Pengikut

Sabtu, 06 Oktober 2012


Tag
, ,
Image
Title: I Need Proof, Not a Promise
Cast:
-          Lee Hyona (OC)
-          Cho Kyuhyun
Genre: Romance, a Little Bit Sad
Rating: PG-15
Length: Ficlet
Disclaimer: This story is mine but the casts is belong to God. Please, don’t copy or plagiarism.
Notes: Ini FF udah lama banget, sebagian readers pasti udah pernah baca. Yup, ini versi setelah diedit di beberapa bagiannya. Maaf juga kalau masih ada typo, FF ini juga aku publish di sini sebagai selingan aja :-D . Oke, selamat membaca ya hehe.
***
“The moments with you is like a thousand of years, even it’s just one day.”
-oOo-

Mengapa kau begitu jahat?
Mengapa harus aku dan kau yang mengalami hal ini?
Lalu, mengapa takdir seolah begitu tidak adil untukku?
***
(Flash Back, 6 Months Ago)
“Kyu-ah!” aku meneriaki nama seorang namja yang sedang menungguku di taman malam ini. Aku mempercepat langkahku dan berlari kecil ketika hampir sampai di tempatnya.
“Mianhae aku terlambat, tadi di jalan aku…” telunjuknya tiba-tiba menyentuh bibirku, memberikan aku isyarat untuk diam.
“Gwenchana, aku baru menunggumu disini sebentar kok. Sudah, ayo kita jalan,” Kyuhyun tersenyum simpul kepadaku. Senyum yang selalu membuatku merasa tenang setiap melihatnya. Ia mengulurkan tangannya yang kulihat berbalut sarung tangan berwarna abu-abu, dan seketika senyumku mengembang begitu tahu sarung tangan itu adalah pemberian dariku. Ia memakainya malam ini dan mengetahui hal itu saja sudah lebih cukup untukku. Kusambut uluran tangannya, dan kulihat ia tersenyum sekilas lalu meremas tanganku sesaat.
Kami berjalan menyusuri taman yang terlihat cukup lengang. Genggaman tangannya tak pernah lepas dari tanganku sedari tadi. Begitu hangat dan aku selalu menyukai cara ia menggenggamnya—entah apa bedanya dengan kebanyakan orang yang sering kulihat bergandengan tangan—tapi kurasa Kyuhyun memiliki triknya sendiri. Trik? Mungkin Kyuhyun memang ditakdirkan memiliki tangan yang hangat dan menenangkan setiap menyentuhnya.
Tanpa sadar, kami sudah berada di tempat yang lebih luas daripada taman tadi. “Aku ingin mengajakmu kesana,” ia menunjuk sebuah menara tinggi di hadapan kami, Namsan Tower.
“Ayo kita kesana!” pekikku bersamangat. Ia tertawa geli lalu mengacak pelan rambutku.
“Kajja,” ucapnya sambil menarik tanganku ke tempat parkir.
***
“Many people said, Namsan Tower is a romantic place. And now, we’re here. Me and Cho Kyuhyun—the people who I love.”
-oOo-
“Waaah!” aku berseru gembira ketika aku dan Kyuhyun sudah berada di puncak Namsan Tower. Aku langsung menghambur menghampiri kaca yang super besar yang melekat di seluruh penjuru tempat ini—menawarkan para pengunjungnya untuk menikmati keindahan Kota Seoul di saat matahari masih muncul atau pun terbenam seperti saat ini.
“Kyu, lihat! Cahaya-cahaya itu semua seperti bintang ya?” ucapku dengan mata berbinar sambil menarik tangannya mendekat ke arahku.
“Ne, kau benar.” Sahut Kyuhyun singkat. Ini bukan untuk kali pertama aku dan Kyuhyun ke tempat ini. Sudah berpuluh-puluh kali malah, tapi tetap saja selalu ada kesan yang sama ketika aku berdiri disini. Luar biasa! Benar-benar tidak membosankan.
Cukup lama kami memandang keindahan Kota Seoul dengan kerlap-kerlip lampu di sepanjang penglihatanku sejak kami menginjakkan kaki di sini. Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah jam 8.30 malam, tapi tidak biasanya Kyuhyun tidak mengajakku untuk pulang. Kami juga hanya diam sedari tadi. Apa dia bosan? Atau dia merasa tidak enak jika menggangguku yang merasa senang karena berada di tempat ini?
“Kyu… kita pulang yuk,” ujarku sambil menyentuh lengannya ringan. Kurasa ia tersentak, Kyuhyun pasti melamun.
“Ah, kau sudah mau pulang?” tanyanya, membuatku sedikit mengernyit heran.
“Hmm, aniyo. Hanya saja aku merasa kau… bosan?” jawabku hati-hati. Namun bukan menjawab, ia malah tertawa. Tawa khasnya jika sedang merasa geli akan sesuatu.
“Kalau aku bosan, bukankah aku akan bertanya kapan kita akan pulang?” aish, benar juga. Jadi ia merasa tidak bosan?
“Tapi kalau kau memang ingin pulang, aku akan menurutinya.” Lanjutnya kepadaku. Aku menatap mata namja itu dalam, merasa ada sesuatu yang berbeda darinya tapi… entahlah, aku tidak tahu apa.
“Hmm, ne.” Ujarku akhirnya. Aku baru saja akan berbalik ketika tiba-tiba ia menarik tanganku, lalu merengkuhku ke dalam dekapannya. Jantungku berpacu dengan cepat dan refleks kudorong tubuhnya. Namun seharusnya aku sudah hapal betul kalau hal itu akan terasa sia-sia saja.
“Kau tidak suka aku peluk?” bisiknya manja terdengar di telingaku sambil perlahan menenggelamkan kepalanya di bahuku. Menghirup napas di sana, bermain-main dengan aroma tubuhku.
Deg. Jantungku selalu terpompa sangat cepat ketika ia melakukan hal-hal seperti ini padaku dan itulah yang membuatku refleks jika ia melakukan kontak fisik selain memegang tanganku, atau hal ringan lainnya.
“Aniyo… aku hanya kaget Kyu-ah,” ujarku sambil memberanikan diri menyandarkan kepalaku di dada bidangnya. Kurasa ia menggunakan trik lagi, tapi kali ini lebih hangat dan nyaman.
“Aku senang…” ujar Kyuhyun menggantung masih dalam keadaan memelukku.
“Waeyo?”
“Aku senang mencintaimu Hyona-ya.”
“Aku juga senang mencintaimu Kyuhyun-ah.”
“Jangan pernah meninggalkanku… jebal.” Ia semakin erat memelukku, seakan-akan aku akan pergi ke suatu tempat yang tak bisa digapainya.
“Aku tak akan pergi meninggalkamu, aku bahkan tak sanggup… harus kehilangan sebagian oksigenku di dunia ini, Kyu.”
Ia melepaskan pelukannya perlahan. Kedua tangannya memegang lenganku seraya matanya menatapku lekat-lekat, membuatku tidak bisa berpaling dari matanya itu… seakan terhipnotis.
Perlahan tapi pasti, ia mendekatkan wajahnya kepadaku. Sangat dekat, sampai hidung kami berdua bersentuhan. Ia memiringkan kepalanya dan memejamkan kedua matanya, membuat mataku juga ikut terpejam.
Hangat. Sesuatu yang hangat menempel di bibirku. Kyuhyun menciumku. Membuat lumatan-lumatan kecil di bibirku. Ciuman itu berlangsung cukup lama, hingga ia melepas ciuman kami.
“Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu sendiri Hyona-ya… kau akan selalu menjadi bagian dari hidupku, menjadi separuh oksigenku di dunia ini. Saranghae, Lee Hyona.” Ia menatapku dalam dan tersenyum tulus… begitu menyejukkan hati.
“Nado saranghaeyo, Cho Kyuhyun.”
(Flash Back End)
***
“I wrote your name is the sky, but the wind blew it away. I wrote your name in my heart, and forever it will stay. Even you’re gone, you always still be my first.”
-oOo-
Tapi dimana sekarang kau? Dimana?
Mengapa kau meninggalkanku seperti ini?
Kau berjanji tidak akan meninggalkanku tapi nyatanya? Setelah hari paling indah yang pernah kumiliki itu kau tidak pernah lagi muncul di hadapanku.
Kau tidak pernah lagi memelukku dengan hangat…
Tawamu yang khas… senyumanmu yang selalu mengisi hari-hariku sekarang hilang, lenyap tak berbekas.
Kau tahu aku sangat mencintaimu kan, Kyu? Tapi kenapa kau pergi?
Kenapa harus kau yang pergi meninggalkanku? Mengapa tidak aku terlebih dahulu?
Setelah Eomma… Appa… dan sekarang kau! Mengapa takdir begitu kejam kepadaku seperti ini?
Kyu, jebal! Kembalilah… Kyu.
Aku terisak. Air mata tak henti-hentinya mengalir membasahi pipiku. Ini sudah enam bulan ia pergi meninggalkanku sendiri, pergi ke sebuah tempat yang sangat jauh yang benar-benar tidak bisa kugapai untuk saat ini.
“Oppa, kenapa Kyu meninggalkanku seperti ini? Kenapa ia tak menepati janjinya untuk selalu berada di sisiku? Oppa, jawab aku…” aku semakin terisak. Sungmin Oppa juga tidak membalas pertanyaanku, ia menatapku dalam… tersirat rasa sedih yang muncul di raut wajahnya.
“Kau tak boleh seperti ini Hyona-ya… ini bukan kemauan Kyuhyun. Tuhan memberikanmu takdir seperti ini karena Ia sayang kepadamu Hyona-ya.” Ucap Taeyeon Eonni sambil memegang bahuku lembut. Tapi entah mengapa air mataku tak bisa berhenti mengalir. Ini terlalu menyakitkan… terlalu sakit.
“Tapi… tapi kenapa harus Kyuhyun, Eonni? Kenapa? Kenapa harus namja yang sangat kucintai….” ujarku lirih sambil terus menangis.
“Kau tidak boleh seperti ini terus Hyona-ya, jika kau seperti ini terus, Kyuhyun juga pasti akan sangat sedih melihatmu dari atas. Ia pasti ingin kau merasa bahagia Hyona, walaupun tanpa dirinya di sisimu. Jebal, jangan sakiti dirimu sendiri Hyo-ya… kau harus tahu Kyuhyun pasti akan sangat bahagia di sana jika melihatmu tersenyum dan tertawa seperti dulu.” Sungmin Oppa berujar yang diiyakan oleh Taeyeon Eonni.
Mereka benar. Kyu pasti akan sedih melihatku seperti ini. Selama ini aku terus terpuruk karena tak ada kehadirannya di sisiku. Tapi bukan berarti aku harus lemah karena ini kan? Mungkin suatu saat aku juga akan bertemu dengannya nanti… kuharap begitu.
“Baiklah, ayo kita pulang Hyona-ya.” Ajak Sungmin Oppa seraya menarik tanganku. Aku menggeleng cepat.
“Biarkan aku disini sebentar lagi,” ucapku memohon sambil menatap mata Oppa dan Eonniku ini.
“Baiklah, kami tunggu di mobil.” Sahut Sungmin Oppa diikuti Taeyeon Eonni, mereka lalu melenggang pergi meninggalkanku sendiri di depan makam Kyuhyun.
“Kyu… aku senang karena masih memiliki Sungmin Oppa dan Taeyeon Eonni seperti ini. Setidaknya masih ada alasan-alasan mengapa aku bertahan untuk hidup. Kuharap kau bahagia di dunia barumu Kyu, aku akan selalu mencintaimu… selalu.” Ujarku pasti. Sebuah senyum mengembang di bibirku.
“Aku senang melihatmu tersenyum Hyona. Aku juga mencintaimu. Mianhae karena aku meninggalkanmu sendirian… mianhae kalau pernah membuatmu merasa tidak nyaman di dekatku… mianhae untuk semuanya. Satu hal yang ingin aku ucapkan padamu setiap hari…”
Aku merasa mendengar suaranya… terdengar sangat jelas. Air mataku tumpah lagi, tapi sesegera mungkin aku menghapusnya dengan punggung tanganku. Kyuhyun, kau dimana?
“Aku akan selalu berada di dalam hatimu Hyona… aku mencintaimu. Jeongmal saranghaeyo.”
Aku melihatnya… ia… berada tepat di hadapanku. Seulas senyum mengembang di bibirnya. Oh Tuhan apa ini mimpi?
Aku ingin menyentuhnya namun kuurungkan ketika aku mendengar satu hal lagi yang ia ucapkan.
“Kau harus bahagia untukku Hyona… jangan kau buat aku menjadi bebanmu. Kita bertemu di kehidupan nanti ya… saranghae.”
Seketika itu juga, tubuhnya perlahan menghilang. Ia pergi… pergi untuk selama-lamanya.
Tanpa sadar aku kembali menangis. Terisak. Kupeluk nisan yang berada di hadapanku.
“Aku berjanji akan bahagia untukmu Kyu.” Ucapku sambil memejamkan kedua mataku sejenak. Perlahan aku bangkit berdiri lalu dengan langkah pasti meninggalkan tempat itu. Tempat di mana tubuh namja yang mengisi hari-hariku selama bertahun-tahun ini tertidur, selamanya.
Lalu, seulas senyum menghiasi wajahku.
***
“True love doesn’t need proof. The eyes told what the heart felt. Because the promise can’t always give a proof, maybe it’s just be promise without proof.” – Lee Hyona.
-oOo-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar