Pengikut

Rabu, 03 Oktober 2012

I’m Your Slave! (part 1)

1. Author : AF
2. Judul : I’m your slave!
3. Kategori: NC 21Yadong, Chapter

4. Cast:
Cho Kyuhyun
Park Cheryl
Annyeong! Ada yang ingat saya?? Buat International Love otak saya uda ga kepikiran buat lanjutin itu, tapi kalau ada waktu saya usahain buat bikin. Ini FF NC kedua, semoga ada sedikit perkembangan, Happy reading^^
—————


Author POV
            Pagi itu suasana di kediaman Cho sangat sepi, seperti biasa. Hanya terdengar suara sendok yang digunakan Tuan Cho. Ya, hanya Tuan Cho, sedangkan istrinya sibuk mengupaskan buah untuknya. Memang selalu begitu, pertama istrinya akan membuatkan kopi, menaruhnya di meja, kembali ke dapur menyelesaikan menu utama, menaruhnya di meja, ke dapur lagi untuk mengupaskan buah dan menaruhnya di meja. Mereka tidak pernah makan bersama, padahal ini sudah menginjak 6 bulan pernikahan mereka.
“Kau, kemarilah” Panggil Cho Kyuhyun kepada istrinya, Park Cheryl. Entah mengapa, kali ini ia risih melihat istrinya selalu memperlakukan dirinya sendiri seolah-olah ia seorang pembantu. Pembantu? Ya, benar, tapi itu dulu sebelum mereka menikah.
“Hm? A-aku masih mengupas bu-“
“Temani aku makan.”
Cheryl  POV
Apa aku tidak salah dengar? Dia memintaku menemaninya di meja makan? Ini pertama kalinya dia memintaku menemaninya saat makan. Karena memang kita tidak pernah di satu meja makan yang sama, di ruangan yang sama karena aku pasti sibuk membersihkan rumah besar ini, bahkan tidak pernah di ranjang yang sama. Ini permintaanku, aku merasa tidak pantas untuknya.
Eommaku adalah pembantu dirumah keluarga Cho sejak aku berumur 4 tahun. Kami berdua tinggal dirumah mereka, meninggalkan kampung halamanku, Mokpo. Tuan besar Cho terlampau baik padaku, ia menyekolahkanku hingga jenjang SMA. Hingga eommaku meninggal setahun lalu saat aku kelas 2 SMA, aku sangat terpukul, sebatang kara di Seoul, terbesit untuk memutuskan sekolahku dan pulang ke Mokpo bersama bibiku yang mirip –kembaran- eomma. Namun Ny. Cho menahanku dan malah memintaku menikah dengan anaknya seusai SMA.
“Ah, ne” Kataku dan mencuci tanganku lalu berada diseberangnya di meja makan. Aku agak malu menatapnya, ia juga terus menunduk menatap sarapannya dengan fokus. Meskipun ia dingin, ia selalu memakan sarapan buatanku, karena memang sudah terbiasa sejak dulu aku menjadi pembantu dirumahnya. Dia lebih tua 5 tahun dariku, namun ia sudah menyelesaikan kuliahnya baru saja dan langsung mengambil alih salah satu perusahaan Appanya. Bagiku dia sempurna luar dalam, membuatku sangat minder.
Saat mata kami tak sengaja bertemu, aku buru-buru melihat kearah lain. “Kau tidak sarapan?” tanyanya tanpa melihatku. “Setelahmu,” sahutku pelan.
“Mulai besok pagi kita sarapan bersama saja,” Entah aku harus senang, heran, bingung atau kaget.
“Kenapa?” Kataku cepat. Berharap percakapan pagi ini terus berlangsung. Berharap dia mengatakan hal yang ingin kudengar.
“Tidak apa-apa,” Katanya seraya meletakkan sendok dan garpu menyilang diatas piring, “Aku berangkat dulu,”
“Ah ne,,” Sahutku sambil mengantarkannya ke garasi rumah kami. Kenapa aku agak sedih mendengarnya hanya mengatakan ‘tidak apa-apa’. Dan hanya dengan aku mengatakan ‘kenapa’ itu tadi aku merasa sangat bodoh. Kenapa terkesan aku yang –mulai- mengharapkannya?

Saat aku selesai membuat makan malam, suamiku belum juga datang. Kutunggui ia di sofa ruang tamu. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam, ini tidak biasanya. Aku menahan naluriku untuk menghubungi suamiku atas dasar kekhawatiran –sebagai istri. Tak lama ia datang, dengan penampilan yang tak biasanya juga. Jasnya disampirkan di bahunya, lengan kemejanya digulung sampai atas siku, dasinya entah kemana. Mukanya terlihat lelah sekali.
“Kau sudah makan? Kalau belum, aku akan mengahangatkan masakan yang tadi,,” Kataku sambil beranjak ke dapur. “Aku sudah makan. Ingin mandi dulu.” Balasnya, dan berlalu ke kamarnya. Aku bingung harus ngapain -_- Kuberanikan diri kekamarnya, bermaksud menyiapkan air hangat untuknya. Pintunya sedikit terbuka. Ia masih berpakaian seperti tadi, duduk di pinggiran ranjang.
“Aku siapkan air hangatnya dulu, ne,,” Tapi dia tiba-tiba menahan tanganku. Aku menoleh dengan ragu.
“Bisakah kau memelukku, sebentar saja” Katanya sambil menunduk. Setelah 6 bulan pernikahan kami, ia baru pertama kali seperti ini. Aku merasakan dia sedang sangat letih, mungkin karena belum bisa beradaptasi sepenuhnya di perusahaannya *soktau
Aku mendekatinya, ia langsung melingkarkan tangan kekarnya di pinggang rampingku. Aku merengkuh kepalanya perlahan. Mengelus kepalanya dan punggungnya. Aku bisa merasakan dengkulku lemas, badanku panas dingin, nadi di leherku berdenyut melebihi batas normal. Sebelum otakku berpikir lebih jauh, naluriku menyuruhku untuk menciumi rambut coklatnya yang sangat lembut. Dia tetap diam sambil memeluk pinggangku, kurasakan hembus nafasnya di perutku.
“Ada apa,” Tanyaku pelan, kuharap ia mau menceritakannya padaku; setidaknya jika aku tidak bisa membantunya, bebannya akan sedikit ringan.
“Masalah kantor,” Jawabnya singkat masih dengan posisi tadi. Aku lagi-lagi tidak tahu harus berkata apa, dia juga sepertinya malas menceritakannya padaku. Perlahan dia melepaskan tangannya, begitupun denganku. Dia mendongak sekilas membuatku salah tingkah >,<
Kyuhyun POV
“Hangatkan saja makanannya, aku masih lapar.” Kataku cepat saat kulihat tatapan canggungnya. Tanganku tergerak untuk mengusap puncak kepalanya sebelum aku beranjak kekamar mandi. Saat kuintip dari dalam kamar mandi dikamarku, ia masih berdiri disana sambil mengusap puncak kepalanya sendiri. Aishh,, dia itu kenapa!? Dia membuatku takut. Dia seperti polos, makanya sampai sekarang aku belum berani dekat-dekat dengannya(?) Lagian dia meminta untuk pisah kamar. Dia juga –masih- memperlakukanku seperti majikannya. Tidak sadarkah ia bahwa sekarang statusnya adalah Ny. Cho??
Aku memang terbiasa dengannya sejak kecil, tapi tidak saat kami menikah seperti ini. Aku rasa aku tidak menyukainya, maksudku tidak ada rasa cinta diantara kami karena ini adalah pernikahan paksaan! Namun eomma terus membujukku untuk menikahinya, mengingat ia sebatang kara di Seoul, kuterima saja. Jika masalah pelayanan fisik, ia selalu memperlakukanku dengan baik. Tapi pelayanan psikis(?) menyentuhnya saja baru ini tadi -_-
Saat aku keluar kamar, ia sedang menuangkan jus buah ke gelas dimeja. Ia melihatku sekilas, lalu menarikkan kursi untuk diriku duduk. “Mau teh? Kopi??” tanyanya sambil menaruh sebotol jus buah ke kulkas.
“Kau duduk saja disini,”
“Aku sudah makan tadi,,”
“Kalau begitu temani aku saja, aku bosan makan sendirian terus,” Kataku agak… manja?? Kenapa bisa begitu?!
“Hm, oh ya, baiklah,” Katanya agak salah tingkah dan membuatku gemas! Jika dibandingkan mantan-mantan yeojaku, dia terkesan biasa saja. Namun dia selalu terlihat natural, entah memang seperti itu atau dia saja yang tidak bisa memakai make-up.
Hening.
Aku menatapnya terus saat makan, membuatnya salah tingkah lagi. Pipinya merah. Lucu! Sepertinya aku benar-benar membutuhkan penghiburan saat ini^^
“Kau kenapa memalingkan wajahmu terus?” Tanyaku to the point.
“A-aniya,, ah, molla,,” Jawabnya seadanya.
“Apakah aku kurang tampan?” Godaku. Entah setan macam apa yang kali ini merasukiku.
“Hm?” Ia hanya mendelik. Aku tersenyum tipis lalu kembali makan.
Cheryl POV
Aaah, ada apa dengannya hari ini. Sungguh tidak seperti biasanya! Meskipun itu membuatku sangat senang hanya dengan percakapan ringan seperti ini. Dan dia menanyakan apakah dia kurang tampan?? Aigooo,, jika mataku bisa berbicara, ia pasti akan mengatakan bahwa Cho Kyuhyun yang tertampan yang pernah kulihat!
“Cheryl-ah,” Panggilnya. Tidak kusadari piringnya sudah kosong.
“Ne?”
“Aku rasanya ingin berhenti dari perusahaan,,”
“Hm? Wae?”
“Rasanya melelahkan sekali, kau tahu,, tadi sebenarnya ada beberapa berkas lagi yang harus kuperiksa, tapi aku bosan lembur lagi.” Katanya seperti nada dari seorang bocah yang mengadu kepada eommanya.
“Bukankah kau seorang direktur?” Tanyaku ceplas-ceplos dan polos. Tapi bukankah itu benar?? Namun kenapa dia seperti menahan tawanya??!
“Ne, kau benar, tapi tanggung jawab dipundakku juga besar. Jika ada kesalahan sedikit saja yang dilakukan anak buahku, yang pertama ditegur adalah aku,,” Jelasnya.
“Memang kerjaanku setiap hari hanya tinggal duduk diruanganku, tapi setiap hari juga pundakku sangat pegal.” Katanya sambil memegang belakang lehernya dan menepuk sedikit pundaknya.
“Makanya lain kali kau harus memijitku,,” Katanya lagi. Ekspresi kagetku tak terbendung lagi, “Wae? Kau tidak mau?” Sangat mau!!
“Mau kok,hanya saja.. kau tidak seperti biasanya..” Jawabku sejujur-jujurnya.
“Tidak suka?” Sepertinya aku salah bicara. Dia kembali menatapku dingin.
“A-aku suka,” Potongku cepat. “Teruslah seperti ini,,” Kataku malu-malu. Kulihat ia tersenyum tulus. Tersenyum untukku. Aku tersenyum sebentar lalu tersadar untuk membersihkan meja. Aku beralih menggambil piring kotor didepannya, “Park Cheryl,”
“Ne?”
“Mulai sekarang berhenti bersikap seolah-olah kau adalah pembantuku. Kau istriku sekarang” Katanya sambil menatap lurus ke mataku.
“Akan kucoba,” Ya, dia benar. Aku istrinya. Ini sudah lebih dari 6 bulan, seharusnya aku sudah bisa bersikap sebagai istrinya. Tapi tetap saja –sepertinya- tidak bisa. Aku terbiasa melayaninya seperti ini, seperti saat kami dulu masih dirumah orangtua Kyuhyun. Image pembantu terlalu melekat didiriku(?)

Aku bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan agar kami bisa sarapan bersama, seperti katanya kemarin. Saat aku menutup pintu kulkas untuk mengambil buah yang sudah kukupas tadi, ia sudah berjalan kearah meja makan. Dengan ragu aku menarik kursi diseberangnya.
“Nanti malam makan diluar, mau tidak?” Tanyanya memulai pembicaraan pagi ini.
“Memangnya ada acara apa?” Ulangtahunku? Ulangtahunnya? Ulangtahun pernikahan?? Bukan juga.
“Aku kan bertanya mau atau tidak.” Balasnya sambil menaikkan sebelah alisnya, menatapku heran.
“Ah, ne. Aku menurut saja.”
Ia mendengus pelan, “Good wife!” Aku menahan diriku untuk mimisan karena kata-katanya. Meleleh karena senyumannya. Aku harus tetap padat! (?)
“Jam 4 kujemput,”
“Hm? Bukankah kau masih belum selesai bekerja?”
“Biar saja. Aku sedang butuh hiburan!” Sahutnya. Mungkin baginya, hiburan itu sekedar seperti refreshing, tapi aku mengartikannya lain. Aku menggeleng cepat, kenapa tiba-tiba otakku yadong!

Aku tidak punya dress yang sangat bagus, tapi Ahra nuna pernah memberikanku sebuah dress diatas lutut sebagai hadiah pernikahan kami, yang tentunya belum pernah kupakai. Mau kemana dengan baju seperti itu -_- aku keluar hanya ke supermarket. Kyuhyun juga tidak pernah membawaku kemanapun sebelumnya, ini yang pertama. Aku tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini, kesempatan untuk dekat dengannya. Apakah Tuhan sudah mulai merestui kami? ;)
Kudengar deru mobil dan bunyi klakson yang sangat nyaring. Tentu saja Kyuhyun malas turun -_- Aku mengunci rumah dan menghampiri mobilnya.
Kyuhyun POV
Hnggk, aku mendelik dibalik kaca mobilku saat melihatnya mengunci pintu rumah dan berjalan menghampiri mobilku. Dia terlihat berbeda, kakinya indah sekali. Jadi itu yang selama ini tersimpan dibalik baju rumahannya :D Dia bahkan tidak pernah memakai hotpants saat dirumah, padahal tubuhnya bagus begitu. Dan…. Apa ini? Kenapa tanpa sadar detak  jantungku menjadi aneh(?)
“Kita mau kemana, o-opp..a” Katanya agak ragu saat mengucapkan ‘oppa’. Benar, aku memang lebih tua 5 tahun darinya, sedangkan ia baru saja 18 tahun.
“Kemana yaaaa…” Godaku. Kulirik, ia mengerucutkan bibirnya. Kenapa aku baru sadar bibirnya berwarna merah menggoda?! Kemana saja aku selama ini??! Lalu kulirik sekilas pahanya, dressnya sedikit naik saat ia duduk, namun cukup membuat mataku puas memandangi paha putih mulusnya. Aku memejamkan mata cepat dan berfokus lagi menyetir.
Cheryl POV
Aku tertidur karena perjalanannya ternyata agak jauh, padahal katanya cuma makan malam. Aku membuka mataku perlahan saat seseorang mengelus pipiku lembut. Suamiku,,
“Sudah sampai,” Katanya.
Ternyata ini pantai! Aku melepas heelsku, berlari kecil kearah pantai. Ini baru kedua kalinya aku kepantai sepanjang hidupku, pertama saat dulu ada studiwisata kelas 2 SMA *ndeso* Langit berwarna oranye dan ungu, matahari akan tenggelam, sungguh pemandangan ini indah sekali. Angin pantai menerpa rambut hitamku yang sengaja kuurai. Kemudian semua rambutku disampirkan kepundak bagian kananku, Kyuhyun meletakkan dagunya dipundak kiriku dan memeluk perutku erat. Nyaman sekali,,
“Kau tidak pernah ke pantai ya,,” Arghh ternyata dibalik sikapnya yang dingin, dia manja dan penggoda!
“Memang,” Jawabku malas sambil senyam senyum sendiri.
“Mataharinya mau tenggelam, oppa,,”
“Sudah tahu,” Aku sebal, senyumanku memudar. Aku beralih melepaskan tangannya diperutku, namun ia malah menarik tanganku untuk ikut memeluk perutku sendiri(?) dan semakin menempelkan pipinya dengan pipiku.
“Iya iya, mataharinya mau tenggelam,,” Aku mendengus pelan sambil tersenyum salah tingkah. Mimpi apa aku semalam, sehingga dapat merasakan kebahagiaan ini. Sangat senang, hingga rasanya Tuhan tak adil membuatku merasakan ini. Aku berharap hari ini tidak pernah berakhir.
“Oppa.. ngomong-ngomong kenapa pantainya sepi sekali?”
“Aku memesan seluruh pantai ini dan juga villanya,”
“Hm? Untuk apa?”
“Untuk kita menginap, aku suntuk sekali dirumah.. Lagian besok kan minggu,”
“Kenapa.. mengajakku?” Tanyaku sedikit ragu. Dia tersentak dan mengangkat dagunya. Menghadapkanku kebelakang.
“Karena kau istriku, dengan siapa lagi aku akan pergi, Nyonya Cho?” Aku menyembunyikan wajah maluku ke dadanya, memeluknya. Dia membalas pelukanku dan mengelus rambutku penuh sayang.

Sekarang disinilah kami, diayunan yang menghadap tepat ke pantai. Bagaimana dengan dinnernya?? Tentu saja sangat nikmat! Makanan mewah dan mahal dengan pelayanan standar bintang 5 sudah ada didalam perutku sekarang^^
“Anggap saja ini sebagai honeymoon kita yang tertunda karena pekerjaanku,,” Kata Kyuhyun sambil mengelus-elus rambutku yang bersandar di dadanya.
“Gomawo oppa, aku kenyang sekali, mungkin pelayan itu akan terus memberiku minum jika aku tidak menyuruhnya berhenti,”
Entah apa yang lucu, dia menertawaiku. “Haha, dasar kau, tidak pernah makan ke restoran mewah ya??” ledeknya. “Memang, aku kan tidak punya uang untuk ke restoran seperti itu.”
Dia menghentikan belaiannya di rambutku. Apakah aku salah bicara?? Namun ia memeluk pinggangku, menarikku lebih erat.
“Mianhae,, aku tidak pernah mengajakmu keluar untuk jalan-jalan atau sekedar makan malam seperti ini. Kau tahukan, pekerjaanku-“
“Ne oppa, tidak apa-apa.. Aku perhatikan, akhir-akhir ini kau memang sangat lelah dan pulang malam terus,”
“Kau memperhatikanku?” Nadanya seperti menggodaku -_- Dasar! Aku ingin menjawab tidak, tapi aku penasaran dia akan menjawab apa jika aku mengatakan ‘ya’
“Neee..”
“Ah, kau mulai menyukaiku yaa?” Ya. Eh, maksudku, tidak. Maksudku, tidak tahu.
“Molla,,”
“Boleh aku bertanya sesuatu?” Tanyaku seraya mendongakkan kepalaku. Ia menatap mataku dalam.
“Apa kau dulunya setuju dengan pernikahan ini?”
“Tidak,” Jawabnya singkat, matanya menatap mataku datar. Aku menundukkan kepalaku, melepas tangannya ditubuhku. Seharusnya aku tidak bertanya seperti itu.
“Ah, mianhae, pasti terpaksa menikahiku. Aku tidak seharusnya bertanya begitu padamu. Seharusnya kau menolakku saja,,” Maksud dariku menunduk adalah menyembunyikan wajahku yang memanas dan airmata di pelupuk mataku yang siap terjun kapan saja. Sungguh, aku tidak ingin menangis tapi itu terjadi begitu saja.
“Tentu saja aku tidak menyetujuinya, kau baru lulus SMA. Aku berkata pada eomma untuk menunggumu selesai kuliah, tapi kata eomma itu terlalu lama-“
“Tidak perlu seperti ini jika kau melakukannya hanya karena rasa kasihan. Aku sudah cukup dikasihani,” Balasku seraya airmataku mulai turun, aku berdiri, ingin rasanya pergi dan berlari entah kemana, aku malu sekali rasanya. Benar, aku memang benar-benar tidak pantas untuk pria sepertinya.
“Cher-“ GREP! Dia memegang tanganku dan menempelkan bibirnya dengan bibirku. Kenapa dia malah seperti ini. Dan kenapa pula aku tidak bisa menolaknya.
Tapi bibirku tetap terkatup rapat, bukannya aku tidak bisa berciuman, tapi aku tidak ingin semakin terlarut dalam sentuhannya. Benar saja, ia menekan pinggangku semakin rapat ke tubuhnya dan lidahnya terus menjilat bibirku hingga kepalanya miring ke kanan dan kiri. Aku membuka sedikit mulutku, namun ia langsung memasukkan lidahnya dan memaksa mulutku terbuka lebih lebar. Ini sungguh memabukkan! Kepala kami saling terdorong berusaha mendominasi ciuman panas ini, namun ia malah menghempaskan tubuhnya ke ayunan tadi, aku dipangku olehnya tanpa melepaskan ciuman ini.
Naluriah, ujung jari lentikku merengkuh semakin mendorong tengkuknya. Terdengar suara kecapan bibir kami yang penuh dengan saliva kami.
“Mmmhhh,, emhhh” Desahku dalam ciuman kami. Mungkin aku sudah jatuh jika ia tidak memegang punggungku. Aku merasa kehabisan nafas, kulepas paksa ciuman ini. Saat nafasku masih belum stabil, bibirnya sudah mengecupi daguku. Aku tersadar sesuatu.
“Opp..ahhhh,, di-dikamarh,, sajjaahhh..” Ujarku susah payah. Tanpa babibu lagi ia langsung menggendongku ala bridal lalu menyapa bibirku lagi. Tak kami pedulikan beberapa pelayan yang ada di villa ini memandangi kami.
Saat sudah memasuki kamar, Kyuhyun langsung menghempaskan tubuhku ke kasur dan menindihku. Mengecupi leherku. Membuat banyak tanda kepemilikan ala Cho Kyuhyun disana. Tangannya beralih memelorotkan tali dressku. Ia menghisap leherku kuat, “Ssshhh.. Ahhh, Oooohhhhhh, Mmmhhh,” Desahku tanpa henti. Ia tampak frustasi dengan dressku dan langsung merobeknya. Ia menciumi perutku dan menjilatnya sambil menyusupkan tangannya ke punggungku. Tubuhku sedikit kuangkat demi mempermudahnya menjamah tubuhku lebih jauh. Aku pun merasa aku sudah tidak waras.
Dia terus menatapku saat perlahan ia menjilat putingku yang memerah. Aku tidak bisa menghentikan desahanku. Tangannya yang satunya meremas dadaku agak keras, sekeras aku menekan kepalanya lebih dalam kedadaku.
“Ahhh, ngghhh,, Ohhh,,” Kurasakan celana dalamku sudah sangat basah dibawah sana. Dia menarik-narik putingku dengan giginya, menariknya kesana kemari. Geli sekali. Nikmat sekali rasanya dijamah. Aku tidak ingin diam saja, susah payah kulepaskan kepalanya dari dadaku dan duduk di pangkuannya. Kulepas kemejanya dengan cepat, ia terseyum melihatku. Kubalas senyumnya singkat dan mengecup pipinya, dan tanpa sadar tanganku membuat kancing kemejanya terlepas.
“Aku suka yang agresif,,” Balasnya seduktif sambil meremas dadaku, akupun mengelus juniornya pelan.
“Ngghh,,” Desahnya tertahan dan menghentikan aktivitas tangannya di dadaku. Biarlah aku mencoba memuaskanmu, Cho Kyuhyun,,
Kulempar kemeja mahalnya sembarangan, langsung saja kujilati putingnya yang kecoklatan sambil terus meremas juniornya. Ia mendongakkan kepala dan memejamkan mata. Kurasakan itunya semakin membesar, segera kuloloskan celana kainnya beserta underwearnya. Kuraih lalu kucoba membiasakan diri menyentuhnya. Kutekan ujung juniornya yang mengeluarkan semakin banyak lendir bening.
“Ngghhh,, ppali,” Racaunya. Aku memasukkannya perlahan ke mulutku, berusaha melakukan seperti yang tadi dilakukannya ke dadaku. Tentu saja tidak cukup, miliknya cukup panjang -_- tanganku meraba twinsballnya, sedangkan aku memaju mundurkan mulutku sambil terus menjilati juniornya didalam mulut. “Fasterrrhh,, yeahhh,,” Kukocok semakin cepat juniornya sementara ia mengelus rambutku sambil membantuku memaju mundurkan kepalaku.
“Shhsshhh,, emmhh,,” Kurasakan juniornya semakin membesar, kuhisap kuat juniornya. Sepertinya dia akan “Cheryl-ah, Ohhhhhhh..” mengeluarkan spermanya. Aku susah payah menelannya, rasanya tidak enak, namun terpaksa kutelan karena tadi tangannya menekan kepalaku >,<
Ia terseyum evil dan meraih daguku, meghisap seisi mulutku hingga sebagian cairannya ia telan sendiri, dan merebahkan tubuhku lagi. Ia beringsut melepas underwearku dan menghirup udara disekitarnya. Ia melebarkan pahaku. Setengah sadar apakah aku benar-benar akan melakukannya dengan majikanku –dulu-. Tiba-tiba ia menekan klitorisku dan menggesekkannya dengan telunjuknya cepat. Aku mengerang “Ahhh,, Ohhhhhh,” Nikmat sekali. “Shhh,, Oppaaahh,, Ahh,, Kyuhhyunh oppaahhh,,”
Dimasukkan jari tengahnya ke lubang vaginaku. Digerakkannya maju mundur dengan cepat dan lidahnya sudah menjilat nikmat klitorisku. Selanjutnya ia mengelus-elus vaginaku dengan ketiga jarinya dengan cepat pula. Aku merasa sangat melayang, cairanku terus keluar. Tiba-tiba ia memasukkan ketiga jarinya sukses membuat mataku membelalak kaget, susah payah aku bangkit dan menumpukan beban badanku dengan siku, demi melihat apa yang sedang dilakukannya. Matanya terpejam terus mempermainkan klitorisku. Hingga ia mengeluarkan jarinya dan menghisap vaginaku kuat, memancingnya untuk keluar lebih banyak sampai aku terhempas ke kasur lagi, mendesah semakin gila.
Ia menghabiskannya tak tersisa. Ia meraih tanganku lalu mengusapkan jari telunjukku dengan ujung bibirnya yang masih meneteskan cairanku. Lalu ia mengulum jari telunjukku. Sepertinya dia sudah ahli, apakah ia pernah melakukannya dengan yeoja lain..
“Wae? Gwenchanayo?” Tanyanya melihatku melamun.
“Gwenchana..”
“Ingin berhenti sampai sini saja? Aku tidak akan memaksamu.” Tanyanya lembut.
“Hm.. Aku yang keberapa?” Dia tersenyum, mencium pipiku dan menyeka keringat didahiku.
“Jadi itu yang membuatmu cemberut, BabyCher?”
“Itu tidak menjawab pertanyaanku,”
Selanjutnyapun ia tidak menjawab pertanyaanku dan malah mengarahkan juniornya ke vaginaku. Digesekkan ujung juniornya keatas dan kebawah dengan klitorisku. Aku menggigit bibir bawahku menahan desahan, namun mukaku pasti sudah merah padam sangat terangsang.
“Ssshhh,, Arrghh, Ohhh,,” Aku klimaks yang kedua >,< Dia membuatku gila!
Senyumnya evil sekali. Ia memutar juniornya disekitar vaginaku membuatku mengerang tertahan, hingga ujung juniornya masuk kedalam vaginaku membuatku tidak mendesah lagi, tapi menjerit.
“Akkkhhh,, Oppaaahhh,,”
“Sebentaarrhhh, sayaaanggghh,,” Demi Tuhan dia memanggilku sayang?!? Aku meraih kepalanya dan melumat bibirnya, dia membalasnya tak kalah ganas sambil menghentak-hentakkan bagian bawahnya memasuki tubuhku. Memegang erat pahaku dengan kepala mendongak keatas.
JLEB!
1 hentakan saja sudah membuat sesuatu didalam sana sobek. Tentu saja aku masih perawan. Dia melebarkan pahaku dan mengisyaratkan kakiku melingkar di pinggangnya. Lalu ia mulai mengeluar-masukkan juniornya, mengganti rasa sakit ini dengan surga dunia nyata(?)
“Ahhh,, emmhh, Ohhhh,,” Ia menghisap dadaku tanpa ampun sambil tangannya disusupkan di punggungku, menekan dadaku semakin memasuki mulutnya. Kenikmatan ini semakin tak terbendung, Aku menariknya hingga kedua tanganku memeluk punggungnya, mendesahkan suaraku tepat ditelinganya.
Kami saling mendesah ditelinga satu sama lain, “Ahhh,, Yeahhh, Oppaaahhhhhh,,” Dia menyentuh titik ternikmat didalam sana. Dia semakin menyentak tubuhku maju mundur semakin gila hingga kami melenguh bersama, “Ahhhhhhhhhhhhhh…” Cairannya mengalir cepat kedalam rahimku. Dimalam pertama kami, ronde pertama, ia membuatku klimaks 3 kali. Mataku terpejam, masih berusaha menetralkan nafasku. Ia pun berguling di sampingku tanpa melepas itunya.
“Gomawoyo aku yang pertama..” Katanya sambil mencium dahiku dan kemudian menyembunyikan wajahnya di belahan dadaku.
Aku diam. Seolah mengerti, “Kau juga yang pertama sayangku, Saranghae..” Dia memeluk pinggangku.
Aku diam lagi. “Yaa kenapa diam saja?” Tanyanya seraya mendongak bingung. Aku berpikir cepat untuk menjawab pertanyaannya. Entah apa yang membuatku belum yakin padanya, meskipun kami sudah ‘bersatu’.
“Sepertinya kau harus memisahkan rasa kasihan dan cinta.” Kataku kemudian. Ia mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
“Memang saat awal pernikahan kita aku masih belum mencintaimu dan merasa iba atas semua yang menimpamu. Tapi semakin kesini, aku menyadari bahwa aku tidak bisa jika tanpamu, Park Cheryl..” Matanya terasa sangat teduh. Tanpa kusadari saraf disekitar bibirku membentuk sebuah senyuman indah untuknya, “Saranghae, yeobo..” Katanya lagi.
“Nado..” Balasku sambil memegang kedua pipi dan menciumnya sekilas.
“Sudah senang sekarang? Bisakah kita memulai ronde kedua?” Tahukah dia bahwa aku tidak bisa menolaknya??!?
“Coba saja,”
Dia serius -_- Sebelum ia menaiki tubuhku, aku sudah mendorong bahunya hingga women on top. Kugerakkan perlahan pinggulku dan ia pun membantu pinggulku bergoyang(?) sebenarnya masih agak ngilu disekitar vaginaku, namun demi ‘menghiburnya’ karena kami tidak pernah melakukan ini selama 6 bulan. Dan malam ini aku akan membayarnya, memuaskannya, biarkan ia menjadikanku ‘budak’nya^^
Ia meremas pantatku sambil meracau, “Oohh,, palli Cheryl-ahh,, Ppalliii…” Matanya terpejam erat, mendongak. Ia mulai merasakan gerakan pinggulku mulai melemah, “Berbaliklah,” Katanya sambil melepas juniornya. Aku menurut saja, memejamkan mata. Mau diapakan lagi aku >,<
Ternyata ia menciumi bahuku dan menjilat-jilat punggungku mesra. Aku mendesis, mendesah tak karuan mendapat perlakuan seperti itu. Juniornya masih terasa basah menggesek belahan pantatku maju mundur. Tak ingin berlama lagi, ia menarik pinggulku untuk menungging dan memasukkan juniornya lagi kedalam vaginaku. Perih, tapi aku menahannya demi memenuhi nafsunya.
“Mmhhh,, Ahhhh,, Oh, Ohh, Oohhh..” Twinsballnya menyentuh bibir vaginaku, posisi ini memberikan backsound yang lebih menggairahkan karena benturan alat kelamin kami semakin terasa.
“Oooohh,, Oppaahh,, Kyuhyun Oppaahh,,” Panggilku tak kuat menahan nikmat ini lagi. Ia malah meremas dadaku dengan kedua tangannya dan menambah temponya menjadi sangat cepat, semakin gila, semakin nikmat!
“Neeehh,, Chagiyahhhh,,” Dia menyempatkan menjawab panggilanku ditengah erangan-erangannya.
“I’m, ahh, your slaveee,, Ahhhhhhhhh” Jawabku sambil menyemburkan klimaksku yang keempat, ia belum klimaks juga. Namun tak lama cairan itu mengaliri rahimku lagi, sebagian mengaliri pahaku. Mataku terpejam, sempat kulirik keadaan disekitar kami. Baju robek dilantai, seprei kusut, ada darah dan cairan kami membasahinya. Aku sudah lelah, mataku berat sekali ingin terpejam.

Masih jam 4 pagi, namun aku sudah terbangun lagi. Mungkin karena terbiasa menyiapkan keperluannya di pagi hari. Aku menatap kearah dadaku, dia tertidur disana -_- dasar yadong! Dadaku terkena hembusan nafasnya yang teratur dan hangat. Aku mencium rambutnya sekilas, lalu beranjak ke kamar mandi villa ini, membersihkan sisa-sisa persetubuhan kami malam tadi. Saat berendam, kejadian semalam seolah berputar kembali di otakku.
Kalau sudah jam segini aku tidak bisa tidur lagi. Bajuku dirobek namja yadong itu -_- jadinya aku hanya menggunakan handuk kimono, kearah balkon kamar kami dan menatap langit. Banyak sekali bintang dan sebuah bulan sabit.
Kurasakan Kyuhyun mengelus perutku dan menyandarkan kepalanya di pundakku. “Kenapa mandi tidak ajak-ajak,,” Rajuknya manja. Aku sebal jika dia terus-terusan seperti ini. Kenapa dulunya dia harus sok cool didepanku!
“Dasar yadong!” Sahutku singkat. Dia hanya tertawa kecil sambil mengelus-eluskan kepalanya di pundakku.
“Kyuhyun Oppa,,”
“Ne, chagii..”
“Tidak sadarkah kau adalah bintang? Bintang yang jauh disana, yang sulit kugapai, yang bisa mengeluarkan cahayanya sendiri,,”
“Dan kau adalah bulan. Bulan yang tidak bisa bersinar tanpa bintang.” Perkataannya sangat benar.
“Benar, Oppa. Aku memang tidak bisa jika tanpamu.”

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar