
KYUTEUK – Hyung, saengil chukkhae
Author : VayTeuKey
Cast : Kyuhyun, Leeteuk, Super Junior
Genre : Family, Brothership, Friendship
Length : One Shoot
p.s : Harusnya ni FF publish waktu ultah Leeteuk oppa, tapi gak apa-apa ya. Hehe ^^
Leeteuk POV
Kupijit keningku untuk sedikit meredam rasa sakit di kelapaku. Entah kenapa setelah siaran tadi, tiba-tiba saja kepalaku terasa sangat pusing. Mungkin karena terlalu lelah.
“Hyung, gwaenchanayo?” tiba-tiba Eunhyuk menghampiriku dan menanyakan keadaanku.
“Ne, kepalaku sedikit pusing. Mungkin karena terlalu lelah.” Jawabku seraya tersenyum.
“Ayo kita pulang hyung, sudah malam!” ajaknya. Kami berdua pun berjalan menuju parkiran basemen.
Sesampainya di dorm, ternyata member yang lain belum tidur. Masih bersantai-santai karena tidak ada kegiatan besok hari. Terkecuali aku, Eunhyuk dan Shindong yang memang punya kegiatan lebih banyak dari yang lainnya. Keributan-keributan yang dibuat para member, membuat sakit kepalaku semakin menjadi-jadi. Kuputuskan untuk langsung masuk kedalam kamar dan istirahat. Sebelumnya, kulihat Kyu masih asyik dan konsentrasi bersama PSP-nya di runag tengah. Aku tidak sempat menyapanya, karena aku benar-benar sudah ingin istirahat. Kubaringkan tubuhku di tempat tidur dan mencoba untuk menutup mata. Kurasa sudah selama 5 menit aku menutup mata, tapi tetap saja aku tidak bisa tidur. Suara berisik yang ditimbulkan para member membuatku tidak bisa istirahat. Kudengar suara Kyuhyun berteriak keras dari dalam kamar. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Kulangkahkan kakiku dengan cepat keluar kamar.
“YA!” aku berteriak keras, sampai semua member menghentikan kegiatan mereka dan menatapku. “Kalian bisa tenang sedikit tidak. Kepalaku sedang sakit dan aku ingin istirahat. Kyuhyun, berhenti bermain PSP! Besok kau harus kuliah, cepat tidur!” ucapku masih dengan nada tinggi.
“Tapi hyung, besok aku tidak ada kuliah.” Rengeknya manja.
“Jangan MERENGEK seperti itu!” bentakku lagi. Kulihat dia sedikit ketakutan. “Kalau kau tidak menurut, besok kau pulang ke Jerman. Arraseo!” dia menunduk lalu mengangguk. Kutatap lagi satu persatu wajah member yang menatap antara takut dan khawatir padaku. Aku tidak mempedulikannya, lalu kembali masuk kedalam kamar seraya menutup pintu dengan keras. Akhirnya aku bisa istirahat dengan tenang.
Kyuhyun POV
“YA!” tiba-tiba Jungsu hyung berteriak, membuat kami semua menghentikan kegiatan kami dan menatap fokus padany. Bahkan Heebum dan Baengsin pun berhenti memperebutkan ikan yang diberikan Heechul hyung dan Hankyung hyung. “Kalian bisa tenang sedikit tidak. Kepalaku sedang sakit dan aku ingin istirahat. Kyuhyun, berhenti bermain PSP! Besok kau harus kuliah, cepat tidur!” ucapnya dengan nada tinggi. Aku kaget, dia belum pernah membentakku seperti itu. Meskipun dia memarahiku, dia tidak pernah membentakku dengan nada tinggi seperti barusan.
“Tapi hyung, besok aku tidak ada kuliah.” Rengekku manja, berharap dia tidak benar-benar membentakku barusan.
“Jangan MERENGEK seperti itu!” bentaknya lagi, ternyata dia sedang serius. aku sedikit ketakutan. “Kalau kau tidak menurut, besok kau pulang ke Jerman. Arraseo!” aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Jungsu hyung, kenapa dia harus mengancamku dengan cara seperti itu? Kutundukkan kepalaku lalu menunduk.
Brrraaakkk . . .
Aku tersentak kaget saat mendengar suara pintu yang ditutup dengan keras. Itu berarti Jungsu hyung sudah masuk kedalam kamar. Ada rasa sesak di dalam dadaku saat Jungsu hyung membentakku barusan. Tanpa sadar, mataku kini sudah tidak kering lagi. Aku menangis. Aku masih menunduk, karena tidak mau di ketahui oleh yang lain aku menangis. Aku langsung berlari keluar dorm. Kudengar suara-suara hyungku yang memanggil namaku, tapi tak kupedulikan. Yang penting sekarang, aku ingin keluar dari dorm dan menenangkan diri.
“Kyuhyun, kau mau kemana?”
“Kyu, ini sudah malam kau mau kemana?”
“Kyu, kau bisa sakit!”
“Kyu, jangan pergi!”
“Kyu, di luar sangat dingin. Kau mau kemana?”
Semua panggilan-panggilan itu tidak kupedulikan. Aku berlari keluar dari dorm hanya memakai baju tidur dan memakai sandal rumah. Aku terus berlari sampai akhirnya aku berhenti di sebuah bangku taman di depan dorm. Udara malam ini sangat dingin karena sekarang sedang musim dingin. Tapi rasa dingin itu tidak terasa sama sekali di tubuhku, terkalahkan dengan rasa sakit hati dan sedih yang kurasakan saat ini.
“Kyu!” seseorang memegang pundakku. Kudongakkan kepalaku untuk mengetahui siapa orang itu. “Gwaenchanayo?” tanyanya. Aku dia tidak menjawab. Bagaimana bisa aku baik-baik saja, dia tidak melihat mataku sangat merah dan basah seperti ini? Dasar Monkey. Dia duduk di sampingku lalu memakaikan jaket ke tubuhku.
“Jangan kau ambil hati ucapan Teuki hyung tadi. Dia sedang sakit jadi dia bersikap seperti tadi. Mengertilah!”
“Ne, aku mengerti hyung. Tapi tadi aku benar-benar tidak percaya Jungsu hyung akan mengatakan hal itu. Mengembalikanku ke Jerman, memangnya dia siapa? Dia memang kakakku, tapi bukannya dia tahu kalau aku sudah terikat kontrak? Pabo!” Eunhyuk hyung terkekeh kecil.
“Kau baru bersamanya selama beberapa bulan ini. Aku sudah mengenalnya sejak pertama kali aku masuk trainee. Sikapnya kadang-kadang bisa berubah sewaktu-waktu, tidak terduga.”
“Tapi, haruskah dia membentakku seperti barusan? Aku adalah adik kandungnya.”
“Kau tahu, aku pernah dicekik Teuki hyung karena aku mengganggunya disaat yang tidak tepat.” Aku terkekeh mendengar ceritanya. “Saat selesai siaran tadi, dia bilang kepalanya sangat sakit. Dan ketika pulang, dia ingin istirahat. Tapi kita semua ribut. Bukankah kalau itu terjadi padamu, kau juga akan melakukan hal yang sama bukan? Bahkah kalau sampai terjadi padaku, aku pun akan melakukan hal yang sama dengan apa yang barusan Teuki hyung lakukan.” Jelasnya. Aku mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Eunhyuk hyung. Memang benar apa yang di katakan Eunhyuk hyung. Aku pun pasti akan melakukan hal yang sama.
“Sudahlah, sekarang kita kembali ke dorm. Udaranya sudah semakin dingin, aku tidak kau ikut-ikutan sakit seperti Teuki hyung. Leader dan maknae sakit, panggung tidak akan seru tanpa kalian.” Ucapnya berhasil membuat sebuah senyuman di bibirku.
Pagi harinya, Jungsu hyung terlambat bangun. Donghae hyung bilang, Jungsu hyung sangat nyenyak tidurnya sehingga dia tidak berani membangunkannya. Akhirnya kami sarapan tanpa kehadirannya. Jadwal kegiatan kami hari ini dimulai pada pukul 12 siang nanti. Sehingga kami bisa bersantai tanpa harus terburu-buru. Kuambil PSP di kamarku lalu memainkannya di ruang tengah bergabung dengan member yang lainnya. Kulihat Jungsu hyung baru keluar dari kamarnya, dia langsung berjalan menuju dapur. Wajahnya terlihat sangat kacau, mungkin karena akibat sakit kepalanya tadi malam.
“Wookie-ah, di mana kau simpat obat-obatan?” terdengar teriakan Jungsu hyung dari dapur.
“Wae?” balas Wookie hyung kemudian berlari menuju dapur menemui Jungsu hyung. Jungsu hyung benar-benar tidak biasanya, apakah dia sedang mempunyai masalah. Dia tidak suka berteriak seperti barusan, dia akan mendatangi orang yang dia butuhkan bukan dengan berteriak seperti itu. Tidak berapa lama kemudian, Wookie hyung kembali bergabung bersama kami di ruang tengah.
“Wookie-ah, dia kenapa?” Tanya Heechul hyung.
“Oh, Teuki hyung meminta obat sakit kepala.” Jawab Wookie hyung santai kemudian kembali melahap biscuit yang dibuatnya tadi pagi bersama Sungmin hyung.
“Mwo?” teriak Heechul hyung tiba-tiba. Aku sampai harus menutup telingaku karena teriakannya itu.
“Wae?” balas Wookie hyung.
“Ya! Kau tidak sadar, dari tadi malam dia belum makan. Dan barusan kau memberikannya obat, kau mau membunuhnya?” teriak Heechul hyung kemudian berlari menuju dapur. pikiranku yang tidak sepenuhnya konsentrasi pada pembicaraan Heechul hyung dan Wookie hyung, mengharuskan aku mencernanya terlebih dahulu dengan baik. Setelah sadar dengan apa yang mereka bicarakan, kutatap Eunhyuk hyung yang kini sedang menatapku juga. Mata kami sama-sama membulat, kemudian dengan langkah cepat aku langsung berlari menuju dapur di susul oleh hyung-hyungku. Sepertinya merekapun sama denganku, tidak terlalu memperhatikan pembicaraan Heechul hyung dan Wookie hyung barusan sehingga mengharuskan mereka untuk mencernanya terlebih dahulu seperti aku.
“Ya! Jungsu-ah ireona!” teriak Heechul hyung. Saat kami sampai di dapur, tubuh Jungsu hyung sudah terkapar di lantai dengan kepala yang sudah berada di pangkuan Heechul hyung. “Jungsu-ah ireona!”
“Hyung!” teriakku bersama member yang lain. Kini aku sudah berada di samping tubuh Jungsu hyung. Tanpa kusadari air mataku sudah jatuh, aku takut akan kehilangannya lagi. “Hyung ireona!” ucapku disela tangis.
“Kangin-ah, bantu aku bawa Jungsu ke kamarnya!” dengan sigap Kangin hyung langsung menggendong Jungsu hyung di punggungnya.
###
“Bagaimana keadaannya?” Tanya Kangin hyung saat dokter yang memeriksa Jungsu hyung keluar dari kamar. Kami semua langsung mengelilinginya meminta penjelasan.
“Gwaenchana, dia hanya kelelahan. Aku sudah memberikannya obat, dan tolong jaga pola makannya. Sepertinya dia terlalu banyak bekerja dan pola makannya tidak teratur.”
“Ne, aku akan menjaga pola makannya.” Sambut Wookie hyung. Dokter itu tersenyum kemudian pergi diantar oleh Heechul hyung.
“Kyu, gwaenchana?” Tanya Eunhyuk hyung tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
“Ne?”
“Ya! Kau melamun?”
“Ani.” Kugelengkan kepalaku cepat.
“Dokter, tadi aku memberikannya obat sakit kepala. Apakah ada pengaruhnya?” Tanya Wokie hyung merasa khawatir. Dokter itu masih tidak mengerti karena dia menatap Wokie hyung meminta penjelasan lebih. “Begini, aku memberikannya obat sakit kepala. Padahal dia belum makan sejak semalam, apakah itu berpengaruh?”
Dokter itu mengangguk mengerti, “Itu memang salah, mungkin akan berpengaruh pada lambungnya. Apabila setelah sadar dia mengeluh tentang lambungnya, kalian bisa menghubungiku lagi.” Kami menghela napas lega.
Setelah dokter yang memeriksa Jungsu hyung pergi. Aku langsung masuk ke dalam kamarku.
Apa yang harus kulakukan untuk Jungsu hyung. Dia sering sakit karena kelelahan. Jadwal pekerjaannya lebih padat di bandingkan dengan kami semua.
Shake it up . . .Shake it up . . .
Lamunanku buyar saat iphoneku berbunyi. Kulihat layarnya, terpampang nama ‘Eomma’. Aku segera mengangkat telpon darinya.
“Yeoboseyo.”
“Kyunie, apakah keadaan kalian baik-baik saja?” ucap eomma tiba-tiba.
“Waeyo?” Tanyaku heran.
“Keadaanmu dan kakakmu. Apakah kalian baik-baik saja? Aku merasa diantara kalian kini sedang sakit. Tadi eomma mencoba menghubungi Jungsu, tapi dia tidak mengangkat telpon dariku. Tidak seperti biasanya.”
“Ne eomma, aku baik-baik saja. Tapi Jungsu hyung, dia sakit karena kelelahan.” Jawabku dengan suara rendah. Karena aku takut akan respon eomma.
“MWO?” benar saja. “Apa yang terjadi padanya, apakah dia di rawat di rumah sakit? Eomma akan ke Korea sekarang. setiap aku menelpon kalian, selalu saja Jungsu dalam keadaan sakit. Apakah dia terlalu banyak bekerja?” eomma terus bebicara tanpa memberiku kesempatan.
“Eomma, tenanglah.” Kupotong pembicaraannya. “Hyung hanya kelelahan dan butuh instirahat saja. Eomma tidak perlu khawatir. Jadi eomma tidak perlu ke sini.”
“Andwae, aku tetap harus kesana Kyunie. Kau tidak ingat kalau 3 hari lagi itu ulang tahun hyungmu?”
“Ah, hampir saja aku lupa.”
“Kau ini bagaimana, nanti siang eomma akan langsung ke sana. Setelah sampai, eomma akan menelponmu untuk menjemputku di bandara.”
“Ne, eomma.”
Setelah sambungan telpon dari eomma terputus, iphoneku kembali berdering. Kulihat layarnya, siapa yang menelpon lagi. Ternyata appa.
“Yeoboseyo?”
“Kyunie-ah, 3 hari lagi hyungmu ulang tahun. Bawa dia pulang, appa akan membuat pesta kejutan untuknya.”
“Tapi appa, kami tidak bisa. Kami ada jadwal manggung. Mungkin kami akan ke sana saat malamnya saja.” Jelasku.
“Andwae, apakah kau tidak bisa meminta libur sehari saja pada manager kalian. Jungsu sudah bekerja selama setahun ini tanpa istirahat. Berikan nomor telpon manager kalian padaku, kalau perlu nomor telpon Soo Man juga.” Terdengar nada marah appa.
“Aku yang akan bicara dengar manager hyung.” Jawabku akhirnya. Aku tidak mau, bila appa yang bicara pada manager hyung. Akhirnya malah akan ribut.
“Baiklah kalau begitu. Appa tutup telponnya.”
Klik.
Aku keluar dari kamar, para member sedang berkumpul di ruang tengah.
“Kyu, kau mau kemana?” Tanya Eunhyuk hyung yang melihatku akan keluar dorm.
“Aku mau menemui manager hyung.” Jawabku singkat.
Kulajukan mobilku menuju gedung SM untuk menemui managaer hyung. Tadi aku sudah menghubunginya dan dia bilang sedang berada di kantor.
Tok tok tok . . . Kuketuk pintu ruangannya.
“Masuk!” ucap sebuah suara dari dalam ruangan.
“Hyung, apakah aku mengganggumu?” aku langsung duduk di kursi yang ada di hadapannya.
“Ani, waeyo?”
“Hyung, 3 hari lagi Jungsu hyung ulang tahun. Bolehkah aku meminta untuk meliburkannya, satu hari saja saat dia ulang tahun.”
“Ani, kau tahu bukan 3 hari lagi jadwal kalian benar-benar padat.” Jelasnya.
“Hyung aku mohon! Sebenarnya ini bukan permintaanku, tapi ini permintaan appa. Bahkah tadi dia meminta langsung untuk berbicara pada Soo Man seongsaengnim. Hyung, jebal! Lagi pula, selama setahun ini Jungsu hyung belum mendapatkan libur bukan?”
“Kyu, kau ini. Baiklah, aku akan bicara pada Soo Man sajangnim tentang permintaanmu ini.” Ucap manager hyung pasrah. Aku tersenyum mendengarnya. Paling tidak, ada sedikit harapan. Setelah menyampaikan keinginanku pada manager hyung, aku kembali ke dorm.
Malamnya semua member berkumpul untuk makan malam. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan kedatang Jungsu hyung ke ruang makan.
“Hyung, gwaenchana?” aku langsung mendekatinya karena khawatir.
“Ne, gwaenchana.” Jawabnya dengan suara lemah. Kutuntun dia ke meja makan, bergabung dengan yang lainnya.
“Hyung, aku akan mengantarkan makan malammu ke kamar. Lebih baik kau istirahat saja di kamar.” Ucap Wokie hyung.
“Andwaeyo, aku ingin makan malam di sini saja. Diam di kamar terus membuatku bosan, dan itu akan semakin membuat penyakitku semakin parah.” Kami semua akhirnya menurut dan tidak memaksakan Jungsu hyung.
Setelah selesai makan malam, kulihat Jungsu hyung melangkahkan kakinya menuju balkon apartemen kami. Aku dengan ragu mendekatinya.
“Hyung.” Dia menoleh dan tersenyum padaku. Ah, akhirnya dia mengeluarkan senyum malaikatnya padaku.
“Waeyo?”
“Ani, bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Gwaenchana, aku sudah merasa lebih baik. Oh ya, mianhae! Karena kemarin aku membentakmu, aku benar-benar sedang sakit kepala.” Jelasnya.
“Gwaenchana, aku mengerti. Tapi kemarin kau benar-benar membuatku takut hyung, kau mengancamku akan mengimrimku kembali ke Eropa. Aku takut akan terpisah darimu dan tidak bisa bertemu denganmu lagi. Kumohon jangan lakukan itu lagi padaku hyung.” Ucapku dengan nada manja. Dia terkekeh lalu merengkuh bahuku.
“Mianhae, aku tidak akan mengancammu dengan hal yang seperti itu lagi. Yakseok! Tapi mungkin aku akan mengancammu dengan PSP mu itu. Aku akan menghancurkan semua PSP dan game Starcraft yang kau miliki.” Aku membulatkan mataku.
“Ya, hyung!” Jungsu hyung mengacak rambutku. Syukurlah, dia sudah kembali. Aku berjanji tidak akan membuatnya marah lagi, karena disaat dia sedang marah benar-benar menakutkan. Bahkan lebih menakutkan dari Kangin hyung atau Heechul hyung.
Shake it up . . . Shake it up . . .
“Hyung, aku terima telpon dulu.” Jungsu hyung mengangguk. Aku menerima telpon di depannya.
“Yeoboseyo?”
“Kyunie, eomma sudah sampai di bandara. Cepat jemput eomma, dan jangan beritahu Jungsu bahwa eomma datang. Eomma ingin membuat kejutan untuknya. Arrasseo?”
“Ne.”
Klik.
“Nugu?”
“Temanku, dia baru datang dari Jerman. Sekarang dia sudah ada di bandara, aku akan menjemputnya sekarang.”
“Kau akan pergi dengan siapa?”
“Sendiri.” Jawabku singkat, namun baru saja aku akan beranjak pergi. Jungsu hyung menghentikan langkahku.
“Kau tidak boleh pergi sendiri, apalagi malam-malam seperti ini.” Dia melangkah masuk ke ruang tengah. “Kangin, temani Kyunie ke bandara!”
“Kenapa harus aku?” Tanya Kangin hyung, sepertinya dia keberatan.
“Kau tidak lihat sekarang jam berapa? Aku tidak bisa mengantarkannya karena sebentar lagi aku harus pergi ke Sukira. Jangan protes, temani saja dia.” Tegas Jungsu hyung. Dengan langkah malas, Kangin hyung beranjak dari duduknya.
“Hyung, kami pergi dulu.” Pamitku.
“Ne, Kangin-ah cheosimhae!” teriak Jungsu hyung dari dalam dorm.
Selama perjalanan menuju bandara, tidak ada diantara kami yang ingin memulai pembicaraan. Kami memang tidak terlalu dekat karena hobi kami yang berbeda.
“Hmmm . . . hyung!” akhirnya kuputuskan untuk memulai pembicaraan. Lagi pula, topic pembicaraan yang kumulai ini harus melibatkan member Super Junior lainnya.
“Hmm . . .”
“Sebenarnya, kita akan menjemput eommaku.”
Ciiitttt
“MWO?” tiba-tiba Kangin hyung menghentikan mobilnya dengan mendadak membuatku sedikit terpental ke depan. Tapi untung saja aku memakai sabuk pengaman dan tidak ada mobil di belakang kami. Kalau tidak, tamatlah riwayat kami. “Kenapa kau tidak bilang dari tadi?” teriaknya. Kangin hyung mulai melajukan mobilnya dengan cepat.
“Hyung, tidak perlu cepat-cepat. Tenang saja!”
“Ani, kau mau membuat ahjumma menunggu lama?”
“Bisakah kau rahasiakan kedatangan eomma dari Jungsu hyung?”
“Untuk apa?”
“Eomma ingin memberikan kejutan di hari ulang tahunnya.” Kangin hyung memukul keningnya sendiri.
“Ah, hampir saja aku lupa kalau lusa adalah ulang tahun Teuki hyung. Baiklah kalau begitu, kau bisa mengandalkanku.” aku tersenyum senang mendengarnya.
—–
Setelah mengantar eomma ke hotel, kami kembali ke dorm.
“Kenapa kalian lama sekali?” Tanya Jungsu hyung saat kami datang.
“Kami mengantar teman Kyu ke hotel hyung.” jawab Kangin hyung sambil berjalan menuju dapur mengambil minum.
“Kenapa tidak kau ajak ke sini?”
“Di sini sudah terlalu sempit hyung. Aku takut dia tidak nyaman.”
“Begitu.” Syukurlah dia tidak bertanya yang macam-macam. Kulirik Kangin, diapun menatapku sambil tersenyum kecil.
“Hyung, aku masuk ke kamar duluan. Aku lelah.” Pamitku pada semua hyung.
“Neee.” Mereka menjawab kompak tanpa mengalihkan mata mereka dari layar TV.
Leeteuk POV
Kulirik kalender yang terpajang di dinding kamarku. Besok adalah hari ulang tahunku. Rasanya aku semakin tua saja. kudengar pintu kamarku terbuka, dan muncul sosok Donghae di sana. Dia baru saja selesai mandi. Kulihat rambutnya basah dan tersampir handuk menutupi tubuh bagian bawahnya.
“Kau ada pekerjaan hari ini?” tanyaku.
“Eoh.” Jawabnya tanpa memandangku, sibuk memilih pakaian yang akan dia kenakan hari ini.
“Kau sudah sarapan?”
“Belum.” Jawabnya lagi tanpa memandangku.
“Wookie tidak memasak?”
“Ani.”
“Dia tidak datang ke sini?”
“Tidak tahu.” Ada apa dengannya. Pagi ini dia sedikit tidak sopan padaku.
“Aku akan membuatkanmu omelet.” Ujarku kemudian keluar dari kamar.
Saat keluar dari kamar, kutemukan keadaan dorm benar-benar sepi. Kemana semua orang? Apakah mereka punya pekerjaan dan akan meninggalkanku sendiri di dorm? Aku benar-benar benci hari libur. Aku tidak tahu kenapa, tadi malam manager hyung bilang hari ini sampai besok aku tidak memiliki jadwal pekerjaan. Tapi bukankah seharusnya nanti malam aku siaran SUKIRA bersama Eunhyuk? Ah, kupikirkan nanti saja. Sekarang aku harus membuat omelet untuk Donghae.
“Hyung, aku pergi!” kudengar teriakan Donghae.
“Ya! Donghae-ya, aku sedang membuatkanmu omelet.” Teriakku agar dia mendengarnya.
“Eunhyuk sudah menungguku.” Jawabnya. Brak, kudengar suara pintu tertutup pertanda Donghae sudah keluar.
Kupandang omelet yang baru saja kubuat dengan perasaan sedikit kecewa. Bahkan Donghae tidak menemuiku dahulu sebelum dia pergi. Akhirnya kumakan sendiri omelet yang kubut. Aku memandang ke sekeliling ruang tengah dorm. Benar-benar sepi dan tidak ada kehidupan. Rasanya hanya aku yang hidup di sini sendiri.
“Meong.” Aku menoleh ketika mendengar suara kucing. Kulihat Heebum keluar dari kamar Heechul. Setidaknya aku punya teman makhluk hidup di sini. Kugendong dia lalu kubawa ke sofa ruang tengah. Menikmati acara TV yang menurutku kurang menarik.
Kubuka mataku saat mendengar suara ribut-ribut. Ternyata aku ketiduran di sofa. Heebum sudah tidak ada di pangkuanku. Yang pertama kulihat adalah Kyuhyun dan Donghae yang sedang bertanding starcraft. Kulirik jam dinding. Sudah pukul 3 sore. Selama itukah aku tertidur?
“Ya! Sejak kapan kalian pulang?” tanyaku dengan suara sedikit serak akibat baru bangun tidur. Tapi tidak satupun kuterima jawaban dari mereka. “Ya!” aku lebih mengencangkan suaraku.
“Jungsu-ya, kau baru bangun?” aku menoleh ketika seseorang bertanya padaku. Heechul.
“Ne, wae?”
“Ani, tapi sepertinya kali ini kau mendapatkan waktu tidur lebih lama.” Terdengar nada seddikit mengejek darinya tapi aku tidak perduli.
Aku beranjak dari sofa kemudian masuk ke kamar mandi. Aku baru ingat, sejak pagi tadi aku belum mandi.
Member-member penghuni dorm bawah, satu-persatu datang. Sudah menjadi tradisi, kami akan makan malam bersama di dorm lantai 12. Sambil menunggu Ryeowook dan Sungmin selesai memasak, kuputuskan untuk browsing internet meng-up date berita yang ada saat ini. Dan member lainnya pun, sibuk dengan kegiatan mereka.
“Hyung, apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Kyuhyun yang tiba-tiba menghampiriku.
“Ani, aku hanya melihat berita. Wae?” aku menoleh padanya.
“Aku ingin membeli sesuatu di mini market, kau mau mengantarku?”
“Geure.” Aku beranjak dari duduk kemudian masuk ke dalam kamar untuk mengambil jaket. “Kaja!”
Kenapa rasanya udara mala mini dingin sekali. Padahal sekarang bukan musin dingin. Kulihat Kyuhyun berkali-kali menggosok-gosokkan tangannya agar tetap hangat.
“Kau kedinginan?”
“Sedikit, gwaenchana.”
“Besok kau ada pekerjaan?”
“Ne, bagaimana dengamu?”
“Ani, manager hyung bilang aku libur.”
“Mungkin karena besok adalah hari ulang tahunmu, manager hyung meliburkanmu.”
“Kau ingat?” tanyaku tidak percaya.
“Tentu saja, bagaimana bisa aku lupa hari ulang tahunmu. Tapi aku tidak bisa memberikan hadiah untukmu.”
“Gwaenchana, aku sudah cukup senang dengan kau mengingat hari ulang tahunku.” Kuberikan senyum tulusku padanya.
“Sekarang kita harus menyebrang. Kaja hyung!” Kyuhyun berjalan di depanku, namun pada saat itu juga sesuatu yang sangat tidak ingin aku harapkan terjadi.
Brrraaakkkk. Sebuah motor menyerempet Kyuhyun, aku yang berada di belakangnya berusaha menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah. Kurasakan cairan kental di telapak tanganku ketika memegang tangan Kyuhyun.
“Ya! Kyuhyun-ah, gwaenchana?” panikku. “Bertahanlah, aku akan memanggil member yang lain untuk menolong kita.”
“Yeoboseyo!” kudengar suara Sungmin dari seberang sana.
“Ya! Ppaliwa, tolong aku. Kyuhyun terserempet motor.” Teriakku panic.
“Eodi?” kudengar suara Sungmin tak kalah paniknya.
“Kami masih berada di depan gedung dorm. Ppaliwa!”
“Ne, hyung.”
Klik.
“Kyu-ya, bertahanlah.” Kulihat Kyuhyun mulai kehilangan kesadarannya. “Ya, kau harus tetap sadar.” Tanpa kudari air mata mengalir membentuk sungai-sungai kecil di pipiku.
Setelah menunggu beberapa menit, sebuah mobil berhenti di depan kami. Sungmin dan Hangeng keluar dari dalamnya, kami langsung memasukkan tubuh Kyuhyun yang mulai lemah ke dalam mobil lalu membawanya ke rumah sakit.
Tidak semua member menyusul kami ke rumah sakit, mungkin mereka masih memiliki pekerjaan yang harus di lakukan. Hanya ada Sungmin, Hangeng, Yesung dan Kangin yang menemaniku saat ini. Sudah hampir satu jam Kyuhyun berada di dalam, tapi sepertinya dokter belum juga mau keluar. Apakah keadaannya sangat parah? Apa yang harus kukatakan pada appa dan eomma jika mereka tahu keadaan Kyuhyun. Mereka pasti sangat marah padaku.
“Hyung, tenanglah.” Ujar Hangeng berusaha menenangkanku. Aku tersenyum sedih memandangnya.
“Keluarga tuan Cho.” Seorang dokter akhirnya keluar. Kami bertiga langsung mendekatinya.
“Bagaimana keadaannya?” tanyaku khawatir.
“Hanya luka kecil, tidak perlu dibesar-besarkan. Ada beberpa luka goresan di kaki dan tangannya. Tapi kami sudah menjahitnya.”
“Kami bisa menemuinya?” Tanya Sungmin.
“Tentu saja. Saya permisi.”
Kami bertiga membungkuk berterima kasih kemudian masuk ke dalam ruang perawatan Kyuhyun. Saat kami masuk kulihat senyuman Kyuhyun menyambut kami.
“Gwaenchana?” aku segera memeluknya khawatir.
“Nan gwaenchana hyung. Tidak perlu berlebihan seperti itu.”
“Jangan pernah membuatku khawatir lagi. Arraseo?”
“Ne.”
Ddddrrrrtttt. Ponselku bergetar tanda telpon masuk. Appa.
“Yeoboseyo!”
“Jungsu-ya, tolong appa!” terdengar suara appa yang kesakitan.
“Appa, wae?”
“Jungsu-ya!”
“Appa!”
Klik. Telpon terputus.
“Hyung, wae?” Tanya Kyuhyun. “Apa yang terjadi pada appa?” Kyuhyun terlihat mulai khawatir.
“Gwaenchana, kau tenang saja. aku akan segera melihat keadaan appa. kau tunggu di sini. Arra?”
“Cepat hubungi aku ketika kau sampai di sana.”
“Arraseo.”
Aku segera berlari keluar rumah sakit, menghentikan sebuah taxi yang lewat. Aku baru menyadari kebodohanku setelah naik taxi. Kenapa aku tidak pinjam mobil Sungmin? Perjalananku sedikit terhambat karena ada sebuah kecelakaan.
“Ahjussi, apakah tidak ada celah untuk keluar dari jalanan ini?”
“Tidak ada.” Jarak rumahku sudah tidak terlalu jauh dari sini. Sebaiknya aku berlari ke sana saja.
“Ahjusi, aku turun dari sini.” Aku turun dari taxi, kemudian segera berlari menuju rumah.
Saat sampai di depan rumah, kulihat keadaan rumah yang gelap dan sepi. Jantungku sudah berdetak tidak beraturan. Aku takut terjadi sesuatu pada appa. Saat aku masuk, pintu ternyata tidak terkunci.
“Appa!” teriakku khawatir. Keadaan rumah benar-benar gelap. Kulangkahkan kakiku menuju ruang tengah. Namun tiba-tiba lampu menyala.
“SAENGIL CHUKKAE!” aku tertegun melihat semua orang ada di sana, termasuk appa, Kyuhyun, dan eomma.
“Saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida saranghaneun uri Jungsu. SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA!”
“Make a wish?” appa, eomm dan Kyuhyun menghampiriku dengan sebuah kue tart yang sudah dipasangi lilin di atasnya.
Kututup mataku. Terima kasih Tuhan karena kau mengasihiku dengan memberikan orang-orang yang sangat menyayangiku. Kuharap kami semua bahagia. Kutiup lilinnya dan pada saat itu pula terdengar tepukan riuh dari semua orang.
“Hyung, mianhae karena kami semua membohongimu.” Sesal Kyuhyun kemudian memelukku.
“Chukkae nae adeul.” Ujar appa kemudian memelukku. Setelahnya eomma pun memelukku.
“Hyung, chukkae!” teriak member Super Junior lain kemudian mereka berburu memelukku.
“Kalian membuatku sesak.” Ujarku susah payah. Mereka melepaskan pelukannya kemudian tertawa lepas.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar