#cubit pipi Luhan# gemes bgt deh ama rusa yang satu ini >.<
Luhan is my cutets bias! and Heechul-oppa is my prettist bias!
ini FF req dari blog aku yang satu lagi, di chocoranlatte ada yang minta FF Kaido latar nya sama ama FF baekyeol – Apart From You- yang aku post di sana.
yang kaido aku post disini aja. ^^
mohon RCL ya chingu ini rada action dikit dah.. #entah iya entah enggak =,=
Selamat membaca dan kasih RCL. Kalo RCL nya dikit bearti FF ini g berhasil ya.. Jadi g dilanjutkan #pundung TT^TT
TWOSHOOT [Your World]
Author : Kim Hyobin a.k.a Rana Nabila
Cast : KAISOO/ KAIDO
Slight: Kai Luhan / Sehun Luhan
Main Chara : Kim Jongin [KAI] , Do Kyungsoo [D.O]
Support Chara : Xi Lu Han , Park Chanyeol , Byun Baekhyun , SuHo
Genre : Romance, Drama, Action, Death Chara, Angst
Warning : YAOI / Boy x Boy / Shonen Ai
Disclaimer: EXO belong to themselves.
Part 1
Dear Luhan,
Bagaimana kabarmu disana?
Ah… Kamu dimana?
Aku bodoh, ya?
Bahkan aku tidak tahu kau ada dimana…
Aku tidak tahu dan aku tidak akan pernah tahu.
Bisakah kau beritahu padaku?
Letak surga yang menyimpan tubuhmu?
Bisakah aku bertemu denganmu lagi?
Selain dialam mimpi yang buram dan terlupakan.
Aku masih disini dan tidak bisa bergerak
Cintaku padamu terlalu kuat.
Mengikatku hingga aku tak bisa bernafas.
Tapi… Apakah kau bahagia disana?
Aku disini tidak bahagia… tanpamu disisiku.
KAI
>>>
“KAU!! BRENGSEK!”
“KAI JANGAN!!”
DOOOOOOORRR
Mata Kai
membulat. Sosok namja cantik berwajah malaikat itu jatuh tersungkur
dengan jantung yang tertembus timah panas. Timah panas yang baru saja
Kai tembakkan.
“LUHAN!!”
“K..Kai…”
Namja tinggi yang dari tadi diam menatap pilu namja yang tersungkur dilantai. Luhan melindunginya dari peluru panas Kai.
“Terima kasih.. Kai..” bisik namja cantik sambil tersenyum. “..Kau membebaskanku.”
“Tidak!! Kenapa kau melindunginya!!” Kai memeluk Luhan erat. Tidak! Jangan ambil Luhan dari hidupnya!
Luhan tersenyum. “Jika kau …membunuh Chanyeol… Apa kau bahagia? Aku.. hanya tidak mau kau ..membunuh orang lain… Haah!! Ugh!”
“Luhan! Bertahanlah!” Air mata Kai tumpah.
“Saranghae.. Kai..”
“LUHAN!!”
>>>
Everyone says I’m crazy, they tell me to forget you
But that’s not easy.
Exactly why?
I think I’ll getting tired too as time goes by
I see myself chaging
Teen Top – To You
>>>
“Kai tidak salah kok..”
“Tidak!! Aku bersalah!”
“Aku tidak pernah menyalahkan Kai atas apa yang terjadi padaku.”
“Kau yang terlalu baik padaku.”
“Sttt.. Kai jangan menangis. Aku akan selalu memaafkan Kai. Jadi tersenyumlah.”
“Aku tidak bisa tersenyum tanpamu.”
“Siapa yang bilang?”
“Kau sudah pergi Luhan… Dan aku yang membunuhmu. Aku tidak akan pernah bahagia lagi.”
Namja
manis yang membelai rambut seorang namja tampan yang tidur
dipangkuannya itu tersenyum manis. Ia tatap wajah dingin namja itu.
“Kai tidak pernah bermaksud membunuhku. Aku percaya itu.”
Namja
tampan itu bangkit dan duduk disebelah namja cantik bernama Luhan. Ia
tatap wajah cantik itu taat kemudian air mata Kai tertumpah lagi. Ia
menangis terisak.
“Mianhae, Luhan… Mianhae..” Kai membelai pipi Luhan lembut. Sang namja cantik itu menutup matanya perlahan dan tersenyum.
“Lu..Luhan!!” pekik Kai panik saat menyadari sosok Luhan sedikit mengabur dihadapannya. Seakan terbawa angin.
“Kai… Saranghae…”
Setelah
mengatakan hal itu, Luhan lenyap. Kai panik dan berdiri. Ia tatapi
sekelilingnya. Namun yang ia lihat hanya padang rumput luas dengan
berbagai bunga matahari. Tanpa Luhan disisinya.
“TIDAK!! LUHAN!” Kai berlari mencari sosok namja yang ia cintai itu.
“LUHAN!
JANGAN TINGGALKAN AKU!! ”
“LUHAAAANN!!! HNGG!!”
Kai terduduk diranjangnya. Ia mengatur nafasnya yang naik turun tidak beraturan. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
PIPP
PIPP
PIPP
Bunyi alarm menguasai kamar gelap yang lusuh itu. Dengan malas Kai mengambil ponselnya dan mematikan alarm.
Kai bangkit
dari tempat tidurnya dan berjalan kelemeri es yang ada disudut
kamarnya. Ia gapai remote TV dan duduk disofa kecil berwarna coklat kayu
yang ada ditengah- tengah apartemen kecilnya itu.
Piip
Kai menghidupkan TV sambil meneguk brandy kaleng yang ia ambil dilemari es-nya tadi.
“Cih!!”
desis Kai keras saat ia tak menemukan acara TV yang menarik. Ini masih
jam 3 pagi, tentu sulit mencari acara TV yang menarik. Kai mematikan TV
kemudian duduk ditepi ranjangnya.
Trak
Kai mengambil pistolnya kemudian tersenyum remeh. “Nanti kau akan berbunyi lagi setelah pagi menjelang.”
Ia lempar
pistol itu setelah mengisinya dengan peluru penuh keatas ranjang. Kai
melirik meja kecil yang ada disamping ranjangnya. Ia tatap figura foto
itu walau tak terlihat siapa yang ada difigura foto itu karena kamar Kai
sangat gelap.
“Luhan… Dalam mimpipun kau meninggalkanku.” Bisik Kai lirih.
“Kapan kita akan bertemu lagi… Aku merindukanmu..”
>>>
Kai memasuki sebuah gedung perkantoran yang sedang kosong. Memang hari ini adalah hari sabtu. Hari libur untuk pegawai Negara.
Pukul 07.00 pagi tertera dijam yang tergantung rapih di dinding dekat meja resepsionis.
Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki Kai terdengar seperti suara yang mengerikan. Menggema dan terdengar sangat nyaring.
Klek
Kai membuka pintu ruangan yang bertuliskan Pejabat Keuangan Lee dan tersenyum sinis.
“Siapa!!” teriak suara tua yang merasa terkejut saat melihat seseorang dengan tatapan dingin kini berdiri dihadapannya.
Kembali
dengan senyuman remeh khas miliknya, Kai mengarahkan pistolnya pada
pejabat tua itu. Sontak kaget, pejabat itu menelan air liurnya dan
menyembunyikan uang- uang yang berserakan dimeja kerjanya.
“Padahal ini hari libur.. Menghitung uang hasil korupsi, oeh?” tanya Kai tetap dengan wajah dinginnya.
Pejabat itu mengangkat kedua tanganya ketakutan. “SIAPA KAMU!!”
Kai memutar bola matanya dan memberikan smirk andalannya. “Aku dewa kematianmu.”
DOOORR
>>>
“Kai tidak boleh selalu merindukanku!!”
“Kenapa?”
“Kalau Kai merindukanku, berarti Kai tidak merasakan aku ada didekat Kai!”
Kai tertawa pelan. “Aku merindukanmu karena aku ingin bertemu denganmu.”
“Berarti Kai tidak merasakan keberadaanku, kan? Padahal aku selalu ada didekat Kai.”
Kai tertegun kemudian tersenyum sedih. “Luhan selalu ada didekatku tapi kenapa kita hanya bisa bertemu dialam mimpi?”
Luhan
menghentikan aktifitasnya membelai rambut Kai yang tetap sedang tidur
dipangkuannya. Kai mendongakkan kepalanya menatap Luhan yang tiba- tiba
berwajah murung.
“Wae?” tanya Kai pelan.
Luhan menggeleng dan kembali membelai rambut Kai. “…Suatu saat Kai akan bertemu dengan orang yang Kai cintai sepenuh hati.”
“Aku sudah lama menemukannya.” Ujar Kai sambil memejamkan matanya. “Kamu, Xi Luhan.”
“Mianhae.. Bukan aku..”
“HAAAHH!! Haaahh!! Uhuk!!”
Kai
terbangun lagi. Ini malam kedua dimana mimpinya bersama Luhan serasa
mimpi buruk. Biasanya mimpinya bersama Luhan selalu menyenangkan.
Kai
menghidupkan lampu tidurnya dan melirik jam yang ada dibawah lampu itu.
Pukul 03.30 dini hari. Ia mengusap pelipisnya yang penuh keringat
dingin. Ia peluk figura foto yang menampakkan sosok namja cantik yang
sedang tersenyum manis. Namja cantik yang bernama Luhan.
Kekasih Kai yang terbunuh.
Tap
Sambil memeluk figura foto Luhan, Kai berjalan kesofa kecilnya dan menghidupkan TV. Mata Kai fokus melihat berita dini hari itu.
“…Sangat
tidak masuk akal jika Pejabat Lee terbunuh diruangan tertutup. Mayat
beliau ditemukan sudah membusuk beberapa jam yang lalu. Disimpulkan
beliau sudah wafat sejak pagi harinya.
Dipastikan juga pejabat Lee adalah korban pembunuhan yang dilakukan oleh orang professional.”
“Baru
ditemukan beberapa jam yang lalu? Menyedihkan. Padahal aku membunuhnya
pagi kemarin. Lambat!” desis Kai sambil tersenyum sinis.
Mata Kai kembali menatap foto Luhan. “Mianhae, chagiya.. Aku membunuh orang lagi.”
Seringai
aneh terlukis diwajah Kai. “Untuk bulan ini tugasku sudah selesai..
Tinggal menuntaskan dendamku pada orang- orang yang menjebakmu, kan?”
Ring
Ring
Kai menatap ponselnya kemudian mendesah keras.
“Apa lagi?” ujar Kai kasar setelah mengangkat ponselnya.
“Apa cara itu adalah cara yang sopan mengangkat telponku, KAI? Aku ini bosmu.”
Kai memutar
bola matanya. “Aku sudah tuntaskan tugasku. Pejabat Lee adalah misi
terakhirku bulan ini. Kau tinggal mentransfer uangku.”
“Masalah uang sudah beres. Hanya saja ada tambahan tugas untukmu, KAI. Dan aku yakin kau tidak akan menolaknya.”
Kai mengerutkan dahinya. “Maksudmu apa Suho-nim?”
“Ini menyangkut pemerkosaan dan pembunuhan kekasihmu.”
DEG
Mata Kai membulat seketika itu. “Jadi misi kali ini menyangkut namja sialan itu?”
“Tepat sekali. Kau mau?”
Senyuman mengerikan terlihat diwajah namja dingin berkulit sedikit coklat itu. “Dengan senang hati.”
>>>
Tokyo – Pukul 13.00 Siang
“Apa yang kau lakukan disini?” teriak namja tinggi berpakaian rapi dengan jas hitam mahal itu amat marah.
“Memangnya aku tidak boleh ada disini, hyung?” rajuk namja manis bermata besar yang tadi diteriaki oleh hyung-nya.
“Kau tidak mengerti kalau tempat kerja hyung berbahaya, oeh? Pulang sekarang kerumah!” perintah namja tinggi itu lagi.
“Hyung jahat!”
Namja tinggi
itu membelai pipi adik satu- satunya itu dan tersenyum manis. “Supirku
akan mengantarkanmu kembali kerumah. Hyung peringatkan sekali lagi agar
Kau tidak mengikuti hyung hingga ketempat ini. Arraseo?”
Namja manis bermata bulat itu mengerucutkan bibirnya kemudian mengangguk malas. “Ne, hyung.”
“Jawab yang benar, Kyungsoo.”
Namja manis yang bernama Kyungsoo itu mengangguk lagi. “Baiklah, Chanyeol-hyung.”
“Antarkan
dongsaengku kembali kerumah, Xiumin-sshi.” Ujar Chanyeol setengah
berteriak. Xiumin supir sekaligus kaki tangan Chanyeol mengangguk pelan.
“Hati- hati dijalan.” Kata Chanyeol sebelum Kyungsoo dan Xiumin keluar dari ruangan.
Blam
Setelah
pintu ruangan Chanyeol tertutup, namja tampan berperawakan tinggi itu
duduk dengan kasar dikursinya. Ia tatap selayang I-Pad nya dan tersenyum
sinis.
“Berita menyedihkan. Jadi organisasi KAI sudah menemukan persembunyianku di Jepang, ya?”
Chanyeol meletakkan I-Pad nya dan menyambar ponsel yang ada didalam laci meja kerjanya.
“Moshi moshi.. Hai, Park Chanyeol desu yo.” /Halo, Iya, Ini aku Park Chanyeol/
“….”
“Hmm.. Wakarimashita.” /Hmm.. Aku mengerti./
“….”
“Dekiru desuka?” /Bisakah?/
“…..”
“ Hai, matteiru yo. Arigatou gozaimasu.” /Baiklah, aku tunggu. Terima kasih./
Chanyeol
memutuskan sambungan ponselnya dan tersenyum manis. “Dendam tidak akan
menang jika melawanku. Maaf saja KAI, Luhan memang bukan namja yang
terbaik untukmu.”
>>>
Bandar Udara Narita- Tokyo, JAPAN. Pukul 08.00 Malam
Kai
mendorong travel bag hitam kecil kesayangannya. Ia memakai sepatu kulit
bersol tinggi berwarna hitam. Kemeja hitam dengan jaket kulit berwarna
hitam mengkilat sepanjang lutut. Kaca mata hitam tidak menghilangkan
pesona tampan yang begitu melekat pada diri Kai. Rambut lurus hitam
berponi menambah kesan cool dan misterius.
Kai nampak sangat mencolok namun ia tidak mengindahkan hal itu.
Tap
Tap
Bunyi sepatu
Kai terdengar menggema. Sambil mengunyah permen karet, Kai melepas kaca
mata hitamnya kemudian mengantonginya. Senyuman remeh menghiasi bibir
tebal Kai.
“Mati kau, Park Chanyeol.” bisik Kai bengis.
>>>
Kyungsoo
sedang berbaring diranjang empuknya. Kamarnya yang luas dan mewah itu
ternyata tidak membuatnya luput dari rasa kebosanan. Kyungsoo beberapa
kali memutar balikkan badannya kemudian ia mendudukkan dirinya.
“Agh! Aku bosaaann!!” pekiknya histeris.
Kyungsoo melirik figura foto besar yang tergantung didekat lemari kaca yang ada dikamarnya.
Sosoknya
yang sedang tersenyum dengan Chanyeol dan kedua orang tuanya. Namun naas
orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan mobil beberapa tahun
yang lalu. Banyak yang mengatakan kecelakaan itu disengaja karena banyak
yang membenci orang tuanya.
Bagaimana
tidak? Orang tua Chanyeol dan Kyungsoo bisa dibilang salah satu ketua
mafia jepang yang lebih dikenal dengan sebutan Yakuza.
Karena hal
itulah Kyungsoo tidak pernah punya teman. Ia harus home schooling dan
parahnya lagi tak ada yang mau berteman dengan Kyungsoo yang berstatus
anak yakuza. Chanyeol yang lebih tua 4 tahun dari dirinya kini sudah
mengepalai kelompok itu menggantikan ayah mereka.
Kyungsoo
masih murid kelas 3 SMA. Ia butuh teman namun yang bisa ia lakukan
berpuas diri didalam sangkar emas yang sangat mewah itu. ia tak akan
bisa keluar dari pagar tembok besar yang mengelilingi istana-nya itu
tanpa seizin Chanyeol.
Kyungsoo
keluar dari kamarnya dan melihat mobil Chanyeol baru saja terparkir rapi
di halaman rumah mereka yang seluas lapangan bola itu.
“Hyung!!” teriak Kyungsool menyambut Chanyeol dengan semangat. Jujur saja Kyungsoo sangat merasa kesepian.
“Kau belum tidur?” tanya Chanyeol menyelidik.
Kyungsoo menggeleng pelan. Chanyeol menghela nafas kemudian melirik 2 orang bawahannya untuk menunggunya diruangannya.
“Tidurlah. Besok Takanami-sensei dan Yamabuki-sensei akan datang pagi- pagi. Kau sudah mengerjakan tugasnya?”
Kyungsoo mengangguk.
“Bagus. Nah!
Hyung masih ada urusan lagi.” Chanyeol melepas jas-nya dan melonggarkan
ikatan dasi yang dari tadi melingkar rapi dikerah kemejanya.
Kyungsoo
menatap sedih Chanyeol. Menyadari itu, Chanyeol jadi sedikit kasihan
pada adik kecilnya itu. Kyungsoo pasti merasa kesepian.
“Hyung, jangan melakukan tindakan berbahaya, ya.”
Chanyeol tersenyum manis. “Tenang saja. Sebelum aku dibunuh, aku akan membunuh semua musuhku.”
Kyungsoo mengangguk mantap. “Hyung harus jadi yang terkuat.”
“Pasti!”
Chanyeol
mengantar Kyungsoo kekamarnya sambil terus merangkul pundak namja manis
itu. Setelah Kyungsoo mencium pipi Chanyeol dan masuk kedalam kamarnya,
Chanyeol langsung berjalan cepat keruangannya yang disengaja terletak
cukup jauh dari kamar Kyungsoo.
Klek
Chanyeol
masuk keruangannya dan menghidupkan laptop serta alat GPS. Xiumin dan
Lay, bawahan Chanyeol, dari tadi sudah sibuk dengan kerjaan masing-
masing.
“Dapat sinyalnya, Chanyeol-nim.” Ujar Lay cepat dan men-transfer data yang ia dapat ke laptop Chanyeol.
“Bagus. Xiumin, perintahkan orang- orang menuju Tokyo Dome. Kita ledakkan saja para tikus sialan itu.”
“Baik.” Xiumin menghubungi beberapa anak buah mereka dan mengatakan semua rencana yang akan dijalankan.
“Roger!” Chanyeol tersenyum manis sambil menekan tombol ‘ENTER’ dilayar I-Pad miliknya.
>>>
Trak
Trak
Kai mengisi
beberapa peluru dipistolnya. Ia baru saja selesai mandi. Kai masih
memakai baju mandi berwarna putih dan duduk disofa yang ada didalam
kamar hotelnya.
Pemandangan
kota Tokyo nampak jelas dari hotel itu. Kamar hotel Kai terletak
dilantai 15 hotel bintang 5 itu. Sangat mewah dan megah. Tokyo tower
nampak jauh jika dilihat dari sana. Lampu kota yang menguasai malam di
Tokyo juga memperindah susunan kota yang rapi dan mengesankan. Beberapa
neon toko yang gemerlapan menyemarakkan suasana yang nyaris tengah malam
itu. Tokyo, kota yang tidak pernah diam dan tidur. Kehidupan malam
Tokyo memang rugi kalau tidak dinikmati.
Trak
Kai melempar
pistol- pistol itu keatas ranjang besarnya kemudian meneguk tequila
dengan gelas anggur classic. Kai tersenyum miris.
Kota ini lah… Kota dimana ia bertemu dengan Luhan.
Bertemu,
bercumbu, saling mengenal, dan kematian.. Ya. Luhan meninggal dikota
ini. Kota dimana menyimpan sejuta mimpinya dan mimpi Luhan.
Ring
Kai meletakkan gelas anggur itu didekat meja TV dan mengangkat ponselnya.
“Tokyo Dome? Aku sedang tidak ada disana. Memangnya kenapa?” jawab Kai saat ditanya keberadaannya oleh Suho.
“Posisimu dimana?”
“Hotel
Hilton. Waeyo?” tanya Kai. Jarang sekali Suho menanyai dimana ia
menginap bahkan menanyakan secara jelas ia sedang ada dimana.
“Hilton? Kurasa lumayan dekat dengan Tokyo Dome..”
“Jaraknya satu km dari sana. Memangnya ada apa?” Kai jadi tambah penasaran.
“Tidak.. Hanya saja-“
DUAAAAAAAAAAAAAARRRRR
Kai kaget
bukan main. Suara ledakan! Bahkan kaca hotel itu bergetar hebat. Kai
mendekati kaca jendela dan melihat sesuatu yang mengerikan dikejauhan.
Warna merah yang menyemarakkan malam.
Kobaran api.
“KAI! KAU MASIH DISANA?!”
“A..Ah iya…” Kai kembali mendekatkan ponselnya ketelinganya.
“Bunyi apa barusan?” tanya Suho cepat.
“Kurasa bom.. Arah itu… Kurasa Tokyo Dome baru saja dibom.” Jelas Kai masih memperhatikan keadaan dibawah sana yang mulai kacau.
“Suara
bomnya sampai jarak 1 Km? Mengerikan. Untung saja kau belum mengejar
mereka. Sekarang mereka melakukan transaksi di Tokyo Dome. Masih tetap
licik. Chanyeol memusnahkan siapa saja yang ia anggap tidak ia perlukan
lagi.”
Kai tersenyum remeh. “Akan kuajarkan ia agar lebih menghargai orang lain.”
“Ingat
tugamu yang sebenarnya KAI. Kau ditugaskan menjaga namja bernama Byun
Baekhyun yang akan berurusan dengan kelompok Chanyeol besok. Jadi jangan
lupakan tugasmu juga.”
Kai mengangguk malas. “Ne, aku mengerti. Kau pikir aku amatiran? Aku ini professional. Jangan khawatir.”
“Baiklah. Besok Baekhyun-sshi akan menghubungimu. Semoga kau bisa menyelesaikannya dengan cepat.”
“Tenang saja.”
Tuut
Tuuttt
Suho
mematikan sambungan ponselnya. Kai meletakkan ponselnya kembali keatas
meja dan mengambil foto Luhan dari dalam travel bag-nya. Senyuman manis
menghiasi wajah Kai.
Setelah ia memakai pakaian santai, Kai menidurkan tubuhnya diranjang sambil memeluk foto Luhan.
“Jaljayo.. Luhan…” bisik Kai akhirnya terlelap. Tidak menghiraukan keadaan kota Tokyo yang panik diluar sana.
>>>
“Lho? Luhan.. Kamu dimana?”
Kai tidak menemukan Luhan seperti biasa. Kai terus berjalan menelusuri padang rumput yang luas itu.
“Luhan!” panggil Kai lagi dan…
Tep
Seseorang menutup mata Kai dari belakang.
“Lu-“
“Kena
kamu!!” pekik Luhan seraya membuka tangannya dari mata Kai. Seketika
itu Kai membalikkan badannya dan melihat Luhan tertawa lepas. Kai ikut
tertawa dan memeluk tubuh namja mungil itu.
Kai
membaringkan tubuh Luhan direrumputan harum itu dan mencium bibir Luhan
dengan lembut. Berkali- kali hingga keduanya memerlukan pasokan oksigen.
Kai
menatap wajah Luhan taat dan mencium mata Luhan lembut. Namja cantik itu
membalas perlakukan Kai dan terus tersenyum manis. Sudah lama Kai tidak
melampiaskan hasratnya pada namja manis itu.
“Kai… Berhenti..” ujar Luhan saat Kai mulai membuka baju Luhan.
“Kenapa? Kau tidak menginginkannya?” tanya Kai bingung.
Luhan berdiri dan tersenyum manis. “Kai tidak boleh seperti ini terus.”
Kai
menatap Luhan bingung dari posisinya yang terduduk. Luhan mundur
selangkah, Kai berdiri dan mendekati Luhan selangkah. Namun Luhan selalu
menghindarinya dan itu membuat Kai bingung. Luhan tetap tertawa kecil.
“Ya! Aku ingin memelukmu!” pekik Kai kesal merasa dikerjai.
Luhan mencibir dan membalikkan badannya berlari menjauhi Kai. Sontak Kai mengejar Luhan dengan tawa pelan.
GREP
“Nah! Kena!!” teriak Kai girang saat ia mendapatkan lengan Luhan.
Namun mata Kai membulat sempurna saat melihat namja cantik itu berbalik badan.
Bukan..
Bukan Luhan!
Kai
menatap tangannya yang memegang lengan namja cantik bermata besar itu.
Kenapa ia tidak mau melepas tangannya dari lengan namja itu?
“Siapa..” desis Kai terpana oleh mata besar yang indah milik namja cantik itu.
Namja cantik itu menggeleng pelan kemudian meletakkan jari telunjuknya dibibirnya sendiri. Seakan menyuruh Kai tidak bersuara.
“Tunggu aku.”
“He?” Kai bingung.
Namja cantik itu mengangguk dan sorot matanya yang polos membuat Kai sedikit tertegun.
“Kai…”
Kai melepas tangannya dari lengan namja cantik itu dan berbalik badan mendapati suara lembut yang baru saja memanggilnya.
“Luhan! Kemana saja kamu!” Kai akan memeluk Luhan namun Luhan kembali menghindar dengan mundur kebelakang.
“Kenapa?” tanya Kai tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
“Karena
Kai akan memilikinya.” Tunjuk Luhan pada namja yang ada dibelakang Kai.
Seketika itu Kai menatap namja bermata besar yang masih berdiri
diposisinya. Dengan cepat Kai mengalihkan lagi pandangannya kepada
Luhan.
“Luhan, apa yang kau bicarakan?”
Luhan tersenyum manis kemudian dipunggungnya nampak sepasang sayang bening yang sangat indah.
“Annyeong, Kai… Kuharap kau bahagia.. Pay pay.”
“LUHAN!!” Kai berusaha memeluk Luhan namun tubuh Luhan seakan menjadi pasir putih yang tertiup angin. “TIDAK!! LU-“
Grep
Kai merasakan tangan seseorang memeluknya dari belakang. Tangan namja bermata bulat itu.
Tes
Air mata Kai turun. Kai terduduk menangis. Namja itu masih memeluk Kai dari belakang, seakan memberikan Kai semangat.
“Luhan…Ja..Jangan tinggalkan aku lagi..” isak Kai keras. “TIDAK!! KEMBALILAH!!”
“KEMBALILAH!!”
Kai terduduk diranjangnya. Nafasnya naik turun. Ia rasakan air mata turun dari mata tajamnya.
“Tidak! KAU TIDAK BOLEH MENINGGALKANKU!!”
PRAANGG
Kai
membanting gelas yang berisi air putih yang ada dimeja kecil tepat
disamping ranjang. Nafas Kai masih berantakan. Jantungnya terpompa lebih
kencang dan hatinya sakit.
Mata tajam
Kai yang masih mengalirkan air mata menatap foto Luhan yang ada
disampingnya. Ia tatap wajah Luhan yang tersenyum manis di foto itu.
Menyakitkan.
“Kumohon… Aku tidak bisa tanpamu, Luhan..”
>>>
Baru saja
Kai bersiap- siap untuk melancarkan misinya. Ia memakai baju casual yang
serba hitam. Kai memakai kaca mata hitamnya sambil meletakkan kedua
pistol disisi sepatu hitam panjangnya dan pistol yang satu lagi
dipinggangnya.
Setelah memastikan ia benar- benar siap. Ia pakai earphone putih yang tersambung dengan ponselnya.
“Aku pergi dulu, Luhan.” Ujar Kai sambil tersenyum pada figura foto Luhan yang terpajang dimeja nakas.
Tap
Tap
Kai keluar
dari kamar hotelnya dan ia edarkan padangannya kesekeliling tempat itu.
Tidak menunggu lama Kai berjalan kearah lift. Kai sengaja berhenti
dilantai 2 dan turun melalui tangga darurat. Kai tidak mau terlihat
mencolok dan ia keluar dari pintu samping hotel khusus karyawan. Tentu
Kai menggunakannya secara diam- diam.
Setelah
berada diluar hotel, Kai mengambil kunci mobil yang sudah disiapkan
organisasinya, tertempel bibawah kotak pos yang ada ditepi jalan.
Kai melirik
kedai majalah kecil saat menyeberangi jalan raya menuju mobilnya. Berita
tentang pemboman di Tokyo Dome memenuhi tiap halaman Koran. Kai
tersenyum tipis dan mempercepat langkahnya.
Pip
Ponsel Kai berbunyi tepat setelah Kai masuk kedalam mobil sedan hitam yang elegan itu.
Seraya menghidupkan mesin mobilnya, Kai menekan tombol yang ada di earphone-nya dan menyetir mobil mewah itu masuk kejalan raya.
“Anata wa doko desuka?” /Kamu dimana?/
Suara mungil meresapi pendengaran Kai. “Kau Baekhyun?” tanya Kai tidak yakin.
“Hai, Baekhyun desu yo. Anata?” /Iya, aku Baekhyun. kamu?/
“Gunakan saja bahasa Korea. Kita sama- sama orang Korea.”
“Omo~
Syukurlah. Kupikir yang menjadi bodyguard-ku kali ini adalah orang
Jepang. Habis namamu KAI. Aku tidak bisa menafsirkan kau berkebangsaan
apa.”
Kai
membelokkan stir mobilnya menuju hotel tempat Baekhyun menginap. “Kau
banyak bicara juga, ya. Baekhyun-sshi. Tunggu aku dijalan raya Tsukumo
Dist.22 yang berada tepat disamping Hotelmu.”
“Baiklah. Berapa lama lagi kau sampai?”
Ciittt
Bunyi rem menyemarakkan pagi itu dan Kai menyunggingkan senyuman remeh andalannya. “Aku sudah sampai.”
>>>
Seorang namja mungil masuk kedalam mobil Kai dan duduk disebelah bangku kemudi atau disamping Kai.
“Mwo?” mata
Kai tidak percaya dengan apa yang ia lihat kini. Namja cantik berpakaian
serba putih dengan rambut brunette agak panjang tersenyum kearahnya.
“Aku Baekhyun. Salam kenal, KAI.”
Kai memasang
kacamata hitamnya dam mengulum sebuah permen karet. Baekhyun tidak
ambil pusing dengan sikap Kai yang kurang sopan pada anak bos mafia yang
lama menetap di Italia seperti Baekhyun.
“Kita mau kemana, cantik?” tanya Kai sambil menjalankan kembali mobilnya. Baekhyun memutar bola matanya.
“Aku namja dan aku ini tampan.”
Kai tersenyum tipis dan mengangkat bahunya. Nampaknya ia tidak berniat membalas perkataan Baekhyun.
“Kita ke restoran Sode no Shira Yuki yang ada di dekat Kantou.”
“Ini kan
daerah Kantou, Baekhyun-sshi.” Kai jadi sedikit aneh dengan sikap namja
cantik yang sedikit Pabo, menurutnya. “Beri aku alamat jelasnya.”
Baekhyun membuka ponselnya dan menunjukkan peta yang terpampang dilayar ponselnya. “Bisa mengikuti alur jalan didalam peta ini?”
“Gunakan GPS mu agar lebih jelas.” Kai memutar arah mobilnya dan kembali melajukan mobil sedan mewah itu sedikit ngebut.
Ia sudah tidak sabar bertemu namja brengsek yang menghancurkan kehidupan Luhan. Ia benar- benar akan membunuh Park Chanyeol.
>>>
Kyungsoo
melirik jam dinding dikamarnya. “Yamabuki-sensei tidak datang karena ada
urusan mendadak. Aigoo.. Apa yang harus kulakukan, nih.”
Karena bosan
tingkat tinggi, Kyungsoo keluar dari kamarnya. Ia lihat beberapa
pembantu dan geisha yang ada dirumahnya. Geisha yang biasa melayani para
anggota organisasi yang dipimpin Chanyeol.
“Tuan muda, perlu sesuatu?” tanya salah satu pembantunya yang sudah sedikit lanjut usia.
Kyungsoo
menggeleng dan berjalan menuju halaman belakang. Ia duduk sendirian
sambil menatap kolam ikan koi kebanggaan appa-nya dahulu.
Sedikit
malas Kyungsoo membenamkan kakinya didalam kolam itu sambil duduk ditepi
kolam. Kyungsoo merasakan matahari pagi menyentuh kulitnya yang putih
susu. Padahal masih jam 10 pagi, namun ia hanya bisa terus merasa bosan.
Seketika itu
Kyungsoo menatap tembok tinggi pagar rumahnya dan ide gila terlintas
dikepalanya. Ide yang mungkin akan membebaskan dirinya dari rasa bosan
untuk hari ini.
Ya.. Hanya untuk hari ini.
>>>
“Kau tunggu
disini.” Ujar Baekhyun sambil memeluk koper yang ia bawa. Kai
mengerutkan dahinya. Mereka sudah sampai ditempat tujuan.
Sode no Shira Yuki Resto.
“Menunggu disini? Aku tidak masuk?”
“Tentu tidak. Ini pembicaraan pribadi dan rahasia.”
“Jadi kau
hanya menyewaku sebagai.. supirmu?!” Kai merasa tersinggung karena
professinya jadi dilecehkan seperti ini. Hey! Ia adalah pembunuh
bayaran. Dan tugas kali ini ia hanya disuruh mengantarkan namja cantik
ini?
Dia bukan supir!
“Tidak bisa begitu, Baekhyun-sshi. Aku juga ingin bertemu dengan orang yang melakukan transaksi padamu.”
“Chanyeol?” Baekhyun mengerutkan dahinya.
“Iya. Park Chanyeol.”
Baekhyun
menggeleng pelan. “Kalau kau punya urusan dengannya nanti saja. Kau
hanya ditugaskan untuk menuruti semua kemauanku, KAI. Turuti aku dan
tunggu aku disini. Kalau aku melawanku, jangan harap kau bisa pulang
dengan kepala utuh.” Ancam Baekhyun sambil keluar dari mobil Kai.
Ancaman itu cukup membuktikan Baekhyun memang anak mafia kelas kakap.
Kai menghela nafas panjang dan memukul stir mobil itu agak keras. “Sial!”
>>>
Dua jam
lebih telah berlalu, Kai dibuat muak minta ampun. Baekhyun belum juga
keluar dari restoran besar bergaya rumah tradisional Jepang itu. Sekitar
10 menit yang lalu Kai dapat telpon dari Baekhyun karena ia masih
memiliki urusan yang harus dibicarakan dan Kai harus sabar menunggunya.
“Aku keluar saja sebentar.” ujar Kai sambil membuka pintu mobilnya.
Klap
Kai menutup
mobil itu dan menguncinya dengan kunci otomatis. Kai menatap restoran
keluarga super mewah itu kemudian wajahnya berubah serius. Sangat
serius.
Padahal
Chanyeol ada didalam restouran itu, tapi kenapa rasanya sangat jauh. Ia
ingin sekali membuat namja tinggi itu mati mengenaskan dan membawa jasad
Chanyeol kemakam Luhan.
Ia ingin membuktikan pada Luhan, ia bisa membunuh Chanyeol dengan kedua tangannya dan Luhan akan bangga padanya.
Ya, Luhan pasti senang dan semakin mencintainya.
Grep
Kai membalikkan badannya karena merasakan seseorang memegang tangannya dari belakang. Bukan memegang namun menggenggam erat.
“Daijoubu desuka? / Kau baik- baik saja?/” tanya Kai heran dengan bahasa Jepang pada namja yang menunduk itu.
Namja itu masih menggengam tangan Kai kuat. Tidak bergeming bahkan dia nampak kebingungan.
“…Da..Daijoubu desuyo.. /Aku baik- baik saja/” jawab namja itu pelan kemudian menatap Kai dengan kedua mata besarnya.
DEG
Jantung Kai
berdesir melihat mata namja itu. Mata besar yang memancarkan kepolosan.
Sorot mata yang berhasil membuat dunianya terasa terhenti. Seperti yang
ia alami tadi malam.
Benar!
Namja ini yang ada dimimpinya tadi malam.
Kai menatap
tajam mata namja manis itu yang masih tidak bergeming dan menggenggam
tangan Kai erat. Bukan.. Kini tangan Kai juga sudah menggengam tangan
anak itu.
Seakan tidak mau anak itu terlepas dari dirinya.
Seakan kecanduan dengan hangat yang tersalurkan dari tangan namja manis itu.
“Kau..” bisik Kai pelan. Ia yakin sekali bahwa namja manis yang ada didepannya itu adalah namja yang ada dimimpinya tadi malam.
Namja yang memeluknya saat ia menangis.
Namja manis
itu terlihat bingung kemudian menggaruk kepalanya. Ia menatap tangannya
yang bergenggaman dengan tangan Kai. Memang ia duluan yang memulainya
tapi kenapa sekarang ia tampak bingung?
“Kenapa… Aku menggengam tangan kamu?” suara lembut namja manis itu kembali menyihir Kai.
Kai terdiam.
Bibir tebalnya seakan kelu untuk menjawab bahkan berbicara satu kata
saja. Ia begitu terpesona dengan semua yang namja manis itu miliki.
“Kemana namja cantik yang memanggilku tadi?”
“Eh?” Kai menyipitkan matanya mendengar penuturan namja manis itu. Ia terlihat polos dan begitu lugu.
“Iya.. Namja cantik yang memanggilku kesini.”
Kai
mengerutkan dahinya kemudian mengedarkan pandangan matanya kesekeliling
tempatnya berada. Namja manis itu juga mengedarkan padangannya seraya
mencari seseorang yang tadi ia maksud.
“Luhan!!”bisik Kai.
“LUHAN!!”
Like a crimson rose
You stabbed me with thorned words
You like a tattoo
The more I try to erased it, the more it caves in
Hot like a flame you are ma boy
Baby cant you see and look in my eyes
Look at these two saddned eyes of mine
Hotter than the scarlet sun
Don’t make me whom you loved cry anymore
Cry Cry- T ara
Huwwwaaaa.........!!!
BalasHapusbagus.....
geregetan masa ketemu Kyungsoo-nya dibwh-bawah sih..???
dilanjut ya, chingu.....^^
penasaran,
kemesraannya sama luhan dikurangi, ya...?
(aku jeles soalnya, hhahaha)