Pengikut

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pain deeper than love (part 3)


Title : Pain deeper than love (part 3)
Author: Pink smile
Genre : Romance, Drama
Lenght : Chapter
Rating : PG 15
Cast :
Cho Kyuhyun
Lee Eunmi (OC)
Disclaimer: It’s just pure fiction. I’ve just put what I’ve in my head. The plot is MINE and no PLAGIATOR please.
Note:
Finally the longer story has been writen! Enjoy it, guys. And don’t forget to leave your comments to help my progress for the next chapter ;) Happy reading! :D
See the previous chapter: part 1part 2

Last edit by thecuties -290712-


Eunmi POV
Aku terduduk begitu merasakan sinar matahari mengenai badanku.
Omo, tadi malam aku bermimpi indah sekali. Walaupun sekujur badanku terasa sakit, tapi ada Kyu yang memelukku dan seakan-akan menjadi obat yang berhasil menghilangkan segala nyeri-nyeri di otot.
“Wah, benar-benar mimpi yang indah!” gumamku sambil menguap. “Tapi, di mana ini? Kenapa aku bisa tidur di ranjang empuk?” tanyaku dalam hati sambil menepuk ranjang empuk di bawahku.
“Apa kau memimpikanku?”
Omo, suara itu!
Aku menoleh ke kanan dan benar saja. Si pangeran berdarah dingin itu sudah duduk di kursi tak jauh dariku dengan santai sambil membaca koran.
Kyuhyun POV
Yaa, kenapa kau bisa ada di sini?” tanyanya spontan.
Ck, si bodoh ini. Apa dia masih bermimpi?
Aku menatapnya dari atas koran. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu.”
Mwo?” tanyanya tak mengerti. Lalu dia menatap ke sekitar dan seketika itu juga tersadar kalau sekarang dia berada di rumahku.
“Wah, pantas aku bisa mimpi indah,” gumamnya takjub.
Aku mendengus mendengarnya.
Sadar akan kesalahannya, akhirnya dia pun turun dari ranjang dan menunduk minta maaf di hadapanku lalu bergegas pergi.
“Eits!” Tapi aku mencegahnya. “Kau ini seperti minta maaf kepada menteri saja. Untuk apa minta maaf? Aku memang sengaja melakukan ini padamu.”
Mwo?
Tiba-tiba keisenganku kembali muncul. Aku mendekatinya sehingga ia terduduk kembali di atas ranjang.
Yaa ,apa yang kau,” kata-katanya terputus ketika aku mendekatkan wajahku.
“Kau tahu? Aku sangat senang sekali ketika tahu akhirnya aku berhasil membuatmu kembali menginap di rumahku. Aku jadi bisa mengamatimu tidur,” bisikku jahil. “Membelai rambutmu,” lanjutku sambil membelai rambutnya.
Yaa, jangan coba-coba,” gumamnya gugup.
“Mengelus pipimu,” gumamku sambil mengelus pipinya. Seperti biasa, pipi si bodoh Eunmi akan lebih cepat memerah.
Stop!” serunya sambil berdiri dan mendorongku menjauh darinya. “Yaa Cho Kyuhyun, kau benar-benar brengsek! Apa yang telah kau lakukan padaku semalam, hah? Jawab!” serunya sambil memukul-mukuliku dengan wajah memerah.
Aku masih tidak bereaksi dan lebih memilih tersenyum puas karena aku berhasil membuatnya gugup dan malu. Dan walaupun si bodoh ini tahu senyum khasku, dia tetap saja memukuliku. “Dasar kau kurang ajar! Tanggung jawab jika sesuatu terjadi padaku!”
Ck. Dasar norak! Bodoh. Aku tidak mungkin melakukannya. Sudah, hentikan,” balasku tak terima sambil menarik kedua tangannya. “Temani aku sarapan. Dari tadi aku sudah kelaparan menunggumu bangun,” ucapku sambil menariknya ke luar dari kamar.
“Benarkah? Ah, seharusnya aku tidur lebih lama lagi biar kau mati kelaparan!” timpalnya.
“Oh, ya? Coba saja kalau berani,” balasku.
Walaupun aku sering bertindak seenaknya pada Eunmi, tapi sampai detik ini aku memang sama sekali belum pernah menyentuhnya. Itu salah satu pantangan terberatku. Aku bahkan belum pernah menciumnya. Aku akan mencoba bersabar hingga hubungan kami telah benar-benar resmi. Oleh sebab itu, aku tidak akan pernah melepaskanmu Lee Eunmi.
Pagi ini aku senang sekali bisa melihat si bodoh berada di sisiku. Duduk bersama di meja makan menikmati sarapan. Ah, benar-benar menyenangkan…
Yaa, buatkan aku sandwhich,” perintah pertamaku hari ini untuk si bodoh Eunmi.
Mwo? Sandwhich?” tanyanya dengan wajah polos, wajah yang selalu membuatku ingin mencubit pipinya.
“Iya. Sandwhich. Kau tidak tahu?”
Dia menggeleng.
“Ya, ampun. Di dunia ini makanan apa saja yang kau ketahui?”
“Ramen!” jawabnya spontan. “Aha, aku masakkan kau ramen saja! Aku juga biasa makan ramen untuk sarapan.”
Ck,” aku mendengus. “Memangnya aku sepertimu? Tiap pagi kau sarapan ramen. Pantas saja otakmu bodoh!”
“Ah, aku mau ramen!” Eunmi tetap bersikeras.
“Tidak! Tidak! Berhenti makan ramen. Aku akan membuatkan sandwhich untuk kita berdua.”
“Ah, benarkah?Asik!” serunya gembira.
Aku tidak bisa menutupi senyumku. Walaupun aku harus mengalah, demi melihat senyum indahnya aku pun rela. Aku tidak akan pernah membiarkan dia memakan ramen busuk itu lagi.
Setelah selesai membuat sandwhich, aku dan Eunmi sarapan bersama di taman. Senyum kami berdua tidak pernah hilang. Si bodoh itu juga berulang kali memuji sandwhich buatanku.
Tapi tiba-tiba seekor lebah mendekatinya. Sontak dia terkejut dan berusaha menghindar. Aku langsung melupakan sandwhichku dan menariknya ke dalam pelukanku sambil berusaha mengusir lebah sialan yang selalu ditakuti Eunmi.
Setelah lebah itu pergi, aku langsung mengecek kondisi Eunmi. “Kau tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa,” gumamnya lemah.
Waktu kecil, Eunmi pernah di sengat lebah hingga membengkak. Oleh karena itu ia trauma dan sampai sekarang takut dengan hewan satu itu.
Setelah cukup tenang, aku tidak pernah meninggalkannya. Aku terus memandanginya khawatir. Takut sesuatu terjadi padanya karena dari tadi dia hanya terdiam memegang cangkir teh yang kuberikan.
Yaa, kau benar-benar tidak apa-apa?” tanyaku lagi.
Dan dia pun mengangguk.
“Bicaralah. Kenapa kau tiba-tiba jadi aneh setelah kejadian tadi? Ini seperti bukan dirimu. Diam sangat tidak cocok denganmu. Biasanya kau selalu meneriakiku. Ah, rumahku tiba-tiba menjadi sepi,” ocehku berusaha menghiburnya.
Tiba-tiba dia berkata, “Sebenarnya, ada satu pertanyaan yang dari dulu ingin kutanyakan padamu.”
“Apa itu?”
“Kau tidak pernah tahu yang namanya rasa takut karena memang tidak ada yang kau takuti, ya kan?” tanyanya.
Aku terdiam sejenak memikirkan arah pertanyaannya.
“Apa benar tidak ada satu hal pun yang kau takuti di dunia ini?” tanyanya lagi.
Pertanyaannya kali ini benar-benar mampu membuatku tertegun sejenak. Sebenarnya, ada satu hal yang paling kutakuti, yaitu kehilanganmu, Eunmi. Tapi, aku tidak bisa mengatakannya karena aku Cho Kyuhyun. Aku punya alasan tersendiri untuk tidak memberitahumu.
“Tidak,” jawabku. “Tidak ada yang kutakuti.”
“Benar-benar tidak ada?” tanyanya tak percaya.
Aku pun mengangguk dengan yakin.  ”Kenapa? Kau begitu ingin tahu jawabanku?”
“Tidak,” jawabnya. Padahal aku tahu, dia pasti sangat ingin tahu jawabannya.
“Huh, kau mencoba mencari tahu kelemahanku, kan?” tanyaku. “Lagipula, kalau pun ada hal yang kutakuti, aku tidak akan memberitahumu. Dasar bodoh.”
“Yah, aku memang bodoh,” gumamnya sambil mengangguk-angguk. “Dan kau begitu sempurna. Dilahirkan tanpa pernah takut terhadap apapun baik itu hewan buas, kedua orang tuamu, bahkan Tuhan dan kematian. Hidupmu benar-benar bahagia.”
Aku hanya tersenyum tipis. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba dia menjadi begitu sensitif seperti ini?
“Tapi aku akan lebih bahagia lagi jika kau bisa menjadi milikku seutuhnya. Selalu ada di sisiku. Setiap bangun pagi selalu melihatmu, begitu pula sebelum tidur. Aku ingin hidup denganmu,” ucapku sambil memeluknya dari belakang.
“Boleh aku tanya mengapa?” tanyanya.
“Karena kau memang tercipta untukku.”
Dia terperangah. “Memangnya kau tahu darimana?”
“Karena aku pintar,” jawabku iseng.
“Cih, memangnya Tuhan memberimu rumus apa sampai-sampai kau bisa mengetahuinya?”
“Itu rahasia. Sudahlah, kau hanya perlu bersyukur. Bersyukur karena memilikiku. Itupun sudah cukup.”
***
Eunmi POV
Belakangan ini hubunganku dengan Kyu sedikit membaik. Ketika kami berdua memutuskan untuk saling melunak, Kyu ternyata sudah mulai tidak terlalu kasar padaku. Seperti pagi ini. Tidak ada lagi telepon darurat dari Kyu.
Sekarang aku sudah berhenti kuliah. Itupun karena Kyu yang memaksa. Dia tidak tahan melihatku diperlakukan tidak benar di sana. Dan kalian tahu? Kyu menyuruh orang untuk membakar sebagian kampus dan membuat rating kampus hancur. Alhasil, penerimaan mahasiswa baru benar-benar berkurang drastis. Cho Kyuhyun benar-benar mengerikan, bukan?
Mian, pagi ini aku tidak bisa menjemputmu. Tapi setelah kelas berakhir aku langsung ke rumahmu. Jangan coba pergi ke mana-mana!” pesan dari Kyu. Selalu saja ada ancaman di belakangnya. Sepertinya pagi ini dia ada kuliah. Ah, pangeran berdarah dinginku sekarang berada di kampus…
Oh iya! Aku baru teringat sesuatu!
Aku pernah membawa pulang buku kuliah Kyu. Aku harus mengembalikannya segera. Siapa tahu dia memerlukannya. Tapi, dia melarangku untuk pergi ke kampusnya. Ah, bagaimana ini?
Setelah berpikir sejenak, kurasa tidak ada salahnya mengunjunginya di kampusnya. Kebetulan aku belum pernah melihatnya. Kira-kira seperti apakah kampusnya? Bagaimana Kyu kalau sedang belajar?
Aku pun bertanya pada pelayan di rumah Kyu dan akhirnya aku berhasil mendapatkan alamatnya.
Ternyata Kyu kuliah di Seoul University. Universitas terbesar dan terbaik di Seoul. Aku baru pertama kali mengunjunginya dan benar-benar takjub melihat gedung megah di hadapanku saat ini. Wah, selama ini aku benar-benar tidak tahu kalau ternyata pacarku menuntut ilmu di sini. Benar-benar memalukan!
Aku melangkah memasuki halamannya dan tanpa mencari, aku menemukan sosok evil Kyu. Dia menenteng bukunya sambil menuruni tangga dengan tak sabar. Wajahnya sangat tidak bisa ditebak. Aku hendak menghampirinya. Tapi…
Oppa, apa siang ini kau ada acara?” tanya tiga wanita cantik yang saat ini sedang mengelilingi Kyu.
Oppa? Aku benar-benar tidak salah dengar, kan? Ketiga wanita itu memanggil Kyu dengan sebutan ‘Oppa‘ dan mereka dengan beraninya menggandeng lengan Kyu.
Tanpa sadar, perlahan tapi pasti kakiku melangkah menghampiri mereka. Tatapanku tak berpaling dari Kyu.
Kyu yang tadinya sibuk dengan tiga wanita itu akhirnya menyadari kehadiranku. Dia terlihat cukup shock dan terkejut.
Yaa, sedang apa kau di sini?” tanyanya sambil menghampiriku dan mengesampingkan tiga wanita itu. Tatapannya benar-benar serius.
“Aku…” gumamku terbata-bata. Ayolah Eunmi, kenapa otakmu tiba-tiba berhenti berjalan?
“Apa kau lupa kalau aku melarangmu untuk ke sini?” tanyanya galak sambil mencengkram lenganku.
Astaga, apa aku telah melakukan kesalahan besar? Kyu terlihat benar-benar murka. Aku jadi takut. Dia berubah. Dia tidak seperti Kyu yang kukenal.
“Aa-aku cuma mau mengembalikan bukumu,” gumamku terbata-bata.
“Buku?” tanyanya sambil menatap buku yang kusodorkan. “Hanya karena buku kau rela datang kemari? Dasar bodoh! Pulang sekarang!”
Aku cukup terkejut mendengar perkataan Kyu barusan. Tapi kakiku terasa berat untuk digerakkan.
Tiba-tiba ketiga wanita itu kembali menghampiri Kyu.
Oppa, ada apa? Siapa dia?” tanya mereka sambil menunjukku dan menatapku aneh.
Kyu menoleh dan berkata, “Ah, tidak. Dia bukan siapa-siapa.”
Mwo?
Aku menatap Kyu dan dia balik menatapku.
“Cepat pergi!” serunya dengan nada mengusir.
Aku benar-benar tertegun.
“Hei, itu kan Cho Kyuhyun?”
“Sedang apa dia dengan gadis miskin itu?”
Aku dan Kyu menoleh ke arah orang-orang itu.
Gadis miskin? Apakah penampilanku seburuk itu? Tanpa sadar kedua tanganku mengepal untuk menahan rasa sakit akibat celaan mereka tadi dan mencoba mengubur kegelisahanku.
Kyu tahu apa yang kurasakan sekarang. Tapi wajahnya tetap tidak berubah. Jauh lebih merasa terganggu dengan kehadiranku.
“Apa kau tuli, hah? Cepat pergi dari hadapanku, bodoh.”
Ketiga wanita itu sontak tertawa. Bahkan Kyu juga ikut menyeringai. Apa-apaan ini? Apa dia mencoba mempermalukanku di depan teman-temannya?
Yaa, sedang apa wanita ini menghampirimu? Apa dia tipemu, hah?” tanya seorang teman pria Kyu sambil merangkul pundaknya dengan akrab.
Kyu mendengus. “Tipeku? Dia sangat jauh dari tipeku. Wanita miskin sepertinya tidak akan pernah menjadi tipeku.”
Mwo?” tanyaku tak percaya. “Yaa Cho Kyuhyun, apa yang sedang kau pikirkan?”
“Hmm, sepertinya kalian saling kenal. Yaa, sebenarnya ada hubungan apa antara kau dengan wanita ini? Apa dia pacarmu?” tanya pria itu.
Omo, pacar?”
“Cho Kyuhyun punya pacar?”
Aku mendengar gumaman orang-orang yang semakin mendekat. Kyu terlihat semakin gelisah. Begitu pula aku.
Oppa, apa benar dia pacarmu?” tanya salah satu wanita.
Aku dan semua orang disekeliling Kyu menunggu jawaban yang keluar dari mulutnya. Dan, jawabannya adalah…
“Bukan. Wanita miskin dan rendah sepertinya mana mungkin menjadi pacarku.”
Hatiku serasa kembali tertusuk. Luka-luka lama yang sudah hampir sembuh kembali tergores ketika aku mendengar pernyataan Kyu. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal tersebut? Cho Kyuhyun, kali ini kau benar-benar melukai perasaanku.
Tanpa sadar, tanganku mengayun dan mendarat di pipi Kyu dengan cukup keras. Dan orang-orang di sekitar kami langsung terkejut. Kurasa itu cukup untuk memberinya hukuman. Ternyata ini alasan mengapa selama ini dia melarangku untuk datang ke kampusnya. Dia hanya berniat mempermalukanku di depan teman-temannya. Atau, karena aku yang terlalu rendah sehingga tidak pantas dengannya dan hanya membuatnya malu di depan teman-temannya. Kini aku mengerti.
Nappun neom,” gumamku dengan suara bergetar. Tanpa pikir panjang aku langsung pergi dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi.
Aku tahu dia kejam. Tapi aku tidak tahu kalau dia akan bertindak sejauh ini. Lalu, apa arti dari hubungan kami selama ini? Apa dia memang hanya berniat mempermainkanku yang bodoh ini? Jika iya, dia berhasil.
Kyuhyun POV
Aku tidak bisa bernafas. Selama dia ada di hadapanku, aku menahan nafasku. Setelah dia benar-benar pergi, dadaku terasa sesak. Kenapa hari ini harus terjadi?
Dengan langkah cepat aku masuk ke mobilku. Meninggalkan semua keributan yang terjadi di kampus dan melaju mengejarnya.
“Lee Eunmi, bertahanlah,” gumamaku. Aku tahu hatinya pasti sakit sekali saat ini. Aku juga tahu kata-kataku sudah benar-benar kelewatan tadi. Tapi itu semua ada alasannya. Dan sekarang aku ingin menjelaskan hal ini padanya.
Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan penuh. Setiap mobil yang menghalangiku akan aku klakson sekencang mungkin. Kau tidak tahu kalau sekarang Cho Kyuhyun telah berubah menjadi setan jalanan.
Aku tiba di rumah Eunmi dan langsung memarkir mobilku dengan sembarang. Terserah jika orang akan terganggu atau menabrak mobil itu hingga hancur pun aku tidak peduli.
“Lee Eunmi, buka pintunya!” seruku sambil menggedor sekeras mungkin pintu rumahnya. “Lee Eunmi, keluarlah!”
Di satu sisi aku merasa marah dan kesal. Tapi di sisi lain, aku merasa gugup dan gelisah. Seakan-akan ada suatu bahaya yang menghadangku. Apakah ini yang namanya rasa takut? Jika iya, aku benar-benar tidak mau hal yang kutakuti menjadi kenyataan.
“Aku tahu kau di dalam. Kalau kau tidak segera keluar, aku akan.”
“Peraturan nomor dua,” akhirnya aku kembali bisa mendengar suara itu. “Jangan merusak atribut rumahku. Kau ingat itu kan, Cho Kyuhyun?”
Peraturan?
(Flashback)
“Ah, bagaimana kita buat perjanjian saja?”
“Perjanjian?” tanya si bodoh Eunmi.
“Aku punya lima peraturan untukmu. Yang pertama, aku berhak atas hidupmu. Aku bebas melakukan apa saja terhadapmu. Termasuk menjamin kehidupanmu.”
Mwo? Peraturan macam apa itu? Memangnya kau siapa?” ucapnya tak percaya.
“Hhh,” aku menghela nafas lelah. “Aku Cho Kyuhyun. Harus berapa kali kuulangi?” ucapku bosan. Apa otaknya benar-benar bodoh, hah?
“Kedua, kalau kau ada di rumahku, turuti semua perintahku, tidak boleh membantah, dan tidak boleh pergi seenaknya. Ketiga, jangan pernah menghindariku. Keempat, jangan pernah menolak teleponku. Dan terakhir, jangan pernah datang ke kampusku.”
Dia terperangah. “Benar-benar seperti Cho Kyuhyun.”
Aku hanya menyeringai puas.
“Hmm, baiklah. Aku akan menurutinya asal kau memberiku lima peraturan yang kubuat juga.”
Mwo?” tanyaku tak percaya. Aku terlihat memikirkan tawarannya. “Mmm, baiklah. Asalkan kau tidak mengulangi peraturanku saja.”
“Aku tahu. Aku akan membuat peraturanku sendiri. Yang pertama, jangan pernah masuk ke rumahku. Kedua, jangan merusak atribut rumahku, baik yang di dalam ataupun yang di luar. Ketiga, kau boleh menjamin hidupku, tapi tidak dengan percuma. Aku akan bekerja untukmu. Keempat, kau boleh melakukan apapun terhadapku kecuali menciumku dan melakukan seks,” ucapnya dengan pipi memerah.
Aku tertawa lepas. “Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau mendahulukan rumah daripada dirimu sendiri?” tanyaku disela-sela tawaku.
(Flashback End)
Kini aku baru sadar dan menyesali pertanyaanku itu. Tulang kakiku serasa melunak dan kini aku hanya bisa berlutut dan menempelkan kepalaku di depan pintu.
“Kenapa, Cho Kyuhyun? Kau baru menyadari arti dari sebuah peraturan itu sangat penting?”
Aku bisa mendengar dengan jelas suara Eunmi yang bergetar.
“Apa yang harus kulakukan sekarang?” pikirku dengan mata terpejam. Keningku berkerut hebat. Kepalaku seakan mau pecah saja.
Aku dan Eunmi sama-sama terdiam. Apa yang sedang dipikirkannya?
Aku bangkit berdiri dan kembali menggedor pintunya. “Yaa Lee Eunmi, keluarlah! Ada yang ingin kujelaskan padamu.”
“Apa lagi yang perlu dijelaskan? Aku tidak akan terjebak dalam permainanmu lagi, Cho Kyuhyun,” gumamnya lirih.
“Tidak,” ucapku dalam hati sambil menutup kedua telingaku. Aku tidak mau mendengar kata-kata itu.  ”Berhenti berbicara dan buka pintunya!” seruku kesal.
“Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Lebih baik kau pergi saja!” balas Eunmi.
Jangan! Jangan ucapkan itu! Kumohon!
“Tidak mau,” ucapku.
“Apakah aku harus melukai diriku lagi supaya kau mau pergi?”
“Jangan!” seruku spontan. “Tolong jangan lakukan itu.”
Aku menunduk dan berpikir keras. “Baiklah. Aku akan pergi,” ucapku sambil melangkah mundur. Tapi tak lama aku menghentikan langkahku.
Tidak. Aku tidak akan pergi semudah itu.
To be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar