Title: Pain deeper than love (part 4)
Author: Pink smile
Cast:
Cho Kyuhyun
Lee Eunmi (OC)
Genre: Drama
Rating: PG-15
Note:
This chapter need more focus and time to write. So, please forgive me for being late to post this chapter. Anyway, enjoy it!^^
See the previous part: part 1 – part 2 – part 3
—
Last edit by Yongwonhee -120806-
Eunmi POVAku masih bisa mendengar langkah seseorang diluar. Aku tahu dia tidak akan mungkin pergi semudah itu. Aku sangat mengenal Cho Kyuhyun. Tapi, aku lebih mengenal rumahku sendiri daripada dia.
Saat ini mungkin dia tidak tahu apa yang ku genggam. Bukanlah sebuah pisau yang kugunakan untuk mengancamnya. Aku sudah mengemasi barang-barangku. Sebentar lagi aku akan meninggalkan rumah ini. Bukan melalui pintu depan dan kembali melihat wajahnya, tapi melalui pintu belakang yang kurahasiakan dari siapapun.
Setelah berhasil keluar, aku mengunjungi pemilik rumah yang selama ini kutinggali.
“Selamat siang, bi,” sapaku.
Bibi Yoonhwa sedikit terkejut dengan kedatanganku. “Nak Eunmi, ada apa kemari? Dan kenapa kau membawa serta tasmu?” tanyanya cemas.
Aku tersenyum tipis. “Aku sudah memutuskan untuk pindah dari rumah itu, bi. Ini, kuserahkan kembali kunci rumahnya pada bibi,” ucapku sembari menyodorkan kunci rumahnya.
Bibi Yoonhwa terlihat enggan menerimanya. “Eh, tapi…”
“Tidak apa-apa. Selama ini aku sudah banyak merepotkan bibi. Maafkan aku, bi.” ucapku sambil menunduk.
“Aigoo! Untuk apa kau minta maaf? Aku sama sekali tidak repot!” balas bibi Yoonhwa.
“Terima kasih atas kebaikkan bibi selama ini padaku. Aku pergi dulu, bi.” pamitku.
“Eh tapi, kemana kau akan pergi?” tanya bibi Yoonhwa.
Aku terdiam sejenak. Aku sendiri juga tidak tahu kemana aku akan pergi.
***
Kakiku melangkah tak tentu arah. Hingga akhirnya aku berhenti didepan
sebuah pom bensin. Kakiku berhenti bukan tanpa alasan. Mataku
jelas-jelas melihat sebuah peluang yang tertempel di dinding pom bensin
itu. Ya, mereka sedang mencari petugas baru.Tanpa pikir panjang, aku bergegas menghampiri kantornya. Aku sangat berharap dapat diterima, karena setidaknya aku tidak luntang lantung di jalanan. Dan akhirnya doa ku terkabul. Pekerjaan apapun akan kuterima selama itu halal. Salah satunya menjadi petugas pom bensin.
Aku sudah siap di stasiunku dengan seragam baru. Aku cukup gugup karena ini baru pertama kalinya bagiku bekerja sebagai petugas pom. Dan ini hidup baruku. Sebelumnya, hidupku sudah gampang ditebak. Terperangkap dirumah Kyu dan hanya bercengkrama dengannya. Tapi sekarang? Tidak ada lagi Kyu yang diktator. Tidak ada lagi evil yang menindas hidupku. Seharusnya aku merasa bebas dan bahagia karena akhirnya aku dapat terlepas dari jeratannya. Tapi kenapa dadaku serasa sesak dan air mataku seakan-akan ingin keluar?
Kyuhyun POV
Matahari sudah terbenam sekarang. Di sekitarku sudah gelap dan aku masih berdiri disini. Hanya berjarak beberapa sentimeter dari pintu. Aku masih menunggumu untuk membukakanku pintu, Eunmi.
Udara musim dingin mulai merasuki tubuhku. Aku hanya memakai jaket tipis seadanya saat ini dan jika ini terus berlanjut, kurasa tubuhku akan menggigil kedinginan.
Tak mau hal itu terjadi, akhirnya aku lebih memilih berjongkok di depan pintu dan menghangatkan kedua telapak tanganku.
“Lee Eunmi, keluarlah. Aku ingin bicara denganmu. Di luar dingin sekali. Cepatlah keluar supaya aku bisa memelukmu.” gumamku. Entah dia dapat mendengarnya atau tidak, saat ini hanya itu yang terlintas di kepalaku.
Tak lama, aku mendengar suara langkah kaki. Bukan dari dalam rumah, tapi dari arah jalanan.
Aku berdiri dan melihat seorang ahjumma berjalan menghampiriku. Kami berdua sama-sama terkejut.
“Oh, apa yang kau lakukan disini, anak muda?” tanya bibi itu.
“Eh, aku… Aku sedang menunggu pemilik rumah ini keluar.” jawabku canggung.
“Hah? Pemilik rumah ini?” tanya bibi itu bingung.
“Ya. Lee Eunmi, pemilik rumah ini.” jawabku.
“Pemilik rumah ini sudah pergi. Lee Eunmi sudah tidak tinggal disini lagi.” kata bibi itu.
“Mwo?” tanyaku terkejut. “Benarkah?”
“Iya.” jawab bibi itu yakin.
Tidak. Itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin dia bisa keluar kalau aku terus menunggunya di depan pintu?
“Tidak. Aku tidak percaya,” gumamku. “Lee Eunmi, keluarlah! Aku tahu kau ada di dalam! Keluarlah!” seruku berulang-ulang sambil menggedor pintu rumahnya dengan sangat keras.
“Omo, apa yang kau lakukan? Kau bisa merusak pintunya! Di dalam memang sudah tidak ada orang!” seru bibi itu.
“Biarkan aku masuk,” ucapku sambil mencengkram kedua lengan bibi itu.
Sontak bibi itu terkejut. “Ti, ti, tidak bisa,” gumamnya ketakutan.
“Cepat berikan!” seruku tak sabar. Tapi bibi itu tetap menolak.
Aku berpikir keras. Dan tatapanku tertuju pada papan iklan yang dipegang bibi itu.
“Ahjuma, kau berencana menjual rumah ini? Kalau begitu, aku yang akan pertama kali membelinya. Ini,” ucapku sambil memberi bibi itu sejumlah uang. “Tidak perlu menghitungnya. Berikan saja kuncinya padaku.”
Bibi itu terlihat kebingungan. Kuharap tehnikku ini berhasil. Aku hanya membutuhkan kunci itu.
“Baiklah. Ambil ini.” akhirnya bibi itu memberikan kuncinya padaku.
Dengan tangan bergetar aku berusaha membuka pintunya. Kumohon, biarkan dia tetap di dalam rumah. Jangan sampai yang diucapkan bibi itu benar. Dia tidak boleh menghilang!
“Sialan!” makiku dalam hati. Kenapa tanganku bergetar begitu hebatnya? Tidak biasanya aku segelisah ini. Keringat pun mengucur deras dari keningku.
Dengan susah payah akhirnya pintu terbuka. Dan semua yang kukhawatirkan benar-benar terjadi. Rumah yang ternyata hanya berukuran kecil itu sudah kosong melompong. Tidak ada si bodoh Eunmi di dalam. Gawat, bagaimana ini?
Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Bagaimana mungkin dia bisa lolos dari pengawasanku?
Tidak ada cara lain selain mencarinya ke seluruh penjuru Seoul. Sambil mengendarai mobilku, aku mengerahkan seluruh orang suruhanku untuk mencari Eunmi. Sebelumnya, aku sudah bertanya pada ahjumma itu tentang kepergian Eunmi. Tapi hasilnya nihil.
“Sial!” makiku kesal sambil memukul dengan keras setiran mobil. Aku benar-benar frustasi saat ini. Dengan informasi yang sangat minim, aku tidak tahu kemana dia pergi. Kuharap aku menemukannya. Ani, aku pasti akan menemukannya. Aku tidak akan membiarkan hal yang paling kutakuti terjadi karena aku Cho Kyuhyun. Aku tidak mau kehilanganmu, Eunmi.
Eunmi POV
Menjelang malam, aku baru kembali dapat merasakan yang namanya lelah luar biasa sehabis bekerja. Hidup bersama Kyu ternyata membawa dampak buruk bagiku. Ia membuatku lupa akan lelahnya sehabis bekerja. Otot-ototku sudah terlanjur kaku dibuatnya.
Hari ini pom bensin ramai sekali. Pengunjungnya pun beraneka ragam. Mulai dari yang ramah, hingga galak. Hhh, apa ini yang dinamakan susahnya mencari nafkah bagi seorang petugas pom bensin? Cho Kyuhyun, apa kau pernah merasakan susahnya mencari nafkah?
Aku menyeka keringatku sembari istirahat. Aku jadi teringat dengan Kyu setiap ada pengunjung yang cerewet ataupun galak. Di keramaian tadi aku bisa melupakanmu sejenak. Tapi, kenapa kini kau muncul kembali dikepalaku?
Aku mengingat kembali kenanganku bersamanya. Baik kenangan indah maupun menyedihkan. Dan menurutku, dia memang dilahirkan untuk tidak pernah merasakan yang namanya penderitaan.
Tiba-tiba air mataku mengalir. Semakin lama semakin deras. Baru beberapa jam, belum ada satu hari aku hidup tanpa Kyu. Tapi kenapa aku merasa benar-benar sendiri seperti sudah bertahun-tahun lamanya? Mengapa kau begitu berpengaruh dalam hidupku? Kapan aku bisa lepas darimu? Apakah aku bisa menghindarimu?
Jika beberapa bulan yang lalu aku tidak pernah bertemu dengan Kyu, mungkin aku bisa dengan mudah melupakannya. Tapi sekarang semua terlambat. Kyu sudah terlalu melekat padaku.
Aku berusaha tegar dan menyeka air mataku. Tidak ada gunanya menangis. Sekarang aku hanya perlu menikmati waktu yang kumiliki untuk lepas dari Kyu. Karena cepat atau lambat dia pasti akan segera menemukanku.
Tepat ketika aku selesai menyeka air mataku, datang sebuah mobil yang berhenti dengan mendadak di hadapanku. Aku mendengar pintu mobil dibuka dan aku pun mendongak.
“Selamat dat…” kata-kataku terputus. Lidahku serasa beku begitu melihat orang yang sedang berdiri di depanku saat ini. Apa yang kubilang tadi baru saja terjadi. Belum ada genap sehari, aku kembali bertemu dengannya.
Mata kami sama-sama bertemu. Dan sedetik kemudian, dia langsung menarikku kedalam pelukannya.
Air mataku kembali memaksa keluar. Tapi aku tidak boleh menangis dihadapannya. “Lepaskan aku,” lirihku dengan suara bergetar.
Tapi dia tidak menjawab maupun melepaskanku. “Cho Kyuhyun, kubilang lepaskan aku!” ucapku dengan susah payah.
“Biarkan aku memelukmu sejenak. Aku hampir gila karena tidak melihatmu dan mendengar suaramu hari ini.” gumamnya.
“Hentikan omong kosongmu!” seruku.
“Kau yang berhenti!” balasnya tak mau kalah. “Aku tahu kau pasti ingin menangis kan saat ini?”
Kekesalanku kembali memuncak. Aku benci jika dia berhasil menebak perasaanku.
Aku menarik badanku menjauh darinya dan bergegas pergi. Tapi dia menarik lenganku. “Lepaskan aku!” seruku.
Sebelum dia sempat membalas, atasanku datang dengan tatapan bingung. “Yaa, ada apa ini?”
“Eh,tidak,” aku ingin menengahi. Tapi lagi-lagi keduluan olehnya.
“Yaa, apa kau pemilik pom ini?” tanya Kyu dengan angkuhnya.
“Ya.” jawab atasanku sambil menatap Kyu aneh.
“Kalau begitu, segera pecat dia,” ucapnya sambil menunjukku. “Kau tidak perlu membayar gajinya karena dia sebenarnya bekerja denganku. Ayo!” ajaknya sambil menarikku masuk kedalam mobilnya.
“Yaa, apa-apaan kau ini?” tanyaku enggan.
Tapi dia tidak menjawab dan hanya menjalankan mobilnya meninggalkan atasanku yang masih terdiam melongo.
“Yaa, kau tidak bisa menarikku seenaknya. Setidaknya aku harus melepaskan seragam ini.” ucapku sambil menunjuk baju petugas pom bensin yang masih melekat di badanku.
Tak lama Kyu menghentikan mobilnya di depan sebuah butik. Kemana-mana dia selalu menarik tanganku seakan-akan aku hewan peliharaan yang bisa ditarik seenaknya kemana saja.
Setelah masuk, Kyu mengambil acak baju-baju yang ada di butik itu lalu menyodorkannya padaku.
“Ganti bajumu.” ucapnya sambil mendorongku masuk ke kamar pas.
Aku pun menurut dengan terpaksa. Setelah berganti baju, dia merampas seragam pom bensin milikku dan membuangnya di tong sampah yang ada didepan butik.
“Yaa!” seruku berusaha mengambil kembali seragam tersebut.
“Lupakan!” cegah Kyu sambil menarikku pergi.
“Yaa, kapan kau akan berhenti memperlakukanku seperti ini?” tanyaku.
Tapi dia tetap menyetir dengan tenangnya.
“Kau mau membawaku kemana?” tanyaku. Dan lagi-lagi tidak digubrisnya. “Yaa, turunkan aku!” seruku sambil menggedor pintu mobilnya.
“Diam. Kau bisa merusak mobil ini.” ucapnya.
“Tidak mau. Aku mau kau menurunkanku sekarang!” seruku sambil meronta-ronta.
“Yaa!” seru Kyu panik.
Tak lama dia kembali menepikan mobilnya.
“Bisakah kau diam sejenak?” tanyanya kesal.
Inilah kesempatanku untuk lari darinya. Dengan cepat aku membuka pintu mobil dan kabur.
“Yaa!” aku mendengar Kyu berseru memanggilku. Tapi aku tidak peduli. Yang kutahu sekarang adalah menghilang dari hadapannya.
“Yaa!” aku menoleh kebelakang dan Kyu terlihat mengejarku. Karena itu, aku semakin mempercepat langkahku hingga tidak melihat jalan yang di depan. Hampir saja sebuah mobil melindas tubuhku jika saja tidak ada yang menarikku dari belakang.
Aku memejamkan mataku sekuat mungkin dan hanya mendengar bunyi klakson mobil yang keras dan panjang. Jantungku berpacu cepat. Aku baru saja berhadapan dengan bahaya. Betapa beruntungnya aku. Semua ini berkat…
“Kau tidak apa-apa? Kau ini sungguh bodoh hah sampai-sampai tidak bisa berjalan dengan benar?”
Omelan yang keluar dari mulut orang itu lagi. Kenapa harus dia yang menolongku?
Aku melepaskan kedua tangan Kyu yang melingkar di badanku dan berjalan kembali tanpa memperdulikannya.
“Yaa, berhenti!” cegahnya. Tapi aku tetap tidak akan berhenti. “Yaa, kubilang berhenti!” serunya sambil mengejarku dan hendak menarik lenganku lagi. Tapi aku menggagalkannya.
“Jika kau tidak mau menjadi gila dan masih mau melihatku, kau boleh mengikutiku. Tapi jangan pernah menarik tanganku lagi.” ucapku.
Tak ada balasan dari Kyu. Tapi sepertinya dia mengikutiku dari belakang.
Kyuhyun POV
“Jika kau tidak mau menjadi gila dan masih mau melihatku, kau boleh mengikutiku. Tapi jangan pernah menarik tanganku lagi.”
Baiklah. Jika itu maumu. Aku akan mengikutimu kemana saja selama kau tidak menghilang lagi. Baik! Kali ini aku akan mengikuti permainanmu, Lee Eunmi.
Dengan kesal aku mengikutinya dari belakang. Aku tidak tahu kemana dia akan pergi. Tapi sepertinya dia menuju kearah stasiun kereta api. Apa yang akan dia lakukan? Dia mau kemana? Apakah dia mau keluar kota? Tapi, uang darimana?
Akhirnya dugaanku tepat. Dia menuju stasiun kereta api. Hha, benar-benar. Apa yang sedang ada di otaknya saat ini? Aku sangat penasaran dan hampir saja menarik kembali lengannya jika aku tidak mengingat ucapannya tadi.
Sesampainya di dalam stasiun, si bodoh itu menatap ke sekeliling. Saat itu stasiun sudah mulai sepi. Wajar saja, sekarang sudah hampir tengah malam. Dan hal yang membuatku terkejut adalah, tiba-tiba saja si bodoh Eunmi berbaring di atas kursi terminal stasiun.
“Yaa,” Aku tahu aku telat untuk mencegah.
“Berhenti. Jaga jarak denganku.” ucapnya menghentikan langkahku yang hendak menghampirinya.
“Mwo?” tanyaku. Tapi tidak dibalasnya.
Dengan kesal aku menurutinya. Jarak antara kami kira-kira satu meter. Dan beberapa menit kemudian, tidak terlihat ada pergerakan darinya. Apakah dia sudah tertidur? Benar-benar tertidur??
Karena penasaran, aku pun mendekatinya. Jika ia belum tidur, dia akan menyadari kehadiranku dan kembali mencegahku. Tapi, ketika aku benar-benar tiba didepannya, dia sama sekali tidak bergerak.
“Cih, apa secepat ini dia tertidur?” gumamku. Aku tidak berani menyentuhnya karena takut dia akan terbangun.
Namun, udara malam musim dingin mulai terasa dan sialnya tidak ada kain yang dapat menutupi badannya. Akhirnya aku melepas jaketku dan menyelimutinya.
“Eunmi-ah, akhirnya aku dapat kembali menikmati momen ini. Momen dimana aku bisa melihatmu tertidur pulas,” gumamku dalam hati. “Tapi kenapa wajahmu terlihat lelah sekali? Ah, pasti karena pekerjaanmu.”
Hhh, kita baru terpisah beberapa jam tapi penderitaanmu seakan-akan sudah bertahun-tahun. Bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu?
Eunmi POV
Mataku perlahan membuka. Aku sudah dapat menghirup udara matahari pagi. Tapi, kenapa aroma tubuh Kyu juga tercium sangat jelas?
Aku mendongak dan menatap jaket yang menyelimutiku. Ah, pantas saja. Jaket ini penyebab Kyu seakan-akan berada dekat denganku. Tapi, bagaimana bisa jaket ini ada padaku? Tidak mungkin kan dia…
Aku menoleh ke kanan dan terkejut menatap Kyu masih ada disana. Sungguh sulit dipercaya dia masih menungguku disini.
“Hhh, dia tidak mungkin mendengar kata-kataku,” gumamku sambil menatap jaketnya. Aku sudah memintanya untuk menjaga jarak. Tapi dia tetap saja mendekatiku dan mencoba menyelimutiku dengan jaket ini.
Aku menatap wajahnya yang kini tertidur pulas sambil duduk di lantai. Sepertinya dia tidak dapat menahan kantuknya dan mau tidak mau tidur di tempat seperti ini. Benar-benar bukan seperti Cho Kyuhyun.
Mumpung stasiun masih sepi, aku berencana untuk kabur lagi darinya. Kuharap kali ini dia tidak terlalu cepat menemukanku. Karena, aku memang bertekad untuk melupakannya.
Kyuhyun POV
Suara-suara bising benar-benar mengganggu tidurku. Kenapa mimpiku sangat buruk hari ini?
Aku membuka mata dan terkejut ketika melihat segerombolan orang berlalu lalang di hadapanku.
“Yaa, dimana ini? Apa yang kulakukan disini?” pikirku.
Aku langsung teringat dengannya begitu menyadari stasiun kereta api. Tapi, ketika aku menoleh ke kursi, si bodoh Eunmi sudah tidak ada disana.
Haiisssh! Dia pasti sudah menghilang lagi!
Eunmi POV
Kali ini aku harus kemana lagi? Kuharap aku menemukan tempat yang tidak mudah diketahuinya. Aku lelah jika harus kabur dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk menghindarinya.
Tapi, ketika berjalan, tiba-tiba seseorang membekapku dari belakang dengan saputangan yang sudah diberi obat bius. Aku mencoba meronta-ronta. Tapi lama kelamaan kesadaranku mulai menghilang dan akhirnya aku benar-benar terlelap.
***
Aku mulai sadarkan diri. Tapi kini mataku ditutup kain hitam dan
tanganku diikat. Lalu aku dituntun ke sebuah tempat. Setelah sampai,
barulah penutup mata dan ikatan tanganku dilepas. Aku menatap ke
sekelilingku. Sepertinya aku sedang berada di arena balap mobil. Dan
ketika aku menoleh ke samping, tak jauh dariku berdiri sosok orang yang
sangat kukenal.“Kau! Kau yang melakukan ini padaku? Kau yang menculikku?” tanyaku kesal dan tak habis pikir.
Tatapan Cho Kyuhyun terlihat serius. “Aku terpaksa melakukannya.”
Aku mendengus. “Konyol.”
“Aku serius. Hari ini kita akan membereskan semuanya,”
“Membereskan apanya?” tanyaku bingung.
“Aku akan mengendarai mobil ini dengan kecepatan penuh ke arah dinding yang di belakangnya penuh dengan pipa tajam. Jika kau benar-benar masih ingin bersamaku, hentikan aku sebelum mobil benar-benar menabrak dinding itu. Tapi, jika kau benar-benar sudah tidak ingin melihatku lagi,” dia berhenti sejenak. “Biarkan aku mati.”
“Mwo?” Sungguh, aku cukup terkejut mendengar ucapannya. “Yaa, kau serius?”
“Aku serius.” jawabnya sambil masuk kedalam mobil.
“Tapi, kenapa?” tanyaku sambil menghampirinya.
“Karena aku juga lelah meyakinkanmu. Lebih baik aku mati jika melihatmu pergi dariku, Lee Eunmi.”
Aku tertegun mendengar jawabannya.
Dan ketika mesin mobil sudah menderu-deru, dia berkata, “Waktumu tidaklah banyak.”
Lalu mobilnya melaju pergi.
Omo, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Kali ini dia benar-benar serius! Aduh, bagaimana ini? Kenapa dia suka sekali membuatku dibawah tekanan?
Aku menggigit bibirku frustasi. Mobilnya sudah melaju setengah jalan. Aku harus secepat mungkin mengambil keputusan! Tapi apa?
Ketika mataku melihat mobilnya tinggal berjarak beberapa senti lagi, mulutku tiba-tiba berteriak, “STOOPPP!!”
To be continued…
[Spoiler]: Next chapter is the end. Hope it’ll be the best end that all want. Keep support me!^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar