Pengikut

Minggu, 04 Maret 2012

Sleeping With Kim Heechul Part 4

Title: Sleeping With Kim Heechul Part 4
Cast:
Im Yoojin
Kim Heechul Super Junior
Park Jung Soo (Leeteuk Suju)
Minor: Jessica SNSD
Author: soshiiica
Genre: Romance, Humor
Rating: PG
Disclaim: udah dirilis di http://kpopfanfictionandyou.wordpress.com
Warning!: typoz (author gak baca lagi soalnya, jadi cheongmal mianhae kalau ada typos….)
>>> The Cuap-Cuap>>>
Tadinya part 4 pengen bikin buat ceritain masa lalunya Yoojin-Heechul-Jung Soo. Tapi apa daya, author masih mau ngerangkai masa lalu mereka dulu. Jadinya biar cepet rilis author kasih cerita sekarang ajalah…. Cekidot! ^^
>>end of cuap-cuap>>
******
Yoojin POV
“sebaiknya kau jangan berani-berani menyentuhnya, KIM HEECHUL!!!!!!!” aku membelalakan mataku pada Jung Soo. Sebagai wanita harusnya aku terharu mendengar tunanganku begitu berusahanya untuk mempertahankanku. Tapi dari posisiku yang sekarang sedang dipelototi oleh Kim Family itu, aku cuma merasakan: ‘bunuh saja aku sekarang’.
“yak! Kalian kan belum meresmikan pertunangan kalian! Aku tidak mau melepaskannya!!!” Heechul balik menyerang Jung Soo. Baik. Aku mau mati saja, eomma……!!
“hh. Belum resmi?!! Baik. Kita resmikan disini. Sekarang katakan, Im Yoojin. Kau mau menikah denganku atau Kim Heechul???” tiba-tiba Jung Soo menatapku tajam. Telunjuknya lurus menunjuk wajahku yang melongo habis-habisan.
hya….. kenapa tiba-tiba jadi bertanya padaku sih..?! tapi Heejin sudah menyikut lenganku, menyuruhku untuk cepat menjawab pertanyaan Jung Soo.
kuraeyo. Biar kupikirkan. Kalau aku menikah dengan Jung Soo, tentu saja itu akan lebih menyenangkan. Jung Soo kan sangat baik, sopan, bertanggung jawab, pokoknya tipe-tipe suami idaman! Nah kalau Heechul?? Sudah manja, sok barat, seenaknya, suka membully, centil lagi. Mau jadi apa masa depanku nanti???? Hiiii.. secara logika sih tentu saja aku pilih Jung Soo.
Kulirik lagi Jung Soo-Heejin-Haraboji-Heechul. Kim Family itu sedang mengangguk, menyuruhku untuk memilih Heechul. Kugigit bibirku gugup. Heejin kembali menyikut lenganku supaya aku cepat menjawab pertanyaan yang membuat para tamu itu panas. Akhirnya, aku mengangguk, tapi bukan pada Heechul, pada Jung Soo.
“aku… mau menikah dengan Jung Soo.” Jawabku mantap, membuat para tamu dan Kim bersaudara hapir copot matanya karena kaget dengan ucapanku. Tapi Jung Soo tampak lega. Dia tersenyum sangat manis padaku.
********
Benar saja. Aku dan Jung Soo langsung diisolasi oleh Kim Family itu yang hampir semuanya menyeramkan. Aku yang didudukkan di sebelah Jung Soo, menghadap Heejin, Heechul, dan Haraboji langsung mengkeret. Aku tak berani menatap Heejin yang tengah menatapku dengan bara api. Aku melirik Heechul yang berdiri di sebelah Heejin. Heechul malahan tak mau melihatku. Dia mematung dengn pandangan focus ke lantai backstage aula hotel tadi. Dia menarik bibirnya, mengeraskan rahangnya, membuatnya seribu kali lipat lebih menyeramkan daripada kakaknya, hanya saja dia tidak langsung menunjukkannya padaku seperti Heejin.
Melihatku yang sangat ketakutan, Jung Soo meraih tanganku dan menggenggamnya erat seperti mengatakan “gwaenchana”.
Heejin mendengus kemudian mendecak tidak sabar.
“kau lihat Heechul? Aku sudah bilang gadis itu akan menolakmu. Kalau dia mau denganmu, palingan dia cuma mau hartamu sebagai pewaris hotel ini. Kim Heechul…. Kau sudah terlalu banyak berharap. Kau menyia-nyiakan waktu dan hatimu untuknya!”
Kutahan nafasku mendengar amukan Heejin. Kutatap Heechul ngeri. Ya ampun.. Heechul sekarang juga melihatku. Tapi…. Matanya juga terlihat sangat terluka. Alisnya bertaut seakan menahan emosi dan tangisnya. Dengan kelopak sayunya dia mundur selangkah.
“aku tau Yoojin bukan orang seperti itu. Hh. Kupikir dia enak dipermainkan. Itu saja.” Heechul berubah 180 derajat saat itu. Dia mengeluarkan kata-kata seolah dia adalah cowok berengsekyang mau menggodaku saja. Tapi tidak, wajahnya tidak mengatakan hal itu. Dia terlihat sangat terpukul. Heechul tersenyum sinis kemudian dengan lunglai berlalu dari kami semua. Baru kulihat Heechul yang begitu mellow.
aku hampir berdiri untuk berlari padanya, tapi Jung Soo menarikku supaya tetap duduk.
“memang seharusnya kita jodohkan dia dengan Sica. Atau Sulli. Setidaknya mereka lebih punya harga diri daripada yang satu ini.” Heejin melirikku gahar. Haraboji menepuk pundaknya, berusaha menenangkannya tapi Heejin malah melengos pergi. Aku kembali menggigit bibirku takut seraya ,emgalihkan pandanganku pada Haraboji.
“aku tau selama ini kalian memang saling mencintai. Aku.. memang lancang. Aku sebenarnya mempersiapkan Yoojin untuk dinikahkan bersama Heechul. Sejak kau masuk di kantorku, aku selalu curiga, Yoojin pasti akan menyukai Jung Soo. Makanya aku selalu memisahkan kalian dengan iming-iming peraturan kantor. Kalau tau begini aku tidak usah memisahkan kalian berdua bertahun-tahun. Aku minta maaf…” Haraboji bangkit dan kemudian membungkuk padaku dan Jung Soo. Kami membalas bungkukannya dan Haraboji pun pergi.
Setelah ruangan tersisa aku dan Jung Soo saja, Jung Soo langsung meraup kedua tanganku dengan tangannya kemudian tersenyum lega padaku. Sejurus kemudian dia memelukku, dengan sebelah tangannya dia mengelus rambutku lembut.
“belahan jiwa tak akan bisa dipisahkan, Yoojin….” Jung Soo menggumam untuk menenangkanku. Tapi aku tetap tidak tenang. Entah kenapa aku ikut tertohok seperti Heechul. Bukan seperti kasihan padanya, tapi seperti sebagian diriku tidak ingin melepaskan Heechul. Mwo..? haha. Aigoo….. pikir apa aku……?
***
Heechul POV
dengan susah payah au berdiri di tengah udara dingin yang menusukku. Heejin di sebelahku, mengikutiku sampai di lobby hotel.
“aku mau pulang, noona… bye..” dnegan lesu kupaksakan untuk tersenyum biarpun sedikit kepada noonaku satu-satunya yang selalu overprotective padaku itu.
“tapi Heechul! Kau tinggal dimana sih sekarang??” Heejin bertanya dengan setengah menjerit. Uh. Aku bisa dipanggang kalau aku kasih tau aku tinggal di rumah Yoojin.
Akhirnya aku cuma bisa melambaikan tanganku sebagai jawaban dan Heejin mendecak kesal padaku.
akupun berjalan merangkak keluar dari area hotel ke jalan raya yang sekarang sudah agak sepi seiring malam semakin larut. Udara dingin sangat menyiksaku karena aku cuma pakai jas tanpa overcoat tebal, syal, dan sarung tanganku. Kurasa hidungku sudah sangat merah saking dinginnya.
Kupercepat langkahku agar aku bisa cepat sampai rumah untuk menghangatkan diriku. Sampai kutemukan kedai soju dengan dinding plastic dan terpal yang terlihat hangat. Aku menunjukkan senyum lebarku dan buru-buru masuk ke kedai itu. Ini kan bukan pub, Heejin tak akan mencincangku untuk sedikit soju kan?
segera kuhampiri ahjussi yang bekerja sebagai bartender itu. Haha.
“soju dua!” teriakku kemudian pergu mencari kursi yang pas.
Tapi mataku malah menangkap seorang gadis pirang berdress mini warna merah yang terlihat manis. Bukannya aku tergoda untuk pe-de-ka-te, tapi sepertinya aku mengenalnya. Kudekati gadis itu yag ini meneguk sojunya. Kulirik-lirik, dia sudah menghabiskan delapan botol soju! Cuma satu yeoja yang kukenal yang bisa menghabiskan soju sebanyak ini.
“Sica?” kupanggil nama sobat karibku itu dan gadis itupun menoleh padaku. Seperti biasa, dia tetap saja tidak mabuk. Wajahnya saja tidak merah. Tapi omongan ngelantur khas orang mabuk itu digantikan oleh raut dan tatapan dingin. Mungkin itu kenapa dia disebut Ice Princess.
“Hey you!” dia menunjuk wajahku dengan raut datar. Kalau dia gak mabuk sih biasanya dia kegirangan melihatku datang. Benar-benar kebalik kan jadinya?
“hey Sic. What are you doing?? You’ve already drank 8 bottles as seen right now!” aku duduk di seberang sambil menekan-nekan botol itu.
“aaah….. broken heart…. It makes me sick. I wanna die because of it, Heechul….” Sica menopang dagunya dengan telapak tangannya sambil memonyongkan bibirnya.
“no you can’t. who’s that jerk makes u like this??!” Sica tidak menjawab. Dia malah menatap kedua mataku seakan aku tersangkanya.
“ah…. Sudahlah……” Sica menjedukkan kepalanya ke meja dengan sedih. Merasakan hal yang sama dengannya, akupun ikut menjedukkan kepalaku.
“me too…. Broken heart, I mean….” Gumamku padanya.
“poor us…” Jessica membalas.
Well, kita memang terlihat seperti orang bodoh sekarang, menempelkan jidat di atas meja. Tapi rasa patah hati memang sangat membuat tubuh jadi lemas dan otak jadi bodoh. Mau gimana lagi?
*****
Yoojin POV
Jung Soo mengantarku sampai ke depan pintu rumahku.
“kau yakin tidak mau kutemani mala mini?” Jung Soo mengait pinggangku- tidak mau lepas dariku. Aku tersenyum sambil mendorong bahunya pelan.
“tidak….. nan gwaencahana… pulanglah saying…” Jung Soo tersenyum pasrah kemudian dia mengecup keningku dan beranjak dari hadapanku.
“hati-hati menyetir!” aku melambaikan tanganku pada namja tampan itu dan diapun menghilang.
Aku menghela nafasku kemudian membawa Heebum masuk. Aish. Si berisik itu tidak bertanggung jawab dan meninggalkan kucing ababilnya begitu saja. Yah… walaupun Heebum anaknya ternyata asyik juga (?). akhirnya aku malah jadi teringat Heechul. Tampaknya dia belum pulang. Kemana ya dia? Apa dia pulang ke rumahnya? Mungkin saja dia ngambek padaku. Uh… rasanya rumah jadi sepi tanpa Heechul si comel itu. Kuhela lagi nafasku kemudian menggendong Heebum yang tengah terlelap dnegan saying kemudian menutup pintu apartemenku. Tapi sebelum rapat tertutup, sesuatu menahan pintuku. Aku kaget melihat sebuah tangan yang muncukl disana. Dengan takut kubuka pintu itu.
“…nuga?” tanyaku sambil menamengi tubuhku dengan pintu.
“buka dan minggir.” Omona. Itu Heechul. Dia berdiri tangguh dengan wajah dinginnya. Kemudian aku melirik sesuatu. Tangannya mengapit tangan lain… OMONA. Jessica!!
“annyeong, Yoojin-ah! Aku mau nginap disini!!” Jessica dengan riangnya meminta izinku untuk menginap di rumahku.
Aku, dan Heebum yang kini tengah terbangun cuma bisa melongi melihat kedua mahkluk pirang itu.
>>>>>
Apanya yang mabuk?? Dari tadi Sica biasa aja kok! Rautnya datar, tidak seperti orang mabuk. Ish. Buat apa si bodoh itu membawa Sica?! Sudah tau rumahku sempit!
“Uaaaah~ akhirnya aku punya teman tidur di lantai!!” Heechul tiba-tiba datang dan terjun bebas ke lantai yang sudah ditaruh selimut sebagai alas tidurnya.
“ayo, Sica. Sini!” Heechul menepuk-nepuk selimut sebelahnya. Bisa kulihat smirk Heechul dibalik pantatnya yang tersungging di depan wajahku seperti mengejekku.
bodohnya, Sica malah ikutan berbaring di sebelah Heechul dan mereka berdua ketawa-ketiwi seperti anak TK. Kusipitkan mataku pada mereka kemudian langsung saja kuraup heebum dari sisi Heechul dan pergi ke kamarku. Daripada aku gondok melihat mereka berdua, lebih baik main dengan Heebum. Cih. Heechul pikir aku bakalan cemburu apa??!
Akupun membanting tubuhku di tempat tidur kecilku dan mengelus bulu lembut Heebum yang sedang tiduran di perutku. Kugembungkan pipiku padanya dan melenguh.
“kenapa ya Bum… aku jadi kesal sekali melihat mereka berdua. Mereka… sungguh serasi….” Heebum menyeringai mendengarku kemudian menutup matanya, tertidur.
Akhirnya aku cuma bisa bertanya pada diriku sendiri. Kenapa…. Aku malah cemburu???
****
-pagi hari-
Kukerjapkan mataku mengantuk kemudian menutupnya lagi karena kelopaknya yang masih berat. Kesadaranku sudah penuh tapi aku tetap memejamkan mataku karena malas bangun. Kurasakan ada yang berat di perutku. Ah.. rupanya Heebum masih tidur disana. Tiba-tiba memori semalam terulang lagi. Kenapa aku masih jengkel juga?! Aish!
“Heebum…. Aku rasa aku mau gila karena galau….” Kuelus bulu Heebum yang halus dan panjang itu dengan penuh rasa saying. Ternyata kucing pemalas ini punya daya tarik untuk menenangkan. Huh….
Eh tapi tunggu. Tadi aku bilang apa? Panjang?! Bulu panjang?! Sejak kapan bulu kucing panjang?!!! Kubuka mataku selebar mungkin. Kupelototi gundukan yang bersandar di perutku yang harusnya Heebum.
“mia…” terdengar Heebum di sebelahku mengeong. Kalau ynag di sebelahku itu Heebum, lalu apa yang ada di perutku?!!
Secercah sinar kuning memantul, menyeruak ke mataku seiring cengiran lebar yang menyebalkan itu memenuhi wajah super idiot yang selama ini sangat kubenci.
“aku juga, miaaaw….!” Heechul mengerling genit sambil tangannya seakan mencakar leherku dan menarik kerah piyamaku, menyingkap seperempat dadaku.
“HYAAAA KIM HEECHUUUUUUL!!!!!!!!!!!”
>>>>>>
Kusipitkan mataku kea rah dua mahkluk pirang yang terlihat seperti kumpulan orang tolol. Jelas. Siapa lagi yang mau menempelkan kacang hijau di giginya satu per satu? Atau siapa lagi yang mau menempelkan scramble egg di pipinya hingga mengkilat karena minyak??! Ih jijik. Tentu saja cuma si duo dahsyat itu yang mau melakukan hal-hal idiot kayak gitu.
“hoi Sic. Kau mau kerja hari ini??” kupotong aktifitas super menyenangkan mereka itu.
“yup! Hari ini Eunhyuk akan menjemputku disini! Huhuuhu….” Sica tertawa bangga kemudian kembali adu suit bareng Heechul untuk menentukkan siapa yang harus mencuci piring sambil lompat-lompat. Ck ck ck. Sebaiknya jangan diperhatikan lebih kama lagi. Bisa-bisa aku ikut gila dan akhirnya memirangkan rambutku juga lagi. Iih..
“heh Heechul. Sebaiknya kau cepat mandi dan jangan bermain lagi. Kau harus membereskan masalah yang kau timbulkan di rapat dewan kemarin.”
Heechul mendengus kesal kemudian bangkit dan menghilang kea rah kamar mandi.
TING TONG!
“Sica saenim! Aku dataaaaang!!!” terdengar suara khas Eunhyuk sesaat setelah bunyi bel pintu terdengar.
“omona. Dia sudah datang! Aku pamit dulu ya! Bye honey!” Sica mencium pipiku kemudian dengan lincah berlari ke pintu. Saat sampai di luar, Eunhyuk yang sudah menunggu langsung diterjang oleh Sica. Beruntung Eunhyuk berhasil mundur beberapa langkah dan gagal ditangkap Sica. Tampak sekali Eunhyuk terlihat ketakutan, sementara Sica yang terbiasa tradisi barat: berpelukan itu cuma bisa memonyongkan bibirnya kecewa. Sejurus kemudian, Sica beraksi kembali, menarik lengan Eunhyuk sekretarisnya itu. Ckckck. Aku menggeleng melihat mereka berdua. Aku harus membuatkan Sica susu penguat tulang nanti siang.
>>>>>>>>
Lagi. Pekerjaanku sekali lagi dibereskan oleh seseorang yang sungguh misterius. Baru saja aku dan Heechul sampai di kantor dan aku sekarang mendapati komputerku menyala. Aku tentu saja langsung ketakutan, banyak sekali data-data rahasia di dalam komputerku ini yang tidak bisa dibagi-bagikan kepada sembarang orang. Segera kuperiksa isi komputerku, mencari hal-hal janggal yang mungkin terdapat di dalamnya. Tapi saat aku menggeser mouse, mengganti tampilan screensaver gambar windows yang melompat-lompat dari atas ke bawah, muncullah tugasku yang baru setengah kuselesaikan, data tentang pembagian saham bulan ini. Bedanya, sekrang tugas itu sudah beres tentu dengan pesan singkat di bawahnya:
Hai Yoojin! Kemarin kau cantik sekali. Ya, aku tau karena aku datang ke pesta hancur semalam. Kau pasti penasarankan? Hhe. Tapi sebaiknya kau berterima kasih padaku yang telah menyelesaikan tugasmu ini dengan tidak mencari tau siapa aku. Bye.
-secret power ranger-
Kukerjapkan mataku sehabis membaca pesan singkat itu. Siapa dia sebenarnya? Di pesta itu… kan ada banyak sekali yang datang. Sungmin (yag merupakan kandidat gugur), Jung Soo, Heechul. Siapa di antara mereka bertiga? Atau mungkin Sica, Sulli? Sica tidak mungkin juga, dia kan menginap di rumahku. Aish! Siapa sih!
Kupukul layar komputerku frustasi. Terlihat gila sih, tapi aku benar-benar penasaran!
“HEI, pantat tepos! Kenapa melamun?! Katanya kau mau serahkan tabel saham. Cepat-cepat, waktu terbatas!” *lebe kambuh*
“MWO?! Pantat tepos?!! Apalagi itu?!!” aku mendelik kesal pada Heechul sementara dia sendiri malah ketawa setan.
Heechul mengangkat telunjuknya ke depan mataku hingga membentuk garis lurus.
“ini tubuhmu. Raaataaaa…….”
“AISH!! Ini! Ambil dan cepatlah menghilang!!!” kupukuli badannya yang kurus itu sementara dia tetap saja tertawa histeris. Akupun segera menyerahkan USB berisi tabel saham itu padanya dan mendorongnya pergi. Ih nyebelin banget!
“oh ya. Tadi aku dapat e-mail dari anak-anak lantai 10. Memangnya disana dibagiin snack gratis yah?” Heechul yang baru saja kuusir itu kembali lagi.
“iya. Kenapa memang?”
“wah…. Lumayan tuh, kita kan jarag-jarang dapat makanan gratis dengan uang pas-pasan. Ayo kita kesana, dada rata!” kupelototi Heechul dan dia mengerutkan bibirnya, berlagak keceplosan mengataiku. Tapi ya sudah, dasar autis, diamkan sajalah.
“aku biasa pergi ke lantai 10 kok kalau dibagiin makanan gratis. Kajja kita kesana.” Akupun berdiri dari kursi putarku dan menarik Heechul berjalan menuju lantai 10.
Heechul POV
ternyata para karyawan di lantai 10 menyediakan makanan gratis! Ya ampun… kenapa gak ada yang bilang sama aku sejak lama?? Mau gila rasanya setiap pagi makan tlur setengah matang yang super geli gara-gara Yoojin selalu bangun terlambat. Biasalah, sok sibuk gitu deh dengan begadang semalaman. Kayaknya aku aja bisa kok beresin tugas dia dengan gampang. :-p
Puluhan orang berbondong-bondong menyesaki ruangan lantai 10, mengantri untuk makanan gratis, aku dan Yoojin berada di paling belakang, kita harusnya datang lebih pagi lagi kalau mau dapat barisan depan. Ngomong-ngomong, aku jadi bingung. Sebenarnya ini kantor apaan sih?!
ckckckck.
Tapi saat aku mengantri, terdengar beberapa karyawan berbisik-bisik. Dan topic yang mereka bicarakan, membuatku benar-benar dongkol!
Biar kukutip pembicaraan mereka:
“wah…. Kalau saja aku bisa masak, aku gak bakal repot-repot ngantri disini!”
“iya yah. Tapi gak papa coy (?), demi Jung Soo oppa gue rela (?!)”
mendengar nama Jung Soo, aku mengernyit. Kutarik Yoojin dan berbisik di telinganya, ‘memang si Jung Soo mau kesini??’. Yoojin mengendikan bahunya dan menggeleng. ‘kalau dia kesini pasti dia bilang-bilang.’
sesaat aku merasa lega mendengarnya. Kutenangkan pikiranku yang sempat kesal membayangkan Jung Soo dan kembali menguping pembicaraan mereka.
“aduuuh! Jung Soo oppa kesini mendadak banget sih! Inget gak dulu kan kita suka banget kasi dia bekel dan dia keliatan hepi banget. Gila gue seneng banget!” *ini alay apa orang korea coba. Wkwkwk.*
“bener tuh! Kalo si icul…. Gue agak rishi ngasihnya. Waktu itu aja gue senyumin dia langsung nyuru security buat ngeluarin gue dari kantor. Buset deh.”
“bener! Udah gayanya kayk orang cacingan gitu lagi! Ih. Coba aja Jung Soo oppa masih disini!”
Aku mengernyit. Gadis-gadis itu berlomba-lomba menghina seseorang sepertiku. Seorang Kim Heechul yang sudah terberkati sejak lahir!
“ehem!” aku mendeham kencang, mengalihkan perhatian cewek-cewek itu padaku. Dalam hitungan sekon, mereka langsung membulatkan mata mereka. Kuberikan Death Glare-ku yang membuat mereka takut dan langsung kabur dari antrean pembagian makanan itu. Well. Lihat sisi baiknya. Aku dan Yoojin dapat barisan paling depan sekarang.
Tapi aku baru sadar sesuatu. Mereka begitu memuja-muja Jung Soo! Cih. Dia kan cuma cowok tua yang keriput matanya makin bertambah. Walaupun umur kami sama, wajahku jauh lebih kencang lho! Thanks to Heejin my lovely sister yang memperkenalkan bengkoang tumbuk padaku. Huhuhu.
“kyaaaa!!!” tiba-tiba terdengar jeritan cewek-cewek menggema di kantor. Aku dan Yoojin yang sedang mencoba satu-satu makanan gratis itu menoleh dengan wajah innocent-ku *cuih. Kupicingkan mataku dan akhirnya aku tau sumber masalah yang membuat cewek-cewek itu heboh.
“FLOWER BOY JUNG SOO!! KYAAA! MARRY ME..!!!!” aku melongo melihat itu semua. Jung Soo beneran datang?! Terus apa tadi? Flower Boy?! Marry Me?!!! Ji to the jik. Jijik banget.
“ju-jung Soo….. dia datang? Heechul! Dia datang!” suara lain mengganggu pikiran sinisku. Oh ternyata Yoojin.
“terus kenapa? Kau mau teriak-teriak juga?? Coba saja! Kau tak akan kuberikan tempat tidur nanti malam!”
“cih. Ancaman apa itu?? Ada juga kau yang kutendang dari rumahku!”
“Yoojin-ah….” Tiba-tiba ada yang memotong pertengkaran kami. Kupalingkan wajahku. Benar saja, dengan sinar aneh ala Attack on the PinUp Boys *yang udah nonton pasti ngerti, sinarnya Donghae pas dilemparin kotoran itu. Wkwkwk* Jung Soo berjalan mendekati aku dan Yoojin. Kenapa sih dia datang tiba-tiba. Konslet apa ya dia??
“Jung Soo! Hai….!” Yoojin seketika mengubah rautnya yang kesal menjadi sumringah. Dasar.
“ah.. ada kau juga, Heechul.. hai…” Jung Soo si tua bangka itu tersenyum sok malaikat padaku. Kalau saja tidak di kantor dan dikelilingi fans Jung Soo yang killer itu, sudah kujambak rambutnya biar dia ketakutan padaku. :-p
“kau sedang apa, Heechul?” Jung Soo bertanya kemudian melirik meja tempat makanan-makanan gratis itu ditaruh.
“k-kau… mengantri untuk makanan gratis? Hahaha… kau sudah banyak berubah ya?” dan kedua pasangan itu tertawa mengejek ke arahku. Segera kutekuk mukaku. Awas saja, aku akan lakukan sesuatu pada Yoojinmu itu, Jung Soo! HAHAHAHA!
-di ruang makan kantor khusus direktur-
Kusipitkan mataku pada Jung Soo dan Yoojin. Mereka sedang bermesraan, suap-suapan, tertawa, di depan mataku! Si keriput itu juga mengambil posisi kursiku yang menghadap Yoojin. Padahal kursi itu sudah sah kursi milik Kim Heechul dan gak bisa diganggu gugat. Enak saja si tua itu duduk di bangkuku. Aku kan pilih kursi itu supaya bisa lihat wajah Yoojin lebih focus lagi. Huh! Kujejalkan langsung 3 potong sashimi ke mulutku dan kulumat dengan garang.
“Jung soo-ya… kau lucu sekali waktu mengunyah…!” Yoojin mengerling, membuat Jung Soo tersipu malu. Gosh! Apa aku harus melihat acara spektakuler mereka ini?? Aku endengus kesal dan melanjutkan kunyahanku sendiri. Semakin lama mereka semakin mesra, bertingkah seperti pasangan baru menikah. Uuh! Benci…. KRAUK!
sesaat aku menjadi agak pusing. Kupelototkan mataku dengan badan tegak sempurna. Lalu sepersekian detik kemudian aku menjerit,
“KYAAAA!”
Sekejap kedua sejoli itu menatapku heran sementara aku sibuk mengerjap-ngerjapkan mataku yang mulai mengeluarkan air mata. Jelas saja! Bibir merah merekahku ini kegigit!
“neo wae ireoni?!” Yoojin mengambil tanganku dan mengguncang tubuhku panik. Alisnya bertautan, dan matanya memandnagku khawatir. Ampun… kenapa dia jadi begitu??
“aku….. menggigit bibirku….” Yah. Sebenarnya aku agak malu karena menjerit dengan alas an tolol begitu. Tapi bener deh, rasanya sakit banget!
“bibir kegigit?!” Yoojin mulai meninggikan nadanya. Sebentar lagi juga dia akan memukul kepalaku.
PLETAK! Dia menjitakku. Bener kan?
“Paboga?! Makan itu pelan-pelan! Bikin khawatir saja!” aku cuma bisa mengerang kesakitan, nyerinya masih terasa di bibirku.
“sini dekatkan kepalamu! Biasanya suka berdarah…” tiba-tiba dia mencengkram kedua pipiku dengan sebelah tangannya, membuatku mendekat padanya. Tapi tunggu. Ini di luar prediksi. Setelah memukul seharusnya dia membantakku lagi, menjejalkan nasi lagi, atau menggumam kesal. Yang jelas dia tidak akan peduli padaku. Tapi…. Sekarang Yoojin malah sangat khawatir padaku!
“ck ck. Ini akan jadi sariawan..” Yoojin berbisik padaku. Lalu aku sadar, jari telunjuknya tengah menyentuh bibirku, dengan teliti dia memperhatikan lukaku. Wajahnya sangat dekat denganku, yang entah bagaimana membuat jantungku sangat tidak keruan detaknya. Dekat dengan wajah secantik dia….
“Yoojin?” panggilku tiba-tiba.
“ngg?” mata cokelat terang Yoojin melirikku.
Nafasku tertahan, kagum dengan matanya yang bulat bersinar itu. Kemudian tanpa kusadari, tanganku bergerak liar menarik kepalanya yang cuma tinggal sesenti itu dariku itu dan langsung kugigit bibir bawahnya dengan bibirku, mengaitkannya dengan pas sekali. Kucium dia sangat dalam, semakin lama semakin dalam menyadari tidak ada pemberontakan dari Yoojin. Tanganku yang bebas mengelus pinggang Yoojin, membuatnya agak mengerang karena nikmat. Akhirnya, aku cuma bisa menutup mataku dengan kuhsyuk, tidak peduli dengan Jung Soo yang melongo, mau gila melihat kami berdua.
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar