Pengikut

Sabtu, 06 Oktober 2012

Between Devils and Angels – Part 3


Between Devils and Angels
Cast : Han Hye Soon, Cho Kyuhyun, Park Jungsoo a.k.a Leeteuk, Kim Heechul, other all Super Junior’s member
Genre : fantasy , romance , sad , adventure
Lenght : series
Author : mikajoonteuk
Rating : PG 15 (ga ngerti T…T)
Author : mikajoonteuk
gambar ff ini di buat sama admin soomi dari fanfictionloverz.wordpress.com ^O^
Sebelumnya…
Aku tak punya teman, orang tuaku tidak menganggapku, dan para pelayan itu hanya peduli dengan uangku. Lama – kelamaan mataku terasa berat, menuntut untuk minta di pejamkan. Sedetik sebelum saatku tertidur, satu kata melintas di otakku. Kesepian.
Lanjutan Between Devils and Angels
Bab. 2 : Mimpi – Mimpi

*Han Hye Soon*
“Tenang… Aku ada di sini, selalu di sini.. Di sisimu, jadi jangan takut karena aku selalu menjaga dan melindungimu meski nyawa adalah taruhannya. Berbahagialah dengannya, jika kau bahagia maka aku juga bahagia. Aku rela di jadikan tempat pelampiasaan atau tempat bersandar sementara, asal itu yang kau inginkan… Aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu..” seseorang mengecup dahiku dengan lembut dan memelukku erat. Namja ini.. Suara ini.. Leeteuk?? Lagi?? Omo, dia memelukku dan mencium keningku sembarangan?? Cari mati dia! Ingin rasanya kutendang dia, kupukul, kusayat, dan kuhabisi karena berani lancang! Tapi entahlah, perasaan untuk marah dan mau membunuhnya menguap begitu saja seiring dengan kehangatan yang kurasakan dalam pelukannya. Ige mwoya??
Tiba – tiba perasaan tertekan dan nafas sedikit menyesakkan muncul. Leeteuk mengendurkan sedikit pelukannya sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi. Seorang namja, berdiri di hadapanku dan Leeteuk. Matanya penuh dengan kilatan marah dan… cemburu? Wajahnya tak asing. Dia seperti yang di mimpiku dulu dan artinya… aha! Dia mirip seperti namja asing yang gila di taman tempo hari! Tapi meski perasaan tertekan itu muncul, muncul juga perasaan damai dan hangat yang lebih daripada saat berada di pelukan tadi. Dan melihat namja ini, membuatku merasa bersalah? Aigo aigo, aku kenapa sih??
Namja itu menarik lenganku, memaksaku mengikutinya saat aku sedang melamun. Saat itu aku tersentak dan berniat memberontak tapi kembali terpintas perasaan nyaman yang amat sangat dan rasa bersalah tadi sehingga aku bungkam dan mengikutinya saja. tapi aku teringat Leeteuk. Leeteuk?? Omo, kenapa perasaan bersalah yang baru muncul lagi?? Aku merasa bersalah pada namja asing ini dan pada Leeteuk?? Aku sudah gila!
Namja itu terus menarikku, aku masih bungkam. Merasakan perasaan nyaman dan hangat yang teramat pada namja asing ini dan rasa bersalah yang tak jelas kenapa pada Leeteuk membuatku sesak dan bingung sendiri. Tiba – tiba tanpa di kontrol dan tanpa aku sadar aku mengucapkan sesuatu yang bahkan tak terpikirkan dan aku tak mengerti artinya.
“Selamat tinggal belahan hatiku… Aku mencintaimu, tapi aku lebih mencintai belahan jiwaku. Aku tahu aku jahat, aku egois. Tapi aku juga tak kuasa menahan perasaan ini. Aku tak bisa mengendalikannya karena ini diluar kendaliku. Carilah kebahagiaanmu, karena takdirku adalah harus bersama belahan jiwaku… Sekali lagi mianhae.. Jeongmal mianhae, Leeteuk-ah…” ucapku lirih. Air mataku mengalir deras. Kenapa rasanya sesak dan sakit sekali? Tapi kenapa juga rasanya jauh lebih sesak  dan sakit lagi kalau aku memilih meninggalkan namja asing ini? Rasanya berat meninggalkan Leeteuk, tapi jauh lebih berat meninggalkan namja asing ini.
@@@@
Sudah 5 bulan semenjak hari dimana aku di recoki namja – namja yang tiba – tiba datang memasuki hidupku. Entah namja – namja baru yang aneh di kelas dan sekolahku. Atau namja asing yang gila yang tempo hari seenaknya saja mengambil dan melempar asal Ipodku di taman. Lama – lama aku bisa gila! Sejak mimpi aku di tarik namja asing gila itu juga aku jadi sering memimpikan namja itu dan Leeteuk! Entah mereka berdua, atau namja itu saja, atau Leeteuk saja. Aisshh, jinjja!
“Annyeong, boleh aku duduk di sini?” tak perlu mendongak untuk tahu siapa yang bicara. Leeteuk.
Huh, aku mendengus. Panjang umur sekali! Langsung muncul saat aku sedang memikirkannya.
Aku tak menjawab dan tanpa menunggu jawabanku lagi dia langsung duduk di sebelahku. Dasar, mengganggu saja! Tapi masa bodohlah.
“Sendirian? Kenapa baca buku? Ini kan istirahat, tidak makan?” tanyanya ramah. Aku masih diam.
“Ya, kau dengar aku kan?” tanya Leeteuk lagi.
“Ya, jawab aku dung!”
“Ya,..” aku tak tahan lagi mendengar ocehannya.
“Aish jinjja! Bisa tidak berhenti menggangguku? Kau sudah 5 bulan sekolah di sini, pasti sudah tahu kebiasaanku kan? Apalagi murid yang sering di perbincangkan sepertiku!” kataku ketus.
Kudengar ia terkekeh. Apanya yang lucu? Ku tatap dia dengan pandangan berhenti-tertawa-tidak-ada-yang-lucu-atau-kubunuh-kau!
“Mianhae, mianhae, Hye Soon-ssi. Aku hanya lucu mendengar sudah 5 bulan. Kalau begitu boleh kan aku memanggilmu dengan Hye Soon-ah? 5 bulan sepertinya cukup membuat kita dekat” namja ini tersenyum. Senyum seperti biasa yang menunjukkan lesung pipitnya. Namun entah kenapa mataku tak pernah bisa biasa melihat senyum dan lesung pipitnya itu.
Namun aku sadar kata – katanya. Dekat? Yang benar saja, aku tak pernah mengobrol dengannya! Geure, aku ralat. Memang sesekali ya untuk kepentingan tugas tapi selebihnya dia yang selalu mengajak ngobrol dan mengikutiku terus. Aku serasa punya stalker!
“Kau gila…” desisku.
“Nde, aku memang gila.. Gila karena..” suaranya tak kedengaran lagi. Suara di luar berisik sekali!
“Mwo? Aku tak dengar” tanyaku. Kenapa aku penasaran ya?
“Anni, kau salah dengar” dia tersenyum lagi. Terserahlah! Lagipula bukan urusanku!
“Leeteuk hyung!” kudengar semua teman – temannya menghampiri kami. Tepatnya menghampiri Leeteuk. Ah tapi siapa peduli, mejaku dan meja Leeteuk bersebelahan jadi sama saja! Kuulangi, SEMUA temannya. Mulai dari yang manis seperti yeoja, dua bersaudarayang mungil seperti kurcaci, namja yang atletis, yang berpipi chubby, dan terakhir namja yang gempal. Aku belum hafal nama – nama mereka, jangan salahkan ingatanku yang buruk! Mereka terlalu banyak, lagipula untuk apa menghafal nama – nama mereka? Kurang kerjaan!
“Ya, kalian dari mana saja? Kan kita harus menemani Hye Soon-ah!” kata Leeteuk. Mendengar ucapannya mataku langsung membulat. Memang entah sejak kapan mereka jadi sering –anni, hajiman SELALU- berkumpul di dekat meja Leeteuk tiap istirahat yang artinya di dekat –sangat dekat- dengan mejaku dan mereka selalu mengajakku mengobrol tapi selaluku acuhkan. Tapi yang membuatku terkejut adalah dia memanggilku akrab begitu? Dia pikir dia siapa? Huh!
“Mianhae, hyung. Tadi kami mempersiapkan bekal dulu untuk kita makan, aku sudah susah payah loh membuatkannya” ucap namja yang kalau tidak salah namanya Ryeowook dengan senyum sumringah. Susah payah? Siapa peduli?
“Kajja, kita makan!” ucap si namja gempal.
“Kau ini, kerjaannya dan pikirannya makan terus!” kata namja bertubuh atletis. Hangeng?
“Hahahahahaha” mereka semua tertawa. Memang lucu ya? Aku tidak merasa lucu. Dasar aneh! Atau.. Aku yang aneh? Sudah lama aku tidak tertawa ataupun tersenyum. Sepertinya aku lupa caranya.
Mereka mengambil bangku dan menatanya sehingga mengelilingi mejaku dan meja Leeteuk. Sebelah kananku Leeteuk, sebelah kiriku namja semanis yeoja itu, di depanku namja berpipi chubby, sebelah kanannya Hangeng, sebelah kirinya namja gempal, dan sebelah kanan namja gempal adalah kurcaci bersaudara. Aku risih di kelilingi seperti ini. Seumur hidupku, aku tidak pernah duduk di kelilingi seperti ini. Entah untuk kerja kelompok ataupun makan. Entah di sekolah ataupun di rumah. Aku selalu sendiri.
Aku berniat bangun dan pergi ke UKS. Lama – lama di sini aku bisa muntah! Lebih baik aku bolos saja, sepertinya itu ide bagus. Oh ya, jangan lupa bawa Ipod dan obat anemiaku! Baru saja tanganku mau menggenggam resleting tas, tanganku sudah di genggam Leeteuk dan Sungmin, mungkin. Pokoknya yang seperti yeoja!
Aku langsung menghempaskan tangan mereka. “Lepaskan!” kataku ketus.
“Baik, tapi jangan pergi” kata Leeteuk.
“Nde, aku tahu kau mau bolos kan? Lagipula kau belum makan kan tadi pagi” kata Sungmin.
Aku mengerutkan dahiku, darimana dia tahu?
“Err.. Maksudku kami semua tahu, siapa yang tidak tahu? Kau suka er… bolos kan?” kata Sungmin sedikit gugup. Kenapa dia? Sudahlah, tak mau ku pusingkan. Apa yang dia bilang benar kok.
“Hye Soon-ah, ini aku juga buatkan bekal khusus untukmu!” kata Ryeowook tersenyum manis.
Hye Soon-ah?? Namja ini cari mati hah?? Namja itu mengkerut melihat tatapanku. Baru hendak aku protes Leeteuk menyelaku.
“Bukankah tadi kau bilang 5 bulan cukup untuk mengetahui kebiasaanmu? Kusimpulkan itu artinya cukup dekat. Berarti boleh kan kami panggil Hye Soon-ah? Kau tidak boleh protes” Leeteuk tersenyum. Sial, aku memang tidak bilang begitu tapi memang terisyarat seperti itu.
Aku menyerah, aku kembali duduk. Daripada aku pusing, ah lebih baik aku minum obat dulu dan langsung tiduran sambil mendengarkan lagu. Baru aku ingin mengambil obat di tasku, tapi di tahan LAGI. Tapi kali ini hanya Leeteuk yang menahanku.
“Makanlah dulu.. Ryewook sudah membuatkannya untukmu..” kata Leeteuk.
“Minum obat harus makan terlebih dahulu” kata Sungmin sambil tersenyum. Darimana dia tahu aku mau minum obat? Apa dia cenayang? Mengerikan, sebaiknya aku jauh – jauh dari mereka!
“Ya, kenapa seperti melihat hantu? Kami bukan cenayang!” kata Leeteuk menahan tawa.
“Darimana..” aku ingin bertanya.
“Siapapun pasti akan tahu yang ada di pikiranmu tadi” Leeteuk tersenyum.
Mengerikan! Namja – namja ini bukan hanya aneh tapi juga seorang cernayang! Aku hanya memasang wajah datar.
“Ini, ini.. Makanlah yang banyak ya..” kata Ryewook sambil tersenyum.
“Ryeowook itu pandai memasak loh!” kata Kibum, kakaknya kalau tidak salah. Oke sepertinya aku mulai hafal nama – nama mereka.
Aisshh, kau pikir aku mau makan makanan dari orang asing? Mereka semua mulai makan dengan lahap. Aku hanya menatap tajam makanan di hadapanku. Seumur hidupku aku tidak pernah makan makanan selain buatan koki bintang lima di rumahku. Masakan buatan ummaku saja tidak. Hah, jangan kata memasak. Masuk dapur saja dia tidak pernah! Sekarang kalian menyuruhku makan makanan tidak jelas ini? Jangan bercanda! Tapi.. jujur saja entah kenapa perasaanku hangat. Aku seperti senang… di perhatikan? Aku juga penasaran dan rasanya ingin sekali mencoba makanan ini. Sepertinya lezat dan di buat dengan tulus. Penuh dengan cinta dan kasih sayang. Mwo? Cinta? Kasih sayang? Aissh, jinjja! Aku sudah tidak waras!
“Kenapa hanya dilihat? Ayo, di makan nanti dingin loh..” kata Leeteuk dengan senyum khasnya.
Hampir saja tanganku terulur mengambil sumpit dan mulai melahap makanan di hadapanku, tapi segera kutepis pikiran itu. Memakan benda ini? Menjijikan! Entah di buat dengan apa dan bagaimana caranya! Bagaimana kalau di masukkan racun? Pikiran angkuhku mulai menguasai otakku lagi.
“Hah, memakan ini? Kamshahamnida, tapi tidak akan” ucapku sinis. Kulihat wajah Ryeowook penuh guratan kekecewaan. Aigo, kenapa aku jadi merasa tak enak hati? Singkirkan pikiran lemah itu!
“Geure, tapi cobalah buah ini. Segar loh” Ryewook tersenyum lagi padaku. Tulus sekali.
Aku jadi tidak tega. Kenapa aku ini? Argh! Tapi tidak kupedulikan teriakan hati kecilku itu. Kupasang wajah datar dan kuikuti pikiran angkuhku, lagi.
“Hanya dalam mimpimu” kataku datar lalu beranjak pergi tanpa ada yang berusaha menahanku lagi. Fiuhh, baguslah!
“Hye Soon-ssi…” panggil namja berpipi chubby itu.
Ingin kuhiraukan tapi aku seperti spontan menjawabnya. “Nde?” kataku datar tanpa berbalik.
“Apakah kau manusia?” pertanyaannya membuatku terkejut.
“Apa maksudmu?” aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya namun masih datar menanggappinya.
“Kau.. sangat tidak berekspresi. Tidakkah kau sadar? Itu tidak normal” nadanya terdengar khawatir.
“Aku memang tidak normal” jawabku asal.
“Maksudmu? Kau manusia, kau bernafas, kau makan, kau berbicara, geurechi?”
“Anni, lupakan. Itu tidak penting” ucapku lalu langsung meninggalkan tempat itu.
Mereka itu… aneh! Gila! Tidak waras! Argh, aku bisa gila bertemu mereka terus! Ipodku tertinggal lagi, sial! Geure, aku ke taman belakang sekolah saja! Di sana sepi dan tidak ada orang, tempat yang sempurna untuk membolos!
@@@@
Di sinilah aku, di bawah pohon mapple besar dan cukup rindang untuk menghalangi sinar matahari. Sejuknya! Seandainya waktu berhenti… Tak perlu sekolah, tak perlu les, tak perlu pulang, tak perlu makan, tak perlu tidur, tak perlu bicara.. Cukup seperti ini, diam dalam keheningan yang damai. Aku memejamkan mata dan menghirup aroma dedaunan wangi di sekitarku.
“Sedang apa kau? Berusaha menjadi pohon?” ejek seseorang yang suaranya sangat familiar.
Moodku seketika hancur. Dari yang sudah jatuh dari lantai 100 sekarang masih di injak – injak lagi oleh orang ini. Mengganggu saja! Kubuka mataku untuk melihat siapa yang ada di hadapanku dan… namja gila yang tempo hari di taman! Dia tepat ada di depanku dan buru -  buru kupalingkan wajahku ke arah lain.
“Masih tak mau bicara nona bisu, heh?” namja itu masih menyindirku. Memang aku peduli?
Hancur sudah moodku, hancur lebur! Dia harus berpikir dua kali kalau mau menunjukkan wajahnya! Wajahnya itu membawa sial! Di tambah sikapnya yang menyebalkan, ingin sekali aku menghajarnya!
“Bukan urusanmu..” jawabku dingin.
Plok, plok, plok.. Dia bertepuk tangan? Dasar aneh!
“Rekor untukku membuatmu berbicara hanya dengan 2 kalimat, padahal biasanya hyungdeul harus mengucapkan lebih dari itu” dia tersenyum. Senyum iblis yang menyeramkan tapi entah kenapa begitu mempesona. Apa jangan – jangan dia iblis? Hah, jangan konyol Hye Soon!
Hyungdeul? Oh, jadi pasukan namja yang kutinggalkan tadi kakak – kakaknya? Pantas saja! Kakak dengan adik sama saja mengganggunya! Konyol, rekor apanya? Itu karena kehadiranmu membuatku gondok duluan!
“Adik dan kakak sama saja…” desisku.
“Mwo?” tanyanya.
Aku segera pergi dari tempat itu, tak mau mengurusi namja tadi. Bisa pecah kepala nanti!
“YA! Mau kemana?” tanyanya lagi dengan nada yang lebih menyebalkan.
Tak kupedulikan, adu mulut dengan namja gila seperti dia bisa ikut gila!
“Geure, teruslah lari dan bersembunyi kau pasti akan tetap kutemukan! Hahaha” apa maksudnya? Sudahlah, tak usah peduli! Dasar namja gila.
Aku terus berjalan cepat menuju kelasku yang berada di lanta 4 namun belum sampai di sana, baru saja di lorong lantai 2 namja – namja yang tadi kutinggalkan di kelas berlarian menghampiriku. Anni, mungkin mereka hanya buru – buru dan mau melewatiku. Kupalingkan wajah menatap ke dalam kelas hoobae – hoobae ku.
“Hye Soon-ah!!!” panggil mereka. Anni, mereka berteriak! Langsung saja seluruh penghuni lorong, bahkan yang di dalam kelas dan di lapangan menengok ke arah mereka tak terkecuali aku.
Cari mati mereka! Sontak aku langsung berbalik arah dan berjalan menjauhi mereka. Tapi naas, ada yang menahanku! Argh, si Leeteuk!
“Wae?” tanyaku dingin.
“Gwenchanayo?” tanya Ryeowook cemas.
“Tak ada yang luka kan?” kali ini Leeteuk yang bertanya dengan raut wajah khawatir.
“Ada yang mengganggumu?” Hangeng bertanya tak kalah cemas. Yang lain menatapku khawatir.
“Kalian ini kenapa sih? Satu – satunya yang menggangguku adalah kalian!” bentakku.
Seketika itu mereka langsung diam. Apa aku terlalu kasar?
“YA! Han Hye Soon! Bisa tidak kau buang sikap sok mu itu? Kami muak melihatnya! Sudah bagus oppadeul mengkhawatirkanmu! Tapi apa jawabanmu? Dasar kurang ajar! Memang tak pantas sampah sepertimu diperhatikan! Seharusnya kau dibuang!” teriak segerombolan yeoja.
Oh, that’s great. Tanpa memalingkan wajahku aku tahu mereka siapa. Victoria Song, Jessica Jung, Krystal Jung, Luna Park, dan Tiffany Hwang. Siapa yang tak kenal mereka? Yeoja – yeoja centil yang manja yang kerjanya hanya menghina orang dan menghambur – hamburkan uang. Di depan para seongsaenim mereka pura – pura baik. Tapi di balik mereka tingkah para yeoja itu seperti wanita bar – bar! Tak ada yang berani protes karena takut di habisi oleh mereka baik para seongsaenim ataupun para haksaeng. Atau para seongsaenim memang  tak bisa berbuat apa – apa? Jelas, orang tua mereka adalah penyumbang terbesar di sekolah ini. Lagipula mereka semua cantik. Atau sebaiknya kuralat kata cantik menjadi yeoja-berpakaian-kurang-bahan-dan-boneka-plastik. Mengerti maksudku? Tepat sekali, wajah mereka hasil oplas alias operasi plastik. Haha, ingin rasanya kupatahkan hidung mereka! Kudengar mereka keturunan amerika. But who cares?
“Tak punya kaca? Tidak bisa melihat diri? Kasihan sekali, biar aku belikan” kataku menyindir tajam.
“Kau…” desis Tiffany.
“Mwo?” tantangku.
“Hah, anjing lemah memang banyak menggonggong!” sindir Victoria.
“Siapa ya yang anjing? Ah, sepertinya kalianlah yang anjing! Anni, malah anjing lebih terhormat dari kalian!” bentakku.
Mereka tersentak takut. Haha, mau bermain – main denganku?
“Kau akan mendapat balasam karena sudah berani membentak kami!” kata Jessica. Tapi entah kenapa ancamannya hanya terdengar seperti jeritan seekor semut di telingaku.
“Oh, mengancam Nona Jung?” nadaku masih menantang.
“Nde, dan jangan harap ancaman kami main – main!” kata Krystal, adik Jessica.
“Wah, wah, Jung bersaudara marah ya?” desisku.
“Sombong sekali kau, lihat saja pembalasan kami!” kata Luna.
“Aishh, jinjja. Kalian berisik sekali! Aku tak takut dengan ancaman kalian dan aku juga tak main – main. Dengan apa kalian mengancam? Uang? Jangan harap aku takut, bukan hanya kalian yang memiliki uang! Dan kau Nona Park, sombong katamu hah? MENGACALAH DULU!” kataku penuh penekanan.
Mereka tak tahu kalau ayahku adalah atasan dari ayah – ayah mereka? Tinggal kutelepon sekertaris ayahku dan detik itu juga mereka akan menjadi pengemis di jalanan! Untungnya aku ini memiliki hati nurani jadi selama ini aku hanya menggertak saja. Tapi kalau mereka memang macam – macam denganku aku takkan segan!
@@@@
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar