Pengikut

Sabtu, 06 Oktober 2012

Between Devils and Angels – Part 5



Between Devils and Angels

Cast : Han Hye Soon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo a.k.a Leeteuk, Kim Heechul, other all Super Junior’s member

Genre : fantasy , romance , sad , adventure

Lenght : series

Author : mikajoonteuk

Rating : PG 15 (ga ngerti T…T)

Author : mikajoonteuk

gambar ff ini di buat sama admin soomi dari fanfictionloverz.wordpress.com ^O^


Sebelumnya…

“Ah, aku punya ide hyung!” jawab Henry tiba – tiba dengan senyum mengembang.

“Mwo?” tanyaku penasaran.

Lalu ia pun membisikkan rencana itu pada kami semua.

Lanjutan Between  Devils and Angels

Bab 3. Para Pengganggu

*Han Hye Soon*

Aku termenung di kamarku. Baru saja aku pulang dari sekolah. Sial, mimpi itu.. begitu nyata sampai – sampai aku kehabisan nafas! Ada apa denganku? Kenapa mimpi – mimpi aneh terus menggangguku??

Tadi setelah mengucap terima kasih dan meninggalkan para namja itu aku memutuskan menuju ke gudang tempat favoritku yang hanya aku yang tahu dan sudah kubersihkan dari sarang laba – laba agar aku nyaman. Anni, tepatnya pikiranku kosong dan aku tak tahu kenapa aku bisa berjalan sampai di gudang itu dan karena lelah aku tertidur di pojokan seperti biasa. Aku bermimpi. Aku masih kecil dan sedang berjalan – jalan. Aku melihat ada seorang namja di seberang jalan dan itu adalah namja gila yang melempar Ipodku waktu itu! Yang tadi menggangguku waktu aku ingin beristirahat di bawah pohon mapple! Ah, sial, kenapa aku bertemu dengannya sih? Pikirku jengkel. Namun entah, seperti daya magnet aku seperti tersihir dan terhipnotis sewaktu melihat matanya. Begitu mempesona, begitu memabukkan. Aishh, kenapa sih aku ini? Pikiran rasionalku berkata itu menjijikan dan menyuruh berbalik dan tidak menghiraukannya. Tapi hati dan tubuhku ini tidak sejalan. Aish, jinjja!

Aku terus menyebrang tanpa melihat sampai tiba – tiba ada mobil berkecepatan tinggi menuju ke arahku seperti siap menabrakku. Tubuhku kaku, tak bisa di gerakkan. Aku ingin berteriak dan berlari menyelamatkan diri. Tapi rasanya lidahku kelu, tak sepatah katapun keluar. Lututku lemas, seperti tak ada tenaga. Kupejamkan mata menunggu detik – detik kematianku.

Hana..

Dul..

Set…

Kok tidak terjadi apa – apa? Malah rasanya hangat seperti di peluk. Kubuka mataku dan kudapati aku berada di pelukan seorang namja. Leeteuk. Kulihat dia memejamkan mata juga. Aku bingung dengan apa yang terjadi dan berniat mengguncangkan tubuhnya sampai tanganku tak sengaja menyentuh kepalanya. Penuh darah, seperti bermandi darah. Sedetik kemudian aku sadar dan langsung berdiri. Leeteuk menyelamatkanku!

“Ya! Leeteuk-ssi, irreona! Irreona! Palli! Aku belum mengucapkan terima kasih! Kenapa kau tidur di tengah jalan hah?” kataku sinis berusaha menahan air mata. Kenapa aku jadi cengeng sih?

Aku terus mengguncang – guncangkan tubuhnya sampai kulihat namja gila yang kulihat di seberang tadi dan berniat kuhampiri meronta – ronta karena ada dua namja yang wajahnya tak terlihat seperti menahan pergelangan tangannya dan menyeretnya pergi menjauhiku.

Saat itu juga ada bagian dalam diriku,  yang sangat dominan dan berteriak lantang.

“ANDWE!!!!!!! Jangan bawa Kyuhyun!” aku bingung, kyuhyun? Nugu? Apa namja gila itu?

Aku ingin menghampirinya dan membantunya melepaskan diri dari pegangan kuat dua namja itu walau aku tahu tenagaku takkan berarti banyak. Namun aku rela akan di hajar seperti apa oleh kedua namja yang menyeret namja gila itu asal namja gila itu bisa bebas. Kenapa sih aku ini?

Namun aku bimbang. Di sini, di sisiku ada Leeteuk yang bersimbah darah. Wajahnya memucat dan memutih, tangannya dingin. Ia harus segera di tolong atau kalau tidak nyawanya akan melayang. Dan itu semua karena dia menolongku!!! Andwe!!! Aku tak mau ia meninggal! Tapi bagian diriku yang lain yang lebih dominan –sangat lebih dominan dan aku akui itu sangat jahat mengingat kondisi Leeteuk sekarang sedang sekarat karena sehabis menolongku- menyuruhku dan berteriak lantang di pikiran dan hatiku bahwa aku harus menolong namja itu atau aku akan menyesal dan tak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi. Itu membuatku makin sesak! Sangat sesak! Ya Tuhan, kenapa kau berikan pilihan  seperti ini? Ini sangat sulit dan menyesakkan! Tiba – tiba kurasakan tubuh Leeteuk menghembuskan nafas terakhir dan di seberang sana namja gila yang kupanggil Kyuhyun itu di cekik dan di tusuk tepat di jantungnya.

“ANDWEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!” aku berteriak lantang dan terbangun dari mimpi itu. Tanpa sadar saat ini saat aku sedang kepikiran mimpi tadi aku jadi ikutan berteriak. Membuat Kepala Pelayan Song tergesa – gesa dan dengan panik menghampiriku di kamarku.

“Waeyo, Nona?? Gwenchana??” tanyanya dengan nafas ngos – ngosan.

“Anni” jawabku singkat tanpa memalingkan muka.

“Geure” dia menghembuskan nafas. “Hajiman kalau ada apa – apa Nona bisa memanggilku. Arrasseo?” katanya.

“Nde” jawabku lagi dengan singkat.

Saat pintu sudah tertutup, tiba – tiba terdengar ketukan dan terbuka lagi.

“Wae?” tanyaku pada Kepala Pelayan Song.

“Mianhamnida, Nona. Hajiman jadwal les Nona sudah aktif lagi dan nanti jam 7 anda akan les biola. Les piano, les gitar, les pelajaran, les bahasa, les bisnis, dan les melukis juga akan di mulai besok. Mianhamnida Nona saya telat memnberitahu” kata Kepala Pelayan Song sambil membungkukkan badannya.

Aku menghembuskan nafas lelah. “Arraseo”

“Mianhamnida Nona..” Kepala Pelayan Song masih terus membungkuk.

“Gwenchana” kataku singkat.

“Geure, kamshahamnida Nona.” Katanya membungkuk lagi. “Nona, sebaiknya berganti baju untuk siap – siap les. Anda mau makan sekarang atau nanti?”

“Nde. Nanti saja” jawabku.

Kepala Pelayan Song tersenyum. “Arrseoyo, akan saya siapkan nanti. Annyeong, Nona” diapun berlalu pergi.

Hah. Suasana hatiku sedang buruk namun harus menjalani les yang segunung itu. Sama saja dengan membunuhku! Perasaanku masih kacau, apalagi tadi sehabis bermimpi aku menuju kelas dan mendapati Leeteuk di sana dengan raut cemas. Melihatnya membuatku semakin mengingat mimpi gilaku. Itu membuatku sesak, ingin kubentak agar ia menjauh namun aku tak tega dan tak bisa. Ada perasaan lega saat melihatnya baik – baik dan tidak seperti di mimpiku. Aigo aku kenapa ini?? Jadi aku lebih memilih diam.

Kupilih pakaian untuk lesku. Dress santai selutut warna biru safir. Warna yang sangat kusuka. Sederhana, dan tak perlu baju bagus – baguskan? Kupandangi diriku di cermin. Kau tahu? Aku muak. Muak dengan hidupku. Selalu di atur dan di rencanakan oleh kedua orang tuaku. Orang tua? Hah. Kurasa hanya status saja karena mereka selalu sibuk dan tak ada waktu untukku. Masih bisa mereka mengaku orang tuaku dan mengatur hidupku seenak mereka seperti robot sedangkan bertatap mata langsung denganku dan memperhatikanku saja jarang? Lucu! Aku ingin tertawa memikirkannya. Les biola, les piano, les gitar, les bahasa, les bisnis, les berkuda, les memanah, les pelajaran, dan les melukis semua itu di suruh orang tuaku. Anni, kalau menyuruh masih ada bilang padaku. Tapi ini? Tahu – tahu ada jadwal les di hadapanku dan aku di tuntut menaati dan menjalaninya. Sampai kapan aku begini?

Tok, tok, tok…

“Nona, guru Nona sudah datang” kata salah satu pelayanku di balik pintu.

“Nde” jawabku lalu aku mengambil biolaku di dalam lemari dan berjalan keluar kamar. Menuju ruang khusus untukku belajar musik. Di sanalah guruku menunggu.

Kubuka pintu dan kulihat guruku sedang menatap keluar jendela. Tumben? Biasanya ia akan duduk menungguku? Lagipula kenapa aku merasa ia agak pendekkan? Dan sejak kapan rambutnya pirang dan agak panjang? Bukankah dulu hitam dan cepak? Aku tak bisa melihatnya karena terhalang cahaya dari luar jendela sampai ia membalikkan badan dan menatapku sambil tersenyum sumringah.

“Annyeonh, Hye Soon-ah” katanya sambil memperlihatkau pipinya yang chubby dan matanya yang sipit.

Aku tepaku diam. Terkejut. Bocah ini. HENRY?! Namun kupasang wajah datar.

“Kau.. Sedang apa di rumahku?” geramku menahan marah.

“Aku? Tentu saja mengajarimu biola” katanya masih tersenyum.

@@@@


Akhirnya setelah setengah jam berdebat dan mendengar ceritanya, aku menerimanya sebagai guruku. Sial, guruku yang lama pensiun dan menyerahkan tugasnya kepada bocah sipit ini. Aish, aku juga malas menolak karena nanti pasti appa akan bertanya kenapa dan aku malas bertemu dengannya atau bahkan mendengar suaranya. Lagipula aku ingin tahu, seberapa hebat sih dia sampai – sampai mantan guruku itu menyuruh bocah ini menggantikan tugasnya mengajarku?

“Geure, mari kita mulai. Aku akan memainkan sebuah lagu lalu setelah itu kau mainkan juga. Aku ingin lihat tekhnik dan kelancaranmu. Arraseo?” katanya. Aku hanya menjawab dengan gumaman.

Dia mulai menggesekkan biolanya. Omo, ini adalah melodi dan lantunan terindah yang pernah kudengar. Halus dan merdu, damai sekali. Seolah yang menggeseok biola itu adalah tangan malaikat. Aku terhanyut, melodi ini begitu menenangkan. Aku cukup kagum namun kupasang wajah datar karena tak tahu harus bagaimana. Atau aku memang lupa cara tersenyum? Molla. Oke dia cukup hebat. Aku senang dengan suara biola namun aku tak pernah minat dengan biola. Ingat aku les karena di suruh, kan?

Lagunya pun selesai, beberapa detik ia memperhatikanku. Melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan kening berkerut. Membuatku risih saja! Namun ia segera mengatur mimiknya.

“Aku sudah selesai. Nah, coba kau mainkan?” kata Henry.

Aku mengambil biolaku dan mulai menggeseknya dengan nada – nada persis seperti yang di mainkan Henry. Namun belum selesai memainkan lagu itu ia menghentikkanku.

“Ulang..” kata Henry datar.

Aku menghela nafas. Aku memainkan ulang lagu tadi. Dan sama seperti tadi sebelum selesai dia menghentikkanku! Dasar gila!

“Ulang..” katanya ladi dengan datar.

Kejadian ini berulang kali terulang. Membuat kesabaranku habis dan amarahku mecapai titik didih.

“Ulang..” katanya LAGI dengan datar. Bahkan kali ini aku baru memainkan satu birama!

Aku berhentu bermain biola, membanting dengan cukup kasar biolaku ke meja walau tidak terlalu keras tapi cukup membuat orang bergidik ngeri mengingat biola mungil itu terlihat rapuh dan betapa mahalnya harga biola itu.

“Kau mencoba mempermainkanku?” tanyaku tajam.

“Anni, hanya mencoba mengajarimu memainkan biola dengan benar dan… tulus” jawabannya membuatku terperangah. Benar? Aku termasuk pemain terbaik bahkan pernah konser! Dan apa maksudnya tulus? Bukankah dengan menggesekkannya saja bunyi biola sudah terdengar?

“Jangan bercanda, Henry-ssi. Aku pernah konser dan itu artinya menunjukkan seberapa kemampuanku” kataku dingin.

“Nde, kau memang hebat. Kau salah satu pemain terbaik. Tapi tahukah kau?” tanyanya.

Aku hanya diam menunggu perkataannya selanjutnya.

“Kau pemain terbaik juga sekaligus terburuk bahkan sangat menyedihkan. Apa kau tidak sadar?” perkataannya membuatku penasaran sekaligus bingung. Apa maksudnya?

“To the point saja. Apa maksudmu?” tanyaku dingin.

“Geure. Tidak ada yang salah dalam nada yang kau mainkan. Semua sempurna. Hanya saja… permainanmu dingin, Hye Soon-ah. Tidak ada perasaanmu di sana. Perasaanmu tidak sampai, itu sangat menyedihkan. Kau tak menggunakan hatimu, kan?” tanyanya dengan nada prihatin.

Hati? Perasaan? Hah, ingin melucu kau? “Hah” aku mendengus. “Memang..” desisku.

“Mwo? Kalau begitu kenapa kau ikut les biola?” tanya Henry.

“Orang tua..” jawabku singkat.

Ia mengangguk – anggukkan kepalanya dan kembali tersenyum. “Arraseo. Kalau begitu biar aku yang membuatmu menyukai biola. Ottokkae?”

“Wahatever you say…” kataku.

Dia terkekeh. “Okay, it’s a deal”

Aku mendengus. “Konyol. Sudah selesai? Aku mau tidur”

“Anni, baru setengah jam. Dengarkan aku bermain sekali lagi, resapi, lalu kau mainkan lagi ini. Aku ingin lihat permainanmu,. Apakah membaik atau memburuk. Apakah kau sadar atau tidak” aku hanya diam tanda setuju. Berniat membuatku tergugah dan bermain dengan serius? Mimpi kau.

@@@@


Ige moya?? Les piano, les biola, les gitar, les bahasa, les bisnis, les berkuda, les memanah, les pelajaran, dan les melukis berganti guru?? Dan mulai hari ini semua akan aku jalani?? Kapan aku akan bisa istirahat dan menenangkan pikiranku dari kejadian – kejadian aneh akhir – akhir ini?? Dan siapa pula guruku?? Jangan bilang pasukan  namja gila itu! Tapi ini 9 orang, mereka hanya bertujuhkan? Ah, namja gila itu. Lalu siapa satu lagi? Argh, peduli setan! Lagipula tidak mungkin mereka juga. Kenapa aku percaya diri sekali dan berpikir bahwa guru pengganti adalah mereka? Henry kemarin hanya kebetulan. Ya, hanya kebetulan!

Tok, tok, tok..

“Nona, guru – guru anda sudah datang. Mereka berniat memperkenalkan diri sebagai guru baru dan sehabis itu anda ada jadwal les bahasa” kata Kepala Pelayan Song.

“Arraseo” lalu aku keluar dan mendapati Kepala Pelayan yang telah mengabdi belasan tahun di keluargaku ini tersenyum hangat.

“Mari saya antar” katanya masih dengan senyumnya dan aku hanya diam mengikutinya dari belakang.

Tenang, Hye Soon. Tidak mungkin mereka semua menjadi gurumu. Itu sangat konyol dan tidak lucu! Bagaimana bisa? Mereka hanya pelajar sama seperimu. Aku berusaha memasukkan sugesti itu ke dalam otakku.

Ketika aku baru turun dan menginjakkan kaki di lantai. Aku terpaku dengan pemandangan di depanku. Bagaimana bisa?? Ottheokkae??

Mereka bertujuh tersenyum manis padaku atau tepatnya senyum dengan maksud menyembunyikan tawa? Hah, walau aku terkejut wajahku juga akan tetap datar!

“Nona, ini adalah guru – guru les Nona. Ada.. ehm ada 4 orang yang tak bisa datang. Mereka akan datang minggu depan atau 2 minggu lagi. Mari saya perkenalkan yang ada, yang ini..” Kepala Pelayan Song mulai memperkenalkan namja – namja itu tapi langsung kupotong.

“Anni, biar mereka memperkenalkan diri mereka sendiri. Sekarang kau bisa pergi tinggalkan kami” kataku dengan datar.

“Nde, Nona. Annyeong” Kepala Pelayan Song tersenyum lalu membungkukkan badan dan pegi menuju dapur.

Aku menatap mereka tajam. Mereka hanya terus tersenyum. Seperti orang gila saja! Ah, mereka memang sudah gila, kan?

“Annyeong, Hye Soon-ah..” kata mereka kompak. Aku hanya mendengus.

“Geure, kita mulai perkenalannya” kata Leeteuk dengan senyum lesung pipitnya itu.

“Kita bertemu kemarin dan sudah berkenalan, kurasa kau sudah tahu siapa aku dan aku akan mengajar apa padamu, Hye Soon-ah”  kata Henry  dengan matanya yang sudah segaris.

“Hye Soon-ah, aku akan menjadi guru gitarmu” kata Sungmin dan ia tersenyum manis melebihi yeoja.

“Hye Soon-ah, aku akan menjadi guru pianomu” ucap Ryeowook takut – takut namun senyum kebahagiaan terlihat jelas di wajahnya.

“Hye Soon-ah, aku akan menjadi guru bisnismu” kata Kibum dengan senyum khasnya.

“Hye Soon-ah, kami akan menjadi guru berkudamu” kata Hangeng dan Shindong bersamaan.

“Aku rasa kau sudah kenal kami  jadi kami tidak perlu memperkenalkan dirikan? Hye Soon-ah, aku akan menjadi guru bahasamu” kata Leeteuk sambil menunjukkan lesung pipitnya.

Mwo? Guru bahasa? Jadi sebentar lagi aku akan les denganya??

“Mana guru yang lain? Apa kalian saling kenal?” tanyaku tajam.

“Anniyo, kami tidak kenal 3 guru yang tidak datang” jawab Sungmin namun nadanya terdengar aneh.

“Gerure, aku rasa cukup. Silahkan pulang” kataku berniat mengusir mereka.

“Nde, kami akan pulang. Senang menjadi gurumu, mulai besok kami mengajar ya. Kami pulang dulu, annyeong..” kata mereka semua lalu berlalu dan pergi meninggalkanku. Wow, menurut sekali?

Mereka pulang tapi aku masih melihat Leeteuk di sini bersamaku sambil mengambil beberapa buku dari tasnya.

“Kenapa kau masih ada di sini?” tanyaku dingin.

@@@@

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar