

Title : Gyeoureun Namja
Author : Han Airen
Length : Chaptered (2 of 5)
Main Cast : Lee Sungmin; Cho Kyuhyun; Eunhyuk; Kim Ryeowook; Zhoumi
Genre : Romance (Genderswitch)
Warnings : Typo and OOC
Summary : Jika musim dingin membuat tubuhku tidak nyaman karena udaranya, kau membuatku tak nyaman saat memuji yeoja lain di hadapanku
.
.
.
Seoul pukul 1pm KST
Besok adalah tahun baru sehingga kini kau terlihat sibuk
memilih pernak-pernik yang akan kau berikan sebagai hadiah tahun baru
kepada orang-orang yang kau sayang. Terkadang kau membuat banyak orang
heran kepadamu yang begitu penyayang. Contohnya adalah hari ini, kau
tetap memaksa pergi meskipun Eomma melarangmu keluar di udara sedingin hari ini. Suhu -30C
tidak menghentikanmu untuk sekedar membeli kado sebagai hadiah tahun
baru padahal harusnya kau bisa saja duduk tenang di rumah menanti besok
saat mereka memberikanmu kado ulang tahun. Yupp, besok adalah tahun baru
sekaligus hari ulang tahunmu.
Kau sedang asyik memilih gelang feminine di sebuah toko aksesoris saat tanpa sengaja ekor matamu menangkap siluet yang pernah kau kenal. Siluet tubuh seorang namja
yang baru satu kali kau temui, tetapi mampu membuat dadamu bergemuruh
tak menentu. Tanpa sadar kau meletakkan gelang yang sebelumnya tengah
kau pilih dan mulai memfokuskan pandanganmu pada siluet itu.
Deg. Deg. Deg. Deg. Jantungmu berdetak tak karuan secara spontan saat kau menyadari sosok di balik kaca toko adalah namja
yang menarik perhatianmu satu bulan lalu. Tanpa sadar kau mulai
mendekat ke arah kaca toko yang memisahkan jarakmu dengannya, memandang
lebih intens dan detail. Meskipun kaca itu transparan, tetapi dia tidak
menyadari kehadiranmu karena tengah asyik berkutat dengan ponsel-nya.
Kau terus memandanginya seolah itu adalah saat terakhir
kau bisa melakukannya. Dari jarak pandangmu kau bisa melihat wajah
tampan dan senyum hangatnya. Lagi, tanpa kau sadar bibir mungilmu ikut
menyunggingkan senyum dan tanganmu terangkat meraba permukaan kaca
seolah kau sedang melakukannya pada wajah namja itu. Kau terus berfantasi dengan siluet itu hingga sebuah suara renyah mengembalikanmu ke dunia nyata.
“Kyu-ya, ayo pergi.” Ucap namja yang kau tahu
bernama Hyukie, pemilik suara renyah yang membantu kesadaranmu kembali
utuh, sembari memasukkan ponselnya ke saku jaketnya.
Dengan cepat kau melihat Kyuhyun yang sedang asyik
bermain dengan ponsel miliknya segera menoleh ke arah Hyukie yang ada di
depannya.
“Sudah selesai meneleponnya? Gaja!” Jawab Kyuhyun sambil memasukkan ponsel ke dalam saku jeans-nya.
Seakan tak rela tanpa sadar kau mengulurkan tangan ke
depan seolah itu dapat mencegah mereka pergi. Keajaiban terjadi saat
salah satunya seolah menyadari tindakanmu. Seperti gerakan slow motion
kau melihat Hyukie membalik tubuhnya dan melihat ke arahmu. Kau dan
Hyukie terkejut– tentu untuk alasan yang berbeda. Samar, kau dapat
melihat sebuah senyum kecil tercetak di sudut bibir Hyukie, senyum yang
sulit diartikan olehmu.
“Ada apa, Hyukie-ah?” Tanya Kyuhyun sembari menepuk pundak Hyukie. Suara bass dari namja itu menyadarkan kalian.
“Yeoja jembatan.” Ucap Hyukie sambil tersenyum penuh dan menunjuk padamu.
Kau tersentak mendengar julukan itu dan mulai merasakan
aliran darah terpusat di wajahmu, mengakibatkan kau bersemu, malu. Kau
mulai menggigit bibir bawahmu dan menundukkan pandangan, gugup.
“Ah, yeoja manis waktu itu.” Kau mendengar
suara bass memujimu dan saat kau menengadah kau melihat Kyuhyun menutup
mulutnya, seolah tak percaya dengan ucapannya sendiri.
Hyukie tertawa. Kau mengernyit bingung seolah bertanya, ‘Apakah ada yang lucu?’.
Belum reda kebingunganmu kau harus melihat Hyukie yang
menarik Kyuhyun menjauh. Keduanya melambaikan tangan yang sempat kau
balas, dan sebelum keduanya berbalik kau bisa melihat salah satu namja mengerakkan mulutnya seolah berkata, “Sampai jumpa lagi yeoja manis.”
Saat punggung mereka tak lagi tampak kau menghela nafas,
kecewa. Namun ada sedikit perasaan lega di dadamu, perasaan senang
yang membuncah karena kau masih diingat.
“Dia mengingatku.” Ucapmu seraya tersenyum sendiri.
OoooOoooOoooO
Seoul pukul 3pm KST
Seragam kebanggaan Asia Pacific International High School masih melekat sempurna ditubuhmu dan Wookie ketika kalian sedang menunggu seseorang di gerbang Kirin Arts High School, sebuah sekolah seni ternama di Korea Selatan.
“Apakah sepupumu itu masih lama keluarnya, Ming?” Ucap Wookie lemah yang hanya kau respon dengan mengangkat kedua bahu.
Kalian memang sudah menunggu sekitar 30 menit di sana,
menunggu di antara terpaan angin musim dingin di bulan Januari, bulan
terdingin selama musimnya. Sementara yang ditunggu masih belum
menunjukkan tanda-tanda akan segera muncul melihat keadaan sekolah yang
masih sepi, menandakan jam pulang belum tiba.
“Harusnya kau membiarkan Han Ajeosi mengantar kita tadi, jadi kita bisa menunggu di dalam mobil yang hangat.” Keluh Wookie.
Ya, kau tidak membiarkan Han Ajeosi, sopir keluargamu,
untuk mengantar kalian dengan alasan ingin sedikit berpetualang
menggunakan subway, belajar mandiri katamu. Tetapi jika kau tahu akan
menunggu selama ini dan membuat sahabat tersayangmu kedinginan kau tak
mungkin melakukannya. Penyesalan memang selalu di akhir bukan?
“Ming, coba hubungi Mimi-ge mu itu. Berapa lama lagi kita harus menunggu?” Pinta Wookie.
Segera kau merogoh tas selempangmu untuk menemukan ponsel pink kesayanganmu, mengetik sebuah pesan singkat.
.
To : Zhoumi-gege
Gege, apakah kau masih lama? Kami hampir membeku di sini. T.T
.
Baru saja kau menutup flip-nya, ponselmu sudah bergetar menandakan pesan masuk. ‘Cepat sekali’, pikirmu.
.
From : Zhoumi-gege
Saat kau selesai membaca pesan ini bel pulang akan berbunyi. Jadi sebentar lagi kita bisa bertemu Ming-jagi. ~^^
.
Ding Dong. Ding Dong. Ding Dong. Sebuah bel klasik berbunyi menandakan jam pelajaran di sekolah itu berakhir. Kau tersenyum mengetahui ketepatan isi pesan dari Gege
tersayangmu berbanding lurus dengan kenyataan. Kau bergegas memasukkan
ponselmu ke tas dan menarik tangan Wookie yang tengah berjongkok.
“Gaja, Wookie! Kita menemui Mimi-ge.” Ucapmu
penuh semangat. Dan Wookie hanya pasrah saat kau menyeretnya menemui
Mimi-ge di aula Divisi Vokal Kirin Arts High School, tempat janjian semula.
.
.
.
Kau mencari sosok yang sudah sangat familiar
dalam ingatanmu, satu-satunya sepupu berdarah Korea-Cina yang kau miliki
dan paling kau sayang. Tak butuh waktu lama untukmu menemukan sosoknya
di atas panggung aula dan refleks kau berteriak memanggilnya, membuat
beberapa siswa yang ada di sekitar kalian ikut menoleh.
“Mimi-ge!” Teriakmu sambil melambaikan tangan.
Seketika kau melihat Mimi-ge tersenyum, melambaikan
tangan, dan melesat berlari ke arahmu. Tanpa aba-aba sepupumu itu
memelukmu sekuat yang dia mampu.
“Bogosipeo, Ming-jagi.” Ucapnya.
“Ne, nado Ge.” Ucapmu sambil membalas pelukan Gege.
Kalian saling berpelukan erat, menyalurkan rindu karena
tidak bisa bertemu selama tiga bulan yang disebabkan Mimi-ge harus
mewakili sekolah mengikuti perlombaan musik klasik di Cina. Terlihat
kalian enggan melepas pelukan itu jika saja Wookie tidak menyela.
“Apakah sebaiknya aku pergi dari sini dan membiarkan
kalian menjadi tontonan pengunjung aula ini, hemm?” Ucap Wookie
menggoda. Segera kalian melepaskan pelukan erat itu dan tersenyum merasa
bersalah kepada Wookie.
“Apa kabar wookie?” Kau mendengar Gege-mu bertanya ramah kepada sahabatmu itu.
“Jadi… mana oleh-olehmu dari Cina, Ge?” Tanya Wookie sambil menyodorkan tangan kanannya.
Kau tertawa mendengar pertanyaan Wookie yang tanpa
basa-basi dan mengacuhkan pertanyaan Mimi-ge sebelumnya. Sementara kau
melihat yang ditanya hanya melongo tak percaya. Tetapi belum sempat
Mimi-ge membalas Wookie, suara berisik mengalihkan kalian.
“Kyaa, kau keren.”
“Sunbae, kau cool sekali.”
“Cake Strawberry untuk hoobae-ku yang ramah.”
Ya, itulah beberapa kalimat yang kau dengar dari suara
berisik yang menginterupsi obrolan kalian. Rasa penasaran mulai
merasukimu, tetapi belum sempat bertanya kau sudah mendapatkan
jawabannya.
“Pangeran sekolah sedang menuju ke sini.” Ujar Mimi-ge dengan pandangan yang diarahkan ke pusat kerumunan, entah menjelaskan kepada Ming dan Wookie atau kepada dirinya sendiri.
“Maksudmu, Ge?” Tanyamu masih belum mengerti. Tetapi
mimi-ge tidak langsung menjawab pertanyaanmu. Dia terdiam seperti
menunggu, tetapi tak lama suaranya kembali mengudara.
“Kau lihat dua namja di tengah kerumunan yang
sedang menuju ke sini? Merekalah pangeran sekolah saat ini.” Ucap
Mimi-ge masih melihat ke arah kerumunan. Kau dan Wookie pun segera
mengikuti arah pandangnya dan seketika matamu membulat penuh.
Deg. ‘Mereka kan …’
Belum sempat pikiranmu melanjutkannya Mimi-ge sudah kembali menjelaskan.
“Namja berambut merah itu namany Cho Kyuhyun, dia menjadi pangeran sekolah karena suara emas, otak jenius, dan sikap dinginnya. Namja
berambut cepak pirang yang sedang merangkul Kyuhyun adalah sepupunya,
Lee Hyukjae, biasa dipanggil Eunhyuk, menjadi pangeran sekolah karena
kejeniusan dance dan sikap ramahnya.” Jelas Mimi-ge. Mendengar itu kau semakin tertegun.
“Hanya itu saja?” Tanya Wookie ada sedikit nada meremehkan di sana.
“Mereka masih tingkat satu, sama seperti kalian, tetapi
prestasinya sudah hampir menyamai para sunbae yang sudah tiga tahun di
sini. Bahkan SM Entertainment siap mengorbitkan mereka tanpa perlu training.” Terang Mimi-ge.
“Waahh, bukankah management ternama itu paling anti mengorbitkan artis tanpa melalui training? Sehebat itukah mereka?” Tanya Wookie lagi. Dan Mimi-ge masih melanjutkan penjelasannya mengenai prestasi kedua namja itu. Sementara kau?
Kau tidak berkedip menatapnya, dia terlihat semakin
bersinar di matamu kini. Bahkan kau merasakan kakimu semakin melemas
saat tanpa sengaja tatapan kalian bertemu. Mata tajam itu semakin
menghanyutkanmu hingga tanpa sadar kau berucap, “Gyeoureun namja.”
“Kau tahu julukan dia, Ming-jagi?” Tanya Mimi-ge membuyarkanmu dari lamunan.
“Ehh? Julukan?” Tanyamu kembali, tidak mengerti.
“Gyeoureun Namja adalah julukan untuk Kyuhyun karena sifat cool-nya seperti musim dingin.” Jelas Mimi-ge (lagi).
“Ooohhh…” Responmu dan Wookie bersamaan. Setelah itu kau
siap menolehkan kepalamu kembali ke tengah kerumunan jika saja
seseorang tak mengejutkanmu.
“Yeoja jembatan!” Tunjuk Hyukie tepat di depan
wajahmu. Kau terkejut karena tidak tahu sejak kapan dia sudah ada di
hadapanmu. Sementara sepupunya masih berjalan santai ke arah kalian.
“Apa maksudmu, Hyukie?” Tanya Mimi-ge bingung.
“Dia yeoja manis yang kami temui di jembatan, Ge. Karena kami tidak tahu namanya jadilah Hyukie menjulukinya yeoja
jembatan.” Interupsi Kyuhyun yang telah berada di samping Hyukie.
Sementara para fans yang tadi mengikuti mereka telah menghilang entah
kemana.
“Tapi tetap tidak sopan memanggil yeoja semanis Ming dengan sebutan itu.” Ucap Mimi-ge menasehati.
“Ohhh, jadi namamu Ming? Aku Lee Hyukjae, kau boleh
panggil aku Hyukie kalau mau.” Ucap Hyukie seraya tersenyum euuummm–
senang, dan mengulurkan tangan untuk berkenalan denganmu.
“Lee Sungmin, kau boleh memanggilku Ming.” Ucapmu membalas sambil menjabat uluran tangan Hyukie.
“Aku Cho Kyuhyun, panggil saja Kyuhyun atau Kyu juga boleh.” Ucapnya sambil tersenyum dan menatapmu lembut.
Kau hanya membalas sapaan itu dengan senyuman dan
anggukan kecil, gugup. Tentu saja, sekarang dia ada dihadapanmu
memperkenalkan diri, sesuatu yang tidak kau bayangkan sebelumnya.
‘Hangat. Senyumnya dan …’
“Kalau yeoja manis yang satu ini siapa namanya?” Tanya Kyu kepada Wookie.
“Kim Ryeowook-ibnida, panggil aku Wookie.” Kata Wookie santai seraya mengangkat tangan tanda perkenalan.
“Heuummm, benar-benar manis.” Kata Hyukie.
“Gege beruntung dikelilingi yeoja
manis, Ming, Wookie, dan Henry.” Goda Kyuhyun yang disusul oleh tawa
kalian, ups– salah. Kau tidak ikut tertawa, hanya tersenyum hambar.
Sakit. Kau meraba dada kirimu yang terasa sakit saat mendengarnya memuji yeoja lain manis. Bahkan kau sempat melihat dia tersenyum dengan lembut kepada Wookie.
‘Babo! Tentu saja aku bukan satu-satunya yeoja manis dimatanya. Tapi ini sakit.’ pikirmu.
Sementara yang lain asyik mengobrol kau hanya
menundukkan kepalamu, berkutat dengan pikiran negatif dan rasa sakitmu.
Hingga kau tidak menyadari bahwa sepasang mata tengah menatapmu
khawatir.
.
.
.
To Be Continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar