Can’t Open Up My Lips
Author: WindSky
Cast: Kim Joonmyun, Wu Yi Fan, Huang Zi Tao, other.
Genre: Romance, Angst, Hospital-Life
Rated: T
Length: Oneshoot
Disclaimer: All Cast isn’t mine, This Fanfiction is mine
Warning: Yaoi, Boy x Boy, Shounen-ai, Chara Death, OOC, Typo(s), etc.
Hola! Maap banget ternyata yang jadi
duluan malah Krisu. *bow tapi tenang aja mem, author bakal usahain
Baekyeol pasti cepet selesai oke. Jadi tunggu aja, bakal secepetnya
author share kok. Oke, lets go!
.
.
.
.
DON’T LIKE DON’T READ!
.
.
.
IF YOU DON’T LIKE YAOI OR KRISU, JUST LEAVE THIS PAGE!
.
.
.
THE FANFICTION IS STARTED! HAPPY READ!
.
.
.
_All Of Suho POV_
Kulangkahkan kakiku melihat-lihat
pemandangan taman rumah sakit yang tidak pernah berubah namun menjadi
salah satu hal yang bisa menenangkan hatiku. Tiba-tiba, aku pandanganku
gelap, aigoo, ini pasti kerjaan Kris.
“Kris hyung udah deh aku lagi unmood
nih.” Ucapku kesal membuatnya menarik tangannya kembali. Aku hanya
menyeringai kecil. Dan langsung saja namja itu berdiri dihadapanku
dengan seenaknya saja.
“Aigoo, chagiya ceritanya lagi unmood nih, kenapa? Gara-gara siapa?” tanyanya sambil menangkupkan pipiku dengan kedua tangannya.
“Anniya, aku hanya bercanda hehe.” Jawabku sambil nyengir membuat ia mempoutkan bibir kissablenya.
“Aigoo, krisku jelek sekali kalau seperti
ini.” Ucapku usil sambil memeletkan lidahku. Ia pun menatapku kesal dan
tiba-tiba menyeringai membuatku merasakan sesuatu yang tidak enak akan
terjadi padaku.
Dan benar saja, tiba-tiba Kris
mendekatkan wajahnya ke wajahku membuatku refleks menutup mataku. Helaan
nafasnya yang mengenai wajahku membuatku merasa geli sekaligus
merinding. Tapi ternyata, namja itu hanya mencium pipiku membuatku
kesal. Tak tahukah dia kalau jantungku berdetak sangat cepat bahkan
mungkin wajahku sudah memerah saat ini. Disaat ia menjauhkan wajahnya,
akupun membuka mataku dan menatapnya kesal.
“Waeyo Chagi? Kau menginginkan lebih?”
godanya membuat pipiku tambah bersemu merah bahkan mungkin sudah sampai
ke telingaku. Akupun memalingkan wajahku dan berjalan meninggalkannya
sambil menghentak-hentakkan kakiku. Dapat kudengar, ia tertawa membuatku
ingin sekali meninju muka tampannya itu.
Senyuman mulai muncul diwajahku disaat
tempat kesukaanku mulai terlihat. Akupun berlari ketempat itu, yah
tempat itu adalah pohon cokelat yang sangat besar. Disitulah dulu aku
bertemu pertama kali dengan Kris yang sekarang menjabat menjadi yah bisa
dibilang namjachinguku yah walaupun kami pacaran tanpa status yang
benar. Kejadian itu benar-benar mengesalkan tapi juga manis menurutku.
*Flashback*
Aku mendudukan tubuhku dibawah pohon
cokelat yang baru saja kutemukan ini. Pohon ini benar-benar meneduhkan
tubuh mungilku ini. Dulu sebenarnya aku merasa bosan dirawat disini
karena penyakit kanker otak stadium akhir yang menggerogoti tubuhku,
tapi setelah menemukan pohon ini, aku merasa lebih nyaman tinggal
dirumah sakit ini. Akupun mengeluarkan kanvas yang kubawa, kugambar
sosok namja berwajah tampan bak pangeran berkuda putih didalam dongeng
yang akhir-akhir ini selalu hadir dimimpiku. Dan jujur saja, aku jatuh
cinta pada pandangan pertama pada namja itu, selain wajahnya yang
tampan, sikapnya juga sangat baik, aigoo, aku ingin sekali bertemu dia.
Tuhan, bantu aku bertemu ia sebelum malaikat-Mu mengambil nyawaku.
Disaat aku sedang asyik mengambar, tiba-tiba terdengar bunyi berisik dari atas pohon membuatku mendongakkan kepalaku keatas.
Kressek kressek~
Akupun meletakkan kanvas yang kubawa dan
berdiri untuk mengecek ada apa diatas. Sekilas aku melihat rambut
seseorang membuatku agak bergidik ngeri. Akupun berteriak,
“Halo, ada orang diatas?” dan sepertinya
salah satu ranting pohon itu bergerak-gerak dan orang yang berada disitu
pun terjatuh. Tak sempat mengindar, akupun hanya bisa menutup mataku
dan terdengar bunyi keras dan aku merasa punggungku menyentuh tanah
namun sama sekali tidak terasa sakit karena tanah itu dialasi
rumput-rumput yang tebal. Namun aku juga merasa bibirku terasa hangat,
yah sangat hangat. Akupun memberanikan untuk membuka mataku, dan yang
pertama kali ku lihat adalah mata kelam dan tajam seorang namja berwajah
tampan yang ternyata selama ini selalu hadir dimimpiku. Aku seakan
terhipnotis dengan mata milik namja itu begitu juga sebaliknya, lama
kami dalam keadaan seperti ini sampai namja itu yang duluan tersadar dan
segera bangkit berdiri, akupun juga ikut tersadar dan buru-buru bangkit
dan membersihkan baju belakangku yang sedikit kotor. Wajahnya terlihat
memerah begitu juga dengan wajahku.
“Mi-mian.” Ucap namja itu membuatku tersentak. Ia terlihat sangat gugup disaat berbicara.
“N-ne. Gwaenchana.” Ucapku sambil
menundukkan kepalaku, akupun beranjak meninggalkan tempat itu namun
tiba-tiba ada sebuah tangan yang menggenggam lenganku. Akupun menolehkan
kepalaku dan melihat namja itu tersenyum kepadaku.
‘Aigoo, tampan sekali.’ Pikirku.
“Ada apa?” tanyaku membuatnya melepaskan genggamannya dan mengulurkan tangannya.
“Aku Kris, kamu siapa?”
“Aku Suho.”
“Salam kenal manis.” Ucapnya sambil mencium pipiku lembut sebelum meninggalkan aku yang mematung.
*Flashback End*
Aku terkikik kecil mengingat hal itu,
lalu kusenderkan badan mungilku di batang pohon cokelat yang besar ini.
Angin semilir mulai menyapa wajahku lembut. Kututup mataku menikmati
angin itu. Aku sebenarnya bingung kenapa Kris mau saja bersamaku padahal
hubungan kami tanpa status seperti ini. Ia sudah berkali-kali
mengucapkan kata cinta, namun sekali pun kata itu tidak pernah keluar
dari mulutku. Ngomong-ngomong, Kris juga mengidap penyakit yang sama
denganku, jadi kami bersama sambil menunggu siapa dulu yang dijemput
oleh ajal.
Tiba-tiba aku merasa ada yang merangkul
pinggangku dengan lembut. Rasa hangat mulai menjalari hatiku. Walaupun
Kris sering melakukan hal ini, tetap saja akan seperti itu. Seakan kami
masih anak remaja yang baru belajar pacaran.
Kusenderkan kepalaku di pundak lebarnya
dan kupejamkan mataku perlahan, aku lelah saat ini, sangat lelah, yang
kuinginkan hanyalah beristirahat untuk sejenak di dekat orang yang
kusayangi.
_Skip Time_
Disaat aku membuka mataku, ternyata aku
masih di taman dengan posisi yang tidak berubah sama sekali. Langit
mulai berwarna jingga kemerah-merahan, akupun menengokkan kepalaku ke
samping dan melihat Kris tertidur dengan nyamannya sambil menyenderkan
kepalanya ke batang pohon yang besar. Nafasnya terdengar teratur dan
wajahnya tampan namun tenang disaat tertidur seperti ini. Sebuah senyum
manis terulas di wajahku, jemari-jemariku pun mulai menelusuri wajah
tampannya, mulai dari mata kelam dan tajamnya, hidung mancung miliknya,
kedua pipinya dan yang terakhir bibir kissablenya yang benar-benar
menggoda.
Jujur, aku memang menyukainya ani,
mencintainya sama seperti perasaanya kepadaku, tapi entah kenapa setiap
aku ingin berkata ‘Saranghae’ kepadanya, lidahku terasa kelu dan mulutku
sama sekali tidak mau terbuka.
Tiba-tiba sebuah ciuman lembut dipipiku
membuatku tersadar dari fikiranku. Kris tersenyum kearahku dan tiba-tiba
tangannya menunjuk kearah langit membuatku menatapnya bingung. Ia pun
menolehkan kepalaku dengan paksa kearah langit dan yang kulihat adalah
matahari terbenam yang sangat indah. Aigoo~
Dan refleks, aku mendudukan tubuh
mungilku diatas pangkuan Kris, inilah yang sering kami lakukan disaat
sedang melihat matahari terbenam. Disaat matahari sudah menghilang
dibarat, kami berdua menghela nafas berat. Tunggu, kenapa Kris juga ikut
menghela nafas?. Akupun memalingkan wajah kebelakang dan melihat Kris
memasang wajah kesal.
“Waeyo hyung?” tanyaku bingung.
“Ish, kenapa matahrinya terbenam cepat
sekali sih. Kan aku jadi gak bisa memangku nae chagiya lama-lama.”
Gerutunya namun membuat pipiku memanas. Aigoo, namja ini terlalu
blak-blakkan.
Tiba-tiba, Kris mencubit pipiku dengan gemas. Aish, kenapa sih ini orang.
Akupun menepuk-nepuk tangannya yang mencubit pipiku membuatnya melepaskan cubitannya.
“Aigoo, neomu kyeopta!” ucap Kris membuat wajahku semakin memerah.
“Aku ini namja tau.” Elakku sambil menjitak pelan kening Kris.
“Mana ada namja seimut kamu coba?” goda
Kris membuat mukaku bertambah merah namun ini beda, aku sebenarnya
sedang menahan amarah yang sudah diubun-ubun.
“Aish, sesukamulah.” Ucapku lalu beranjak
bangkit dari pangkuan Kris, namun Kris sepertinya lebih cepat menarik
tanganku sehingga aku kehilangan keseimbangan dan jatuh kedalam
pelukannya. Dan lagi, muka kami sangat dekat, mungkin hanya berjarak
beberapa milimeter, dan entah kenapa, disaat Kris mulai menempelkan
bibirnya di bibirku, aku sama sekali tidak mengelak, dan ciuman kami
lama-lama semakin panas. Sampai akhirnya, kami melepaskannya karena
membutuhkan pasokan oksigen. Aku terengah-engah dan wajahku mulai
memanas, begitu juga dengan Kris. Suasana disini mulai canggung sampai
akhirnya kami memutuskan untuk kembali kekamar karena udara malam mulai
menusuk-nusuk kulit.
Selama perjalanan, kami hanya saling terdiam sampai akhirnya aku pun membuka pembicaraan.
“Hyung, kau mau janji tidak padaku?”
“Apa?”
“Kau harus selalu bersamaku sampai ajal menjemput salah satu diantara kita.”
“Oke.”
“Yaksok?”
“Yaksokhae.”
Kami pun berjalan menuju rumah sakit dan memasuki kamar masing-masing.
Sesampainya dikamar, aku segera naik ke
tempat tidur dan mataku menerawang keaatas. Bibirku menggumamkan
kata-kata ‘Saranghae’. Sampai akhirnya kata itu meluncur dengan
sendirinya.
“Saranghae, Kris Hyung.”
Buru-buru kututup mulutku berharap tidak
ada yang mendengarnya. Setelah beberapa menit, aku menghela nafas lega,
tapi masih ada satu hal yang menggajal fikiranku, saat ini saja aku bisa
mengatakannya, tapi kenapa jika didepan Kris Hyung aku tidak bisa?. Ya
Tuhan, tolong hambamu ini, berikanlah petunjuk untuk hubungan kami ini.
Kulirik jam didinding, ternyata sekarang sudah jam 8, saatnya makan malam, haish, malas sekali.
Suster yang biasa mengantarkan makanan
pun masuk kekamarku dan menaruh makanannya di meja dorong seperti biasa.
Ia tersenyum dan menanyadakan keadaanku, aku hanya menjawab seadanya,
disaat suster itu keluar, aku berfikir apakah senyuman dan pertanyaannya
itu hanya dipaksakan atau bagaimana. Haish, tidak baik memikirkan
seperti itu, akupun memakannya dan setelah selesai langsung minum obat
dan kembali membaringkan tubuhku dikasur.
Kulirik nakas disamping tempat tidurku,
disana ada sebuah frame photo yang berada photoku dengan Kris dan
sahabatku sekaligus mantan Kris, Tao. Namja itulah yang kutakutkan
sampai saat ini jika ia kembali dan mengambil Kris dariku. Sudah bagus
ia menghilang tanpa jejak, biar aku bisa memiliki Kris seutuhnya.
Terdengar egois tapi itulah yang akan dirasakan semua orang jika mantan
pacar pacarnya kembali dan merebut pacar mereka.
Aku sedikit menggeliat dan akhirnya
memutuskan untuk memejamkan mataku sambil berdoa supaya esok hari aku
masih bisa melihat indahnya bumi ini.
Keesokan harinya, aku terbangun karena
sinar matahari yang menerobos celah tirai dan mengenai wajahku.
Kuucek-ucek mataku sambil sesekali menguap sebelum berjalan kekamar
mandi. Kuambil beberapa helai pakaian rumah sakit dan aku berjalan
terseok-seok menuju kamar mandi. Seusai mandi, akupun melangkahkan
kakiku menuju taman, disana aku melihat Kris dengan seorang namja
bersurai kelam, aku tak dapat mengenalinya karena mereka membelakangiku,
tapi sepertinya aku merasa familiar dengan orang itu.
“Kris Hyung!” akhirnya aku putuskan untuk
memanggil Kris. Mereka berdua menoleh dan aku terkaget melihat wajah
namja itu, dia, dia Tao. Dan aku juga baru sadar, tangan mereka saling
bertautan. Hatiku berdenyut sakit namun berusaha kutahan sekuat tenaga
rasa sakit itu. Tao memandangku sambil tersenyum riang sedangkan Kris
menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Akupun menghampiri
mereka sambil tersenyum palsu. Tao tersenyum senang sambil memainkan
genggaman tangan mereka seperti memamerkannya padaku. Cih.
“Suho-ge, lihat kami sudah jadian lagi.”
Jleb. Perkataan Tao membuat hatiku serasa ditusuk berbagai jarum, sakit,
perih semua menjadi satu. Aku menatap Kris seakan meminta penjelasan,
Kris yang mengerti langsung melepas genggaman tangannya dengan Tao dan
mengajakku pergi menjauhi tempat itu. Setelah sosok Tao sudah tidak
kelihatan, kami pun berhenti di jalan yang aku tidak tahu ini jalan apa.
Sejenak kami terlarut dalam fikiran masing-masing sampai akhirnya Kris membuka pembicaraan,
“Mian, Suho-ah.”
“Ne, Gwaenchana.”
“Aku terpaksa melakukan hal ini karena kedua orang tuanya memaksaku.”
“….”
“Kata mereka, setelah putus dariku Tao seperti robot berjalan.”
“….”
“Ia sama sekali tidak mau makan sampai harus masuk rumah sakit beberapa kali.”
“….”
“Karena itu mereka memohon kepadaku untuk kembali kepadanya.”
“….”
“Tapi jujur saja, rasa cinta dan sayangku
hanya untukmu, Wo Ai Ni.” Ucap Kris sebelum berjalan meninggalkanku.
Bruk, dan seketika aku jatuh terduduk mendengar penuturan Kris, segitu
tersiksanya kah Tao setelah putus dari Kris?. Aku merasa aku menjadi
orang teregois didunia jika aku tetap mempertahankan Kris. Yah, mungkin
inilah petunjuk yang diberikan Tuhan, biarpun menyakitkan, tak apalah,
toh umurku sudah tinggal menghitung hari, jadi lebih baik Kris bersama
orang yang bisa menemaninya sampai akhir hayatnya daripada aku yang
belum tentu bisa melakukan hal itu.
Akupun berdiri dan berlari menuju rumah
sakit, tak kupedulikan tatapan orang-orang, yang kuinginkan hanyalah
masuk kamar dan menangis sepuasnya yang mungkin bisa mengurangi rasa
sakit ini.
_Skip Time_
Semakin hari keaadanku semakin memburuk.
Wajahku semakin pucat dan tubuhku semakin kurus. Kata dokter, kanker
otak semakin menggerogoti tubuhku, tapi biarlah, aku pergi duluan
daripada melihat kemesraan TaoRis yang sering terlihat oleh kedua
mataku.
Saat ini, Kris dan Tao sedang berada
dikamarku, mereka sedang menjengukku setelah mendengar ucapan dari
dokter. Mereka berdua menatapku dengan khawatir dan aku hanya bisa
tersenyum seadanya. Sejujurnya aku tidak suka dikhawatirkan orang lain,
itu malah membuatku semakin terlihat kasian dan seperti meminta belas
kasihan dari mereka. Motto keluargaku, ‘selama kau masih bisa
melakukannya sendiri, jangan sekali-sekali meminta tolong orang lain.’
Kami semua terdiam yang menciptakan
sebuah keheningan, dan entah kenapa, tanganku bergerak menggenggam
tangan Kris dengan sendirinya.
“Kris Hyung, terima kasih atas semua yang
pernah kau lakukan padaku, terima kasih sudah mau menerimaku menjadi
namjachingumu walaupun itu tidak berstatus jelas, Saranghae Kris Hyung.”
Tanganku pun bergerak menggenggam tangan Tao,
“Tolong jaga Kris Hyung jika kau
mencintainya, temani ia menjalani waktunya sampai ajal menjeputnya,
tolong cintai ia dengan tulus, kumohon, tolong gantikan posisiku
disampingnya.”
Tanganku pun bergerak mengelus pipi putih Kris,
“Wo Ai Ni, Kris Hyung.” Dan dengan
segenap kekuatan akupun mencium pipinya dan setelah itu dan yang
terakhir kulihat adalah cahaya yang menghisap jiwaku untuk dibawanya
kesuatu tempat.
Sekarang, Kim Joonmyun atau Suho sudah tidak didunia, tapi aku akan tetap berada disamping kalian selamanya.
END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar