
Story by : Park Yoo An aka Ega Arista
Cover by : sasphire.wordpress.com
Title
Love Story
Love Story
Author
Park Yoo An
Park Yoo An
Length
Oneshoot
Oneshoot
Rating
PG-13
PG-13
Genre
Romance, Comedy (maybe), Sad, Gaje (?)
Romance, Comedy (maybe), Sad, Gaje (?)
Main Cast
Tiffany
Tiffany
Suho
Other Cast
Yoona
Yoona
Donghae
Sulli
Sehun
Luhan
Seohyun
Taemin
Siwon
***
FF request EXOFanny. Hehe mian ya cuman bisa ksih SuFanny. hehe ENJOY IT!!
~ ^.^ ~

”YA! SULLI-AH KEMBALI KAU!” pekik Tiffany
Hwang, nama seorang siswi Seoul International School yang sedang
mengejar seorang gadis kecil bernama Sulli, yang juga bersekolah di
Seoul International School.
Peluh keringat sudah membanjiri tubuh
keduanya. Keduanyapun juga sudah sama lelah dan lemasnya. Namun, baik
keduanya enggan untuk berhenti. Tiffany takut kalau nanti Sulli berhasil
kabur darinya jika yeoja itu berhenti mengejarnya. Sedangkan Sulli
takut kalau Tiffany berhasil menangkapnya kalau gadis kecil itu berhenti
berlari.
”UNNIE! SU…DAH…LAH… AKUHH…LE…LAHH!” teriak Sulli dengan suara yang terputus-putus. Gadis kecil itu sudah ngos-ngosan (?).
Sulli menatap kebelakang sebentar.
Matanya langsung membelalak saat melihat Tiffany berlari semakin
kencang. Sulli akhirnya mempercepat larinya.
”YA NEO! BERHENTI KAU!!” pekik Tiffany.
”ANIYO! ANDWEEEEE!!” jerit Sulli.
Tanpa mereka sadari, jeritan Tiffany dan
Sulli membuat salah seorang guru penasaran dan akhirnya mencari sumber
suara itu dari koridor sekolah yang besar itu.
Nama guru itu, Kim Jung Myeon atau yang
biasa dipanggil Suho. Dia adalah guru SD di Seoul International School
yang terdiri mulai dari SD, SMP dan SMA.
Dengan seksama, Suho mendengarkan dari
mana sumber suara itu. Perlahan, kakinya mulai melangkah searah dengan
arah jarun ke 3. ‘sepertinya berasal dari lapangan’ batin Suho. Dan…
Benar saja. Dilihatnya sekarang 2 orang gadis cantik yang berlarian
disana. Salah satunya, sepertinya murid SMA. Sedangkan satunya lagi,
sepertinya Suho mengenal murid satu itu.
Suho melangkah mendekati mereka dan mencoba menghentikkan aktifitas mereka.
”Anak-anak! Sedang apa kalian lari-larian
seperti itu?” tanya Suho dengan nada tinggi. Mendengar suara gurunya,
Sulli segera menoleh ke arah Suho dan berbelok kearah Suho.
”Songsaenim!!” pekik Sulli sambil terus berlari menuju Suho.
HAP (?)! Suho menangkap Sulli dan menggendong tubuh kecil Sulli itu.
Sulli yang berada digendongannya kini terengah-engah. Berusaha mengatur nafas yang benar.
”KYA! SULLI-AH!!” teriak Tiffany. Tiffany berjalan dengan langkah terseok-seok mendekati Suho dan Sulli.
”Songsaenim. Tolong aku, unnieku ingin
memarahiku.” ucap Sulli memohon kepada Suho. Suho menaikkan sebelah
alisnya. Kemudian senyuman terukir di wajah manis namja itu.
Sambil menggendong Sulli, Suho berjalan
mendekati Tiffany yang kini sedang bersandar dekat pohon yang tak jauh
dari posisi mereka tadi. Sementara Sulli yang masih berada di gendongan
Suho menyembunyikan kepalanya (?) dalam dada Suho.
Tiffany yang sadar kini ada guru didepannya, segera membungkuk memberi salam.
”Mianhae Songsaenim…” ucap Tiffany meminta maaf.
”Gwenchana. Sulli-ah, dia unniemu?” tanya Suho kepada Sulli. Sulli menarik kepalanya (?) dan menatap Suho.
”Ne.” jawab Sulli singkat.
”Ooo… Hmm, kenapa kalian tadi berlarian seperti itu?” tanya Suho kepada Tiffany dan Sulli.
”Sulli mengejek penjual ice cream. Makanya aku memarahi Sulli, Songsaenim.” ucap Tiffany.
”Aniya! Geotjimal! Salah penjual ice
cream sendiri! Dia selalu memberiku porsi sedikit padahal aku
membayarnya dengan harga yang pas!” elak Sulli.
Sementara Tiffany hanya bisa melotot kearah adiknya itu.
”Hahaha xD hanya itu? Hmm… Sulli-ah kau tidak boleh mengejek penjual ice cream seperti itu.” kata Suho kepada Sulli.
”Tapikan, aku membayarnya dengan uang
pas. Masak penjual ice cream itu malah memberiku ice cream yang kurang?”
tanya Sulli sedih.
”Sttt… Benarkah begitu?” tanya Suho sekali lagi.
”Ne, Songsaenim.” Sulli mengusap matanya
yang sudah berair. ”Apa mentang-mentang keluargaku itu sederhana, dia
hanya memberikanku ice cream sedikit itu?” tanya Sulli masih terus
mengusap air matanya (?).
”Sulli-ah…” desah Tiffany yang merasa tidak nyaman.
”Eumm, songsaenim…” Suho menoleh kearah
Tiffany. ”Eummm, biar saya saja yang menggendong Sulli.” Tiffany meminta
Sulli dari Suho.
Suho menyerahkan Sulli kepada Tiffany. Kini, gantian Tiffany yang menggendong Sulli.
”Hiks hiks hiks…” sengguk Sulli masih terus mengusap matanya.
”Sudahlah Sulli-ah. Jika penjual ice
cream seperti itu padamu, kita membeli ice cream ke penjual yang lain
saja. Otte?” tanya Tiffany meminta pendapat Sulli.
Sulli menghentikkan aktifitasnya mengusap
mata. Gadis itu tersenyum kearah kakaknya. ”Ne. Aku tidak mau membeli
ke penjual itu lagi.” ujar Sulli.
”Nah begitu, sudahlah jangan menangis lagi.” kata Suho sambil mengelus ubun-ubun Sulli.
”Eumm, songsaenim, saya dan adik saya ingin pulang dulu. Annyeong.” Tiffany berpamitan dengan Suho.
”Ne. Hati-hati.” ucap Suho.
Namun, baru langkah ketiga Tiffany berjalan, Suho mencegahnya.
”Ya! Agassi, siapa namamu?” tanya Suho kepada Tiffany.
”Saya? Choneun Tiffany Hwang imnida.
Panggil saja saya Tiffany atau Fanny.” kata Tiffany memperkenalkan diri.
Yeoja itu tersenyum sehingga terbentuklah eye smile di matanya.
DEG… Kenapa Suho jadi agak salah tingkah?
Aish… ==” ”Ah, Naneun Kim Suho imnida. Guru SD disini. Aku sangat dekat
dengan adikmu.” kata Suho balik memperkenalkan diri. Saat itu juga,
Suho tersenyum kepada Tiffany.
DEG… Seakan ada sesuatu yang menimpanya.
Bukan sesuatu yang menyakitkan. Namun, berhasil membuatnya melayang?
Aish! Tiffany sendiri juga tidak tahu. Kenapa Tiffany jadi salah tingkah
seperti ini?
”Oh, ne… Annyeong songsaenim.”
***
***
”Unnie, aku ingin es krim.” kata Sulli.
Keduanya kini sedang berjalan ditrotoar.
”Es krim? Hmm, mainhae Sulli-ah. Uang
Unnie tinggal sedikit. Kalau kugunakan untuk membeli es krim, bagaimana
nanti kita pulang?” perkataan Tiffany kontan membuat Sulli melengos
kecewa. Namun, Sulli juga tahu keluarganya bukan keluarga yang berada.
Jadi, ada kalanya kemauan Sulli harus ditunda. :(
”Yasudah Unnie. Gwenchana. Kapan-kapan kita bisa beli.” ucap Sulli.
”Ne.” ucap Tiffany sambil mencolek pipi adiknya.
”Setelah ini belok kekanan. Lalu terusss
sampai pertigaan. Belok kiri, menyeberang jalan, dan… Sampai deh di
stasiun…” ucap Sulli mengingat-ingat rute (?) menuju ke stasiun. Tiffany
yang melihatnya tersenyum gemas akibat kelakukan adiknya itu.
‘Aigoo…ige yeoja.’ gumam Tiffany dalam hati.
***
Aish! Sial! Tiffany dan Sulli hampir saja terlambat naik kereta. Untung saja dengan secepat kilat Tiffany menerobos para pengunjung yang padat itu. Ya, mau tak mau mereka harus berdiri. Karena sudah tidak ada kursi yang kosong didalam kereta.
Aish! Sial! Tiffany dan Sulli hampir saja terlambat naik kereta. Untung saja dengan secepat kilat Tiffany menerobos para pengunjung yang padat itu. Ya, mau tak mau mereka harus berdiri. Karena sudah tidak ada kursi yang kosong didalam kereta.
”Unnie…” bisik Sulli. Sulli menarik-narik rok sekolah Tiffany.
”Wae?” tanya Tiffany.
”Kakiku pegal…” keluh Sulli.
Tiffany tersenyum, ”Sabar ya? Lain kali
kita harus lebih cepat agar tidak terlambat dan bisa mendapat kursi.
Arrayo?” tanya Tiffany meminta pendapat.
”Arrayo Unnie.” senyum kembali menghiasi wajah cantik Sulli. Seakan pegal di kakinya sudah hilang (?).
”Tiffany! Sulli!” panggil seorang namja di belakang Tiffany dan Sulli.
Kontan Tiffany dan Sulli menoleh. Mereka
mendapati Suho yang duduk tak jauh dari mereka. Keduanya pun
membungkukkan badan memberi hormat.
”Annyeong Suho Songsaenim.” sapa keduanya.
”Ne. Hmmm, kalian butuh tempat?” tanya Suho.
”Ne!” jawab Sulli semangat. Berharap gurunya itu mau memberikan tempat untuknya.
”Sulli-ah,” desis Tiffany sambil mencubit pundak Sulli.
”Ahhh, waeyo Unnie?” tanya Sulli sambil meringis karena pundaknya yang sakit dicubit oleh Tiffany.
”Ooo, kalau begitu kalian duduk disini
saja. Otte?” Suho menawari tempatnya. Suho berdiri dan mempersilahkan
keduanya untuk duduk dikursinya. Namun, yang ada hanyalah Tiffany dan
Sulli yang diam. Dan akhirnya, Sulli yang maju dan duduk di kursi
gurunya.
”Tiffany, kau tidak mau duduk?” tanya Suho kepada Tiffany.
”Ah,saya… Eummm…” Tiffany tampak menimbang. Tiba-tiba, mata Tiffany menangkap sesuatu.
”Ooo omo, Taemin-ah?” ujar Tiffany saat melihat bocah laki-laki yang berjalan terseok-seok karena kakinya yang berdarah.
Sontak, Sulli yang mendengar nama ‘Taemin’ menoleh mencari keberadaan namja kecil itu.
”Omo, Taemin-ah… Waegeurae?” tanya Sulli panik saat mendapati kaki Taemin yang berdarah.
”Sini aku obati!” perintah Sulli sambil
menarik Taemin duduk dikursi sebelahnya. Sulli mengeluarkan antiseptik
dari tasnya dan sebuah kapas. Lalu mulai mengobati luka Taemin.
Sementara Tiffany dan Suho hanya diam. Sepertinya, Tiffany tidak mendapat tempat.
”Tiffany…” panggil Suho yang mulai mendekat kearahnya.
”Ah, ne songsaenim.” kata Tiffany.
”Jadi kau juga sekolah di Seoul International School?”
”Ne. SMA.”
”Ooo, kelas apa?”
”11A”
”Whoa, berarti kau pintar ya?”
Tiffany tersipu malu. ”ah, tidak juga. Saya bahkan tidak pernah belajar dirumah.”
Suho mengerutkan kening, ”Tidak pernah?
Berarti kau memang sudah pintar tanpa harus belajar. Eum, kau pasti
mendengarkan penjelasan guru dengan baik, hum?”
”Eumm, ne. Saya mendengarkan penjelasan guru dengan sangat baik.”
”Ngomong-ngomong, apa kau diajar Heechul Songsaenim?”
”Ne.”
”Bagaimana? Apakah nyaman dengannya? Haha xD aku dengar dia sangat menyukai cerita anak-anak. Terutama Cinderella.”
”Haha xD ne. Bahkan pernah saat Heechul
Songsaenim membiarkan rambutnya panjang. Dan ketika ditanya, dia ingin
menjadi seperti Cinderella. Haha xD”
”Ne? Geurae? Haha. Lalu, apa kau sekelas dengan Kangin?”
”Kangin? Ah ne…”
”Haha xD beberapa waktu lalu aku melihatnya tiba-tiba pingsan saat di lapangan.”
”Pingsan? Ah ne saya ingat. Waktu itu,
dia ingin memamerkan bakatnya dalam bermain basket. Karena waktu itu
banyak yeoja yang mengelilinginya. Dan, Kangin mulai berlagak pamer (?)
dan memasukkan bola kedalam ring. Namun sayangnya, bola tersebut tidak
masuk dan akhirnya Kangin sendiri yang jatuh. Lalu, Kangin pingsan.
Hahah xD”
”Haha xD Lucu sekali…”
”Ne!”
Sementara Tiffany dan Suho tertawa karena
cerita mereka. Tanpa mereka sadari, dari arah belakang Tiffany,
seseorang tanpa sengaja mendorongnya. Dan saat itu, keduanya yang masih
tertawa dan tidak memerhatikan keadaan sekitar.
Akibat dorongan dari belakang Tiffany tadi, tubuh Tiffany jadi terdorong kedepan. Hingga……
Chu~ tanpa sengaja dan tanpa direncana, bibir Tiffany menempel indah di bibir Suho. Baik keduanya hanya bisa membelalakkan mata satu sama lain.
Chu~ tanpa sengaja dan tanpa direncana, bibir Tiffany menempel indah di bibir Suho. Baik keduanya hanya bisa membelalakkan mata satu sama lain.
Jantung mereka sama-sama berdetak cepat.
Perasaan mereka sama-sama campur aduk. Entah kenapa keduanya merasa
sama-sama senang (?). Eh, senang? Memang mereka ada hubungan apa?
Bukankah mereka baru saja berkenalan?
Lama mereka dalam posisi itu. Lama pula
mereka menikmati ciuman yang tidak dilengkapi dengan balasan (?) itu
*maksudnya cmn ciuman biasa. Gg ada manggut2nya gtu hehe*.
Dan, akhirnya mereka sampai ditempat
tujuan. Saat itu juga, keduanya melepaskan kontak bibir itu. Ya, cukup
lama mereka dalam posisi tadi. 10 menit!
”Eummm, annyeong Suho Songsaenim.” pamit
Tiffany lalu cepat-cepat menarik Sulli yang masih enak-enakan duduk
bersama Taemin di kursi kereta api.
”Aishh! Jangan kasar seperti itu… Sakit Unnie…” Sulli mengaduh pelan sambil terus mengimbangi langkah cepat Unnienya.
Suho yang masih berdiri tersenyum melihat mereka. Bukan! Bukan mereka! Tapi melihat Tiffany.
***
”Unnie, lepaskan dulu. Aish appo…” aduh Sulli. Tiffany melepaskan cengkeramannya dan menatap Sulli bersalah.
***
”Unnie, lepaskan dulu. Aish appo…” aduh Sulli. Tiffany melepaskan cengkeramannya dan menatap Sulli bersalah.
”Mianhae Sulli-ah…” Tiffany meminta maaf. Sulli mendongakkan kepalanya dan tersenyum. Gadis kecil itu memaafkan Unnienya.
Keduanya berjalan menuju kedai mie ayah
mereka. Ketika sampai di kedai mie ayah mereka, mereka sudah disambut
hangat oleh ayah mereka.
”Oo, anak-anakku!” kata Mr. Hwang yang langsung berjongkok dan menyambut pelukan Sulli.
”Appa!!” kata Sulli dengan nada tinggi. Gadis kecil itu sangat suka dipeluk appanya seperti itu.
”Annyeong Appa…” ucap Tiffany pelan.
Tiffany meletekkan tasnya dan tas Sulli di lemari dekat meja kasir.
Yeoja itu lalu segera memasuki dapur kedai mie ayahnya. Melepaskan
sepatunya lalu menyimpannya di rak sepatu diujung dapur.
Setelah itu, Tiffany berjalan menuju
tangga. Menaiki tangga menuju ruangan yang biasa digunakannya untuk
tidur selagi menunggu appany selesai bekerja. Karena Appanya tidak mau
mau putrinya ikut-ikutan membantunya bekerja. Karena sudah ada orang
yang membantu appanya.
CKRIET… Dibukanya pintu ruangan itu.
Lalu, dimasukinya ruangan itu. Fanny membuka jendela agar cahaya masuk.
Setelah dibuka, Tiffany duduk menghadap jendela. Sambil memegang sebuah
diary kecil ditangannya. Yeoja itu mulai menulis…
Dear diary…
Aku ingin bercerita tentang sesuatu kepadamu… ^_^
Kau tahu? Hari ini, aku bertemu dengan guru. Ya, memang aku bertemu dengan guru setiap hari! ==”, namun, ada satu guru yang membuatku a…a…arghh!! Bagaimana aku mengatakannya? Hmm… Satu guru yang membuatku berdebar.
Aku ingin bercerita tentang sesuatu kepadamu… ^_^
Kau tahu? Hari ini, aku bertemu dengan guru. Ya, memang aku bertemu dengan guru setiap hari! ==”, namun, ada satu guru yang membuatku a…a…arghh!! Bagaimana aku mengatakannya? Hmm… Satu guru yang membuatku berdebar.
Saat Tiffany menulis kalimat itu, senyuman yang tadi menghiasinya, kini memudar perlahan.
”Apa boleh aku menyukai seorang guru?” gumam Tiffany.
”Bagaimana kalau Suho Songsaenim sudah
punya yeoja? Aishh!” Tiffany menggigit pulpennya yang digunakan untuk
menulis tadi. Entahlah. Tiffany pikir menyukai seorang guru bukanlah
sesuatu yang pantas. Tapikan, Tiffany juga tidak bisa berbuat apa-apa
kalau hatinya sudah terpaku (?) pada seorang Suho songsaenim. Senyuman
kembali menghiasi wajah cantiknya. Dilepasnya gigitannya dari pulpen.
Lalu mulai menulis lagi.
Saat dia tersenyum padaku, aku merasa
seperti ada kupu-kupu diperutku… Hhh ==a rasanya melayang-layang
membuatku ‘mual’! Mual karena cinta! Kekeke xD
Lagi, Tiffany berhenti menulis kalimat
selanjutnya. ”Bukankah kata ini terlalu berlebihan?” gumam Tiffany
sambil menunjuk kata ‘mual karena cinta’.
”Haish! I don’t care! Bukankah yeoja yang sedang jatuh cinta selalu seperti ini?” gumam Tiffany. Yeoja itu mulai menulis lagi…
Lalu aku dan Sulli tidak sengaja bertemu
dengan Suho songsaenim waktu di kereta. Suho menawari kami untuk duduk
dikursinya. Namun, pada akhirnya hanya Sulli dan temannya, Taemin yang
duduk disana. Hingga aku dan Suho songsaenim terpaksa harus berdiri.
Kami terus mengobrol dan bercanda. Dan,
tanpa kusangka seseorang dibelakangku tidak sengaja mendorongku. Hingga
akhirnya, tubuhku terdorong kedepan dan… >.< tanpa kusengaja dan
tanpa kurencana, bibir kami menempel satu sama lain >_< WHOA aku
malu diary! Tapi, kuakui aku agak…ehm senang dengan kejadian tadi.
Bahkan aku lebih senang saat aku maupun Suho songsaenim tak kunjung
melepas bibir kami. Kami hanya bisa saling pandang dengan jantung yang
berdegup kencang serasa ingin keluar.
Saat itu, aku menyadari satu hal : aku
jatuh cinta dengan Suho songsaenim sejak pertama kali aku bertemu.
Kuharap, dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Tunggu,
perasaan yang sama? KYA! :D. Tapi, bagaimana kalau seandainya Suho
songsaenim sudah ada yang punya? T_T
Tiffany berhenti menulis. Gadis itu
membaca berulang kali curhatannya kali ini kepada diarynya. Kadang
ditengah membacanya, senyuman terukir di bibirnya. Namun, kadang juga
senyuman itu menjadi kerucutan bibir yang imut nan kyeopta!
”FANNY UNNIE!” pekikan Sulli berhasil
membuat Tiffany terlonjak kaget dan diary yang dipegangnya hampir saja
jatuh. Untungnya dengan sigap Tiffany menangkap diarynya itu.
”Aigoo.. Sulli-ah kau menganggetkanku.” kata Tiffany sambil mengelus dadanya.
”Hehe, Fanny Unnie. Tadi kau menulis apa?” tampak seringaian dibibir Sulli.
Tiffany menatap bingung kearah Sulli. Apa Sulli tahu? Hmm… Molla.
”Mwo?”
”Ayolah…” bujuk Sulli sambil mengeluarkan evil smirknya.
”Aishh… Apa? Aku hanya menulis rumus matematika.” jawab Tiffany bohong. Mencoba menghentikkan godaan Sulli.
”Ckk… Unnie, bagaimana kalau Suho Songsaenim sudah ada yang punya?” tanya Sulli. Gadis kecil itu mencoba menggoda kakaknya.
Tiffany yang mendengarnya melebarkan matanya. ‘Jangan-jangan Sulli tahu!’ batin Tiffany. ”Ne?”
”Ne, Unnie… Kau tahu, aku menyukai Suho
songsaenim. Bagaimana kalau seandainya Suho songsaenim sudah ada yang
punya?” tanya Sulli sedih. Yeoja kecil itu ternyata sudah pintar
berakting didepan kakaknya. Dalam hati, Sulli tersenyum licik karena
sudah menggoda kakaknya. ‘Haha rasakan Unnie! Bilang saja kau menyukai
Suho songsaenim.’ kata hati Sulli (?).
Mendengar itu, Tiffany makin membelalakkan matanya. ”N..ne??”
”Ne. Bagaimana?”
”Aish! Bukannya kau menyukai Taemin?” tanya Tiffany berusaha memastikan kalau Sulli hanya menggodanya.
Mendengar pertanyaan Tiffany, Sulli jadi
salah tingkah. ‘Ahh! Naneun baboya! Bukankah aku menyukai Taemin?
Bagaimana ini? Bisa-bisa Fanny Unnie tau aku hanya menggodanya. Berpikir
Sulli. Berpikir!’ gerutu Sulli dalam hati.
”Oooh, ne itu dulu. Tapi kau tahu, aku
sudah melupakannya Unnie. Aku sudah tidak menyukai Taemin. Dan aku
berusaha mencari penggantinya. Dan orang itu adalah Suho Songsaenim”
ucap Sulli berusaha meyakinkan Tiffany. Kini, Tiffany yang ragu.
Benarkah?
”Ooo… Sejak kapan??” tanya Tiffany.
”Sejak tadi. Saat…Suho songsaenim
menggendongku. Kau tahu, seperti ada kupu-kupu di perutku. Rasanya
seperti melayang dan membuatku mual.” tunggu, bukankah kata-kata itu
persis seperti yang Tiffany tulis?
”…Tapi bukan mual karena cinta.” tunggu, kali ini kata itu agak melenceng (?) dari yang ditulisnya tadi.
”Lalu?” tanya Tiffany.
”Mual karena parfumnya itu Unnie.” kata
Sulli. Yeoja itu lalu cepat-cepat kabur dari Unnienya. Sementara Tiffany
hanya melongo mendengarnya.
”Hah? Parfum?” gumam Tiffany.
***
Keesokan harinya.
***
Keesokan harinya.
Hari ini adalah hari minggu. Tiffany dan
Sulli berencana ingin ke taman. Tapi, karena hari itu sedang hujan,
mereka hanya bisa berdiam diri di kedai mie ayahnya. Keduanya sudah
ngotot ingin membantu ayahnya. Namun, ayahnya tetap tidak
mengizinkannya. Katanya, ”Tidak usah! Sudah ada Min Seok (Xiu Min
maksudnya keke xP) dan Hyoyeon yang memasak. Kalian duduk saja disini.”
”Tapi Appa, aku dan Sulli bosan…”ucap Tiffany.
”Dan untuk mengusir bosan, kami ingin membantu Appa.” tambah Sulli yang segera mendapat anggukan lemah dari Tiffany.
”Tidak bisa! Kalian duduk saja atau tidur saja di atas. Arraseo?” Appanya langsung menuju ke dapur.
Sementara Sulli dan Tiffany makin mendesah (?) dan mengerucutkan bibir.
”Unnie, aku bosan.” gumam Sulli sambil bertopang dagu.
”Nado…” gumam Tiffany.
Keduanya perlahan menatap keluar jendela.
”Kenapa hujannya makin deras? Huh…” gerutu Sulli.
Kring… Bel berbunyi tanda pengunjung yang
masuk. Keduanya cepat-cepat berdiri dan membungkuk memberi salam sambil
berkata ”Annyeong haseyo…”
Setelah mereka berada dalam posisi tegak, kedua mata mereka sama-sama membesar.
”Songsaenim…” Tiffany dan Sulli segera menghampiri Suho yang sedang dalam keadaan basah. Sementara Suho hanya nyengir.
”Songsaenim, apa kau habis berlari sampai kehujanan seperti ini?” tanya Tiffany tampak panik.
”Ne.” jawab Suho singkat.
”Oo songsaenim, kau harus ganti baju. Bisa-bisa, nanti kau sakit.” bujuk Tiffany masih tampak panik.
”Ne songsaenim. Fanny Unnie benar. Sebentar yah?” Sulli meninggalkan mereka.
”Appa!” teriakan Sulli terdengar dari luar dapur.
”wae Sulli-ah?” tanya Appanya.
”Suho songsaenim kehujanan. Dia harus ganti baju. Bisakah kau meminjamkan satu baju untuknya?”
TAP TAP TAP… Suara langkah Mr. Hwang.
”Omo, Suho Songsaenim. Kau harus segera
berganti baju. Sebentar akan kuambilkan bajuku.” Mr. Hwang berlalu untuk
mengambil bajunya. Sementara Suho hanya tersenyum menanggapinya.
TAP TAP TAP… Terdengar lagi langkah Mr.
Hwang. Kali ini pria paruh baya itu membawa sebuah kemeja coklat dan
celana panjang warna hitam. Mr. Hwang kemudian menyerahkan pakaian yang
dibawanya itu kepada Suho.
”Kamsahamnidah.” ucap Suho berterimakasih.
”Ne, cheonma Suho-ssi. Cepat ganti bajumu. Nanti kau masuk angin.” kata Mr. Hwang sambil menepuk bahu Suho.
”Ne. Bisakah anda mengantarkan saya ke kamar mandi?” tanya Suho.
”Oh ne… Kajja.” Mr. Hwang menuntun (?) Suho ke kamar mandi.
”Waegeurae?” tanya Sulli sambil menyenggol lengan Tiffany.
”Ah ne?” kata Tiffany yang baru sadar dari lamunannya.
”Waegeurae?” tanya Sulli sekali lagi.
”Aniya. Gwenchana…”
”aneh…” cibir Sulli.
”Apanya?”
”Dari tadi matamu tak lepas dari Suho songsaenim.”
”Ne?” mata Tiffany membulat sempurna.
”Aish! Jangan tunjukkan ekspresi seperti itu! Kau jelek tau?” ejek Sulli yang akhirnya langsung ngacir ke atap.
”Ya! Neo!” pekik Tiffany. Tiffany mendenguskan nafas sebal.
***
Tiffany melangkahkan kakinya perlahan menaiki tangga. Wajahnya ditekuk. Badannya sengaja dibuat membungkuk (?).
Dan disaat bersamaan, Suho yang baru saja keluar dari kamar mandi, hendak turun dan…
Tiffany melangkahkan kakinya perlahan menaiki tangga. Wajahnya ditekuk. Badannya sengaja dibuat membungkuk (?).
Dan disaat bersamaan, Suho yang baru saja keluar dari kamar mandi, hendak turun dan…
”Ahhh…” Tiffany tersentak kaget saat
menyadari keberadaan Suho dan nyaris saja jatuh kebelakang. Untung saja
dengan sigap Suho menarik tangan Tiffany hingga akhirnya, tubuh mereka
terdorong hingga menatap dinding disana.
Chu~ Bibir Suho menempel di dahi
Tiffany. Keduanya saling membelalakkan mata. Lagi? Kenapa chu lagi? Ya,
waktu dikereta, tanpa sengaja mereka berciuman bibir. Tapi sekarang,
tanpa sengaja pula Suho mencium dahinya?
Tiffany cepat-cepat menjauh dari Suho dan bersandar di pintu ruang atap.
”Omo… Songsaenim…” panggil Tiffany pelan.
”Ne, mianhae…” Suho meminta maaf. Ada nada gugup disana.
”Gwenchana…ne, gwenchana.”
”Eumm… Songsaenim, diluar masih hujan. Dibawah sedang ramai. Lalu bagaimana denganmu?” tanya Tiffany.
”Geurae. Hmm…aku tak tahu. Apakah ada ruangan yang masih kosong? Aku tidak mungkin pulang karena ini masih hujan.”
”Ooo…” Tiffany menunjuk pintu di belakangnya. Suho mengernyitkan dahinya.
”Ne. Ini ruang atap. Saya terbiasa disini.” ujar Tiffany.
”Eummm, kalau begitu, bagaimana kalau kita kedalam? Sekalian, aku ingin lebih mengenalmu.” kata Suho.
Wajah Tiffany merah padam saat Suho
mengatakan ‘ingin lebih mengenalmu’. Tiffany hanya bisa mengangguk dan
membuka ruang atap. Lalu mempersilahkan Suho masuk.
”Whoa aku suka dengan ruangan ini.” ujar Suho sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu.
Tiffany yang ada dibelakangnya hanya tersenyum.
Keduanya memutuskan duduk di sofa dalam ruangan itu.
”Maaf kalau saya lancang. Tapi, eum berapa umurmu Songsaenim?” tanya Tiffany hati-hati.
”Aku? 22 tahun.” rahang Tiffany menurun saat Suho mengatakan umurnya.
Semuda itu? Sudah menjadi guru?
”Ne? 22 tahun?” tanya Tiffany tak percaya.
”ne. Eum, kau pasti berpikir kenapa aku sudah menjadi guru padahal umurku baru 22.” tebak Suho. Dan, BINGO! Tiffany mengangguk.
”Hmmm… Ye. Aku menyelesaikan SD selama 4
tahun lalu SMP dan SMA selama 4 tahun jika ditotal. Jadi, waktu
sekolahku hanya 8 tahun.” mata Tiffany membulat sempurna mendengar
perkataan Suho.
”N.n.ne?” tanya Tiffany masih dengan nada tak percaya.
‘Ne. Eumm, kenapa rasanya aku jadi sombong begini ya? Kekeke” Suho terkekeh.
”Eummm, jadi kau pasti pintar sekali
karena hanya menyelesaikan SD hingga SMA selama 8 tahun.” ucapan Tiffany
membuat Suho tersipu malu dan tersanjung (?).
”Aku menyelesaikan SMA saat usiaku 15 tahun. Lalu menyelesaikan kuliah 6 tahun. Dan menjadi guru SD selama 1 tahun ini.”
”Ooo… Tak terlalu jauh.” gumam Tiffany.
”Apa?” tanya Suho masih dengan senyumannya.
Tiffany merasa seperti ada kupu-kupu yang
terbang di perutnya. ”Eumm…ani..maksudku..eumm..anu…apa ya? Eummm,
maksud saya. Umur kita tak terlalu jauh songsaenim.” jawab Tiffany
salah tingkah.
”Ooo…Memang berapa usiamu?” tanya Suho.
”17 tahun.”
”Hanya 5 tahun. Eumm, ne. Tidak terlalu jauh.”
HENING…
”Tiffany, umur kita kan tidak terlalu
jauh. Dan ini bukan disekolah. Aku merasa tidak nyaman jika kau
memanggilku dengan embel songsaenim. Aku mau kita terlihat lebih akrab.
Panggil saja aku Suho Oppa. Otte?”
Tiffany tertegun mendengar ucapan Suho.
”Eumm, oke Suho song…ani maksudku, Suho Oppa.”
***
7 months later
7 months later
Tiffany berjalan sendirian memasuki
kamarnya dengan senyuman yang makin merekah di bibirnya. Hingga
menyebabkan eye smilenya semakin terlihat seiring dengan makin
merekahnya senyuman indah miliknya itu.
Cklek… Tiffany mengunci kamarnya. Tiffany berusaha mengingat kejadian tadi sehabis makan malam dengan…Ehm Suho.
Flashback…
Sehabis membeli makan malam, keduanya
memutuskan untuk pulang. Namun sialnya, karena mereka tidak membawa
payung, atau jas hujan mereka terpaksa harus berhenti didekat taman
indoor. Parahnya, Suho tidak membawa mobil (?).
”Huwa kenapa harus hujan?” panik Tiffany.
Tiffany merapatkan kedua tangannya melingkari perutnya. Yeoja itu
kedinginan. Dia hanya memakai T-shirt warna putih dan rok selututnya.
Sedangkan Suho memakai baju panjang tebal yang masih dilapisi (?) dengan
jaketnya. Juga celana hitamnya.
Melihat Tiffany yang kedinginan, Suho segera menyampirkan jaketnya ke tubuh Tiffany.
”Gomawo Oppa.” ucap Tiffany berterimakasih.
”Cheonma. Tak baik kalau seorang pria membiarkan seorang gadis kedinginan.” Blush… Kedua manusia itu sama-sama memerah pipinya.
”Oppa, apa kau bosan?” tanya Tiffany sambil mengerucutkan bibirnya.
Suho terdiam tak menjawab Tiffany. Namja
itu memandang lekat bibir Tiffany yang pink dan mengerucut itu. Kenapa
baginya Tiffany imut sekali? Suho jadi ingin menciumnya.
”Oppa…” Tiffany berusaha membuyarkan lamunan Suho.
”Oppa!” karena tidak berhasil akhirnya Tiffany menggoyang-goyangkan lengan kekar (?) Suho.
”Ah ne?” tanya Suho yang baru saja tersadar.
”Kenapa kau melamun?” tanya Tiffany.
”Oh tidak. Aku tidak melamun.” jawab Suho berusaha agar tidak salah tingkah lagi didepan Tiffany.
”Ooo… Oppa, apa kau bosan?” tanya Tiffany.
”Sedikit. Wae?”
”Eumm… Bagaimana kalau kita bermain? Sambil menunggu hujannya nanti reda. Otte?” tawar Tiffany.
”Baiklah. Bermain apa?”
”Eumm… Bermain confession!”
”Confession? Pengakuan? Maksudmu, mengaku?” tanya Suho bertubi-tubi. Tiffany menjawabnya dengan anggukan kencang.
”Eumm…” Suho tampak berpikir. ”Geurae.” Suho akhirnya menyetujuinya.
”Baiklah pengakuan. Kau harus mengaku apa yang kau sembunyikan dari seseorang selama 1 tahun terakhir ini?” tanya Tiffany.
”Eumm…Aku melempar kaus kaki adikku dan
tanpa sengaja jatuh di jajjangmyun yang sedang dimakannya saat itu.
Kemudian aku berlari dan berpura-pura tidak tahu…” Suho mengaku.
”Mwo? Ne? Hahahaha xD” Tiffany tertawa
terbahak-bahak. ”Lucu Oppa. Sekarang giliranku.” Tiffany berhenti dari
tawanya. Yeoja itu meletakkan telunjuk dibibirnya dan berpikir.
Suho yang melihatnya semakin gemas dan
semakin cinta dengan Tiffany. Tiba-tiba, jantung Suho berdetak cepat.
Suho merasa ada sesuatu yang menerjangnya saat ini. Suho sendiri juga
tidak bisa menahannya.
”Aku tahu!” pekik Tiffany senang lalu
menoleh kearah Suho. Dan tiba-tiba, Suho yang sudah tidak bisa menahan
sesuatu yang menerjangnya dengan cepat mencium bibir Tiffany.
Mata Tiffany membulat besar. Namun pada
akhirnya, setelah merasakan lumatan Suho itu, Tiffany memejamkan matanya
dan membalas lumatan Suho.
Keduanya terus berciuman lama. Ciuman itu
lembut sekali. Dan sekarang tangan Suho sudah memegang pinggang
Tiffany. Sedangkan tangan Tiffany masih enggan menyentuh (?) Suho.
Tiffany kehabis nafas. Yeoja itu menarik bibirnya dan megap-megap (?).
”Huh huh huh… Aigoo…” gumam Tiffany sambil terus terengah-engah.
”Hmmm… Gwenchana?” tanya Suho dan langsung mendapat anggukan kencang dari Tiffany.
Tiffany menyentuh tengkuk Suho dan menariknya lalu mengecup bibir Suho. ”Apa tidak apa-apa?” tanya Tiffany.
”Ne…” Suho tersenyum dan mencium Tiffany
lagi. Kali ini Suho melakukannya dengan lembut. Namun, karena Tiffany
yang agresif (?) dan baru merasakan sensasi ciuman pertama (?) yeoja itu
melakukannya dengan semangat dan penuh nafsu.
BAM BAM ABUSH!
Suara petir mengagetkan Tiffany. Tiffany melepaskan ciumannya dan berlari karena takut dengan petir itu. Namun dengan segera, Suho mengejarnya dan memeluk Tiffany. Dan menciumnya lagi *serius! Kayaknya disini sufanny sama2 pnya nafsu tinggi! Kekekekeke*
Suara petir mengagetkan Tiffany. Tiffany melepaskan ciumannya dan berlari karena takut dengan petir itu. Namun dengan segera, Suho mengejarnya dan memeluk Tiffany. Dan menciumnya lagi *serius! Kayaknya disini sufanny sama2 pnya nafsu tinggi! Kekekekeke*
”Jangan takut, aku ada disini.” gumam Suho ditengah-tengah ciuman mereka.
Flashback End
Tiffany menimpuk wajahnya dengan bantal.
”Omo! Kenapa tadi kami terlihat sangat bernafsu?” kekeh Tiffany. Tiffany
menyentuh bibirnya tadi. Rasa senang menyergap hatinya.
Tiffany kembali membayangkan lagi saat
ciumannya dengan Suho. Karena begitu menghayati (?) bayangannya itu,
Tiffany tanpa sadar malah memonyongkan bibirnya dan terkekeh.
”Ya! Kenapa kau memonyongkan bibirmu
seperti itu?” tanya Sulli yang berhasil menghentikan aktifitas Tiffany
tadi. Tiffany yang sadar langsung mengerucutkan bibirnya tanda dia
kesal.
”Ya! Kau mengganggu saja!” kata Tiffany pelan.
”Hehe. Tak apa… Unnie, aku ingin bercerita sesuatu padamu.” dari nada Sulli, tersirat kesedihan disana.
”Apa?”
Sulli berjalan. Gadis kecil itu naik ke tempat tidur Tiffany dan duduk disana.
”Unnie, aku mendengar kabar kalau mulai
besok Suho Songsaenim akan dipindahkan ke LA.” JLEB… Seperti ada jarum
yang menancap dihati Tiffany. Wae? Wae? Kenapa setelah Tiffany bahagia
karena Suho, dia harus bersedih karena Suho pula?
”Mwo?” tanya Tiffany tidak percaya.
”Ne. Dan besok, Suho Songsaenim akan
mengucapkan selamat tinggal kepada murid-muridnya.” Sulli mulai terisak.
Tiffany tahu, diantara semua guru, hanya Suho-lah yang paling dekat
dengan Sulli.
‘Wae? Kenapa Oppa? Tadi kau baru saja
membuatku bahagia! Kenapa baru sebentar kau sudah membuatku sedih?’
batin Tiffany. Dalam hati, Tiffany menangis.
***
KRING…KRING…KRING…
Weker itu tidak bisa diam. Namun, Tiffany tidak beranjak untuk mematikan weker itu. Yeoja itu memeluk gulingnya erat. Sekitar matanya terlihat basah. Yeoja itu menangis sepanjang malam. Bahkan, lingkaran mata terlihat disekitar matanya. Yeoja itu tidak tidur.
KRING…KRING…KRING…
Weker itu tidak bisa diam. Namun, Tiffany tidak beranjak untuk mematikan weker itu. Yeoja itu memeluk gulingnya erat. Sekitar matanya terlihat basah. Yeoja itu menangis sepanjang malam. Bahkan, lingkaran mata terlihat disekitar matanya. Yeoja itu tidak tidur.
Dengan malas, Tiffany beringsut dari ranjangnya. Keluar dari kamar dan menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari dapur.
Setelah selesai mandi, Tiffany melangkah
dengan malas ke kamarnya. Mengenakan seragamnya dan menata diri di
kamar. Sejenak, Tiffany menatap dirinya dipantulan cermin.
Matanya terlihat bengkak dan merah.
Lingkaran matanya pun menghias sekitar matanya. ”Aku harus terlihat baik
hari ini.” gumam Tiffany.
Tiffany berjalan menuju ruang makan.
Ibunya sudah membuat kimbab dan kimchi. Setelah makan, Tiffany, Sulli
dan Mr. Hwang langsung berangkat ke Seoul.
Dalam perjalanan kereta, Tiffany masih diam seperti tadi. Hingga sampai disekolahpun, Tiffany sama demikian ketika di kereta.
Sehabis Tiffany mengantar adiknya
kekelasnya, Tiffany berjalan lunglai menuju kelasnya yang berada di
lantai 3. Dan saat perjalanannya itu, tanpa sengaja dia berpapasan dengn
Suho.
”Annyeong…” sapa Suho ramah. Tiffany membalasnya dengan senyuman yang hambar. Lalu berjalan meninggalkan Suho.
”Aneh. Ada apa dengan Tiffany?” batin Suho.
”Fanny!” panggil Suho. Tiffany berhenti ditempatnya. Perlahan, Suho berjalan kearah Tiffany dilihatnya Tiffany sedang menangis.
”Fanny!” panggil Suho. Tiffany berhenti ditempatnya. Perlahan, Suho berjalan kearah Tiffany dilihatnya Tiffany sedang menangis.
”Waegeurae? Kenapa kau menangis?” tanya Suho sambil menyeka air mata Tiffany.
”Suho Oppa, apa kau akan meninggalkan
sekolah ini? Ke LA?” tanya Tiffany dengan nada lirih karena dia
memanggil Suho dengan ‘Oppa’ bukan dengan ‘Songsaenim’.
Suho terperanjat mendengar pertanyaan Tiffany. Harus diakui, ya.
Suho hanya mampu mengangguk lemah dan menatap kebawah.
”Kenapa kau tidak memberitahuku?” tanya
Tiffany. Kali ini suaranya sedikit keras karena dalam koridor itu masih
sepi dan hanya ada dirinya dan Suho. Maklum, ini masih pagi sekali.
”Mianhae.” sesal Suho.
”Wae?” tanya Tiffany.
”Fanny-ah… Arg… Kau tahu kenapa kemarin aku mengajakmu berkencan?” tanya Suho seraya menatap manik indah milik Tiffany.
”Aniyo… Wae?” tanya Tiffany.
”Karena aku ingin menghabiskan waktuku
bersamamu. Karena hari ini aku akan berpamitan dan terbang ke LA. Karena
kemarin adalah waktu terakhir aku bisa bersama denganmu, menghabiskan
waktu hanya berdua.” air mata Tiffany menggenang ketika Suho mengatakan
itu.
”Kenapa kau pindah ke LA?” tanya Tiffany.
”Ini karena tuntutan kementrian pendidikan dan keinginan orangtuaku.”
”Arraseo… Berapa lama?” tanya Tiffany.
”10 tahun.” mata Tiffany membulat begitu Suho mengatakan demikian.
”10…tahun?” air mata yang tadi sudah
menggenang kini jatuh. Bibirnya bergetar menandakan gadis itu sedang
berusaha menahan tangis.
”Mianhae.” ucap Suho. Namja itu memeluk Tiffany. Tiffany terisak didalam dekapannya.
”Uljima…” Suho mencoba menenangkan
Tiffany. Tiffany menarik tubuhnya dari dekapan Suho. Gadis itu berusaha
tersenyum, kemudian berkata,
”Geurae. Tak apa. Aku akan menunggumu.”
kata Tiffany. Suho tertegun dengan kata-kata Tiffany. Benarkah?
Menunggu? 10 tahun? Bukankah itu lama? Bahkan sangat lama? Dan apakah
kau benar-benar akan menungguku Fanny-ah? Pertanyaan itu terus muncul di
otaknya.
”Jeongmal? Tapi 10 tahun Fanny-ah. Apa kau yakin? Aku hanya tidak ingin kau mengambil jalan yang salah.” kata Suho.
”Ani… Aku tidak mungkin mengambil jalan yang salah.”
”Geurae. Kalau begitu, aku juga akan menunggumu.” kata Suho.
***
8 tahun kemudian…
8 tahun kemudian…
Seorang yeoja manis bergegas menuju kamar
seorang pasien. Raut wajahnya sangat serius (?) sehingga semakin
menambah kesan imut di wajahnya yang tak hanya manis, tapi juga sangat
cantik itu.
Yeoja itu membuka pintu rumah sakit
kemudian menyuruh seorang suster untuk membawa peralatan bedah. Dengan
hati-hati yeoja itu membius pasian dihadapannya. Setelah suster tadi
membawa peralatan bedah. Dengan hati-hati yeoja tadi mulai menyayat
tubuh pasien dihadapannya.
”Kudengar Ms. Im mengalami usus buntu.
Jadi, hari ini dia akan melakukan operasi.” kata seorang namja dengan
orang lain yang sedang diteleponnya.
”Yes… Okay, aku mengerti.” namja itu memutus teleponnya.
”Bagaimana Ms. Hwang?” tanya namja tadi kepada dokter yeoja yang menyayat tubuh pasien.
”Sudah. Kami sudah memotong umbai
cacingnya dan sekarang Ms. Im sedang dijahit perutnya. Permisi.” dokter
yeoja itu berlalu dari hadapan namja.
Namja tadi segera menghubungi orang diteleponnya tadi.
”Mr. Kim. Ya, Ms. Im sudah melewati operasinya.”
***
Dokter yeoja tadi berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil memperhatikan ponselnya. Hingga…
Bruk…
Dokter yeoja tadi bertabrakan dengan seorang namja. Hingga ponselnya jatuh.
***
Dokter yeoja tadi berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil memperhatikan ponselnya. Hingga…
Bruk…
Dokter yeoja tadi bertabrakan dengan seorang namja. Hingga ponselnya jatuh.
”I’m sorry, doctor.” ucap namja itu sambil mengambil ponsel dokter itu dan menyerahkannya. Namun…
Keduanya hanya diam.
Keduanya hanya diam.
”Fanny-ah?” ucap namja itu.
”Suho Oppa…” ucap dokter yeoja itu.
Keduanya masih terdiam. Saling tatap satu
sama lain. Dari tatapan mata keduanya, tersirat kerinduan, keharuan,
dan kebahagiaan- dari mata Tiffany.
”Oppa!” Tiffany menghambur kepelukan Suho.
Suho masih terdiam. Tangannya tidak bergerak untuk membalas pelukan Tiffany. Hatinya kalut.
Suho masih terdiam. Tangannya tidak bergerak untuk membalas pelukan Tiffany. Hatinya kalut.
‘Omo, Tiffany? Wae?’ Suho melepas pelukan Tiffany dan pergi meninggalkan Tiffany yang sedang menatapnya heran.
”Kenapa Suho Oppa melepas pelukanku?” tanya Tiffany pada dirinya sendiri.
”Wae? Kenapa harus seperti ini? Mianhae
Fanny-ah. Jeongmal mianhae. Aku tidak bermaksud mengingkari janji kita
tapi, ini semua bukan kehendakku Fanny-ah…” batin Suho dalam hati.
Suho terus berjalan. Menuju sebuah ruangan yang dimasukki Tiffany saat mengoperasi pasien.
”Yoona-ya…” Suho menghambur dan mendekap yeoja yang dioperasi Tiffany tadi.
”Gwenchana?” tanya Suho.
”Gwenchanayo, Siwon Oppa.” ucap yeoja itu lirih.
Ya. Suho adalah Suho! Tetapi Yoona, nama
yeoja itu, memanggil Suho dengan nama Siwon. Itu berlangsung saat Yoona
kehilangan tunangannya, Siwon yang meninggal karena kecelakaan. Dan saat
Yoona melihat Suho, dia berpikir Suho adalah Siwon karena Suho
sangatlah mirip dengan Siwon. Yeoja itu tidak peduli dengan apa reaksi
Suho. Yang jelas, sesudah kematian tunangannya itu, Yoona selalu ingin
berada didekat Suho, karena dia menganggap Suho adalh Siwon. Awalnya
Suho tidak mau, namun karena kedua orangtua Yoona yang memohon, akhirnya
Suho menurutinya. Parahnya, kedua orangtua Suho juga senang akan hal
itu.
”Siwon Oppa, perutku sakit sekali.” rengek Yoona.
”Sebentar. Nanti akan hilang.”
***
Yoona PoV
Yoona PoV
Aku tahu, dia adalah Suho. Bukan Siwon.
Namun setelah kematian namja yang kucintai itu, aku sangat sakit dan
kehilangan. Hingga aku bertemu dengan Suho. Dia sangatlah mirip dengan
Siwon. Dan aku, ingin terus berada disampingnya. Karena Suho memang
mirip dengan Siwon dan aku juga nyaman dengan Suho. Walau aku tahu, Suho
tidak suka dengan cara ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sangat
mencintai Siwon dan menurutku pengganti yang tepat adalah Suho.
Biar kata orang aku aneh. Biar kata
keluargaku aku gila. Yang hanya aku inginkan adalah pengganti Siwon
Oppa. Dan orang itu adalah Suho.
Yoona PoV END
***
Tiffany terpaku melihat kejadian dari luar jendela.
***
Tiffany terpaku melihat kejadian dari luar jendela.
”Jadi, ini yang membuatmu melepas
pelukanku tadi Oppa?” gumam Tiffany. Yeoja itu segera beranjak pergi
saat pasien yang dioperasinya tadi menyadari keberadaan Tiffany. Ya,
pasien itu Yoona.
***
Yoona menatap heran kearah jendela. Dokter yang mengoperasinya tadi. ‘Kenapa dokter itu menangis?’ tanya Yoona dalam hati.
***
Yoona menatap heran kearah jendela. Dokter yang mengoperasinya tadi. ‘Kenapa dokter itu menangis?’ tanya Yoona dalam hati.
”Waeyo Yoona?” tanya Suho.
”Ani. Gwenchana.” jawab Yoona. Yeoja itu masih sibuk dengan pikirannya. ‘Ada apa dengan dokter tadi?’
***
”Ms. Im sudah bisa pulang besok. Pastikan, Ms. Im meminum obatnya dan selalu istirahat sebelum kondisinya sudah benar-benar pulih. Permisi.” ucap seorang suster yang mengganti air infus Yoona kepada Suho.
***
”Ms. Im sudah bisa pulang besok. Pastikan, Ms. Im meminum obatnya dan selalu istirahat sebelum kondisinya sudah benar-benar pulih. Permisi.” ucap seorang suster yang mengganti air infus Yoona kepada Suho.
”Yes, thank you.” ucap Suho.
”You’re welcome.”
”Oppa, aku senang, besok aku sudah bisa pulang.” ucap Yoona menggunakan bahasa korea kepada Suho.
”Ne.”
”Excuse me…” suster tadi meminta permisi keluar (?).
”Yes.” ucap Yoona dan Suho
***
Siang ini, Suho bermaksud mengantar Yoona pulang. Namun, sampai ditengah jalan, lagi-lagi Suho bertemu dengan Tiffany.
***
Siang ini, Suho bermaksud mengantar Yoona pulang. Namun, sampai ditengah jalan, lagi-lagi Suho bertemu dengan Tiffany.
”Oppa…” Tiffany menghadang Suho.
”Tiffany-ssi.” MWO? Embel-embel -ssi?
”Mwo? Kenapa formal sekali Oppa?”
”Fanny-ah.”
”Oppa, kenapa kau melepas pelukanku kemarin?” tanya Tiffany.
Suho terdiam.
”Jawab aku Oppa.” desak Tiffany.
”Mianhae, aku harus pergi.” Suho berusaha
pergi dari Tiffany. Namun kali ini Tiffany mencegahnya dengan memegang
lengan Suho sekuatnya.
”OPPA! MALHAEBWA!” pekik Tiffany yang merasa kesal. Suho tersentak mendengar pekikan Tiffany.
‘Apa kau marah padaku Fanny-ah?’ batin Suho.
”Kemarin aku melihatmu berpelukan dengan
yeoja yang kuoperasi kemarin. Ada hubungan apa kau dengannya?” Tiffany
melepas pegangannya pada lengan Suho.
”A…” belum sempat Suho mengatakannya,
tiba-tiba seorang gadis cantik berlari menuju kearahnya dan memeluk
Suho. Baik Suho maupun Tiffany sama-sama kagetnya akan hal itu.
‘Bagaimana kalau Tiffany semakin membenciku?’ batin Suho.
‘Ada hubungan apa Suho dengan yeoja ini?’ batin Tiffany.
”Siwon Oppa! Kenapa lama sekali?” tanya Yoona, gadis itu.
‘Mwo? Siwon? Hei! Namanya Suho bukan Siwon!’ batin Tiffany.
”Mianhae. Tadi aku ada urusan.” kata Suho dan langsung melepaskan pelukannya.
CHUP, Yoona mengecup bibir Suho. Mata
Tiffany memanas melihat kejadian itu. Sementara Suho kaget dan hanya
bisa diam diberlakukan seperti itu oleh Yoona.
Air mata mulai menggenang di pelupuk mata
Tiffany. Tiffany ingin menangis. Dengan cepat, Tiffany meninggalkan
mereka sebelum mereka menyadari dirinya tengah menangis.
‘Oppa! Kau jahat! Kita sudah berjanji
akan saling menunggu selama 10 tahun! Tapi apa? Belum ada 10 tahun saja
kau sudah mengingkarinya! Aku benci padamu! AKU BENCI!’ rutuk Tiffany
dalam hati. Secepatnya yeoja itu melangkah dan menghapus air matanya.
Kecepatannya semakin menurun. Tiffany tiba-tiba tersungkur jatuh di
lorong dekat taman rumah sakit.
”Tahukah kau kita masih pasangan? Tahukah
kau kita masih berhubungan? Tahukah kau, aku masih kekasihmu? Kenapa
kau tega melakukannya Oppa? Kau bahkan selingkuh! Sepertinya usahaku
belajar menjadi dokter dan pergi ke LA sia-sia! Aku pergi ke LA karena
aku ingin menemuimu Oppa! Apa gunanya aku kesini kalau aku menemukan
kekasihku sendiri sudah bersama yeoja lain? Bahkan belum ada kata
‘putus’ diantara kita Oppa.” ujar Tiffany. Beruntung ditaman itu hanya
ada dirinya.
”Kau jahat Oppa!”.
***
Keesokan harinya.
Keesokan harinya.
Tiffany bekerja sebagai dokter di LA
International Hospital seperti biasa. Namun, ketika pulang dari bekerja,
lagi-lagi dia bertemu dengan Suho.
”Ada apa kau kesini? Bukankah Yoona-ssi sudah sembuh?” tanya Tiffany dingin.
”Aku ingin berbicara padamu.” Suho
menarik tangan Tiffany memasuki mobilnya. Sedangkan Tiffany
meronta-ronta tak mau diajak Suho.
Dengan cepat Suho memasukkan Tiffany (?)
kedalam mobilnya. Setelah itu Suho mengendarai mobil dengan cepat.
Menuju sebuah tempat.
”WHAT’S WRONG WITH YOU!” pekik Tiffany. Aneh, kenapa Tiffany menggunakan bahasa Inggris?
”HEY! TURUNKAN AKU!” Tiffany kembali memekik. Namun, pekikannya tak berhasil membuat Suho menanggapi atau menurutinya.
Tiffany hanya diam dan menatap keluar jendela. Miris.
Setelah sampai ditujuan, Suho segera
menarik Tiffany lagi. Namun, karena Tiffany terus meronta-ronta,
akhirnya Suho menggendongnya bridal (?).
Tiffany terkagum dengan pandangan
didepannya. Bukit yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau dan air terjun
diujung sana, tak jauh dari posisi mereka. Suho menurunkan Tiffany.
Rahang Tiffany turun saat itu juga.
Tiffany melongok (?) melihat kebawah. Sungai tempat bermuaranya (?) air
terjun. Airnya begitu deras dan bersih. Bahkan dapat dilihatnya
ikan-ikan disana. Didongakkannya kepalanya. Banyak pohon yang menjulang
(?) tinggi. Terdengar pula kicauan-kicauan burung.
”Kau suka tempat ini?” tanya Suho. Tiffany tersadar kalau Suho ada didekatnya.
”Ne.” jawab Tiffany dingin. ”Langsung saja! Apa yang ingin kau ceritakan.”
Suho menceritakan semuanya. Mulai dari
kenapa kemarin Suho melepas pelukan Tiffany, memeluk Yoona, Yoona yang
mencium Suho, lalu kenapa Yoona memanggil Suho dengan ‘Siwon’, dan
semuanya. Tiffany mendengarnya dengan seksama walau hatinya miris dan
masih terbesit kekesalan dan kemarahan disana.
”Jadi begitu?” tanya Tiffany lembut.
”Ne. Mianhae Fanny-ah. Aku tak bermaksud mengingkari janji kita.”
”Gwenchana.” ucap Tiffany, berusaha tegar didepan Suho. Namun Suho tau, Tiffany hanya menyembunyikan kesedihannya.
”Aku tahu, kita masih menyandang status sebagai sepasang kekasih.”
”Ya.”
”Jangan bersikap sok tegar. Apa kau tahu?
Yoona memintaku menikahinya karena ini.” Tiffany tercengang mendengar
perkataan kekasihnya.
”Ne?” air mata jatuh menetes dari mata Tiffany.
”Kau bohong Oppa!” ucap Tiffany sambil mengusap matanya.
”Aku tidak bohong. Sekarang aku tidak
tahu bagaimana caranya aku kembali padamu. Apa aku harus mengatakan
padanya aku adalah kekasihmu?” tanya Suho. Namja itu sudah berkaca-kaca.
”Op.oppa… Jangan Oppa! Jangan! Yoona-ssi mungkin masih berduka.”
”Lalu apa kau rela aku dimiliki olehnya?”
pertanyaan Suho membuat Tiffany tercengang. Air mata sudah sangat deras
menuruni pipinya.
”Yoona-ssi masih berduka. Dan dia
melihatmu seperti Siwon. Dia menganggapmu Siwon. Dan menurutku, Yoona
sangat mencintai Siwon hingga dia butuh pengganti. Dan menurutku
penggantinya adalah kau Oppa.” ucapan Tiffany membuat Suho sendiri
bingung.
”Aku akan berusaha.”
”MWO?”
”Apapun caranya, aku akan berusaha agar Yoona mau melepasku. Dan aku akan bersamamu.”
”Oppa! Apa kau gila? Pikirkan perasaannya.”
”Lalu bagaimana dengan perasaanmu?”
Tiffany terdiam. Betul juga. ”Bagaimana pula dengan perasaanku?” ”Apakah
kau tahu? Jika aku menikah dengannya. Pikirkan perasaanku! Pikirkan
juga perasaanmu! Mungkin Yoona bisa memiliki tubuhku. Tapi dia tidak
bisa memiliki hatiku.”
”Oppa…” Tiffany memejamkan air matanya.
Menguras pelupuk matanya yang sudah penuh dengan air mata agar semuanya
tumpah. Dan berharap semoga itu air mata terakhir. ”Belajarlah
mencintainya.” ucapan Tiffany.
Suho menganga. Tak percaya dengan ucapan
Tiffany. Suho baru saja ingin bicara, namun Tiffany segera menyelanya
dengan mengatakan gadis itu ingin pulang.
***
Tiffany memasuki rumah gaya Orlando itu. ”Hae Oppa! Aku pulang.” kata Tiffany sambil berteriak.
Tiffany memasuki rumah gaya Orlando itu. ”Hae Oppa! Aku pulang.” kata Tiffany sambil berteriak.
”Ne. Aku sedang memberi makan ikanku.” ujar seorang namja dari ruang tengah.
”Ikan lagi ikan lagi! Pantas mukanya seperti ikan! Dasar Fishy.” cibir Tiffany.
”Ya! Apa katamu Fanny-ah?” teriak namja tadi.
”Aniyo.” Tiffany berjalan menuju ruang tengah. Menemui namja itu.
”Sudah makan?” tanya Tiffany.
”Belum.” jawab namja itu masih terus memberi makan ikannya yang banyak.
”Ooo… Donghae Oppa, aku belum sempat membeli makan tadi.” ucapan Tiffany membuat namja bernama Donghae itu menoleh.
”Mwo? Ya tahukah kau Mrs. Whitney sedang
pulang kampung! Aku dan kau sama-sama tidak bisa masak. Bagaimana ini?”
gerutu Donghae sambil mengacak-acak rambutnya.
”Hehe, mianhaeyo Oppa. Yasudah, kita beli makan saja. Kajja! Perutku sudah lapar dan ini hampir malam.” ajak Tiffany.
”Aish! Bentar! Ikan-ikanku nanti sakit karena kekurangan makanan.” ucap Donghae lalu kembali memberi makan ikannya.
”Haish! Kau ini! Lalu bagaimana denganku? Aku sepupumu! Jadi kau lebih memilih sepupumu sakit daripada ikanmu yang sakit?”
”Mwo! Ya jangan asal bicara! Ikan ini
kubeli dengan susah payah. Dan karena aku merawatnya dengan baik.
Jadilah keluarga besar dalam ikan ini.” kata Donghae sambil menunjuk
akuarium ikan yang panjangnya melebihi kasur king size itu.
”Whatever. Aku mandi dulu. Nanti kalau sudah siap, kita beli makan.” ucap Tiffany kemudian berlalu menuju kamarnya.
Ketika Tiffany hendak mandi, betapa
terkejutnya dan kesalnya yeoja itu saat menemukan beberapa ekor ikan ada
didalam bak mandinya. ”HAE OPPA! SUDAH KUBILANG JANGAN MASUKKAN
KEMBARAN-KEMBARANMU KEDALAM BAK MANDIKU!” pekik Tiffany. Sungguh yeoja
itu benar-benar kesal karena kelakuan sepupunya yang suka memasukkan
ikan ke bak mandi.
”MWO APA MAKSUDMU KEMBARANKU?”
”AISH MAKSUDKU IKANMU!!”
Tiffany menangkap ikan-ikan itu dengan
jaring *dapet dari mana?* dan memindahkannya ke bak mandi Donghae.
Namun, lagi-lagi Tiffany terkejut melihat bak mandi Donghae yang
ternyata banyak menyimpan ikan-ikan. Mulai dari belut (?), lohan, koi,
ikan badut, kerang (?) dan piranha (?) sekalian #Plak! Kok pakek piranha
segala?#
Setelah memindahkan ikan-ikan itu,
Tiffany kembali ke kamarnya dan menguras air bak mandinya. Kemudian
memilih mandi dengan shower.
***
”Oppa. Kajja! Kita beli makan.” ajak Tiffany. Tiffany sudah siap dengan sweeter berwarna abu-abu bertuliskan huruf T dan S. Pemberian Suho.
”Oppa. Kajja! Kita beli makan.” ajak Tiffany. Tiffany sudah siap dengan sweeter berwarna abu-abu bertuliskan huruf T dan S. Pemberian Suho.
”Kau sudah siap? Kajja!” mereka berdua keluar dari rumah Donghae yang bergaya Orlando. Kemudian melesat cepat mencari restoran.
”Oiya, kenapa kau sudah pulang? Biasanya kau pulang malam-malam.” tanya Donghae sambil terus mengendarai mobilnya.
”Aku juga tidak tahu. Aku hanya disuruh
pulang oleh atasanku. Dia bilang aku hanya mendapat tugas sampai sore.
Setelah itu, aku boleh pulang. Tapi, jika ada pasien yang sedang gawat,
aku harus segera kembali kerumah sakit. Hmm…”
”Ooo…”
”Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? 2
bulan ini aku tidak melihatmu bekerja. Kurasa kau hanya bersantai saja
dirumah sambil bermain komputer. Tak berguna.”
”Aku? Haha aku mengelola online store Fanny-ah.”
”Ne? Online store?” Tiffany membulatkan matanya.
”Ne.”
”Whoa! Online store apa?”
”Online store ikan. Aku menjual banyak
ikan, makanan ikan, akuarium ikan dan sebagainya.” air muka Tiffany
berubah menjadi seperti ini =,= saat Donghae mengatakan ‘ikan’.
‘aigoo sebegitu cintanya dia pada ikan?’ batin Tiffany.
”Ne! Hehe, lalu aku juga mengelola online store untuk pakaian pernikahan.” Tiffany menatap binar kearah Donghae.
”Ne?” Tiffany tidak percaya.
”Ne. Mulai dari gaun pengantin dan tuksedo untuk pria.”
”Ooo…” Tiffany manggut-manggut.
”Hehe, bagaimana. Hebat kan aku?” tanya Donghae membanggakan diri.
”Hah? Ya ya, kau hebat.”
”O o o! Oppa! Kita makan disitu saja?
Otte? Ada restoran masakan korea disana. Aku rindu masakan korea.” pinta
Tiffany sambil menunjuk sebuah restoran yang menyediakan masakan korea.
”Mana? Ooo, itu? Geurae…” dengan cepat Donghae membelokkan mobilnya ke tempat itu. Hingga membuat jantung Tiffany hampir copot.
”Nah sudah sampai. Kajja! Kita turun!”
***
Keduanya memesan tteukboki dan kimchi. Saat tengah menunggu pesanan mereka, Tiffany melihat Suho dan Yoona yang sedang berjalan mencari tempat.
Keduanya memesan tteukboki dan kimchi. Saat tengah menunggu pesanan mereka, Tiffany melihat Suho dan Yoona yang sedang berjalan mencari tempat.
”Yoona-ssi!” Tiffany mendapati Donghae
memanggil Yoona. Yoona dan Suho sontak menoleh ke arah Donghae. Mata
Tiffany jatuh kepada tangan Yoona dan Suho yang saling bertaut.
”Omo, Oppa! Itu Donghae-ssi, pemilik online store untuk pakaian pernikahan. Kajja!” Yoona menarik Suho menuju ketempat Donghae.
”Annyeong haseyo. Choneun Im Yoona imnida.” Yoona memperkenalkan diri lalu menjabat tangan Donghae.
”Ne. Annyeong. Choneun Lee Donghae imnida.” Donghae balik memperkenalkan diri.
”Ne. Annyeong. Choneun Lee Donghae imnida.” Donghae balik memperkenalkan diri.
”Eum, bolehkah aku dan Suho Oppa duduk
bersama kalian? Sepertinya seluruh meja disini sudah penuh.” pinta
Yoona. Donghae mengangguk menyetujuinya. Akhirnya, keempat orang itu
duduk satu meja. Yoona yang menyadari keberadaan Tiffany mencoba
mengingat-ingat yeoja itu.
”Omo, kau dokter yang mengoperasikukan?” tanya Yoona dengan ramah. Tak lupa pula dengan senyumannya.
”Oh ah ne…” jawab Tiffany.
”Oo… Kenalkan. Choneun Im Yoona imnida.” Yoona memperkenalkan diri.
”Choneun Tiffany Hwang imnida.”
”Omo! Kau bule ya? Namamu Tiffany.”
”Ne. Ibuku orang Amerika. Sedangkan ayahku orang Korea.”
Apa? Bahkan Suho tak tahu tentang itu.
”Ooo… Jadi kau dan keluargamu menetap disini?”
”ah tidak. Waktu kecil aku dan keluargaku memutuskan menetap di Korea. Tapi, aku ingin belajar dan menjadi dokter di LA.”
”Ooo. Kalau boleh tahu, apa alasanmu ke LA?”
”Aku… Ingin bertemu dengan seseorang.”
Suho terdiam mendengar ucapan Tiffany. ”Dia kekasihku. Tapi sayangnya,
dia sudah memiliki yeoja lain disini.” ucap Tiffany sedih.
Dalam hati, Suho berkata ‘Jeongmal mianhae Fanny-ah.’.
”Ne? Begitu. Hah laki-laki memang selalu
seperti itu. Siapa sih namja yang menyia-yiakan yeoja cantik sepertimu?”
DEG jantung Suho dan Tiffany berdegup kencang. Bagi Suho, itu adalah
sebuah sindiran yang berhasil menohoknya.
”Oh iya.” Yoona mengganti topik pembicaraan. Yeoja itu beralih ke Donghae.
”Oppa, Donghae-ssi ini yang akan merancang pakaian kita nanti di pernikahan.”
Perkataan Yoona menohok keras Tiffany.
”Ooo… Annyeong Donghae-ssi. Kim Jun Myun
imnida. Panggil saja Suho.” senyuman yang tadi terukir di bibir Donghae
menjadi hambar. Namja itu melirik ke arah Tiffany. Wajahnya seakan
berkata apa-namja-ini-yang-kau-maksud?
Kemudian, Tiffany membalasnya dengan tatapan nanti-kuceritakan-di-rumah.
”Oh ne. Donghae imnida.”
Mereka berbincang-bincang malam itu.
Namun, seperinya yang sedari tadi berbicara adalah Yoona dan Donghae.
Baik Suho dan Tiffany hanya diam dan sesekali saling pandang dan saling
melempar senyuman tipis.
***
Sesampainya dirumah Donghae, Tiffany menceritakan semuanya.
Sesampainya dirumah Donghae, Tiffany menceritakan semuanya.
”Ne. Dia orangnya.”
”Mwo? Dasar!”
”Hey! Jangan begitu! Biar kuceritakan lebih detail.”
Akhirnya, Tiffany menceritakan tentang kenapa Suho bisa bersama Yoona. Donghae menanggapinya dengan anggukan kepala.
”Kasihan sekali Yoona-ssi. Mungkin dia
masih berduka dan sangat mencintai Siwon.” nada Donghae seakan terdengar
agak aneh bagi Tiffany. Gadis itu mengerutkan keningnya.
”Ada apa denganmu Hae Oppa?” tanya Tiffany.
”Ah aniya…”
Kenapa saat Donghae mengatakan kata ‘sangat mencintai Donghae’ namja itu merasa tidak rela (?)?. Aneh.
”Jangan bohong!”
”Mwo? Apa? Aku tidak bohong!” elak Donghae.
”Hae Oppa. Tatap mataku.” Donghae menurutinya. Namun setelah itu Donghae jadi salah tingkah.
”Betul kan kau bohong padaku! Buktinya saja kau salah tingkah saat melihat mataku. Berarti benar, kau berbohong kepadaku.”
”Huh…” Donghae mendengus pelan. Raut wajahnya menjadi lesu dan lemas. Tampak tak bersemangat semenjak pulang dari restoran tadi.
”Ceritakan padaku Oppa.” bujuk Tiffany.
”Tidak ada yang perlu diceritakan Fanny-ah.”
”Haish! Oppa! Yang namanya masalah, kalau kau tidak mencurahkannya, kau akan merasa tertekan (?). Ceritakan padaku.”
”Jadi… Kau tahu kan? Aku sudah tinggal
disini semenjak aku SMP. Yoona. Yeoja itu sudah tinggal disini sejak dia
kecil. Waktu aku pindah disini, aku bukanlah Donghae yang sekarang.
Dulu aku adalah lelaki yang culun dan suka dibuly oleh seniorku. Dan
saat itu, aku jatuh cinta dengan adik kelasku. Dia Yoona. Aku tidak
punya nyali untuk mendekatinya. Dia itu queen bee di sekolahku.
Kemana-mana selalu bersama pengikutnya. Namun, walau terkesan berkuasa,
dia adalah yeoja yang lembut, ramah, baik dan tidak suka berpilih-pilih
teman. Namun, ada senior lain yang menyukainya. Dia Siwon, tunangannya
yang meninggal beberapa tahun lalu. Dia tahu aku menyukai Yoona. Dia
sebagai kingka disekolahku akhirnya menyuruh pengikutnya untuk
menggangguku dan menyuruhku agar tidak mendekati Yoona lagi. Mulai saat
itu, aku hanya mampu mengagumi Yoona dari jauh. Tak berani
mendekatinya.”
Tiffany diam saja saat mendengar cerita Donghae. Yeoja itu tidak sama sekali memberi nasehat, solusi ataupun tanggapan.
Tiffany diam saja saat mendengar cerita Donghae. Yeoja itu tidak sama sekali memberi nasehat, solusi ataupun tanggapan.
”Oppa jadi kau mencintai Yoona?” tanya Tiffany.
”Ne. Kau masih mencintai Suho kan?” tanya Donghae.
Tiffany mengangguk lemah.
”Huh…” keduanya menghembuskan nafas berat.
Drrt Drrt… Ponsel Donghae bergetar.
Donghae melongok untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Tertulis :
Yoona. Dengan cepat dan senyuman yang lebar, Donghae membuka pesan
itu. Fanny memperhatian Donghae. Dilihatnya perlahan senyuman Donghae
mulai luntur.
”Waegeurae Oppa?” tanya Tiffany.
Mata Donghae berkaca-kaca. Diletakannya ponselnya itu. Tangannya menutup mulutnya. Tiffany meraih ponsel itu dan membaca isinya.
From : Yoona
To : Donghae
To : Donghae
Donghae-ssi, aku mengundangmu besok untuk
pertunanganku dengan Siwon (read : Suho) Oppa. Datang yah? Oiya, ajak
Tiffany-ssi pula! :)
Air mata Tiffany sudah tak bisa ditahannya. Air mata itu turun dengan derasnya.
”Opp..Oppa…” gumam Tiffany dalam tangisnya. Keduanya menangis malam itu.
***
Keesokan harinya, Tiffany izin absen (?) untuk menghadiri pertunangan Suho dan Yoona. Yeoja itu sama sekali tidak ingin membuat Yoona kecewa. Namun, yeoja itu juga takut kalau nanti dia akan menangis.
Keesokan harinya, Tiffany izin absen (?) untuk menghadiri pertunangan Suho dan Yoona. Yeoja itu sama sekali tidak ingin membuat Yoona kecewa. Namun, yeoja itu juga takut kalau nanti dia akan menangis.
”Oppa…” Tiffany memanggil sepupunya sambil mengetuk pintu kamar Donghae. ”Kau sudah siap?”
Tak ada jawaban…
1 detik…
2 detik…
3 detik…
1 detik…
2 detik…
3 detik…
”Sudah Fanny-ah…” ucap Donghae dari dalam kamar.
Tiffany masih diam berdiri di depan pintu
kamar itu. Yeoja itu tampak cantik dengan gaun berwarna gold selututnya
yang memperlihatkan kaki jenjangnya. Serta sebuah hiasan berbentuk
mawar hitam dikepalanya yang semakin membuatnya cantik. Namun,
kecantikannya seakan berkurang karena suasana hatinya yang sedang sedih
saat ini.
CKLEK…
Donghae membuka pintu kamarnya. Tampak namja itu dengan setelan tuksedo warna hitam dengan dasi kupu-kupu.
Donghae membuka pintu kamarnya. Tampak namja itu dengan setelan tuksedo warna hitam dengan dasi kupu-kupu.
”Kajja…” keduanya melangkah keluar rumah itu.
Dalam perjalanan, keduanya masih diam.
Memikirkan apa yang akan terjadi saat melihat orang yang mereka cintai
bertunangan dengan orang lain.
Sesampainya ditempat dilaksanakannya
acara pertunangan Suho dan Yoonapun, keduanya hanya bisa tersenyum
hambar dan berusaha menahan tangis.
Dan sampailah sekarang pada saat Suho
menyematkan cincin di jari manis Yoona. Tiffany, yeoja itu berusaha
bersikap sewajarnya. Namun, air matanya sudah membendung. Yeoja itu
cepat-cepat pergi dari sana. Berpura-pura ingin ke toilet.
”Oppa, aku ingin ke toilet dulu.” ucap
Tiffany kepada Donghae sebelum pergi dari tempat itu. Donghae tau,
Tiffany tidak sanggup melihat ini.
Dan… Saat Yoona hendak menyematkan cincin
di jari manis Suho, yeoja itu menatap Donghae sebentar. Entah apa yang
ada dipikirannya, tapi yeoja itu ingin sekali melihat wajah Donghae.
Dilihatnya Donghae yang sedang menahan sesuatu. Yoona mengernyitkan
dahi. Namun akhirnya memutuskan untuk segera menyematkan cincin
berukirkan nama Yoona dan Suho itu ke jari manis Suho. Riuh tepuk tangan
menggema di tempat itu. Yoona tersenyum bahagia. Suho hanya tersenyum
tipis dan berusaha mengekspresikan wajah bahagia.
Tanpa sengaja Yoona melihat Donghae yang sedang menarik tangan Tiffany pergi dari tempat itu. Lagi-lagi, Yoona mengernyit.
‘ada apa dengan Donghae-ssi?’ tanya Yoona
dalam hati. DEG… Ada apa ini? Kenapa Yoona tiba-tiba merasa…kecewa?
Kenapa Yoona tiba-tiba merasa menyesal? Namun, menyesal karena apa?
Yoona merasa bersalah. Tapi, bersalah karena apa? Memang Yoona pernah
melakukan kesalahan?
”Oppa…” Yoona mengguncang lengan Suho. Suho mengalihkan pandangannya pda Yoona.
”Wae?”
”Aniya. Aku merasa tidak nyaman. Kajja…” Yoona menarik Suho. Entah mau dibawa kemana namja itu.
”Oppa…” Yoona menghentikan langkahnya. Mereka sedang berada di taman dekat area tempat berlangsungnya pertunangan tadi.
”Oppa, aku merasa…” Yoona menggantungkan katanya.
”Apa?”
”Oppa, aku merasa…kecewa.” Yoona menunduk.
”Hah?” Suho bingung dengan kalimat Yoona barusan.
”Ne, aku tak tahu kenapa. Tapi aku merasa
kecewa, menyesal, dan bersalah. Tapi karena apa? Aku kecewa karena apa
Oppa? Kukira aku mengambil keputusan yang benar. Kenapa aku harus
menyesal? Dan setahuku aku tidak melakukan suatu hal yang salah. Kenapa
aku harus merasa bersalah?” tanya Yoona bertubi-tubi kepada Suho.
Suho terdiam mendengar tubian pertanyaan dari Yoona. ‘hah? Ada apa ini?’.
***
Pertunangan Suho dan Yoona sudah berlangsung selama 2 minggu… Baik Tiffany maupun Donghae tidak bisa melupakan kejadian 2 minggu lalu. Bahkan mereka tidak bisa mengembalikan ekspresi mereka sejak 2 minggu lalu. Banyak yang berubah dari mereka.
Pertunangan Suho dan Yoona sudah berlangsung selama 2 minggu… Baik Tiffany maupun Donghae tidak bisa melupakan kejadian 2 minggu lalu. Bahkan mereka tidak bisa mengembalikan ekspresi mereka sejak 2 minggu lalu. Banyak yang berubah dari mereka.
Tiffany mulai sering pulang kerja larut
malam. Kadang dia memilih tugas jaga di rumah sakit. Yeoja itu jarang
sekali makan. Kadang hanya makan sesuap saja sudah cukup baginya.
Donghae mengabaikan seluruh costumer di
online storenya. Namja itu tak peduli sudah berapa banyak costumer yang
protes padanya. Namja itu yang sangat mencintai ikan-ikannya, bahkan
lupa memberi mereka makan hingga akhirnya ikan-ikannya perlahan mati
satu persatu. Lebih parah lagi, Donghae memarahi seluruh pegawainya di
online store. Padahal, kesalahan dari online store itu adalh kesalah
Donghae.
***
Donghae keluar siang itu. Menghirup udara sejuk di kota LA yang sedang mendung ini, rasanya bisa menjernihkan pikirannya. Berjalan…berjalan…berjalan…
Tap…tap…tap…
Donghae keluar siang itu. Menghirup udara sejuk di kota LA yang sedang mendung ini, rasanya bisa menjernihkan pikirannya. Berjalan…berjalan…berjalan…
Tap…tap…tap…
”Excuse me sir, can you help me?” tanya seorang anak kecil dihadapan Donghae.
”Yes. Apa yang bisa kubantu?” tanya Donghae.
”Ini, aku membutuhkan uang untuk membeli
susu. Adikku kelaparan dirumah. Mommy dan Daddy sedang bekerja. Jadi,
maukah kau membeli seikat mawar milikku ini?” anak kecil itu menyodorkan
seikat mawar kepada Donghae. Donghae menimbang-nimbang.
”Please, sir. Persediaan susu dirumah habis. Orangtuaku pulang kerja larut malam.”
Donghae tersenyum. ”Baiklah. Berapa yang harus kubayar untuk seikat mawar ini?” tanya Donghae sambil mengeluarkan dompetnya.
” $5.00 ”
Donghae melihat anak itu dari bawah sampai atas. Kurus sekali, pikir Donghae.
” Ini…” Donghae memberikan 10 lembar uang
kepada anak itu. Anak itu memberikan seikat mawarnya pada Donghae. Anak
itu memandang heran kearah uang yang dipegangnya.
”Sorry, uangmu terlalu banyak, sir.” ucap anak kecil itu sambil menyodorkan lima lembar uang kepada Donghae.
Donghae tersenyum dan mengelus rambut
anak itu. ”Nothing. Ambil saja kembaliannya.” kata Donghae. Anak itu
tersenyum. Ditatapnya punggung Donghae yang membelakanginya.
”Sir!” panggil anak itu lagi.
Donghae membalikkan badan. ”Yes.”
”Siapa namamu?”
”Lee Donghae.”
”I’m Charlotte Avery. Nice to meet you!” Charlotte Avery melambaikan tangannya dan berlalu dari tempat itu.
”Anak manis.” gumam Donghae.
***
Berjalan Tiffany di taman rumah sakit. Tiba-tiba atasannya memanggilnya.
***
Berjalan Tiffany di taman rumah sakit. Tiba-tiba atasannya memanggilnya.
”Ms. Hwang.” panggil atasannya.
”Yes Mr. Grint.” ucap Tiffany sambil berjalan menuju seniornya itu.
”Semenjak kau bekerja disini, kau bekerja
dengan baik dan banyak pasien yang menyukaimu. Tapi, akhir-akhir ini
kulihat kau sedang bersedih, huh?”
Tiffany gelagapan. Dia membayangkan adegan selanjutnya. Apa Mr. Grint akan memarahinya? ”Yes. I’m sorry.”
”Nothing. Kupikir, kau bisa beristirahat
selama 1 minggu demi mengembalikan moodmu. Kuharap kau bisa menenangkan
diri dulu selama 1 minggu. Kupikir kau sedang ditimpa masalah, right?”
Bingo! Benar! Tiffany menganggukan kepalanya.
”Yasudah. Kau sangat jelek kalau moodmu
sedang buruk. Kau boleh pulang sekarang. Ingat jernihkan pikiranmu.” Mr.
Grint berlalu dari hadapan Tiffany.
Tiffany memandang punggung Mr. Grint yang
semakin menjauh. Pria berusia 32 tahun itu tampak masih berusia 24
tahun. Beruntung istrinya mempunyai suami setampan dan sebaik Grint.
Batin Tiffany.
Tiffany berjalan cepat menuju ruangannya. Diambilnya tas slempangnya lalu berjalan keluar hendak meninggalkan rumah sakit itu.
***
Dipacunya volvonya dengan cepat. Yeoja itu tak tahu kemana tempat yang akan ditujunya. Yang pasti, yeoja itu sedang tidak ingin pulang kerumah.
***
Dipacunya volvonya dengan cepat. Yeoja itu tak tahu kemana tempat yang akan ditujunya. Yang pasti, yeoja itu sedang tidak ingin pulang kerumah.
CIIITT…
Tiffany mengerem volvonya hingga
menimbulkann suara decit dari bannya yang menggesek aspal itu. Dibukanya
kaca spion mobilnya. Kepalanya menyembul keluar untuk melihat dengan
jelas dimana yeoja itu berhenti.
”Whoa aku suka ini! Taman dengan guguran
daun yang mencoklat.” yeoja itu menggumam sembari memandang pemandangan
disana. Senyuman menghiasi wajahnya ketika dilihatnya banyak anak kecil
yang bermain disana. Tiba-tiba Tiffany mengingat sesuatu. Yeoja itu
mengernyit.
”Oh my gosh! Kenapa aku lupa ini sudah
musim gugur?” tanya Tiffany pada dirinya sendiri. Tiffany menutup
spionnya lagi. Kemudian membuka pintu mobil agar dia bisa keluar.
Setelah itu ditekannya tombol kunci di remotenya.
”Apa yang kau lakukan disini?” pertanyaan seorang laki-laki yang entah darimana datangnya itu membuat Tiffany terkaget.
Tiffany mengalihkan pandangannya. Tepat di samping yeoja itu ditemukannya seorang namja memakai hoodie hitam dan jeans putih.
‘Kenapa kau selalu tampan Oppa?’ batin Tiffany.
”Hanya ingin menjernihkan pikiran.” jawab Tiffany terkesan singkat dan dingin.
Namja itu menatap Tiffany. ”Ooo, kalau begitu, aku juga.”
”Hah? Ada masalah apa kau?”
”Aku? Aku sedang mengalami masalah batin.”
”O…o…”
”Bagaimana denganmu?”
”Sama sepertimu.”
”Whoa! Benarkah? Jangan-jangan kita
berjodoh.” ucapan Suho membuat Tiffany menghentikan langkahnya dan
menatap namja itu penuh tanya.
”apa maksudmu? Tidak usah terlalu berharap. Kau sudah punya yeoja lain.”
”Sudah kubilang biar Yoona memiliki tubuhku, tapi kaulah yang memiliki hatiku.”
Tiffany semakin geram dengan Suho.
”Sudahlah! Apa kau tak tahu perkataanmu itu membuatku sakit?” nada
Tiffany semakin mengecil. Yeoja itu mempercepat langkahnya karena air
matanya sudah menggenang.
Suho menatap Tiffany dari belakang.
Jujur, namja itu masih begitu mencintai Tiffany. Namja itu masih
berharap dirinya dan Tiffany bisa bersama lagi.
”Belum ada kata putus atau berpisah dari
kita.” ucapan Suho membuat Tiffany berhenti. Wajah cantik yeoja
blasteran Korea-Amerika itu sudah dibasahi oleh air matanya.
”Lalu?” tanya Tiffany tanpa membalikkan badannya.
Suho berlari ke arah Tiffany. Dibalikkannya tubuh yeoja itu. Sesaat setelah melihat air matanya, Suho menyekanya dengan lembut.
”Oppa… Aku juga masih mencintaimu. Tapi
aku sadar kau sudah menjadi milik orang lain. Walau belum ada kata
berpisah dari kita. Tapi pertunanganmu dengan Yoona itu mengharuskan
kita berpisah walau tak ada kata berpisah.”
***
Yoona melangkahkan kakinya gontai menaiki jalan menanjak di kota LA. 2 minggu ini yeoja itu merasa kalut. Tak tahu kenapa. Yeoja itu……..merasa tidak bahagia dengan Suho. Yoona sendiri sadar, dia terlalu larut dalam duka saat Siwon meninggalkannya. Kemudian saat Suho muncul dikehidupannya, yang dengan kebetulan sangat mirip dengan Siwon, membuat Yoona yang berharap Siwon kembali akhirnya menginginkan Suho.
Yoona melangkahkan kakinya gontai menaiki jalan menanjak di kota LA. 2 minggu ini yeoja itu merasa kalut. Tak tahu kenapa. Yeoja itu……..merasa tidak bahagia dengan Suho. Yoona sendiri sadar, dia terlalu larut dalam duka saat Siwon meninggalkannya. Kemudian saat Suho muncul dikehidupannya, yang dengan kebetulan sangat mirip dengan Siwon, membuat Yoona yang berharap Siwon kembali akhirnya menginginkan Suho.
Dan sekarang….semua sudah berubah. Yoona
sendiri juga tahu kalau sebenarnya Suho tidak suka dengan perlakuannya.
Dia sendiri juga tahu sebenarnya Suho hanya kasihan padanya, dan karena
tuntutan kedua orangtuanya pada Suho.
Yoona berhenti dijalanan itu. Kaki
jenjangnya bergetar. Yeoja itu menengadahkan kepalanya. Menatap langit
LA yang agak mendung mengingat ini sudah memasuki musim gugur.
Air mata sudah menyeruak memaksa keluar
dari pelupuknya. Yoona memejamkan matanya sambil menghirup udara
sebanyaknya. Dan saat itu pula, tepat saat air matanya keluar, Yoona
menghembuskan nafasnya panjang. Dibukanya mata indah itu. Rasanya beda
sekali dengan tadi sebelum dia menghirup udara segar.
Aneh, batin Yoona. Yoona merasa lebih
ringan. Yoona merasa ingin melepas Suho. Yoona merasa sudah
mengikhlaskan kepergian Siwon. Ditatapnya langit itu tadi. Tiba-tiba
bayangan berkelebat di kepalanya. Bayangan saat dirinya masih duduk
dibangku SMP hingga SMA. Tiba-tiba bayangan seorang namja culun yang
berkelebat di kepalanya. Yoona mencoba mengingat-ingat wajah namja culun
itu.
Mirip Donghae, batin Yoona.
DEG Ada apa dengan Yoona? Yoona merasa
ingin bertemu dengan Donghae. Harusnya yeoja itu ingin bertemu dengan
Suho. Tapi, hatinya betul-betul ingin menemui Donghae.
Dikeluarkannya ponselnya diri tas
slempang kecilnya. Lalu mencari kontak dengan nama ‘Lee Donghae’.
Ditekannya tombol hijau disana memanggil Donghae.
”Yoboseyo…” suara dari seberang.
”Yoboseyo Donghae-ssi, bisakah kita bertemu?” nada suara Yoona terdengar tidak sabaran.
”Baiklah. Dimana?”
”Di Sun Park. Aku akan menunggumu disana.”
”Baiklah. Tunggu aku.”
”Ne.”
Dengan cepat, Yoona membalikkan badannya dan berjalan menuruni jalan menurun itu.
***
Yoona mencari tempat duduk di salah satu Sun Park. Saat menemukan satu kursi panjang, tanpa pikir Yoona langsung duduk di kursi itu.
Tepat saat itu pula, Donghae sudah tiba. Yoona melambai ke arah Donghae dan tersenyum.
Yoona mencari tempat duduk di salah satu Sun Park. Saat menemukan satu kursi panjang, tanpa pikir Yoona langsung duduk di kursi itu.
Tepat saat itu pula, Donghae sudah tiba. Yoona melambai ke arah Donghae dan tersenyum.
Keduanya duduk di kursi itu.
”Donghae-ssi, aku ingin curhat padamu. Bolehkah?” tanya Yoona.
”Boleh. Apa?”
”tapi kau janji tidak akan mengatakannya pada siapa-siapa. Arraseo?”
”Arra.”
”Dulu aku memiliki kekasih. Namanya
Siwon. Aku sangat mencintainya. Dia tunanganku. Suatu hari, kecelakaan
menimpanya dan membuatnya merenggut nyawa. Mulai saat itu aku
benar-benar kehilangan semangat hidup. Aku terlalu larut dalam duka
mengetahui kekasihku meninggalkanku selamanya. Hingga akhirnya, aku
bertemu seorang namja. Namja yang berprofesi sebagai guru SD. Dia
betul-betul mirip dengan Siwon Oppa. Namanya Suho, tunanganku saat ini.
Aku yang masih larut dalam duka dan tidak sanggup kehilangan Siwon,
akhirnya aku berpura-pura menganggap Suho adalah Siwon. Entah dia suka
atau tidak. Mungkin aku memang terlalu egois. Hingga kedua orangtuaku
yang tidak sanggup melihatku seperti saat itu, mereka meminta Suho agar
mau menjadi kekasihku. Aku jahat! Jahat sekali! Dan…. 2 minggu yang
lalu, setelah aku menautkan cincin ke jari manis Suho Oppa, aku merasa
sesuatu yang menerjangku. Tak tahu kenapa aku merasa bersalah. Aku
merasa kecewa dengan diriku sendiri. Lalu, siang ini, sebelum aku
memanggilmu untuk bertemu, saat aku menatap langit dan mengeluarkan
sesak dan air mata yang sempat menggenang di pelupuk mataku, aku merasa
beban yang terus menimpaku seketika menjadi hilang. Aku merasa sudah
ikhlas dengan kepergian Siwon. aku….” Yoona menggantungkan ceritanya
begitu dia melihat seorang namja yang sedang menenangkan yeoja yang
sedang menangis di hadapannya. Tiba-tiba namja itu mencium bibir si
yeoja. Suho dan Tiffany.
Entah kenapa yeoja itu merasa bahagia dengan pemandangan itu. Yeoja itu merasa bahagia saat Suho mencium Tiffany penuh cinta.
Donghae yang penasaran, akhirnya mengikuti arah pandang Yoona. Mata Donghae membulat besar begitu melihat pemandangan itu.
‘Shit! Babbo! Apa Suho tidak berpikir Yoona akan sakit melihatnya?’ geram Donghae dalam hati.
”Aku merasa sudah saatnya aku melepas
Suho Oppa untuk Tiffany.” pernyataan yang keluar dari bibir manis Yoona
mengundang banyak tanya dipikiran Donghae.
”Ne?”
”Donghae-ssi. Aku sadar. Mereka saling
mencintai. Aku merasa bersalah karena akulah penyebab hubungan mereka
memburuk. Sekarang aku tahu, kenapa waktu itu Tiffany-ssi menangis saat
melihatku bersama Suho berpelukkan. Dan sekarang aku tahu pula, kenapa
setiap kali bertemu, Tiffany dan Suho saling bungkam dan saling melirik
sesekali.”
‘Sekarang kalian telah bahagia Suho-ssi,
Fanny-ah.’ batin Donghae yang ikut senang dengan pernyataan Yoona, juga
kejadian di depannya.
”Aku…berniat mencari namja lain. Dan sekarang, aku yakin dengan pilihanku ini.”
”Ne??” Donghae menoleh. Tampak sedikit raut kekecewaan disana.
”Dan sekarang, namja itu ada di sampingku.” kalimat itu kontan membuat Donghae bingung bercampur bahagia dan shock.
”Maksudmu…”
”Ne. Kau orangnya. Aku tak tahu kenapa.
Tapi tiba-tiba saja aku merasa ingin bertemu denganmu. Aku merasa, kita
pernah bertemu sebelumnya. Hanya saja, mungkin kita sudah lupa. Dan,
aku merasa ada gejolak aneh saat bersamamu seperti ini. Gejolak yang
sama saat aku jatuh cinta dengan Siwon. Namun kali ini, gejolak itu
terasa lebih daripada saat aku bersama Siwon. Maukah kau menjadi
pengganti Siwon?” tanya Yoona.
”Mwo? Lalu bagaimana dengan Suho?”
”Hmmm… Ya mau bagaimana lagi aku harus
memutuskan pertunangan ini. Pertunangan itu terjadi karena keegoisanku.
Dan sekarang, aku mencintaimu. Dan Suho akan tetap saling mencintai
dengan Tiffany.”
”tak semudah itu Yoona-ah.”
”Sudahlah Donghae. Aku akan menjelaskan semuanya pada mommy dan daddy. Lagipula, kami berdua tidak saling mencintai.”
”Gomawo.” perkataan Donghae membuat Yoona menolehkan kepalanya.
”untuk?”
”Gomawo karena kau sudah mencintaiku.
Jujur, sejaka aku masih SMP aku sudah terkagum dengan yeoja pemilik dahi
terindah disampingku ini.” semburat merah mulai tampak dipipi Yoona
saat Donghae mengatakan itu.
”Nado. Aku sangat mencintaimu.”
***
”Ne Daddy. Maafkan aku karena keegoisanku. Aku memutuskan untuk membatalkan pernikahanku dengan Suho.”
”Ne Daddy. Maafkan aku karena keegoisanku. Aku memutuskan untuk membatalkan pernikahanku dengan Suho.”
”Tapi…tapi kenapa?” tanya Mr. Im yang
shock atas permintaan Yoona yang tiba-tiba ingin membatalkan pernikahan
yang akan berlangsung 3 hari lagi.
”Sudah kubilang Daddy. Pertunanganku
dengan Suho terjadi karena keegoisanku. Waktu itu aku masih berduka dan
aku tidak sanggup kehilangan Siwon. Saat itu. Dan sekarang, aku merasa
aku sudah sanggup melepas kepergian Siwon. Dan aku telah memiliki
pengganti. Pengganti yang juga mencintaiku. Dan aku akan membiarkan Suho
Oppa pergi bersama yeojachingunya. Aku merasa bersalah saat mengetahui
akulah penyebab hubungan Suho dengan Tiffany-ssi retak. Dan aku akan
meminta maaf kepada mereka.”
Mr. Im tampak menghela nafas panjang. ”Baiklah, Daddy tidak bisa memaksa.”
”Gomawo Daddy!” Yoona beranjak dan memeluk Daddy kesayangannya itu.
”Oh ne Daddy. Aku merasa kesalahanku
dengan Suho dan Tiffany sudah sangat membuat hubungan mereka tidak baik.
Juga membuat mereka sama-sama tersakiti. Aku ingin meminta maaf kepada
mereka dan mencoba memperbaiki hubungan mereka.”
”Lalu? Apapun yang kau minta Daddy akan menurutinya.”
Yoona menyuruh Daddynya untuk mendekat. Didekatkannya bibirnya ke telinga pria paruh baya itu. Yoona membisikkan sesuatu.
”Baiklah itu mudah!”
Ayah dan anak itu sama-sama menyeringai dan menaik turunkan alis mereka.
***
3 hari kemudian.
3 hari kemudian.
Tiffany dengan wajah murung mengenakan
gaun putih selutut pemberian Yoona. Donghae sudah sangat tampan dengan
setelan tuksedo warna putih tak lupa dengan hiasan bunga (?) di dada
kirinya. Sekilas, Tiffany mengernyit melihat tuksedo yang dipakai
Donghae.
”Kenapa pakaianmu seperti pakaian pernikaha Oppa?” tanya Tiffany. Donghae semakin melebarkan senyumnya dan berkata,
”Hehe ne. Bagus kan?”
Tiffany semakin mengkerutkan dahinya. Aneh, batinnya.
***
Yoona tampak cantik dengan gaun pengantin berwarna putih itu. Rambutnya dibuat ikal dan diberi hiasan mahkota disana.
***
Yoona tampak cantik dengan gaun pengantin berwarna putih itu. Rambutnya dibuat ikal dan diberi hiasan mahkota disana.
Suho sudah rapi dengan tuksedo warna hitam-putih. Tampak seperti tamu undangan biasa.
”Oppa, ingat, nanti kau yang mengantar
Donghae Oppa. Arra? Setelah aku resmi menjadi istri. Aku akan
memanggilkan bidadarimu dan kau harus menyematkan cincin ini di jari
manisnya. Arra?” Yoona menyodorkan sekotak kecil berwarna kristal bening
berisi dua buah cincin berukirkan ‘SuFanny’.
”Arra. Gomawo kau sudah menyadari semuanya.”
”hmmm… Itu takdir Oppa! Mianhae karena aku membuat hubunganmu dengan Fanny-ssi menjadi buruk.”
”Gwenchana. Semua akan segera kembali seperti 9 tahun lalu.”
”Hmm… Kau ini!” Yoona mencubit lengan
Suho gemas. ”Tak kusangka seorang Suho bisa mencintai seorang yeoja
hingga 9 tahun. Apalagi yeoja itu adalah cinta pertamanya. Kuharap
Fanny-ssi akan menjadi cinta terakhirmu.”
Suho tersenyum mendengar ucapan Yoona. Mulai saat ini, Suho menganggap Yoona seperti adiknya sendiri.
”Yoona-ah!” bisik daddynya.
”Why daddy?” tanya Yoona.
Daddynya menghampiri putrinya sambil
tersenyum jahil (?). ”Semua berjalan dengan lancar. Seluruh keluarga
Suho dan Tiffany sudah tiba.” katanya sambil tertawa. Sepertinya, Mr. Im
merasa gemas dengan SuFanny (?).
”Baiklah, Suho-ah, kau sudah mendapat
restu dari keluargamu dan keluarga Hwang. Aku turut senang.” kata Mr. Im
sambil tertawa renyah dan menepuk bahu Suho.
”Kamsahamnidah telah membantuku.”
”Tak apa. Ini semua juga karena Yoona.
Aku tahu dia tidak akan bisa memperbaiki semua ini tanpa ada Daddynya
yang selalu setia membantunya.”
Mendengar itu, Yoona cekikikan sendiri.
”Sudahlah. Kenapa Daddy terlalu
membanggakan diri? Ingat! Kalau Daddy seperti itu artinya Daddy sombong!
Daddy tidak seperti itu.” nasihat Yoona.
”Whoa! Kenapa anakku yang menasihatiku? Bukankah seharusnya Daddy yang menasihati anaknya?”
”aish sudahlah! Kajja Appa, Suho Oppa.” ucap Yoona sambil menggandeng tangan kedua pria itu.
***
ALTAR
ALTAR
Yoona berjalan menuju altar dikawal oleh
Mr. Im. Tiffany mengernyitkan dahi tak mendapati Suho yang harusnya
menunggu Yoona disana. Tapi, MWO? Donghae? Ada apa ini?
”Hah? Ada apa Donghae Oppa disana? Bukannya yang menikah itu Yoona dan Suho Oppa?” tanyanya pada dirinya sendiri.
Yoona berdiri berhadapan dengan Donghae.
”Apakah kau, Lee Donghae bersedia menerima Im Yoona sebagai istrimu baik senang maupun duka, sehat maupun sakit?”
HAH? Tiffany kaget bukan main. Kenapa bisa seperti ini?
”Ne, saya bersedia.” jawab Donghae.
”Apakah kau, Im Yoona bersedia menerima
Lee Donghae sebagai suamimu baik senang maupun duka, sehat maupun
sakit?” tanya pastur itu kepada Yoona.
”Ne, saya bersedia.”
”Sekarang kalian telah resmi menjadi suami istri. Kalian boleh berciuman sekarang.”
Keduanya berciuman. Riuh tepuk tangan memenuhi altar itu. Sementara Tiffany masih bingung dengan apa yang terjadi.
”Akhirnya Yoona mendapatkan pengganti yang tepat.” ujar seorang namja disamping Tiffany. Tiffany terlonjak kaget saat itu juga.
”Su.suho…Oppa..”
”Ne.”
”Kenapa? Wae? Kenapa yang menikah itu Donghae dan Yoona? Bukankah harusnya…kau?” tanya Tiffany.
”Aku dan Yoona sudah berpisah. Dan Yoona sekarang mencintai Donghae.”
”Ne? Kenapa bisa begitu?”
”Kajja!” Suho menarik lembut tangan Tiffany. Tiffany yang masih kebingungan hanya diam saja dibawa Suho entah kemana.
***
Sampailah mereka di bukit. Tiffany masih sibuk memikirkan kejadian tadi.
Sampailah mereka di bukit. Tiffany masih sibuk memikirkan kejadian tadi.
”Akan kuceritakan semuanya padamu.”
perkataan Suho membuat Tiffany penasaran dengan ceritanya. Akhirnya,
Suho menceritakan semuanya pada Tiffany.
Setelah mendengar semua cerita Suho itu, Tiffany merasa bahagia.
”Oppa….” Tiffany terisak. Bukan isakan sedih kali ini. Namun isakan bahagia.
”Aku….bahagia.” ucap Tiffany. Masih
dengan isakannya. Suho tersenyum tipis. Jujur melihat air mata gadis itu
keluar, itu sudah menyayat hatinya. Walaupun air mata itu adalah air
mata kebahagiaan. Bukan air mata kesedihan.
”Kajja.” ajak Suho.
”Oddiyo?” tanya Tiffany.
”Kembali.”
Keduanya akhirnya kembali ke altar tadi. Menemui YoonHae yang sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
***
Setelah para tamu undangan sudah pulang…
Setelah para tamu undangan sudah pulang…
”Unnie!” pekik yeoja cantik berusia 16 tahun. Tiffany menoleh mencari asal suara itu.
”Sulli-ah!”
Sulli, adik Tiffany yang kini sudah remaja itu berlari kepelukan Tiffany.
”Sulli-ah! Kapan kau kesini?” tanya Tiffany. Kemudian Tiffany melepas pelukan itu. ”ada apa kau kemari?” tanya Tiffany.
”Kemarin. Aku, Appa, dan Omma ingin menghadiri pertunanganmu dengan Suho Songsaenim.” jawab Sulli.
Lagi, Tiffany kaget. ”A-apa?”
”Ne! Kau akan bertunangan dengan Suho Songsaenim!” girang Sulli.
Sementara Suho yang sedari tadi
memperhatikan mereka, jadi tersenyum malu. Tiffany yang masih bingung
akhirnya melirik ke arah Suho.
”Tiffany-ssi.” panggil Mr. Im.
***
Suho menyematkan cincin berukirkan SuFanny itu di jari manis kiri Tiffany. Tiffany masih shock sekaligus bahagia. Lalu, Tiffany mengambil cincin satunya yang terdapat dalam kotak satunya. Menyematkan cincin itu ke jari manis Suho.
Suho menyematkan cincin berukirkan SuFanny itu di jari manis kiri Tiffany. Tiffany masih shock sekaligus bahagia. Lalu, Tiffany mengambil cincin satunya yang terdapat dalam kotak satunya. Menyematkan cincin itu ke jari manis Suho.
Keduanya tersenyum.
”SUFANNY! CEPAT BERCIUMAN!” pekik Yoona
yang sukses membuat SuFanny menoleh. Tiffany menatapnya dengan tanda
tanya di wajahnya. Sedangkan Suho tersenyum.
Tiba-tiba, namja itu menarik tengkuk (?) Tiffany dan mulai memanggut bibir manis Tiffany.
Sekejap, Tiffany membelalakkan matanya. Namun, begitu Suho memejamkan mata dan menikmatinya, Tiffany memejamkan mata.
Aku hampir saja kehilanganmu
Hampir saja tidak bisa memilikimu
Namun, pada akhirnya takdir berkata lain
Kita dipersatukan
Hampir saja tidak bisa memilikimu
Namun, pada akhirnya takdir berkata lain
Kita dipersatukan
”Oppa! I’M HAPPY!” seru Tiffany selesai Suho menciumnya.
”Aku juga.” balas Suho.
***
8 tahun kemudian.
8 tahun kemudian.
Sepasang kekasih… Bukan! Bukan! Sekarang mereka sudah menjadi sepasang suami istri.
Suho dan Tiffany. Keduanya berjalan
menyusuri taman bunga pribadi milik mereka. Tampak Tiffany dengan dress
putih. Rambutnya diurai dan diberi head band putih. Sementara Suho
mengenakan t-shirt polo warna putih dan celana selutut dengan warna
senada.
Keduanya berjalan sambil bergandengan tangan. Tiffany menyandarkan kepalanya di bahu Suho.
”Aish! Tidak boleh! Seohyun hanya milikku!” pekikan seorang namja kecil membuat SuFanny menoleh kearahnya.
”Tidak bisa! Seo Noona itu milikku hyung!” bantah seorang namja kecil.
”tidak bisa!!”
”Aniyo! Dia milikku!”
”Milikku!”
”Milikku!”
”Milikku!”
SuFanny menggelengkan kepala melihat tingkah kedua anak kecil itu. Mereka berjalan mendekati mereka yang sedang bertengkar.
Karena anak kecil yang lebih tua darinya kesal, dia menoyor kepala adiknya. Hingga adiknya menangis.
”Aish! Kenapa mereka berengkar lagi?”
desah Tiffany. Yeoja itu melepaskan pegangan tangannya dari Suho.
Berlari menuju arah kedua anak kecil itu.
”Luhan-ah! Sehun-ah! Jangan bertengkar seperti itu!” kata Tiffany melerai mereka.
”Umma!!” anak yang lebih kecil, Sehun
namanya berlari ke arah Tiffany, ibunya. ”Umma!
Hyung..hiks…nakal…hiiks..” Sehun terisak dalam pelukan ibunya.
Tiffany mengelus kepala Sehun. Luhan berjalan ke arah ibunya dengan sedikit gusar.
”Luhan-ah! Jangan seperti itu! Kasihan Sehun.” ujar Tiffany kepada anaknya yang lebih tua, Luhan.
”Tapi Umma! Dia merebut Seohyun dariku.”
Tiba-tiba, seorang gadis kecil datang.
”Kenapa kau menangis Hunnie…” ujar yeoja kecil itu. Sehun yang
mendengarnya kemudian cepat-cepat mengusap air matanya dan tersenyum ke
arah yeoja kecil itu. Ya, yeoja kecil itu adalah Seohyun. Gadis yang
diperebutkan Luhan dan Sehun.
”Hyunnie-ah…” ucap Luhan dengan nada manis.
”Ada apa denganmu Hunnie?” tanya Seohyun kepada Sehun. Merasa diabaikan, Luhan hanya bisa cemberut.
”Itu lho, Luhan Hyung tadi memukul kepalaku.” kata Sehun dengan nada manja.
”Geurae? Lulu Oppa, jangan seperti itu pada Hunnie. Kasihan dia.” kata Seohyun beralih ke Luhan.
”…” Luhan cemberut.
Seohyun mengelus kepala Sehun lembut.
Sehun merasa senang dan menjulurkan lidahnya pada Luhan. ”Sudah tidak
sakitkan?” tanya Seohyun.
”Sudah.”
Seohyun beralih ke Luhan. Diberikannya
senyuman manisnya kepada Luhan. Luhanpun serasa seperti ada kupu-kupu di
perutnya. Dia terpesona.
Tiffany dan Suho saling melirik dan tersenyum penuh makna.
Kedunya membiarkan kedua anak mereka bermain dengan Seohyun, putri tetangga sebelah.
”Oppa, mereka berdua itu lucu sekali.”
”Ne. Aku setuju denganmu.”
”aku beruntung memiliki kedua malaikat yang tampan dan imut seperti mereka.”
”dan kau juga beruntung memiliki pangeran
yang tampan sepertiku.” ujar Suho membanggakan diri. Tiffany mencibir
kearahnya dan mencubit hidung Suho.
”Auw! Appo!” rintih Suho.
”Haha Oppa! Kau ini lucu sekali!” komentar Tiffany yang melihat Suho merintih kesakitan.
”Akupun juga beruntung telah memiliki dewi yang cantik sepertimu.” Tiffany tersipu malu mendengarnya.
”Aish! Oppa! Sudahlah.”
Begitulah kisah cinta Suho dan Tiffany.
Berawal dari pertemuan mereka. Dimana Suho adalah seorang guru SD dan
Tiffany adalah murid SMA. Hingga sekarang, akhirnya mereka hidup bahagia
untuk selamanya… *mian ya endingnya kayak gini, hehe idenya nguras bgt
ini! Jd keburu-buru*
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar