Title: Sleeping With Kim Heechul Part 4
Cast:
Im Yoojin
Kim Heechul Super Junior
Park Jung Soo (Leeteuk Suju)
Minor: Jessica SNSD
Author: soshiiica
Genre: Romance, Humor
Rating: PG
Disclaim: udah dirilis di http://kpopfanfictionandyou.wordpress.com
Warning!: typoz (author gak baca lagi soalnya, jadi cheongmal mianhae kalau ada typos….)
>>> The Cuap-Cuap>>>
Tadinya part 4 pengen bikin buat ceritain masa lalunya
Yoojin-Heechul-Jung Soo. Tapi apa daya, author masih mau ngerangkai masa
lalu mereka dulu. Jadinya biar cepet rilis author kasih cerita sekarang
ajalah…. Cekidot! ^^
>>end of cuap-cuap>>
******
Yoojin POV
“sebaiknya kau jangan berani-berani menyentuhnya, KIM HEECHUL!!!!!!!”
aku membelalakan mataku pada Jung Soo. Sebagai wanita harusnya aku
terharu mendengar tunanganku begitu berusahanya untuk mempertahankanku.
Tapi dari posisiku yang sekarang sedang dipelototi oleh Kim Family itu,
aku cuma merasakan: ‘bunuh saja aku sekarang’.
“yak! Kalian kan belum meresmikan pertunangan kalian! Aku tidak mau
melepaskannya!!!” Heechul balik menyerang Jung Soo. Baik. Aku mau mati
saja, eomma……!!
“hh. Belum resmi?!! Baik. Kita resmikan disini. Sekarang katakan, Im
Yoojin. Kau mau menikah denganku atau Kim Heechul???” tiba-tiba Jung Soo
menatapku tajam. Telunjuknya lurus menunjuk wajahku yang melongo
habis-habisan.
hya….. kenapa tiba-tiba jadi bertanya padaku sih..?! tapi Heejin sudah
menyikut lenganku, menyuruhku untuk cepat menjawab pertanyaan Jung Soo.
kuraeyo. Biar kupikirkan. Kalau aku menikah dengan Jung Soo, tentu saja
itu akan lebih menyenangkan. Jung Soo kan sangat baik, sopan,
bertanggung jawab, pokoknya tipe-tipe suami idaman! Nah kalau Heechul??
Sudah manja, sok barat, seenaknya, suka membully, centil lagi. Mau jadi
apa masa depanku nanti???? Hiiii.. secara logika sih tentu saja aku
pilih Jung Soo.
Kulirik lagi Jung Soo-Heejin-Haraboji-Heechul. Kim Family itu sedang
mengangguk, menyuruhku untuk memilih Heechul. Kugigit bibirku gugup.
Heejin kembali menyikut lenganku supaya aku cepat menjawab pertanyaan
yang membuat para tamu itu panas. Akhirnya, aku mengangguk, tapi bukan
pada Heechul, pada Jung Soo.
“aku… mau menikah dengan Jung Soo.” Jawabku mantap, membuat para tamu
dan Kim bersaudara hapir copot matanya karena kaget dengan ucapanku.
Tapi Jung Soo tampak lega. Dia tersenyum sangat manis padaku.
********
Benar saja. Aku dan Jung Soo langsung diisolasi oleh Kim Family itu
yang hampir semuanya menyeramkan. Aku yang didudukkan di sebelah Jung
Soo, menghadap Heejin, Heechul, dan Haraboji langsung mengkeret. Aku tak
berani menatap Heejin yang tengah menatapku dengan bara api. Aku
melirik Heechul yang berdiri di sebelah Heejin. Heechul malahan tak mau
melihatku. Dia mematung dengn pandangan focus ke lantai backstage aula
hotel tadi. Dia menarik bibirnya, mengeraskan rahangnya, membuatnya
seribu kali lipat lebih menyeramkan daripada kakaknya, hanya saja dia
tidak langsung menunjukkannya padaku seperti Heejin.
Melihatku yang sangat ketakutan, Jung Soo meraih tanganku dan menggenggamnya erat seperti mengatakan “gwaenchana”.
Heejin mendengus kemudian mendecak tidak sabar.
“kau lihat Heechul? Aku sudah bilang gadis itu akan menolakmu. Kalau dia
mau denganmu, palingan dia cuma mau hartamu sebagai pewaris hotel ini.
Kim Heechul…. Kau sudah terlalu banyak berharap. Kau menyia-nyiakan
waktu dan hatimu untuknya!”
Kutahan nafasku mendengar amukan Heejin. Kutatap Heechul ngeri. Ya
ampun.. Heechul sekarang juga melihatku. Tapi…. Matanya juga terlihat
sangat terluka. Alisnya bertaut seakan menahan emosi dan tangisnya.
Dengan kelopak sayunya dia mundur selangkah.
“aku tau Yoojin bukan orang seperti itu. Hh. Kupikir dia enak
dipermainkan. Itu saja.” Heechul berubah 180 derajat saat itu. Dia
mengeluarkan kata-kata seolah dia adalah cowok berengsekyang mau
menggodaku saja. Tapi tidak, wajahnya tidak mengatakan hal itu. Dia
terlihat sangat terpukul. Heechul tersenyum sinis kemudian dengan
lunglai berlalu dari kami semua. Baru kulihat Heechul yang begitu
mellow.
aku hampir berdiri untuk berlari padanya, tapi Jung Soo menarikku supaya tetap duduk.
“memang seharusnya kita jodohkan dia dengan Sica. Atau Sulli.
Setidaknya mereka lebih punya harga diri daripada yang satu ini.” Heejin
melirikku gahar. Haraboji menepuk pundaknya, berusaha menenangkannya
tapi Heejin malah melengos pergi. Aku kembali menggigit bibirku takut
seraya ,emgalihkan pandanganku pada Haraboji.
“aku tau selama ini kalian memang saling mencintai. Aku.. memang
lancang. Aku sebenarnya mempersiapkan Yoojin untuk dinikahkan bersama
Heechul. Sejak kau masuk di kantorku, aku selalu curiga, Yoojin pasti
akan menyukai Jung Soo. Makanya aku selalu memisahkan kalian dengan
iming-iming peraturan kantor. Kalau tau begini aku tidak usah memisahkan
kalian berdua bertahun-tahun. Aku minta maaf…” Haraboji bangkit dan
kemudian membungkuk padaku dan Jung Soo. Kami membalas bungkukannya dan
Haraboji pun pergi.
Setelah ruangan tersisa aku dan Jung Soo saja, Jung Soo langsung
meraup kedua tanganku dengan tangannya kemudian tersenyum lega padaku.
Sejurus kemudian dia memelukku, dengan sebelah tangannya dia mengelus
rambutku lembut.
“belahan jiwa tak akan bisa dipisahkan, Yoojin….” Jung Soo menggumam
untuk menenangkanku. Tapi aku tetap tidak tenang. Entah kenapa aku ikut
tertohok seperti Heechul. Bukan seperti kasihan padanya, tapi seperti
sebagian diriku tidak ingin melepaskan Heechul. Mwo..? haha. Aigoo…..
pikir apa aku……?
***
Heechul POV
dengan susah payah au berdiri di tengah udara dingin yang menusukku. Heejin di sebelahku, mengikutiku sampai di lobby hotel.
“aku mau pulang, noona… bye..” dnegan lesu kupaksakan untuk tersenyum
biarpun sedikit kepada noonaku satu-satunya yang selalu overprotective
padaku itu.
“tapi Heechul! Kau tinggal dimana sih sekarang??” Heejin bertanya
dengan setengah menjerit. Uh. Aku bisa dipanggang kalau aku kasih tau
aku tinggal di rumah Yoojin.
Akhirnya aku cuma bisa melambaikan tanganku sebagai jawaban dan Heejin mendecak kesal padaku.
akupun berjalan merangkak keluar dari area hotel ke jalan raya yang
sekarang sudah agak sepi seiring malam semakin larut. Udara dingin
sangat menyiksaku karena aku cuma pakai jas tanpa overcoat tebal, syal,
dan sarung tanganku. Kurasa hidungku sudah sangat merah saking
dinginnya.
Kupercepat langkahku agar aku bisa cepat sampai rumah untuk
menghangatkan diriku. Sampai kutemukan kedai soju dengan dinding plastic
dan terpal yang terlihat hangat. Aku menunjukkan senyum lebarku dan
buru-buru masuk ke kedai itu. Ini kan bukan pub, Heejin tak akan
mencincangku untuk sedikit soju kan?
segera kuhampiri ahjussi yang bekerja sebagai bartender itu. Haha.
“soju dua!” teriakku kemudian pergu mencari kursi yang pas.
Tapi mataku malah menangkap seorang gadis pirang berdress mini warna
merah yang terlihat manis. Bukannya aku tergoda untuk pe-de-ka-te, tapi
sepertinya aku mengenalnya. Kudekati gadis itu yag ini meneguk sojunya.
Kulirik-lirik, dia sudah menghabiskan delapan botol soju! Cuma satu
yeoja yang kukenal yang bisa menghabiskan soju sebanyak ini.
“Sica?” kupanggil nama sobat karibku itu dan gadis itupun menoleh
padaku. Seperti biasa, dia tetap saja tidak mabuk. Wajahnya saja tidak
merah. Tapi omongan ngelantur khas orang mabuk itu digantikan oleh raut
dan tatapan dingin. Mungkin itu kenapa dia disebut Ice Princess.
“Hey you!” dia menunjuk wajahku dengan raut datar. Kalau dia gak
mabuk sih biasanya dia kegirangan melihatku datang. Benar-benar kebalik
kan jadinya?
“hey Sic. What are you doing?? You’ve already drank 8 bottles as seen
right now!” aku duduk di seberang sambil menekan-nekan botol itu.
“aaah….. broken heart…. It makes me sick. I wanna die because of it,
Heechul….” Sica menopang dagunya dengan telapak tangannya sambil
memonyongkan bibirnya.
“no you can’t. who’s that jerk makes u like this??!” Sica tidak
menjawab. Dia malah menatap kedua mataku seakan aku tersangkanya.
“ah…. Sudahlah……” Sica menjedukkan kepalanya ke meja dengan sedih.
Merasakan hal yang sama dengannya, akupun ikut menjedukkan kepalaku.
“me too…. Broken heart, I mean….” Gumamku padanya.
“poor us…” Jessica membalas.
Well, kita memang terlihat seperti orang bodoh sekarang, menempelkan
jidat di atas meja. Tapi rasa patah hati memang sangat membuat tubuh
jadi lemas dan otak jadi bodoh. Mau gimana lagi?
*****
Yoojin POV
Jung Soo mengantarku sampai ke depan pintu rumahku.
“kau yakin tidak mau kutemani mala mini?” Jung Soo mengait pinggangku-
tidak mau lepas dariku. Aku tersenyum sambil mendorong bahunya pelan.
“tidak….. nan gwaencahana… pulanglah saying…” Jung Soo tersenyum
pasrah kemudian dia mengecup keningku dan beranjak dari hadapanku.
“hati-hati menyetir!” aku melambaikan tanganku pada namja tampan itu dan diapun menghilang.
Aku menghela nafasku kemudian membawa Heebum masuk. Aish. Si berisik
itu tidak bertanggung jawab dan meninggalkan kucing ababilnya begitu
saja. Yah… walaupun Heebum anaknya ternyata asyik juga (?). akhirnya aku
malah jadi teringat Heechul. Tampaknya dia belum pulang. Kemana ya dia?
Apa dia pulang ke rumahnya? Mungkin saja dia ngambek padaku. Uh…
rasanya rumah jadi sepi tanpa Heechul si comel itu. Kuhela lagi nafasku
kemudian menggendong Heebum yang tengah terlelap dnegan saying kemudian
menutup pintu apartemenku. Tapi sebelum rapat tertutup, sesuatu menahan
pintuku. Aku kaget melihat sebuah tangan yang muncukl disana. Dengan
takut kubuka pintu itu.
“…nuga?” tanyaku sambil menamengi tubuhku dengan pintu.
“buka dan minggir.” Omona. Itu Heechul. Dia berdiri tangguh dengan
wajah dinginnya. Kemudian aku melirik sesuatu. Tangannya mengapit tangan
lain… OMONA. Jessica!!
“annyeong, Yoojin-ah! Aku mau nginap disini!!” Jessica dengan riangnya meminta izinku untuk menginap di rumahku.
Aku, dan Heebum yang kini tengah terbangun cuma bisa melongi melihat kedua mahkluk pirang itu.
>>>>>
Apanya yang mabuk?? Dari tadi Sica biasa aja kok! Rautnya datar,
tidak seperti orang mabuk. Ish. Buat apa si bodoh itu membawa Sica?!
Sudah tau rumahku sempit!
“Uaaaah~ akhirnya aku punya teman tidur di lantai!!” Heechul
tiba-tiba datang dan terjun bebas ke lantai yang sudah ditaruh selimut
sebagai alas tidurnya.
“ayo, Sica. Sini!” Heechul menepuk-nepuk selimut sebelahnya. Bisa
kulihat smirk Heechul dibalik pantatnya yang tersungging di depan
wajahku seperti mengejekku.
bodohnya, Sica malah ikutan berbaring di sebelah Heechul dan mereka
berdua ketawa-ketiwi seperti anak TK. Kusipitkan mataku pada mereka
kemudian langsung saja kuraup heebum dari sisi Heechul dan pergi ke
kamarku. Daripada aku gondok melihat mereka berdua, lebih baik main
dengan Heebum. Cih. Heechul pikir aku bakalan cemburu apa??!
Akupun membanting tubuhku di tempat tidur kecilku dan mengelus bulu
lembut Heebum yang sedang tiduran di perutku. Kugembungkan pipiku
padanya dan melenguh.
“kenapa ya Bum… aku jadi kesal sekali melihat mereka berdua. Mereka…
sungguh serasi….” Heebum menyeringai mendengarku kemudian menutup
matanya, tertidur.
Akhirnya aku cuma bisa bertanya pada diriku sendiri. Kenapa…. Aku malah cemburu???
****
-pagi hari-
Kukerjapkan mataku mengantuk kemudian menutupnya lagi karena
kelopaknya yang masih berat. Kesadaranku sudah penuh tapi aku tetap
memejamkan mataku karena malas bangun. Kurasakan ada yang berat di
perutku. Ah.. rupanya Heebum masih tidur disana. Tiba-tiba memori
semalam terulang lagi. Kenapa aku masih jengkel juga?! Aish!
“Heebum…. Aku rasa aku mau gila karena galau….” Kuelus bulu Heebum
yang halus dan panjang itu dengan penuh rasa saying. Ternyata kucing
pemalas ini punya daya tarik untuk menenangkan. Huh….
Eh tapi tunggu. Tadi aku bilang apa? Panjang?! Bulu panjang?! Sejak
kapan bulu kucing panjang?!!! Kubuka mataku selebar mungkin. Kupelototi
gundukan yang bersandar di perutku yang harusnya Heebum.
“mia…” terdengar Heebum di sebelahku mengeong. Kalau ynag di sebelahku itu Heebum, lalu apa yang ada di perutku?!!
Secercah sinar kuning memantul, menyeruak ke mataku seiring cengiran
lebar yang menyebalkan itu memenuhi wajah super idiot yang selama ini
sangat kubenci.
“aku juga, miaaaw….!” Heechul mengerling genit sambil tangannya
seakan mencakar leherku dan menarik kerah piyamaku, menyingkap
seperempat dadaku.
“HYAAAA KIM HEECHUUUUUUL!!!!!!!!!!!”
>>>>>>
Kusipitkan mataku kea rah dua mahkluk pirang yang terlihat seperti
kumpulan orang tolol. Jelas. Siapa lagi yang mau menempelkan kacang
hijau di giginya satu per satu? Atau siapa lagi yang mau menempelkan
scramble egg di pipinya hingga mengkilat karena minyak??! Ih jijik.
Tentu saja cuma si duo dahsyat itu yang mau melakukan hal-hal idiot
kayak gitu.
“hoi Sic. Kau mau kerja hari ini??” kupotong aktifitas super menyenangkan mereka itu.
“yup! Hari ini Eunhyuk akan menjemputku disini! Huhuuhu….” Sica
tertawa bangga kemudian kembali adu suit bareng Heechul untuk
menentukkan siapa yang harus mencuci piring sambil lompat-lompat. Ck ck
ck. Sebaiknya jangan diperhatikan lebih kama lagi. Bisa-bisa aku ikut
gila dan akhirnya memirangkan rambutku juga lagi. Iih..
“heh Heechul. Sebaiknya kau cepat mandi dan jangan bermain lagi. Kau
harus membereskan masalah yang kau timbulkan di rapat dewan kemarin.”
Heechul mendengus kesal kemudian bangkit dan menghilang kea rah kamar mandi.
TING TONG!
“Sica saenim! Aku dataaaaang!!!” terdengar suara khas Eunhyuk sesaat setelah bunyi bel pintu terdengar.
“omona. Dia sudah datang! Aku pamit dulu ya! Bye honey!” Sica mencium
pipiku kemudian dengan lincah berlari ke pintu. Saat sampai di luar,
Eunhyuk yang sudah menunggu langsung diterjang oleh Sica. Beruntung
Eunhyuk berhasil mundur beberapa langkah dan gagal ditangkap Sica.
Tampak sekali Eunhyuk terlihat ketakutan, sementara Sica yang terbiasa
tradisi barat: berpelukan itu cuma bisa memonyongkan bibirnya kecewa.
Sejurus kemudian, Sica beraksi kembali, menarik lengan Eunhyuk
sekretarisnya itu. Ckckck. Aku menggeleng melihat mereka berdua. Aku
harus membuatkan Sica susu penguat tulang nanti siang.
>>>>>>>>
Lagi. Pekerjaanku sekali lagi dibereskan oleh seseorang yang sungguh
misterius. Baru saja aku dan Heechul sampai di kantor dan aku sekarang
mendapati komputerku menyala. Aku tentu saja langsung ketakutan, banyak
sekali data-data rahasia di dalam komputerku ini yang tidak bisa
dibagi-bagikan kepada sembarang orang. Segera kuperiksa isi komputerku,
mencari hal-hal janggal yang mungkin terdapat di dalamnya. Tapi saat aku
menggeser mouse, mengganti tampilan screensaver gambar windows yang
melompat-lompat dari atas ke bawah, muncullah tugasku yang baru setengah
kuselesaikan, data tentang pembagian saham bulan ini. Bedanya, sekrang
tugas itu sudah beres tentu dengan pesan singkat di bawahnya:
Hai Yoojin! Kemarin kau cantik sekali. Ya, aku tau karena aku datang
ke pesta hancur semalam. Kau pasti penasarankan? Hhe. Tapi sebaiknya kau
berterima kasih padaku yang telah menyelesaikan tugasmu ini dengan
tidak mencari tau siapa aku. Bye.
-secret power ranger-
Kukerjapkan mataku sehabis membaca pesan singkat itu. Siapa dia
sebenarnya? Di pesta itu… kan ada banyak sekali yang datang. Sungmin
(yag merupakan kandidat gugur), Jung Soo, Heechul. Siapa di antara
mereka bertiga? Atau mungkin Sica, Sulli? Sica tidak mungkin juga, dia
kan menginap di rumahku. Aish! Siapa sih!
Kupukul layar komputerku frustasi. Terlihat gila sih, tapi aku benar-benar penasaran!
“HEI, pantat tepos! Kenapa melamun?! Katanya kau mau serahkan tabel saham. Cepat-cepat, waktu terbatas!” *lebe kambuh*
“MWO?! Pantat tepos?!! Apalagi itu?!!” aku mendelik kesal pada Heechul sementara dia sendiri malah ketawa setan.
Heechul mengangkat telunjuknya ke depan mataku hingga membentuk garis lurus.
“ini tubuhmu. Raaataaaa…….”
“AISH!! Ini! Ambil dan cepatlah menghilang!!!” kupukuli badannya yang
kurus itu sementara dia tetap saja tertawa histeris. Akupun segera
menyerahkan USB berisi tabel saham itu padanya dan mendorongnya pergi.
Ih nyebelin banget!
“oh ya. Tadi aku dapat e-mail dari anak-anak lantai 10. Memangnya
disana dibagiin snack gratis yah?” Heechul yang baru saja kuusir itu
kembali lagi.
“iya. Kenapa memang?”
“wah…. Lumayan tuh, kita kan jarag-jarang dapat makanan gratis dengan
uang pas-pasan. Ayo kita kesana, dada rata!” kupelototi Heechul dan dia
mengerutkan bibirnya, berlagak keceplosan mengataiku. Tapi ya sudah,
dasar autis, diamkan sajalah.
“aku biasa pergi ke lantai 10 kok kalau dibagiin makanan gratis.
Kajja kita kesana.” Akupun berdiri dari kursi putarku dan menarik
Heechul berjalan menuju lantai 10.
Heechul POV
ternyata para karyawan di lantai 10 menyediakan makanan gratis! Ya
ampun… kenapa gak ada yang bilang sama aku sejak lama?? Mau gila rasanya
setiap pagi makan tlur setengah matang yang super geli gara-gara Yoojin
selalu bangun terlambat. Biasalah, sok sibuk gitu deh dengan begadang
semalaman. Kayaknya aku aja bisa kok beresin tugas dia dengan gampang.
:-p
Puluhan orang berbondong-bondong menyesaki ruangan lantai 10,
mengantri untuk makanan gratis, aku dan Yoojin berada di paling
belakang, kita harusnya datang lebih pagi lagi kalau mau dapat barisan
depan. Ngomong-ngomong, aku jadi bingung. Sebenarnya ini kantor apaan
sih?!
ckckckck.
Tapi saat aku mengantri, terdengar beberapa karyawan berbisik-bisik.
Dan topic yang mereka bicarakan, membuatku benar-benar dongkol!
Biar kukutip pembicaraan mereka:
“wah…. Kalau saja aku bisa masak, aku gak bakal repot-repot ngantri disini!”
“iya yah. Tapi gak papa coy (?), demi Jung Soo oppa gue rela (?!)”
mendengar nama Jung Soo, aku mengernyit. Kutarik Yoojin dan berbisik di
telinganya, ‘memang si Jung Soo mau kesini??’. Yoojin mengendikan
bahunya dan menggeleng. ‘kalau dia kesini pasti dia bilang-bilang.’
sesaat aku merasa lega mendengarnya. Kutenangkan pikiranku yang sempat
kesal membayangkan Jung Soo dan kembali menguping pembicaraan mereka.
“aduuuh! Jung Soo oppa kesini mendadak banget sih! Inget gak dulu kan
kita suka banget kasi dia bekel dan dia keliatan hepi banget. Gila gue
seneng banget!” *ini alay apa orang korea coba. Wkwkwk.*
“bener tuh! Kalo si icul…. Gue agak rishi ngasihnya. Waktu itu aja
gue senyumin dia langsung nyuru security buat ngeluarin gue dari kantor.
Buset deh.”
“bener! Udah gayanya kayk orang cacingan gitu lagi! Ih. Coba aja Jung Soo oppa masih disini!”
Aku mengernyit. Gadis-gadis itu berlomba-lomba menghina seseorang
sepertiku. Seorang Kim Heechul yang sudah terberkati sejak lahir!
“ehem!” aku mendeham kencang, mengalihkan perhatian cewek-cewek itu
padaku. Dalam hitungan sekon, mereka langsung membulatkan mata mereka.
Kuberikan Death Glare-ku yang membuat mereka takut dan langsung kabur
dari antrean pembagian makanan itu. Well. Lihat sisi baiknya. Aku dan
Yoojin dapat barisan paling depan sekarang.
Tapi aku baru sadar sesuatu. Mereka begitu memuja-muja Jung Soo! Cih.
Dia kan cuma cowok tua yang keriput matanya makin bertambah. Walaupun
umur kami sama, wajahku jauh lebih kencang lho! Thanks to Heejin my
lovely sister yang memperkenalkan bengkoang tumbuk padaku. Huhuhu.
“kyaaaa!!!” tiba-tiba terdengar jeritan cewek-cewek menggema di
kantor. Aku dan Yoojin yang sedang mencoba satu-satu makanan gratis itu
menoleh dengan wajah innocent-ku *cuih. Kupicingkan mataku dan akhirnya
aku tau sumber masalah yang membuat cewek-cewek itu heboh.
“FLOWER BOY JUNG SOO!! KYAAA! MARRY ME..!!!!” aku melongo melihat itu
semua. Jung Soo beneran datang?! Terus apa tadi? Flower Boy?! Marry
Me?!!! Ji to the jik. Jijik banget.
“ju-jung Soo….. dia datang? Heechul! Dia datang!” suara lain mengganggu pikiran sinisku. Oh ternyata Yoojin.
“terus kenapa? Kau mau teriak-teriak juga?? Coba saja! Kau tak akan kuberikan tempat tidur nanti malam!”
“cih. Ancaman apa itu?? Ada juga kau yang kutendang dari rumahku!”
“Yoojin-ah….” Tiba-tiba ada yang memotong pertengkaran kami.
Kupalingkan wajahku. Benar saja, dengan sinar aneh ala Attack on the
PinUp Boys *yang udah nonton pasti ngerti, sinarnya Donghae pas
dilemparin kotoran itu. Wkwkwk* Jung Soo berjalan mendekati aku dan
Yoojin. Kenapa sih dia datang tiba-tiba. Konslet apa ya dia??
“Jung Soo! Hai….!” Yoojin seketika mengubah rautnya yang kesal menjadi sumringah. Dasar.
“ah.. ada kau juga, Heechul.. hai…” Jung Soo si tua bangka itu
tersenyum sok malaikat padaku. Kalau saja tidak di kantor dan
dikelilingi fans Jung Soo yang killer itu, sudah kujambak rambutnya biar
dia ketakutan padaku. :-p
“kau sedang apa, Heechul?” Jung Soo bertanya kemudian melirik meja tempat makanan-makanan gratis itu ditaruh.
“k-kau… mengantri untuk makanan gratis? Hahaha… kau sudah banyak
berubah ya?” dan kedua pasangan itu tertawa mengejek ke arahku. Segera
kutekuk mukaku. Awas saja, aku akan lakukan sesuatu pada Yoojinmu itu,
Jung Soo! HAHAHAHA!
-di ruang makan kantor khusus direktur-
Kusipitkan mataku pada Jung Soo dan Yoojin. Mereka sedang bermesraan,
suap-suapan, tertawa, di depan mataku! Si keriput itu juga mengambil
posisi kursiku yang menghadap Yoojin. Padahal kursi itu sudah sah kursi
milik Kim Heechul dan gak bisa diganggu gugat. Enak saja si tua itu
duduk di bangkuku. Aku kan pilih kursi itu supaya bisa lihat wajah
Yoojin lebih focus lagi. Huh! Kujejalkan langsung 3 potong sashimi ke
mulutku dan kulumat dengan garang.
“Jung soo-ya… kau lucu sekali waktu mengunyah…!” Yoojin mengerling,
membuat Jung Soo tersipu malu. Gosh! Apa aku harus melihat acara
spektakuler mereka ini?? Aku endengus kesal dan melanjutkan kunyahanku
sendiri. Semakin lama mereka semakin mesra, bertingkah seperti pasangan
baru menikah. Uuh! Benci…. KRAUK!
sesaat aku menjadi agak pusing. Kupelototkan mataku dengan badan tegak sempurna. Lalu sepersekian detik kemudian aku menjerit,
“KYAAAA!”
Sekejap kedua sejoli itu menatapku heran sementara aku sibuk
mengerjap-ngerjapkan mataku yang mulai mengeluarkan air mata. Jelas
saja! Bibir merah merekahku ini kegigit!
“neo wae ireoni?!” Yoojin mengambil tanganku dan mengguncang tubuhku
panik. Alisnya bertautan, dan matanya memandnagku khawatir. Ampun…
kenapa dia jadi begitu??
“aku….. menggigit bibirku….” Yah. Sebenarnya aku agak malu karena
menjerit dengan alas an tolol begitu. Tapi bener deh, rasanya sakit
banget!
“bibir kegigit?!” Yoojin mulai meninggikan nadanya. Sebentar lagi juga dia akan memukul kepalaku.
PLETAK! Dia menjitakku. Bener kan?
“Paboga?! Makan itu pelan-pelan! Bikin khawatir saja!” aku cuma bisa mengerang kesakitan, nyerinya masih terasa di bibirku.
“sini dekatkan kepalamu! Biasanya suka berdarah…” tiba-tiba dia
mencengkram kedua pipiku dengan sebelah tangannya, membuatku mendekat
padanya. Tapi tunggu. Ini di luar prediksi. Setelah memukul seharusnya
dia membantakku lagi, menjejalkan nasi lagi, atau menggumam kesal. Yang
jelas dia tidak akan peduli padaku. Tapi…. Sekarang Yoojin malah sangat
khawatir padaku!
“ck ck. Ini akan jadi sariawan..” Yoojin berbisik padaku. Lalu aku
sadar, jari telunjuknya tengah menyentuh bibirku, dengan teliti dia
memperhatikan lukaku. Wajahnya sangat dekat denganku, yang entah
bagaimana membuat jantungku sangat tidak keruan detaknya. Dekat dengan
wajah secantik dia….
“Yoojin?” panggilku tiba-tiba.
“ngg?” mata cokelat terang Yoojin melirikku.
Nafasku tertahan, kagum dengan matanya yang bulat bersinar itu.
Kemudian tanpa kusadari, tanganku bergerak liar menarik kepalanya yang
cuma tinggal sesenti itu dariku itu dan langsung kugigit bibir bawahnya
dengan bibirku, mengaitkannya dengan pas sekali. Kucium dia sangat
dalam, semakin lama semakin dalam menyadari tidak ada pemberontakan dari
Yoojin. Tanganku yang bebas mengelus pinggang Yoojin, membuatnya agak
mengerang karena nikmat. Akhirnya, aku cuma bisa menutup mataku dengan
kuhsyuk, tidak peduli dengan Jung Soo yang melongo, mau gila melihat
kami berdua.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar