kyungsoo yang selalu berada disitu, di
hatinya, hanya Kyungsoo yang bisa menjadi nomor satu, nama Kyungsoo pun
sering berputar-putar diotaknya dimanapun dan kapanpun, panggilan
Kyungsoo kepadanya selalu bagaikan suara merdu yang mengalir di
telinganya, wajah Kyungsoo yang imut, polos dan menawan bak malaikat
yang turun dari Kahyangan membuatnya tidak pernah melepaskan
pandangannya dari namja itu, hanya satu orang yang bisa membuat Kai
merasa hangat, bisa tertawa lepas, tersenyum tulus, dan itu adalah Do
Kyungsoo.
Do Kyungsoo, Do Kyungsoo, Do Kyungsoo. Senyumannya yang
bisa membuat jantungnya berdetak cepat, helaan nafasnya yang sering
mengenai wajahnya membuat darahnya berdesir, dan bibir pink yang manis
itu membuatnya terasa terbuai sehingga untuk melepaskannya pun terasa
berat. Wangi shampoo yang sering menguar dari helaian rambut Kyungsoo
membuatnya selalu rindu akan namja itu. Terdengar obsesi, tapi itulah
kenyataannya.
Tapi Kai tidak tau, bagaimana nanti jika ia bersama
dengan orang lain. Apakah hidupnya akan secerah disaat bersama
Kyungsoo?. Apakah orang itu akan menyayanginya seperti Kyungsoo
menyayanginya atau tidak?. Apakah ia bisa dengan mudahnya menerima orang
itu dalam kehidupannya seperti dulu disaat ia menerima Kyungsoo?.
Apakah wajah, senyuman dan bibir namja itu akan membuatnya merasakan apa
yang dirasakannya pada Kyungsoo?. Apakah namja itu menghadapi segala
sikapnya yang sering berubah-ubah tak menentu dengan sabar?.
Berbagai
pertanyaan berputar-putar diotak Kai, ia tak peduli, meskipun namja itu
memiliki paras yang sempurna, sifatnya yang mencerminkan istri yang
baik, bahkan mungkin bagi orang-orang, segalanya itu memang sangat
sempurna, bagi Kai, hanyalah Kyungsoo yang sempurna dimatanya, ia akan
terus mengatakkan hal itu selama ia masih bisa bernafas dan masih berada
didalam dunia, mungkin juga, jika ia sudah berada disurga, ia akan
tetap mengatakkan hal itu kepada semua orang, agar mereka tau, bahwa
dengan siapapun ia bersama, hanya Kyungsoo yang paling sempurna
dimatanya.
Kai pun merebahkan tubuhnya di kasurnya, ia memejamkan
matanya sambil memeluk figura yang terdapat mereka berdua itu, berharap
ia sedang memeluk Kyungsoo untuk terakhir kalinya.
!Skip Time!
Hari
ini adalah hari pernikahan Kai dengan Luhan. Acara itu dilaksanakan di
gereja paling mewah di Seoul. Sudah banyak orang berdatangan, tapi sosok
namja yang ditunggu-tunggu Kai sama sekali belum muncul. Padahal acara
sebentar lagi akan dimulai, tapi Kyungsoo sama sekali belum terlihat
diantara lautan tamu yang datang.
Kai merasakan firasatnya tidak
enak jika memikirkan Kyungsoo, seperti ada sesuatu yang tak enak akan
terjadi pada orang yang disayanginya itu. Sampai akhirnya, Kai
mendengarkan suara tepuk tangan yang meriah membuatnya tersadar dari
lamunannya tentang Kyungsoo. Dihadapannya sekarang, berada sosok Luhan
yang mengenakkan gaun panjang semata kaki tanpa lengan, pita
disekeliling pinggang rampingnya dan berbagai glitter di di bagian
atasnya. Rambut wig panjang yang digunakan Luhan menambah kesan cantik
dan sempurna pada wajah namja itu. Semua orang menatap Luhan kagum dan
ada beberapa yang menatap Kai iri, tapi bagi Kai, sosok Kyungsoo jika
menggunakkan pakaian itu akan tampil lebih manis dan lebih sempurna dari
sosok didepannya ini.
.
.
.
Mata kelam Kyungsoo
masih menelusuri taman yang dulu menjadi tempatnya berdua bersama Kai.
Berharap masih ada hal yang bisa dia putar ulang sebelum ia benar-benar
melupakkan sosok Kai. Sampai matanya berhenti pada tanah yang dipenuhi
dengan bunga-bunga indah yang tidak pernah layu walaupun sudah lama.
Kyungsoo berjalan mendekati tempat itu dan terlihat jelas bahwa
bunga-bunga itu membentuk sebuah hati. Ia masih ingat dulu ini ditata
oleh Kai sendiri pada hari ulang tahunnya yang ke-20. Kyungsoo tersenyum
mengingat hal itu, itu adalah ulang tahun terindah baginya tapi juga
menjadi awal dimana sikap Kai mulai berubah.
Entah kenapa, setetes
air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya, ia tidak tahu, ini adalah
air mata kesedihan atau kesenangan, karena perasaan dihatinya pun campur
aduk, senang, sedih, menyesal, itu menjadi satu.
Kyungsoo melirik
arloji bergambar kucing yang dulu dibelikan Kai sebagai salah satu kado
Natal untuknya, sekarang waktu menunjukkan pukul 9 tepat.
'Acara
pernikahan Kai sudah dimulai.' Batin Kyungsoo sambil tersenyum pahit.
Kyungsoo pun menjalankan kakinya keluar dari taman itu. Ia terus
berjalan secara perlahan menuju gereja tempat Kai menikah. Secara
perlahan sambil terus mengenang perjalanan cinta mereka yang diawali
dengan kebahagiaan, dilalui dengan senyum, tangis dan kemarahan, dan
diakhiri dengan penyesalan.
Kyungsoo tidak ingin berjalan terlalu
cepat ketempat itu, ia tidak ingin melihat Kai bersama Luhan saling
berpegangan tangan dan saling merangkul, bukannya Kyungsoo tidak bisa
menerima kenyataan, tapi ia hanya belum bisa menerima kenyataan bahwa
perjalan cinta mereka berakhir sangat miris seperti ini.
Sampai
akhirnya, tinggal sekali menyebrang, ia akan sampai di tempat itu.
Kyungsoo menunggu sampai lampu untuk orang berjalan berganti menjadi
hijau. Disaat sudah mulai orang-orang beramai-ramai menyebrangi jalan,
Kyungsoo pun melangkahkan kakinya secara perlahan-lahan. Tiba-tiba, ia
mendengar derap kaki orang yang berlari keluar dari gereja. Sampai
akhirnya sosok yang selama ini ia rindukan pun muncul, sosok itu berdiri
diujung jalan sambil melambaikan tangan kearahnya dengan senyuman yang
membuat wajahnya semakin tampan, sampai akhirnya sosok itu berteriak
kearahnya.
"KYUNGSOO HYUNG, AWAS!" teriak sosok itu dan sekarang,
seakan waktu menjadi slow motion, Kyungsoo menengok perlahan
kesampingnya dan disana ada mobil sedan yang menyalakan lampu sen
kearahnya. Ingin Kyungsoo berlari, ingin Kyungsoo menghindari mobil itu,
tapi mobil sedan itu sudah terlanjur menabraknya.
Kyungsoo
merasakan cairan merah mengalir dari keningnya dan hidungnya. Baju putih
yang digunakannya sekarang berubah warna menjadi merah. Matanya mulai
memburam. Ia hanya bisa mendengar derap kaki orang-orang yang
menghampirinya. Ia juga melihat orang-orang menatapnya iba. Sampai
akhirnya, ia melihat sosok Kai menerobos kerumunan itu. Kai mengangkat
tubuh kecil Kyungsoo perlahan kepangkuannya. Kai tidak peduli bajunya
kotor akan darah, yang ia fikirkan adalah keselamatan Kyungsoo.
"Kyungsoo
Hyung." Lirih Kai sambil menitikkan air mata. Entah kekuatan dari mana,
tangan Kyungsoo bergerak menghapus air mata Kai dan tersenyum. Senyuman
yang akhir-akhir ini jarang sekali ia tampilkan.
"U-ulji-ma
K-kai, ba-bahagialah de-dengan Lu-han-ge, Yeo-ngwon-hi Neol Sa-rang."
Ucap Kyungsoo terbata-bata sebelum ia menutup matanya.
"KYUNGSOO HYUNG!"
TBC~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar