Pengikut

Kamis, 04 Oktober 2012

Gyeoureun Namja 2 of 5


ffcover

Title : Gyeoureun Namja
Author : Han Airen
Length : Chaptered (2 of 5)
Main Cast : Lee Sungmin; Cho Kyuhyun; Eunhyuk; Kim Ryeowook; Zhoumi
Genre : Romance (Genderswitch)
Warnings : Typo and OOC
Summary : Jika musim dingin membuat tubuhku tidak nyaman karena udaranya, kau membuatku tak nyaman saat memuji yeoja lain di hadapanku
.
.
.

Seoul pukul 1pm KST

Besok adalah tahun baru sehingga kini kau terlihat sibuk memilih pernak-pernik yang akan kau berikan sebagai hadiah tahun baru kepada orang-orang yang kau sayang. Terkadang kau membuat banyak orang heran kepadamu yang begitu penyayang. Contohnya adalah hari ini, kau tetap memaksa pergi meskipun Eomma melarangmu keluar di udara sedingin hari ini. Suhu -30C tidak menghentikanmu untuk sekedar membeli kado sebagai hadiah tahun baru padahal harusnya kau bisa saja duduk tenang di rumah menanti besok saat mereka memberikanmu kado ulang tahun. Yupp, besok adalah tahun baru sekaligus hari ulang tahunmu.
Kau sedang asyik memilih gelang feminine di sebuah toko aksesoris saat tanpa sengaja ekor matamu menangkap siluet yang pernah kau kenal. Siluet tubuh seorang namja yang baru satu kali kau temui, tetapi mampu membuat dadamu bergemuruh tak menentu. Tanpa sadar kau meletakkan gelang yang sebelumnya tengah kau pilih dan mulai memfokuskan pandanganmu pada siluet itu.
Deg. Deg. Deg. Deg. Jantungmu berdetak tak karuan secara spontan saat kau menyadari sosok di balik kaca toko adalah namja yang menarik perhatianmu satu bulan lalu. Tanpa sadar kau mulai mendekat ke arah kaca toko yang memisahkan jarakmu dengannya, memandang lebih intens dan detail. Meskipun kaca itu transparan, tetapi dia tidak menyadari kehadiranmu karena tengah asyik berkutat dengan ponsel-nya.
Kau terus memandanginya seolah itu adalah saat terakhir kau bisa melakukannya. Dari jarak pandangmu kau bisa melihat wajah tampan dan senyum hangatnya. Lagi, tanpa kau sadar bibir mungilmu ikut menyunggingkan senyum dan tanganmu terangkat meraba permukaan kaca seolah kau sedang melakukannya pada wajah namja itu. Kau terus berfantasi dengan siluet itu hingga sebuah suara renyah mengembalikanmu ke dunia nyata.
“Kyu-ya, ayo pergi.” Ucap namja yang kau tahu bernama Hyukie, pemilik suara renyah yang membantu kesadaranmu kembali utuh, sembari memasukkan ponselnya ke saku jaketnya.
Dengan cepat kau melihat Kyuhyun yang sedang asyik bermain dengan ponsel miliknya segera menoleh ke arah Hyukie yang ada di depannya.
“Sudah selesai meneleponnya? Gaja!” Jawab Kyuhyun sambil memasukkan ponsel ke dalam saku jeans-nya.
Seakan tak rela tanpa sadar kau mengulurkan tangan ke depan seolah itu dapat mencegah mereka pergi. Keajaiban terjadi saat salah satunya seolah menyadari tindakanmu. Seperti gerakan slow motion kau melihat Hyukie membalik tubuhnya dan melihat ke arahmu. Kau dan Hyukie terkejut– tentu untuk alasan yang berbeda. Samar, kau dapat melihat sebuah senyum kecil tercetak di sudut bibir Hyukie, senyum yang sulit diartikan olehmu.
“Ada apa, Hyukie-ah?” Tanya Kyuhyun sembari menepuk pundak Hyukie. Suara bass dari namja itu menyadarkan kalian.
Yeoja jembatan.” Ucap Hyukie sambil tersenyum penuh dan menunjuk padamu.
Kau tersentak mendengar julukan itu dan mulai merasakan aliran darah terpusat di wajahmu, mengakibatkan kau bersemu, malu. Kau mulai menggigit bibir bawahmu dan menundukkan pandangan, gugup.
“Ah, yeoja manis waktu itu.” Kau mendengar suara bass memujimu dan saat kau menengadah kau melihat Kyuhyun menutup mulutnya, seolah tak percaya dengan ucapannya sendiri.
Hyukie tertawa. Kau mengernyit bingung seolah bertanya, ‘Apakah ada yang lucu?’.
Belum reda kebingunganmu kau harus melihat Hyukie yang menarik Kyuhyun menjauh. Keduanya melambaikan tangan yang sempat kau balas, dan sebelum keduanya berbalik kau bisa melihat salah satu namja mengerakkan mulutnya seolah berkata, “Sampai jumpa lagi yeoja manis.”
Saat punggung mereka tak lagi tampak kau menghela nafas, kecewa.  Namun ada sedikit perasaan lega di dadamu, perasaan senang yang membuncah karena kau masih diingat.
“Dia mengingatku.” Ucapmu seraya tersenyum sendiri.
OoooOoooOoooO
Seoul pukul 3pm KST
Seragam kebanggaan Asia Pacific International High School masih melekat sempurna ditubuhmu dan Wookie ketika kalian sedang menunggu seseorang di gerbang Kirin Arts High School, sebuah sekolah seni ternama di Korea Selatan.
“Apakah sepupumu itu masih lama keluarnya, Ming?” Ucap Wookie lemah yang hanya kau respon dengan mengangkat kedua bahu.
Kalian memang sudah menunggu sekitar 30 menit di sana, menunggu di antara terpaan angin musim dingin di bulan Januari, bulan terdingin selama musimnya. Sementara yang ditunggu masih belum menunjukkan tanda-tanda akan segera muncul melihat keadaan sekolah yang masih sepi, menandakan jam pulang belum tiba.
“Harusnya kau membiarkan Han Ajeosi mengantar kita tadi, jadi kita bisa menunggu di dalam mobil yang hangat.” Keluh Wookie.
Ya, kau tidak membiarkan Han Ajeosi, sopir keluargamu, untuk mengantar kalian dengan alasan ingin sedikit berpetualang menggunakan subway, belajar mandiri katamu. Tetapi jika kau tahu akan menunggu selama ini dan membuat sahabat tersayangmu kedinginan kau tak mungkin melakukannya. Penyesalan memang selalu di akhir bukan?
“Ming, coba hubungi Mimi-ge mu itu. Berapa lama lagi kita harus menunggu?” Pinta Wookie.
Segera kau merogoh tas selempangmu untuk menemukan ponsel pink kesayanganmu, mengetik sebuah pesan singkat.
.
To : Zhoumi-gege
Gege, apakah kau masih lama? Kami hampir membeku di sini. T.T
.
Baru saja kau menutup flip-nya, ponselmu sudah bergetar menandakan pesan masuk. ‘Cepat sekali’, pikirmu.
.
From : Zhoumi-gege
Saat kau selesai membaca pesan ini bel pulang akan berbunyi. Jadi sebentar lagi kita bisa bertemu Ming-jagi. ~^^
.
Ding Dong. Ding Dong. Ding Dong. Sebuah bel klasik berbunyi menandakan jam pelajaran di sekolah itu berakhir. Kau tersenyum mengetahui ketepatan isi pesan dari Gege tersayangmu berbanding lurus dengan kenyataan. Kau bergegas memasukkan ponselmu ke tas dan menarik tangan Wookie yang tengah berjongkok.
Gaja, Wookie! Kita menemui Mimi-ge.” Ucapmu penuh semangat. Dan Wookie hanya pasrah saat kau menyeretnya menemui Mimi-ge di aula Divisi Vokal Kirin Arts High School, tempat janjian semula.
.
.
.
Kau mencari sosok yang sudah sangat familiar dalam ingatanmu, satu-satunya sepupu berdarah Korea-Cina yang kau miliki dan paling kau sayang. Tak butuh waktu lama untukmu menemukan sosoknya di atas panggung aula dan refleks kau berteriak memanggilnya, membuat beberapa siswa yang ada di sekitar kalian ikut menoleh.
“Mimi-ge!” Teriakmu sambil melambaikan tangan.
Seketika kau melihat Mimi-ge tersenyum, melambaikan tangan, dan melesat berlari ke arahmu. Tanpa aba-aba sepupumu itu memelukmu sekuat yang dia mampu.
Bogosipeo, Ming-jagi.” Ucapnya.
Ne, nado Ge.” Ucapmu sambil membalas pelukan Gege.
Kalian saling berpelukan erat, menyalurkan rindu karena tidak bisa bertemu selama tiga bulan yang disebabkan Mimi-ge harus mewakili sekolah mengikuti perlombaan musik klasik di Cina. Terlihat kalian enggan melepas pelukan itu jika saja Wookie tidak menyela.
“Apakah sebaiknya aku pergi dari sini dan membiarkan kalian menjadi tontonan pengunjung aula ini, hemm?” Ucap Wookie menggoda. Segera kalian melepaskan pelukan erat itu dan tersenyum merasa bersalah kepada Wookie.
“Apa kabar wookie?” Kau mendengar Gege-mu bertanya ramah kepada sahabatmu itu.
“Jadi… mana oleh-olehmu dari Cina, Ge?” Tanya Wookie sambil menyodorkan tangan kanannya.
Kau tertawa mendengar pertanyaan Wookie yang tanpa basa-basi dan mengacuhkan pertanyaan Mimi-ge sebelumnya. Sementara kau melihat yang ditanya hanya melongo tak percaya. Tetapi belum sempat Mimi-ge membalas Wookie, suara berisik mengalihkan kalian.
“Kyaa, kau keren.”
“Sunbae, kau cool sekali.”
“Cake Strawberry untuk hoobae-ku yang ramah.”
Ya, itulah beberapa kalimat yang kau dengar dari suara berisik yang menginterupsi obrolan kalian. Rasa penasaran mulai merasukimu, tetapi belum sempat bertanya kau sudah mendapatkan jawabannya.
“Pangeran sekolah sedang menuju ke sini.” Ujar Mimi-ge dengan pandangan yang diarahkan ke pusat kerumunan, entah menjelaskan kepada Ming dan Wookie atau kepada dirinya sendiri.
“Maksudmu, Ge?” Tanyamu masih belum mengerti. Tetapi mimi-ge tidak langsung menjawab pertanyaanmu. Dia terdiam seperti menunggu, tetapi tak lama suaranya kembali mengudara.
“Kau lihat dua namja di tengah kerumunan yang sedang menuju ke sini? Merekalah pangeran sekolah saat ini.” Ucap Mimi-ge masih melihat ke arah kerumunan. Kau dan Wookie pun segera mengikuti arah pandangnya dan seketika matamu membulat penuh.
Deg. ‘Mereka kan …’
Belum sempat pikiranmu melanjutkannya Mimi-ge sudah kembali menjelaskan.
Namja berambut merah itu namany Cho Kyuhyun, dia menjadi pangeran sekolah karena suara emas, otak jenius, dan sikap dinginnya. Namja berambut cepak pirang yang sedang merangkul Kyuhyun adalah sepupunya, Lee Hyukjae, biasa dipanggil Eunhyuk, menjadi pangeran sekolah karena kejeniusan dance dan sikap ramahnya.” Jelas Mimi-ge. Mendengar itu kau semakin tertegun.
“Hanya itu saja?” Tanya Wookie ada sedikit nada meremehkan di sana.
“Mereka masih tingkat satu, sama seperti kalian, tetapi prestasinya sudah hampir menyamai para sunbae yang sudah tiga tahun di sini. Bahkan SM Entertainment siap mengorbitkan mereka tanpa perlu training.” Terang Mimi-ge.
“Waahh, bukankah management ternama itu paling anti mengorbitkan artis tanpa melalui training? Sehebat itukah mereka?” Tanya Wookie lagi. Dan Mimi-ge masih melanjutkan penjelasannya mengenai prestasi kedua namja itu. Sementara kau?
Kau tidak berkedip menatapnya, dia terlihat semakin bersinar di matamu kini. Bahkan kau merasakan kakimu semakin melemas saat tanpa sengaja tatapan kalian bertemu. Mata tajam itu semakin menghanyutkanmu hingga tanpa sadar kau berucap, “Gyeoureun namja.”
“Kau tahu julukan dia, Ming-jagi?” Tanya Mimi-ge membuyarkanmu dari lamunan.
“Ehh? Julukan?” Tanyamu kembali, tidak mengerti.
Gyeoureun Namja adalah julukan untuk Kyuhyun karena sifat cool-nya seperti musim dingin.” Jelas Mimi-ge (lagi).
“Ooohhh…” Responmu dan Wookie bersamaan. Setelah itu kau siap menolehkan kepalamu kembali ke tengah kerumunan jika saja seseorang tak mengejutkanmu.
Yeoja jembatan!” Tunjuk Hyukie tepat di depan wajahmu. Kau terkejut karena tidak tahu sejak kapan dia sudah ada di hadapanmu. Sementara sepupunya masih berjalan santai ke arah kalian.
“Apa maksudmu, Hyukie?” Tanya Mimi-ge bingung.
“Dia yeoja manis yang kami temui di jembatan, Ge. Karena kami tidak tahu namanya jadilah Hyukie menjulukinya yeoja jembatan.” Interupsi Kyuhyun yang telah berada di samping Hyukie. Sementara para fans yang tadi mengikuti mereka telah menghilang entah kemana.
“Tapi tetap tidak sopan memanggil yeoja semanis Ming dengan sebutan itu.” Ucap Mimi-ge menasehati.
“Ohhh, jadi namamu Ming? Aku Lee Hyukjae, kau boleh panggil aku Hyukie kalau mau.” Ucap Hyukie seraya tersenyum euuummm– senang, dan mengulurkan tangan untuk berkenalan denganmu.
“Lee Sungmin, kau boleh memanggilku Ming.” Ucapmu membalas sambil menjabat uluran tangan Hyukie.
“Aku Cho Kyuhyun, panggil saja Kyuhyun atau Kyu juga boleh.” Ucapnya sambil tersenyum dan menatapmu lembut.
Kau hanya membalas sapaan itu dengan senyuman dan anggukan kecil, gugup. Tentu saja, sekarang dia ada dihadapanmu memperkenalkan diri, sesuatu yang tidak kau bayangkan sebelumnya.
‘Hangat. Senyumnya dan …
“Kalau yeoja manis yang satu ini siapa namanya?” Tanya Kyu kepada Wookie.
“Kim Ryeowook-ibnida, panggil aku Wookie.” Kata Wookie santai seraya mengangkat tangan tanda perkenalan.
“Heuummm, benar-benar manis.” Kata Hyukie.
Gege beruntung dikelilingi yeoja manis, Ming, Wookie, dan Henry.” Goda Kyuhyun yang disusul oleh tawa kalian, ups– salah. Kau tidak ikut tertawa, hanya tersenyum hambar.
Sakit. Kau meraba dada kirimu yang terasa sakit saat mendengarnya memuji yeoja lain manis. Bahkan kau sempat melihat dia tersenyum dengan lembut kepada Wookie.
‘Babo! Tentu saja aku bukan satu-satunya yeoja manis dimatanya. Tapi ini sakit.’ pikirmu.
Sementara yang lain asyik mengobrol kau hanya menundukkan kepalamu, berkutat dengan pikiran negatif dan rasa sakitmu. Hingga kau tidak menyadari bahwa sepasang mata tengah menatapmu khawatir.
.
.
.
To Be Continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar