Title: Sleeping With Kim Heechul Part 5
Cast:
Im Yoojin
Kim Heechul Super Junior
Leeteuk as Park Jung Soo
Minor Cast: Jessica SNSD, Sungmin Super Junior
Cameo Permanen: Sulli f(x), Eunhyuk Super Junior
Author: soshiiica
Genre: Romance, Humor
Rating: General
Warning!: Typos~
Disclaim: udah dirilis di http://kpopfanfictionandyou.wordpress.com
>>The Cuap-Cuap>>
Lagi-lagi.. bagi yang memohon part ini menjadi kisah masa lalu para cast
diatas… mianhada, author belum bisa kasih dulu. Ternyata kalau
dipikir-pikir ni cerita gak bakalan penuh misteri lagi kalo udah
dibeberin masa lalu mereka. Haha.
oh iya, buat yang belum kenal, panggil aja aku Tata. I’m 15 this year…, Sungmin, Taemin, Changmin, Taeyeon, Krystal biased.. ^^
<<end of cuap-cuap<<
#Story Start!#
Heechul POV
“Kim Heechul? Heechul-ah…..” sesuatu mengguncang tubuh dan otakku.
Walaupun terasa sangat berat dan berputar-putar, kupaksa mataku untuk
terbuka. Karena…….. aku ingin menemui sosok yang memanggilku tadi. Aku
kenal baik suara itu, suara yang sangat menyenangkan untuk didengar.
“ngg…….” Aku mengerang panjang seiring cahaya lampu menusuk mataku. Pipiku terasa bebal dan terus berdenyut.
“Heechul?” dia kembali memanggil namaku saat menyadari aku sudah membuka mataku.
Aku memiringkan kepalaku ke samping, menghadap seorang gadis dengan
rambut hitam ikal terurai, tubuhnya terbalut piyama lengan pendek dengan
jaket sport warna hitam di atasnya. Benar, itu Im Yoojin. Kupalingkan
wajahku lagi dan melirik ruangan tempatku terbaring, mengelilinginya
dengan mataku. Ah.. ini kamar Yoojin.
“apa yang……” aku hendak membuka dialog tapi perkataanku terhenti.
Denyutan menyakitkan di pipiku kembali menyerang. Yoojin menyipitkan
matanya sinis dan mendengus.
“kau tidak ingat? Apa yang kau lakukan padaku????” nada Yoojin
semakin meninggi di akhir kalimat. Aku tau aku bisa disuruh minum obat
serangga kalau tidak menjawab. Tapi bagaimana yah. Bibirku juga perih~~
alhasil aku cuma bisa memelototinya pasrah.
“aish! Minta dipukul ya?!!” Yoojin mengacungkan kepalan tangannya
padaku. Ups. Sepertinya dia menanggapi pelototanku sebagai ancamannya.
Buru-buru aku mengerang dan beringsut beberapa senti menjauh dari Yoojin
yang duduk di pinggir tempat tidur. Kutunjuk-tunjuk pipiku sambil
menautkan alisku, memberi tahunya kalau wajahku sedang sakit. Melihat
itu, Yoojin menurunkan tangannya dan mendesah.
“setelah kau bertindak senonoh padaku, Jung Soo langsung memukulimu sampai pingsan. Sudah ingat sekarang?”
kukedipkan mataku tepat tiga kali dan memejamkan mataku seperti berpikir keras.
“sekarang Jung Soo ada dimana?”
“aku mengusirnya.”
Jawaban Yoojin begitu singkat dengan intonasi yang datar, tapi itu sanggup membuatku syok.
“apa tadi? Kau.. mengusirnya?? Kau mengusir Juuuuung Sooo… aww..”
sebelum aku sempat meninggikan nadaku, lagi-lagi pipi sialanku.. ah
tidak, pipi sehalus kulit bayiku ini kembali sakit menusuk-nusuk. Aish!
Awas kalau si JS tua itu tampil lagi, kuhajar dia. Pastikan wajahku
menyeramkan sekarang!
Aku menghela nafasku dan mengulang pertanyaanku, “kau… mengusir Jung Soo.. saat.. dia memukuliku?” kujaga suaraku tetap lembut.
“yah.. begitulah….”
“kenapa?”
Yoojin terdiam. Dia menunduk, menghindari tatapan penuh tanyaku.
“kenapa?” kuulang sekali lagi pertanyaanku. Pasalnya, Yoojin mau
mengusir orang yang dia cintai… itu tidak mungkin. Setidaknya mungkin
Yoojin cuma akan melerai kami berdua. Tapi kalau sampai menyuruh Jung
Soo untuk pergi… aku tidak jamin Yoojin melakukan itu. Lagipula Yoojin
tau, dengan menendang keluar seorang laki-laki, itu menyakiti harga
dirinya. Hubungan mereka bisa terancam.
“entah. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan Jung Soo lagi….” Yoojin menjawab lemah.
“kenapa?” kutanya dia sekali lagi. Yoojin mendelik kesal.
“kenapa banyak tanya sih?! Bagus kau kuselamatkan!”
Yoojin menghardikku kasar, tapi matanya tidak melihat ke arahku sama
sekali. Pasti ada yang dia sembunyikan. Aku terdiam sebentar, memberi
jeda padanya sebelum aku melontarkan lagi pertanyaanku. Tapi tidak lama,
karena mulutku sudah gatal untuk yang satu ini.
“kau… menyukaiku?” aku angkat bicara.
Sedetik setelah aku menyelesaikan perkataanku. Yoojin membulatkan
matanya padaku. Tampak dia tercekat dan tidak sanggup menjawabku.
Menurut yang aku ketahui, orang yang tidak menyukaiku kalau ditanya
begitu akan langsung berkilah. Yah.. walaupun tidak selalu juga. Tapi
kalau seperti Yoojin, tidak bisa menjawab dan malah memelototiku seperti
itu… aku rasa dia punya perasaan padaku.
“Jangan suka berkata yang tidak-tidak! Menyebalkan!” Yoojin dengan kesal mencubit lenganku yang tidak luka.
“a-aww! Ya Im Yoojin! Appo……”
Yoojin menyipitkan matanya kesal kemudian mendesah kecil. Dia
menyandarkan bahunya lagi ke sandaran kursi kecil yang tengah dia duduki
di samping tempat tidurku.
“aku mungkin harus menghubungi Jung Soo secepatnya. Maaf Heechul…”
Yoojin tersenyum kecut kemudian berdiri dari posisinya, hendak pergi
dari kamar. Aku diam sejenak, mencerna kata-katanya.
“jamkkaman! Apa maksudnya kata maafmu?”
Langkah Yoojin terhenti. Dia tidak menjawabku, dia cuma berdiri mematung.
“perlu kuulangi lagi? Kau sudah tuli ya?” Yoojin masih berdiam. Aku mengernyitkan alisku, sebuah pemikiran masuk ke otakku.
“kau… minta maaf karena kau lebih memilih Jung Soo daripada aku?”
Seusai aku menyatakan hal itu, Yoojin menundukkan kepalanya. Bisa kulihat tangannya bergetar. Entah marah atau mau menangis.
“diam kau. Aku hampir menghancurkan pernikahanku karena kau, Heechul.”
Jung Soo POV
Audi-ku berhenti di pekarangan rumah putih besar berdindingkan kaca-kaca yang menghadap lautan cantik. Rumahku.
Kumatikan mesin mobilku, tapi aku tidak keluar dari mobil. Aku hanya
menatap nanar pada lautan yang berdesir itu. Terlihat indah diterpa
matahari senja walaupun tertutup oleh lapisan tebal kacamata hitamku.
Begitu indah,, tapi aku tidak sanggup mengangumi kecantikannya. Hatiku
begitu terluka. Dan sampai sekarangpun masih sangat sakit rasanya. Aku
tidak ingin ikut bersenang-senang bersama ombak-ombak lautan itu, aku
ingin diombang-ambingkan seperti karang di atas pasir-pasir. Aku tidak
yakin lagi kalau aku masih ingin hidup. Seluruh yang kumiliki telah
diambil. Aku tidak apa-apa tanpa harta dan kantor itu, selama ada
Yoojin,, tidak apa-apa. Tapi…. Bahkan Yoojin memilih untuk
meninggalkanku. Semua karena satu orang.
*flashback.
“SIALAN KAU KIM HEECHUL!!!!!!!!!!” dengan geram kuraih kerah kemeja
putih Heechul. Kepalan tanganku sudah terayun tinggi. Heechul yang
terlepas dari ciuman menjijikannya dengan Yoojin, tampak syok dengan
perlakuanku.
“J-Jung Soo!” Yoojin di hadapan Heechul menjerit tak kalah kaget. Apa? Dia berusaha melindungi laki-laki brengsek ini??!
BUUUUUK!!!!
Terlanjur. Menjerit sekencang apapun, Yoojin tidak akan bisa
menghentikan ledakan amarahku. Sudah terlanjur meluap-luap. Dan sekarang
aku akan melampiaskannya pada laki-laki ini. Laki-laki yang seenaknya
mencium tunanganku.
Sekali lagi kuangkat kepalanku dan kali ini kuhajar habis hidungnya.
Darah mulai mengucur dari sana, tapi aku tidak puas. Hatiku masih
mengamuk.
“PARK JUNG SOO GEUMANHAE!!!!!”
Tidak. Aku tidak bisa berhenti. Kupukuli lagi senti demi senti wajah
Heechul. Sudut bibirnya sudah terluka juga sekarang. Pukulanku semakin
mengencang dan semakin cepat. Hingga kurasakan tubuh Heechul tidak
sekeras sebelumnya. Dia lemas dan akhirnya jatuh dengan mata tertutup.
Dia… pingsan.
“PARK JUNG SOO MICHEOSEO!!!?!!” Yoojin menghampiri tubuh Heechul yang
terbaring di atas lantai. Darah keluar dimana-mana. Kututup mataku
sejenak. Aku.. kebablasan. Biar bagaimanapun… Heechul sepupuku! Tidak
sepantasnya aku meukulinya! Aku benar-benar bodoh..
“NAWA!” Yoojin menjuk pintu keluar dengan kesal. Matanya berkaca-kaca dari yang bisa kulihat.
“NAWAYO!!!!”
“Yoojin-ah… maafkan aku… aku keterlaluan…. Aku akan membawa Heechul ke rumah sakit… aku…”
“diam dan pergi. Jangan kembali lagi. Baik di hadapanku ataupun di kantor ini. Jangan pernah datang lagi.”
“Yoojin-ah…”
“kau tuli? Kau tidak bisa bahasa Korea? Sepertinya aku sudah cukup
menjelaskan. Keluar dan jangan kembali lagi. Bahkan untuk membenci
saudaramu sendiri… itu menjijikan.”
Aku tercekat. Aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Yoojin…
tidak mungkin melakukan ini padaku. Dia mencintaiku! Kenapa dia….
Kemudian aku sadar.
Yoojin berubah. Yoojin mencintai Heechul.
Aku mundur perlahan selangkah demi selangkah. Sangat menyakitkan
ditampar dengan kenyataan. Aku terus mundur hingga aku tidak bisa
melihat Yoojin lagi. Mungkin ini yang terakhir aku melihatnya.
Gadis yang selama ini aku cintai…. Gadis yang selama ini selalu
kujaga.. walaupun tidak terlihat…. Hh. Secret Power Ranger harus hiatus
ya?
*flashback off.
Semua ini gara-gara Heechul. Benar. Aku kehilangan segalanya sekarang. Semua karena kedatangan manusia itu. Kim Heechul.
BUUUK.
Tanganku membanting kaca samping mobilku. Aku meringis. Bukan karena sakit, tapi aku menangis.
*****
Besoknya…
Yoojin POV
Aku terbangun dari alam bawah sadarku karena sesuatu. Ada yang
berhembus di pipiku, sesuatu…. Nafas? Ah iya. Ada yang bernafas di
wajahku. Hei.. tidak usah bertanya lagi, ini pasti nafasnya si Heechul.
Kubuka mataku lebar-lebar. Semakin aku membuka mataku, semakin aku
sadar posisiku. Aku sedang tidur di lantai ruang tamuku-yang seharusnya
adalah tempat Heechul tidur- aku memberikan tempat tidurku kepada si
autis itu. Aku tidur sendirian semalam, tapi sekarang jadi berdua.
Jangan tanya lagi dengan siapa, tentu dengan Heechul.
Tubuhku terasa berat, dan dari penglihatanku, aku dipeluk erat
seperti guling oleh mahkluk pirang di sampingku. Aku menghembuskan
nafasku frustasi, dan menoleh ke samping, memandangi wajah mistis yang
tidak pernah kuharapkan untuk melihatnya. Heechul. Dia sudah bangun, dan
kini tengah memandangiku. Aku terlonjak kaget karena matanya yang besar
itu sungguh membuat syok.
“sudah bangun, sayang?” Heechul berbisik di telingaku, sangat dekat
hingga membuatku merinding. Dan.. perutku bergejolak. Ah.. kenapa aku
ini.
“sa-sayang?” kukernyitkan alisku tidak setuju.
“hahaha.. kau ini lucu sekali, baby-ku….” Heechul menempelkan
hidungnya di pipiku dan mengelusnya lembut. Aish! Lagi-lagi sensasi aneh
ini!
“YAK KIM HEECHUL!” sambil menjerit, kukerahkan semua tenagaku dan menggulingkan Heechul dari tubuhku.
“apa-apaan sih?!”
“hyaa… kan kau menyukaiku.. apa salahnya membalas perasaanmu?”
Kusipitkan mataku pada Heechul. Walaupun sebenarnya,, jantungku terus
berpacu sangat cepat, semakin cepat kalau aku menatap Heechul. Aigoo…
mungkin aku harus periksakan otakku. Mungkin aku jatuh dari tangga tapi
aku tidak sadar dan akhirnya gegar otak hingga aku bereaksi aneh seperti
ini. Iya, harus seperti itu.
“cepat bangun dan siap-siap untuk bekerja!”
“aish.. ne…”
*****
“HEY!”
Jeritan melengking membuatku langsung menegakkan badanku. Buru-buru
aku merapikan baju kerjaku dan rambutku yang terikat rapi ke atas. Biar
bagaimanapun, aku seorang sekretaris yang tidak boleh terlihat melamun
galau. Well, tidak sampai aku melihat siapa yang mengagetkanku tadi.
Gadis pirang berjiwa abnormal yang samanya seperti Heechul. Dia tengah
duduk di meja kerjaku. Haish! Baik Heechul maupun Sica. Mereka terus
mengagetkanku hari ini!
“Sica! Mwoya??”
“hahha. Kau ini. Kau akhir-akhir ini sangat menyebalkan. Always in
that face, in the same pose. Everyday I see you, you look at that wall,
thinking hard. What happen, baby??”
Aku memalingkan wajahku dari Jessica dan menghela nafas.
“I don’t know… I’m not feeling well these days…”
“Not well because of Park Jung Soo? Am I right?”
Baik. Dia benar. Tapi aku tidak mau menjawab.
“it must be true. Ayolah,,, kita hidup hanya sekali. Dengarkan aku.
Kalau kau berjodoh dengan Jung Soo, kalian akan tetap bersama. One day,
the both of you will missing each other, then someone will come.
Percayalah.” Sica mengelus punggungku dengan iba.
“thanks.” Aku sebenarnya tidak terlalu terhibur. Aku masih merasa
pusing dengan kehidupan cintaku. Aku tidak bisa begitu saja mengeluarkan
Jung Soo, dia cinta pertamaku. Hidupku begitu menderita dan dia orang
yang pertama kali memberikan kekuatan padaku dengan tulus.
“bagaimana… kalau aku menghalanginya?”
Aku dan Jessica menoleh ke arah pintu ruang kerja Heechul. Benar, dia berdiri di sana, menyipitkan matanya padaku dan Sica.
“menghalangi apa?” Sica bertanya.
“Aku akan menghalangi perjodohan yang kalian bicarakan itu. Kalau perlu keluar dari jalur jodoh tuhan juga tidak apa-apa.”
Aku mengernyit. Apa maksudnya?! Dia menyulut emosiku!
“kau saja tidak punya tuhan. Apanya yang keluar jalur jodoh?! Sudah,
berhenti bicara yang tidak-tidak!” aku memelototi si pirang tua itu
hingga 3 detik dan kemudian kembali berkutat dengan komputerku. Yah,
sebenarnya tidak benar-benar berkutat, aku cuma pura-pura sibuk. Lagian,
sudah tau permasalahan ini disebabkan oleh dirinya yang otaknya suka
ayan itu. Sekarang dia mau membuatku kesal lagi. Mau mati apa ya?!
“ah.. hahaha. Aku sudah selesai bicara. Aku pergi yaaa….” Sica tertawa garing dan segera hengkang dari ruangan kami.
Baiklah, kepergian Sica membuatku sendirian. Dan saat sendirian
dengan Heechul adalah saat-saat yang akan menjadi momen menegangkan.
Apalagi aku sudah menyindirnya. Eh? Hyaa. Kenapa aku jadi takut!
SPLAASH
Tiba-tiba layar computer di hadapanku mati. Aku mengerjapkan mataku
dan seketika langsung menoleh pada Kim Heechul, yang telah mematikan
komputerku dengan paksa.
“a-apa?!!”
“aku akan membawa kembali Jung Soo padamu.” Heechul memandangku
dengan wajah datar. Matanya entah mengapa terlihat sangat gelap, dengan
muka kaku seperti patung. Posisinya yang berdiri di sampingku, tubuhnya
begitu menjulang dibanding aku yang sedang duduk. Entah kenapa membuatku
agak merinding. Tapi arah pembicaraan ini… ada apa dengan Heechul?
“me-membawa apa?? Hei,, Kim Heechul.. kau sakit?”
“tidak. Aku serius.”
“kau ini bicara apa sih??”
Heechul mendesah dan dia maju selangkah mendekat dan memajukan wajahnya ke depan wajahku.
“Aku mau bilang… Kalau aku akan pindah ke Amerika. Kantor disana
lebih menyenangkan. Jadi.. aku pergi, dan Jung Soo akan menggantikanku
lagi. Kau mengerti sekarang?”
“m-mwo?!!”
“selamat bersenang-senang dengan Jung Soo. Dan…. Kalau kau…. Jadi
menikah dengan Jung Soo… kabari aku.” Heechul tersenyum manis seiring
wajahnya semakin dekat denganku. Dan saat jaraknya tinggal beberapa
senti lagi, Heechul memejamkan matanya dan menciumku.
A-apa… ini….
****
Aku berdiri mematung di pintu kamarku. Memperhatikan Heechul. Dia
sedang merapikan pakaian-pakaiannya ke dalam tas. Entah kenapa… dadaku
terasa sesak.. sangat, sangat sesak…. Ini tidak mungkin, Heechul tidak
mungkin benar-benar pergi.
Tidak… Aku akan merindukan suara berisiknya. Tawanya yang idiot…
hinaan “dada rata”nya. Rambut pirangnya yang menusuk mata. Wajahnya yang
selalu tepat di depan wajahku saat aku bangun tidur. Dia.. satu-satunya
anak hyper yang membuatku tertawa, tersenyum walaupun di hati.
“nah. Selesai. Hei, bajumu yang paling besar ini kubawa yah? Untuk
kenang-kenangan.. hehehe…” Heechul tertawa lebar sejenak dan kembali
sibuk merapikan barang-barangnya.
“oke, aku pergi sekarang.” Dengan tas selempang tersampir di bahunya, Heechul melangkah menuju tempatku berdiri.
“mana Heebum? Aku harap kau bisa mengirimnya ke Amerika nanti. Dibantu yah!”
Aku menatap Heechul dengan perih. Selangkah lagi dia akan melewatiku dan akhirnya benar-benar pergi.
“hei. Minggirlah. Bagaimana aku bisa pergi kalau kau menutupiku??” nada Heechul terdengar frustasi.
Aku tidak bisa berjalan sedikitpun, tidak bisa bergerak. Kugigit bibirku. Dan rupanya aku sudah menahan tangis sedari tadi.
“kau ini kenapa?? Minggir aku bilang!”
Setelah dia menjerit begitu, air mataku jatuh. Segera kutundukan
kepalaku untuk menutupi air mataku. Lalu tak lama kemudian aku terisak.
Menangis sepuasnya walaupun sambil menunduk. Heechul tidak berkata
apa-apa lagi, dia juga ikut berdiam.
“jangan….” Sekuat tenaga aku mengucapkan kata-kataku.
“diam di tempatmu… jangan kemana-mana…..” dan setelah ucapanku selesai, aku meraung keras.
Tak lama, tangan Heechul menyentuh kepalaku dan mengelus lembut rambutku.
“seharusnya… kau menyadari keistimewaanku lebih awal. Tidak akan terlambat..”
Heechul menggeser tubuhku perlahan dan berjalan pergi.
“aku sudah telpon Jung Soo. Sepertinya dia akan datang tidak lama lagi. Tunggu dia.”
************************************************************
Flashback. Yoojin dan Jung Soo umur 20 tahun.
“Jung Soo.. berhenti membaca skripsi dan tengok gadis itu!” Jung Soo
tersentak kaget di tengah kesibukannya membaca tugas skripsi kuliahnya,
haraboji baru saja membentaknya.
“o.. ne, haraboji..” kemudian Jung Soo menutup kertas-kertas itu dan mulai memperhatikan sosok mungil di depan meja kerjanya.
Gadis itu sangat rapi. Pakaiannya begitu sederhana namun
menggambarkan dengan jelas pribadinya yang tegas. Wajahnya polos namun
terlihat keras dan disiplin. Tapi satu yang membuat Jung Soo tidak
sanggup berpaling, kecantikannya. Make up yang dipakainya tipis sehingga
wajahnya terlihat natural. Jung Soo menelan ludahnya dan mulai
bertingkah gugup.
“m.. mm.. nama anda siapa?” Jung Soo membetulkan letak kacamata frame hitamnya dan kembali menatap gadis itu.
“Im Yoojin imnida…”
“cantik kan, Jung Soo? Sekarang dialah sekretarismu.” Haraboji gendut
di sebelah Jung Soo tertawa sementara gadis bernama Im Yoojin tersenyum
cerah.
Jung Soo menerawang ke arah wajah Yoojin dan ikut tersenyum.
“Im Yoojin…” Jung Soo berbisik lembut.
***
Jung Soo POV
Yoojin.. gadis yang sangat rajin. Dia cantik sekaligus pintar. Dan
dia tau kapan dia harus bersikap lembut dan kapan dia harus bersikap
keras. Dia mempelajari dengan betul keadaan kantor dengan cepat, dan
setelah beberapa bulan, dia hampir setara denganku sekarang.
“Yoojin?” aku memanggil Yoojin dan dia menoleh padaku seraya berdiri dan membungkuk.
“ne, sajangnim?”
“haish.. tidak usah begini. Duduk lagi dan jangan panggil aku
sajangnim. Kita kan seumuran? Panggil aku Jung Soo.” Kuberikan senyumku
dan Yoojin memalingkan wajahnya. Tampak pipinya bersemu. Aigoo.. lucu
sekali.
“ne… Jung Soo..” saat mengucapkan namaku, suara Yoojin semakin pelan. Haha.. dia masih canggung sepertinya.
“hmm.. hari ini aku mau jalan-jalan. Dan aku ingin kau ikut. Oke?”
“ah? E-ehm,, ne, Jung Soo…”
>>>>>>>>>
Pusat kota Seoul sangat ramai saat ini. Tapi aku dan Yoojin tetap
berjalan santai. Udara musim panas sangat menyenangkan, tidak terlalu
panas walaupun namanya musim panas.
“kau suka ice cream? Ayo kita beli!” kuberikan senyum lebarku dan
Yoojin dengan malu-malu tersenyum canggung sambil mengangguk. Dan aku
membawa Yoojin ke kedai ice cream pinggir jalan.
“kau suka rasa apa?”
“em.. itu.. aku suka semuanya.. lebih baik yang sama saja denganmu..”
“aigoo.. kau ini. Ayo jangan sungkan… katakan saja..”
“a-ani… semua rasa oke kok..”
Senyumku kembali mengembang karena Yoojin. Dia terlalu pemalu.
“baik kalau begitu. Ahjumma, aku beli semua rasa ice cream ya! Masing-masing dua!”
Ahjumma itu tampak melotot kaget mendengar permintaanku, tapi tak lama dia mulai menyiapkan pesananku.
“m-mwo.. Sajangnim! Ti-tidak usah…”
“hei. Panggil aku Jung Soo!”
“ta-tapi..”
“diamlah, siapkan tenagamu untuk menghabiskan es krim-es krimmu nanti.”
“Jung Soo…” kali ini Yoojin memandangiku dengan perasaan bersalah.
“ini pesanan anda…” ahjumma menyerahkan padaku satu kotak besar berisi cup-cup es krim.
“kamsahamnidaa ahjumma!” aku membungkuk dan menarik pergi Yoojin.
Aku membawa Yoojin ke taman kecil dan kami berdua duduk di atas
bangku kayu. “nah. Sekarang ayo kita makan! ^^” aku mengambil es krim
cokelat dan membiarkan Yoojin memilih es krimnya sendiri. Tapi tidak,
Yoojin terdiam. Hanya menunduk menatapi es krimnya. Lagi-lagi dia merasa
bersalah.
“maaf, Jung Soo-ssi… aku membuatmu membelikanku terlalu banyak es krim….”
“eii.. kau lupa aku ini boss besar? Sekali-kali tidak apa dong
mentraktir sekretarisnya yang sudah sama-sama bekerja keras? Mm.. tapi
kau harus ingat. Kau tidak akan dapat separuh dari gajimu bulan ini
untuk mengganti biaya es krim segini banyak.” Kupasang raut serius.
“n-ne???!” Yoojin melotot kaget mendengarku.
“hahahahaha. Lihat wajahmu itu. Haha. Aku hanya bercanda, Yoojin-a…”
dan aku malah tertawa terbahak-bahak. Yoojin ikut tersenyum. Manisnya..
“terima kasih, Jung Soo-ssi… aku akan habiskan ini semua…” Yoojin mulai mengambil es krim dan memakannya dengan senang.
>>>>
Aku meletakkan kotak kardus berisi cup-cup es krim kosong dengan
bangga. Aku dan Yoojin berhasil menghabiskan semuanya. Hahaha.. aku
benar-benar bahagia hari ini.
Aku menengok pada Yoojin yang duduk di sebelahku. Wah.. dia tertidur…
sepertinya dia kelelahan… aku beringsut mendekat padanya dan
menyenderkan kepalanya di bahuku. Kuelus rambutnya sangat, sangat lembut
dan aku terlena pada nafasnya yang begitu teratur. Yoojin begitu cantik
saat tidur. Dia seperti malaikat yang jatuh ke bumi, yang sekarang
hidup di dekatku. Bagaimana bisa dia begitu sempurna..
“tidurlah yang lelap, nae aeggi*…, aku akan menjagamu tetap di
sampingku…” aku berbisik di telinganya dan kemudian menempelkan bibirku
di rambutnya. Menghirup wangi helaian rambut hitamnya.
*****
3 tahun kemudian…
“kalian pacaran?”
Satu pertanyaan singkat yang terlontar dari Haraboji seketika membuatku tercekat.
“ka-kami…”
“kalian tau kan konsekuensinya??!” tiba-tiba Haraboji mengahardik kami. Yoojin di sampingku menunduk takut.
“maafkan kami, sajangnim…”
Yoojin tau jelas konsekuensinya. Karena aku tidak mungkin dikeluarkan
dari kantor, maka pasti Yoojin yang dikeluarkan. Ani. Dia sudah hidup
sulit. Kalau dia keluar dari kantor, dia akan semakin susah.
“Ha-haraboji… kami tidak akan pacaran lagi. Maafkan aku.. aku.. aku
mohon jangan keluarkan kami.. aku janji tidak akan pacaran lagi
dengannya. Aku mohon haraboji,, maafkan kami…..”
Haraboji menggeleng pasrah kemudian mengangguk.
“sekali ini kalian kumaafkan. Kalau kalian ketahuan pacaran lagi. Aku akan menendangmu keluar, Im Yoojin.”
>>>
“maaf, Yoojin-a..” di sebelahku berdiri Yoojin, dengan wajah sedihnya.
“sebenarnya… aku sakit.. saat kau bilang kita tidak akan pacaran lagi….”
“ini demi kebaikanmu juga, Yoojin…”
“aku tau… emm.. sekarang sudah malam, aku akan pulang..” Yoojin
kemudian berbelok, hendak keluar dari ruanganku. Sepertinya dia ingin
cepat-cepat pulang karena tidak ingin bersamaku lebih lama lagi.
“mau kuantar, Yoojin?”
“tidak usah. Selamat malam, sajangnim..” dan Yooji menghilang dari pandanganku.
Well, hatiku juga sakit. Sepertinya kami kembali ke titik awal dimana
kami masih belum saling mengenal dan tidak merasakan cinta satu sama
lain. Dia memanggilku sajangnim. Baiklah, ini kenyataan.
****
Lima tahun kemudian. Jung Soo dan Yoojin umur 28.
KRIIING KRIIIING
Terdengar hp-ku bordering. Kuacuhkan komputerku, melepas kaca mataku dan menjawab telpon. Ini nomor dari luar negeri.
“yeobseo?”
“Jung Soo?”
“ne. ini Jung Soo. Ini siapa?”
“HEI SEPUPUUUU~~~ HEECHUL DISINIIII! Hehehehe.”
“Heechul? Tumben telpon. Kenapa?”
“siapkan kantor yang bagus untukku yah. Aku akan kesana seminggu lagi.”
*flashback end.
_TBC_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar