Author: BabySuDo
Genre: Yaoi, friendship
Rating: T
Cast: EXO
Disclaimer: this fanfic is mine ! NO PLAGIAT ! But cast, punya Tuhan :)
Warning !
Fanfic yaoi, gak suka gak usah baca. Pairnya SuD.O, KaiSoo, KaiLay, mungkin SuLay?. Typo (s) bertebaran, alur kecepetan, gak nyambung (?), dll.
INGAT !
INI HANYA SEBUAH FANFIC. SEMUA ADEGAN DI SINI HANYA KHAYALAN AUTHOR SEMATA.
SAYA CINTA EXO, TAPI DEMI MEYEMPURNAKAN FANFIC INI, PENYIKSAAN PERLU YEE~
OKEH, HAPPY READING ALL (^O^)9
...
Kai dan Lay memulai kencannya pagi itu. Selama bermain, naik wahana ini itu, Kai dan Lay tak pernah melepaskan tautan tangan diantara mereka. Kalau pun harus, mereka akan mencari anggota tubuh lain untuk dihinggapin oleh tangan mereka. Seperti sekarang ini, Kai menempelkan tangannya di kedua bahu Lay. Saat ini, keduanya tengah mengantri wahana bianglala. Wahana terakhir yang sengaja mereka pilih untuk menutup kencan mereka hari itu.
"Hyung ayo kita selca berdua !" Lay hanya mengangguk menurut. Ia dan Kai saling bergeser untuk mempersempit jarak di antara keduanya.
Ckrek ckrek
"Ayo lagi hyung~"
Ckrek ckrek
Keduanya berfoto di dalam bianglala berukuran sedang dari gaya bete, alay, imut, sampai yang membuat author shock adalah pose Kai yang mencium tepi bibir Lay.
"Yang ini bagus sekali hyung. Hyung terlihat manis seperti yeoja." Kai mengoceh, mengomentari hasil foto selca mereka.
"Tapi aku lebih suka yang ini, kau jelek sekali di sini Kai." Kai mempoutkan bibirnya imut. Ingin sekali Lay mencamplok bibir kissable itu kalau tak ingat akan misinya setelah ini.
"Hyung bagaimana? Bagus 'kan?" Kai menunjukkan wallpaper barunya pada Lay. Membuat Lay shock.
"Aigoo kau gila, eoh? Kalau Kyungsoo melihatnya bagaimana, huh?" Lay merebut kasar handphone Kai. Tapi belum sempat ia mengganti wallpapernya, Kai sudah berhasil merebut kembali handphonenya, "Ya! Kemarikan Jongin !" ucap Lay sambil berusaha meraih handphone Kai.
"Sirheo~ ini handphoneku hyung. Hanya aku yang berhak mengotak – atik isinya."
"Tapi wallpapermu itu bisa membuat Kyungsoo terkena serangan jantung,"
"Hanya cium pipi, semua orang akan melakukannya hyung." Lay mendengus sebal. Satu sifat Jongin yang tak pernah ia sukai. Sifat kepala batunya yang tak pernah bisa hilang.
"Hhh .. terserah kau sajalah." Lay mempoutkan bibirnya dan menggeser jauh posisinya. Ngambek. Kai yang melihat itu langsung merangkul hangat kekasih gelapnya. Membisikkan Lay kata – kata cinta,
"Kai …"
"Ne hyung?"
"Aku .. mau pulang." Kai menatap sosok Lay di depannya. Ada yang aneh dengan Lay. Terlihat dari sorot matanya yang tiba – tiba menjadi sendu. Ingin bertanya, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.
Mungkin, Xing Xing hyung merasa lelah, batinnya.
...
Kyungsoo
menatap nanar layar handphonenya. Sms terakhir dari Kai hanya
mengabarkan kalau ia sedang belajar tambahan dengan guru les pribadinya.Jadi, aku bukan guru les prbadinya, begitu?, batinnya mengomel.
"Kyungsoo aegya~" Kyungsoo menolehkan kepalanya ke pintu ruang inapnya. Senyum ceria langsung terkembang di bibir kisablenya. Appa dan ummanya datang.
"Appa~ Umma~" Kyungsoo turun dari atas katilnya, ingin menghampiri tapi ia merasa tak kuat untuk melakukan hal itu. Akhirnya, ia hanya bisa kembali naik ke katilnya dan membentangkan tangannya lebar – lebar.
Grep
Pelukan hangat ia dapatkan, dari orang tuanya yang super sibuk, terkhusus appanya.
"Mianhae ne appa baru bisa menjengukmu sekarang. Kau tahu bisnis appa 'kan?" Kyungsoo mengangguk mengerti. Ia memang aegya yang perngertian. Selalu mengerti setiap kondisi kedua orangtuanya.
"Nah kata Choi uisa, kau boleh pulang hari ini." Ucap Nyonya Do girang. Tapi, Kyungsoo malah merubah raut wajahnya menjadi sedih, "Waeyo? Bukankah pulang adalah keinginanmu sekarang?"
"Aniyo umma, aku mau menunggu Kai dulu."
"Tapi, kau kan bisa bertemu Kai nanti. Sekarang kita pulang dulu, ne?" sekali lagi, Kyungsoo menatap layar handphonenya yang masih sepi. Cukup lama hingga akhirnya ia mengangguk setuju.
"Tapi, kita lunch dulu di luar bersama keluarga Suho, ne?"
"Ne appa~"
...
Kyungsoo
menatap Suho yang tengah asyik bermain bola dengan beberapa anak kecil
yang berada di taman bermain siang itu. Setelah mereka selesai lunch,
Suho dan Kyungsoo izin keluar dari obrolan kedua oarngtua mereka. Mereka
lebih memilih pergi ke taman bermain umum dan bergabung dengan para
bocah yang sedang bermain di taman itu."Goooollll !" Suho berteriak senang ketika dirinya berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Ia berlari – lari mengitari lapangan bersama pemain lain sambil terus berteriak, "gol ! yeah gol !"
Kyungsoo yang melihat itu tertawa di tempatnya. Ternyata, Suho yang selama ini terlihat bijak dimatanya mempunyai sifat kekanakkan yang luar biasa. Baru satu gol saja dia sudah berteriak histeris seperti ahjumma – ahjumma yang baru saja menang undian di pasar pagi.
"Kyungsoo aku gol ! Timku gol !" Suho menghampiri Kyungsoo dan mengguncang – guncang kedua bahu Kyungsoo, membuat Kyungsoo bergerak maju mundur.
"Ne ne hyung aku tahu, tapi jangan begini juga. Skor baru 1 – 0 hyung." Suho langsung melepaskan tangannya dari kedua bahu Kyungsoo dan meminta maaf sambil menunjukkan V sign dan cengiran khas Chanyeol.
"Kau tidak ikut main? Ini seru loh Kyungsoo." Kyungsoo menggeleng, ada hal penting yang lebih ingin dia ketahui saat ini.
"Hyung boleh aku bertanya sesuatu?" tiba – tiba suasan ceria tadi berubah menjadi serius dan sedikit mencekam. Tatapan Kyungsoo pun terlihat dalam.
"Ne~ mau Tanya apa, eum?" Tanya Suho sambil duduk di sebelah Kyungsoo.
Kyungsoo menghela napas panjang sebelum memulai pembicaraan yang serius ini. Sebenarnya, hal ini telah mengganjal dari awal ia mengenal Suho. Pembicaraannya dengan ummanya saat sang umma melihat brosur asrama sekolahnya terputar kembali.
"Dia .. anak ini …" Kyungsoo menatap heran eommanya, kemudian mensejajarkan pandangannya pada apa yang eommanya lihat.
"Oh … dia itu Kim Suho eomma. Sepupunya Jongdae. Ia murid kelas tiga, ia baik loh eomma sama Kyungsoo." Nyonya Do menatap bergantian brosur yang ternyata terdapat foto Suho itu dan wajah Kyungsoo bergantian.
"Suho?"
"Ia eomma namanya Suho. Tapi ntah kenapa di situ ditulisnya Joonmyun. Mungkin Suho itu nama bekennya. Waeyo eomma? Eomma mengenalnya?"
Nyonya Do langsung menggeleng cepat dan memasang senyumnya yang menurut Kyungsoo terbilang aneh itu.
"Tidak, namanya unik. Anaknya juga ganteng, hehe .. kau bertemanlah baik dengannya, ne?" Kyungsoo mengangguk lalu menyambar handuknya untuk mandi karna hari sudah sore.
Dan hal itulah yang selama ini mengganjalnya. Kenapa ummanya juga ikut - ikutan menyebut Suho itu Kim Joonmyeon. Bukan Kim Suho.
"Sebenarnya apa hubunganmu denganku, hyung?" Suho menyerngitkan dahinya. Bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Kyungsoo padanya.
"Hubungan apa? Kita sahabat 'kan?" lagi, Kyungsoo menghela napas panjang.
"Bukan hubungan itu. Tapi, hubungan yang lebih dari sekedar persahabatan." Suho mengangguk paham. Ia mengerti arah pembicaraan Kyungsoo.
"Kau mau tau masa lalu mu ya?"
"Ne hyung. Sangat tersiksa ketika kau tak tau siapa dirimu dan siapa orang – orang yang mengisi kehidupanmu dulu. Apalagi, sepertinya keluarga kita sudah kenal sejak lama. Ummaku nampak sangat sayang padamu hyung." Kyungsoo sedikit memajukan bibirnya, kesal mungkin.
"Hahaha … bukan sepertinya Kyungsoo. Memang keluargaku dan keluargamu itu sudah dekat, dari dulu."
"Mwo? Jinjja?" Tanya Kyungso dengan mata O_O nya.
"Ne~ mau ku ceritakan?" tanpa berpikir, Kyungsoo langsung mengangguk mengiyakan, "Tapi, kalau tiba – tiba kepalamu merasa sakit karna memori lamamu terbayang, jangan dipaksakan, ne? aku akan langsung menyetop ceritaku."
"Setuju."
Suho menghela napas panjang, tak disangka ternyata Kyungsoo sendirilah yang mau mengetahui masa lalunya. Apa ini rencana Tuhan untuk menyatukan mereka kembali? Suho harap jawabannya 'iya'.
"Sebenarnya .. Aku sahabatmu dari kecil. Sejak kau pindah ke daerah rumahku. Kita sebenarnya adalah sahabat sejak kau berumur lima tahun."
"Mwo?" Kyungsoo melebarkan matanya, kaget dengan jawaban Suho.
"Kita sangat dekat. Kau bahkan sudah ku anggap seperti adik ku sendiri. Tapi, setelah kau mengalami kecelakaan sekitar delapan tahun lalu, aku kehilangan dirimu. Kau koma berhari – hari di rumah sakit. Aku sangat ingin menjagamu dan menjadi orang pertama yang kau lihat ketika kau sadar. Tapi, aku tak bisa melakukannya."
"Halmeoni kritis Joonmyeon. Ia harus segera dioperasi dan ia sangat membutuhkanmu untuk mendukungnya sekarang. Kau sangat menyayangi halmeoni 'kan?"
Suho tertunduk, kata – kata ummanya terngiang kembali di kepalanya.
"Waeyo hyung? Kenapa kau tak bisa melakukan itu?"
"Karna waktu itu aku harus ikut appa dan umma menjenguk halmeoniku yang sedang kritis di Jepang. Umma bilang, halmeoni harus segera dioperasi dan sangat butuh dukunganku." Kyungsoo terdiam, ia mengerti dengan kondisi Suho saat itu. Kalau ia jadi Suho pun, ia akan lebih memilih halmeoninya.
"Tapi, umma berjanji akan langsung memulangkanku kembali ke Seoul setelah operasi halmeoni berhasil. Umma menepatinya, tapi … Saat aku kembali dari Jepang, kau … sudah pindah rumah."
Hening. Tak ada yang berbicara satu sama lain. Suho sibuk menyusun kalimat selanjutnya dan Kyungsoo menyiapkan kondisi tubuhnya yang takutnya akan tumbang lagi setelah mendengar cerita Suho.
"Namun, Tuhan mendengar do'aku. Akhirnya kita kembali dipertemukan, saat aku bertemu denganmu di perpustakaan sekolah, aku sangat senang. Kau tahu? Bertemu kembali denganmu itu suatu anugerah buatku. Ya, walau kenyataan pahit yang aku terima." Suho mengalihkan pandangannya ke depan. Melihat kedua tim yang masih berseteru dengan bola.
"Jadi, hyung tahu kalau aku hilang ingatan?"
"Ne~ Jongdae yang memberitahu ku."
"Berarti, hyung bisa membantuku 'kan?" Suho menolehkan kepalanya ke samping, menghadap Kyungsoo kembali.
"Membantu apa?" tanyanya sambil memiringkan sedikit kepalanya.
"Membantuku menemukan sahabatku yang lain." Suho menaikkan sebelah alisnya, "Sahabat yang lain? Siapa?" tanyanya.
"Seseorang yang selalu hadir dalam mimpiku hyung. Seorang namja kecil berbaju biru yang bermain denganku ketika kecelakaan itu terjadi."
JLEB
Suho membeku di tempat, perkataan Kyungsoo menohok hatinya.
Sahabat yang lain? Jadi Kyungsoo benar – benar sudah tak ingat kalau aku lah orang yang ada bersamanya ketika kecelakaan itu terjadi?, batinnya miris.
Suho langsung tertunduk, mencengkram kuat bangku panjang yang tengah didudukinya sekarang. Sesak kembali dirasakannya. Ternyata, penderitaannya belum berhenti juga. Kyungsoo masih belum bisa mengingatnya. Ceritanya tak mampu untuk mengembalikan ingatan Kyungsoo. Bahkan ia malah ingin mencari orang yang sudah ada bersamanya sekarang.
Bodoh, itulah Kyungsoo. Tapi, seseorang yang hilang ingatan tak berhak disalahkan atas kebodohannya. Apalagi, Suho lah penyebab hilangnya ingatan Kyungsoo.
Andai ia tak mendorong Kyungsoo dan membuat namja yang dicintainya itu tak terbentur keras dengan pembatas trotoar. Mungkin sekarang mereka sudah berada dalam pelukan kehangatan.
"Hyung, kau .. menangis?" Suho tersadar, ia menyentuh pipinya yang basah. Kyungsoo benar. Ia menangis, menangis karna Kyungsoo sama sekali tak mengingatnya.
"Aniyo~ aku hanya mengantuk, ini kan waktunya tidur siang, hehe …" dusta, Suho bohong.
"Oh … kalau begitu, kita kembali ke restoran saja hyung. Lalu kita kembali ke asrama." Kyungsoo beranjak dari tempatnya kemudian mulai berjalan meninggalkan taman. Namun, baru sepuluh langkah, ia membalikkan badannya karna merasa Suho tak mengikutinya, "Hyung kenapa diam saja, huh? Katanya mengantuk? Ayo kita kembali ke restoran !" Kyungsoo menghentakkan kakinya kesal. Ia benar, Suho tak mengikutinya dan masih diam di tempatnya.
"Suho hy—"
"Kyungsoo boleh aku bertanya?" ntah setan apa yang dirasuki Suho, ia langsung berlari ke arah Kyungsoo dan berdiri tegap di hadapan namja itu.
"Apa hyung?"
"Kau tahu restoran yang kita kunjungi untuk lunch hari ini?" Kyungsoo menyerngitkan dahinya kemudian menutup mulutnya yang mulai terbuka.
"Aigoo~ jangan bilang … kau tak ingat—"
"Itu restoran appaku dan aku sengaja menyuruh appa mendirikan restoran itu untuk mu." Potong Suho cepat.
"Mwo? Maksudmu hyung?"
"Kau tak ingatkah? Dulu saat kita bermain masak – masakkan kau bilang kau akan jadi koki dari restoran yang aku dirikan."
Duk duk
Kyungsoo mengepalkan kuat tangannya, menahan rasa sakit yang mulai menjalari kepalanya. Ia berusaha kuat dan menatap mata Suho yang menatapnya penuh arti.
"Bagaimana masakannya hyung? Apa enak?"
"Tentu. Masakan koki Kyungsoo selalu enak."
"Hyung mau tambah lagi?"
"Tentu~ yang banyak yaaa …"
"Hyung, apa cita – citamu?"
"Menjadi arsitek, hehe … kalau kau?"
"Aku mau jadi koki hyung."
"Kalau begitu, aku yang akan membangun sebuah restoran untuk mu Kyungsoo."
"Ne~ aku akan menjadi koki di restoranmu hyung."
Potongan puzzle itu, kembali menempel di otak Kyungsoo. Perlahan tapi pasti, Kyungsoo mulai mengingat kejadian itu. Dalam dan lebih dalam ia berusaha mengingatnya, tapi lagi ..
Bruk
"Kyungsoo !"
Ia jatuh pingsan.
...
Kai menekan tengkuk Lay, membuat ciuman mereka semakin dalam. Lay tidak menolak, ia malah membalas perlakukan Kai padanya."Mmmhh .." terdengar desahan kecil dari bibir keduanya.
Kai menggigit kecil bibir Lay untuk meminta akses masuk ke dalam goa hangat milik Lay. Setelah dapat izin, Kai mulai mengabsen satu per satu gigi putih Lay dan mengajak si tuan ruamh untuk 'tongue fight'
"Ngghh …" lagi, desahan kecil terdengar.
Tok tok tok
Lay mendorong tubuh Kai agak kuat hingga tautan bibir mereka terlepas. Kai berdecak kesal, ketukan pintu pada kamar Lay mengganggu kegiatan mereka.
"Nuguya?" Tanya Lay sambil menghampiri pintunya.
"Luhan, cepat buka pintunya Yixing !"
Lay langsung berbalik dan member isyarat ke Kai supaya namja itu mengumpat. Kai menurutinya, ia langsung masuk ke kolong tempat tidur Lay.
Krieett
"Ada apa ge?"
"Kyungsoo hari ini keluar dari rumah sakit tapi Suho barusan meneleponku kalau Kyungsoo pingsan lagi."
"Mwo?" Lay shock dan itu membuat Luhan semakin panik.
"Tadinya ku kira Suho akan membawa Kyungsoo kembali ke rumah sakit. Tapi nyatanya, ia malah membawa balik Kyungsoo ke asrama."
"Mwo? Dia sudah gila?"
"Molla~ hari ini kan hari minggu dan sebagian anggota UKS masih mengikuti seminar di Busan. Sebagian lagi masih dalam perjalanan pulang ke asrama. Aku tak mengerti harus membangunkan Kyungsoo dari pingsannya dengan apa, kau kan dulu anggota UKS waktu SMP. Jadi kau pasti tau maksudku kan Lay?"
"Ne~ aku akan membantu kalian."
"Bagus, ayo cepat ke UKS sekolah !" Lay menutup rapat pintunya setelah memberikan kode pada Kai. Kemudian ia dan Luhan bergegas menuju UKS sekolah.
...
"Nngghh …" Kyungsoo melenguh, akhirnya namja itu berhasil dibangunkan dari pingsannya."Kyungsoo kau sudah sadar? Syukurlah" Jongdae langsung memeluk teman sekamarnya itu. Kemudian bergantian dengan Baekhyun.
"Aku dimana?" Tanyanya dengan suara parau.
"Di UKS sekolah. Mianhae tak membawamu ke rumah sakit Kyungsoo. Aku—"
"Gwenchana hyung. Lebih asyik di sini ketimbang di rumah sakit. Tapi, apa umma dan appa tahu?"
"Tidak, aku tak memberitahu mereka. Nanti mereka malah membawamu ke rumah sakit, hehe …"
"Gomawoyo hyung."
"Kyungie hyung~" semua yang ada di dalam UKS mengalihkan pandangan mereka ke pintu. Di sana, sudah berdiri Kai dengan tatapan sendunya.
"Jongie~"
Grep
Kai langsung memeluk tubuh itu, merengkuhnya kedalam hangat pelukannya.
"J-Jongie .."
"Hyung kenapa pingsan lagi? Kau membuatku khawatir hyung."
Busuk. Itulah pandangan semua orang yang ada di sana. Terkecuali Kyungsoo karna ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi selama ia tak ada bersama Kai.
"A-aku baik - baik saja. Hanya mendapat keterkejutan kecil." Kai melepaskan pelukannya. Kini tangannya terulur untuk menyentuh pipi tembam Kyungsoo dan mengelusnya lembut.
Sakit dan sesak. Itulah yang dirasakan Suho dan Lay yang melihat itu. Perlahan, mereka mundur dan keluar dari ruangan itu secepatnya.
"Ngg .. Kyungsoo kami permisi." ucap Luhan yang langsung menyeret Baekhyun, Jongdae, dan Chanyeol untuk mengikutinya keluar dari UKS.
Kini, tinggallah Kai dan Kyungsoo berdua di dalam UKS. Melepas rindu, berbagi kehangatan dalam pelukan dan cumbuan.
...
Suho
menatap Lay yang duduk di sampingnya. Ia tersenyum simpul menyadari
kalau ternyata bukan hanya dia saja yang bernasib menyedihkan."Aku sudah putus dengan Kai, hyung." ucap Lay memecah keheningan di antara keduanya.
"Jinjja? Kapan?"
"Setelah Kyungsoo tersadar, aku langsung menelpon Kai dan menyuruhnya segera ke sini." Lay bohong, ia tak menelpon Kai. Tapi menghampiri Kai yang mengumpat di kamarnya.
Flashback
"Nghh ..." Kyungsoo melenguh, semua yang ada di sana langsung mengembangkan senyumnya. Lay perlahan mundur ke belakang dan cepat - cepat keluar dari UKS untuk menuju ke kamar asramanya.
"Kai cepat keluar !" titahnya sambil berjongkok di dekat tempat tidurnya.
"Males hyung, di sini enak." ucap Kai sambil berbalik badan.
"Ya! Kau sudah gila, eoh? Kau tak dengar kalau Kyungsoo pingsan lagi, huh?"
"..."
"Kai ... cepat keluar dari sana !"
"..."
"Hhh ... kalau ini maumu baiklah. Kai, aku minta putus."
"..."
"Kai, aku serius ! AKU MAU KITA MENGAKHIRI HUBUNGAN INI !"
"Waeyo hyung?" Lay menghela napas, akhirnya namja itu keluar dari kolong tempat tidurnya.
"Aku rasa, ada yang lebih mencintaimu ketimbang aku, Kai." Kai menangkupkan tangannya ke pipi Lay dan menghadapakn wajah Lay padanya.
"Hyung, I just loving you."
"Kyungsoo sakit Kai dan ia membutuhkanmu untuk sembuh." Kai menaikkan sebelah alisnya, "Sakit? Ia hanya pingsan hyung. Ia hanya kelelahan."
"Kai, ini bukan pingsan biasa. Ia pernah mengalami kecelakaan Kai. Delapan tahun yang lalu dan itu semua membuat tubuhnya lemah Kai." Kai menatap dalam mata Lay. Ia meyakinkan dirinya bahwa semua perkataan Lay berbohong, tapi nyatanya? ITU FAKTA !
"Dia membutuhkanmu, dia membutuhkanmu untuk mengobatinya. Ia kehilangan seseorang karna kecelakaan itu, Kai. Dan hanya dirimulah yang bisa menggantikan posisi orang itu di hati Kyungsoo. Dia ... mencintaimu dengan tulus, Kai." Kai melepaskan tangannya dari pipi Lay. Ia menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya.
"Kai-"
"Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang menyembuhkannya? Aku tak mencintainya hyung." Lay membetulkan posisi duduknya, lebih merapat pada Kai. Ia memeluk Kai yang sekarang menangis terisak.
"Mungkin Tuhan punya rencana dibalik ini semua Kai. Uljima." Lay mengelus punggung Kai. Ia sebenarnya juga tak rela harus mengakhiri hubungan yang baru dimulai ini.
"Masih banyak namja diluar sana yang bisa mencintainya dengan tulus ketimbang aku hyung. Mengapa Tuhan menakdirkannya untuk ku, huh? Mengapa hyung? Hiks ..." Lay diam, ia juga tak tahu harus merespon apa.
Lama Kai menangis, akhirnya dengan berat hati ia memutuskan untuk menjenguk Kyungsoo di UKS.
"Saranghae Hyung, jeongmal saranghae."
Cup
Kai menautkan bibirnya dengan bibir Lay hingga akhirnya ia pergi ke UKS di ikuti Lay yang berjarak agak jauh dibelakangnya.
Flashback end
Suho merangkul Lay yang sekarang terisak. Ia tahu, begitu berat melepas cinta seseorang yang jelas - jelas masih kita cintai. Ia juga merasakannya, saat ia harus pergi meninggalkan Kyungsoo yang koma berhari - hari dan bangun di saat ia tak ada di samping Kyungsoo.
"Kalau jodoh tak akan kemana 'kan?" Lay hanya mengangguk kecil. Ia tahu dan yakin kalau Tuhan sudah menuliskan takdirnya. Bagaimana kehidupannya nanti sampai mati, berapa banyak rezeki yang ia dapat, dan siapakah yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Tuhan sudah menetukan itu semua untuk semua hamba-Nya dan Tuhan selalu memberikan yang terbaik.
"Hyung juga harus percaya kalau cepat atau lambat, Kyungsoo akan tahu siapa sebenarnya yang selalu mencintainya dan menunggunya selama delapan tahun ini, ne?"
"Tentu. Biarpun nanti ia tahu ketika aku sudah tiada sekalipun, aku yakin Tuhan akan segera memberitahu kebenaran padanya." kemudian keduanya tersenyum. Menghapus jejak - jejak air mata yang mulai mengering dan menatap langit yang mulai kemerahan.
'Ck, jadi itu yang sebenarnya terjadi. ckck dasar payah.', gumam seseorang yang Suho dan Lay tidak ketahui keberadaannya sedari tadi.
.
.
.
.
.
TBC
Huwaahhh maafkan aku yang sangat telat pake banget untuk ngepost part selanjutnya T T
Maafkan dosen ku yang ngasih tugas bejibun jadi aku gak bisa cepat2 update di akun ffn ini T T
Thank's banget yang udah review~ #deepbow
Detik ini juga aku akan posting chap 10 sebagai endingnya :)
nanti reviewnya di chap 10 aje yeee *cuma saran*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar