Title : TWELVE LITTLE KOREANS [prologue]
Author : JongDay
Genre : mystery, a bit horror
Rate : PG-13
Main Casts :
- EXO member
Warning : do not plagiarism! Do not read if you don’t like! Do not copy+paste! And don’t claim this is yours! RCL if you read and like this. But if you don’t like please click the back arrow! Please have a respect. I put on sweat and tears to type this all. Really.
Inspired by : Japanese myth, and And They Were None by Agatha Christie

*
Duabelas anak Korea, menemui takdir mereka…
Takdir berdarah di mana kau tak dapat menghindarinya…
Ini nyanyian kami, dengarkan dari hati…
Duabelas anak Korea, menemui takdir mereka…
Satu anak mati tergantung di pohon…
Tinggal sebelas anak Korea
Satu anak mati dimakan beruang…
Tinggal sepuluh anak Korea
Satu anak mati tertusuk pisau…
Tinggal sembilan anak Korea
Satu anak mati tenggelam di sungai…
Tinggal delapan anak Korea
Satu anak mati tersesat di hutan…
Tinggal tujuh anak Korea
Satu anak mati menemui Mothman kami…
Tinggal enam anak Korea
Satu anak mati tergelincir tebing…
Tinggal lima anak Korea
Satu anak mati tertindih pohon jatuh…
Tinggal empat anak Korea
Satu anak mati keracunan kerang…
Tinggal tiga anak Korea
Satu anak mati tergigit ular kobra…
Tinggal dua anak Korea
Satu anak mati terjerat ranjau…
Tinggal satu anak Korea
Satu anak mati bunuh diri frustasi…
Anak Korea habis semua
Ini cerita dari kami, dan kami pun percaya
Akan kami nina bobokan mereka di sana
Duabelas anak Korea, menemui ajalnya…
TWELVE LITTLE KOREANS
PROLOGUE
Dahulu kala, semua orang masih mengenal mitos ini. Mitos tentang
duabelas cerita seram. Sebuah permainan yang dilakukan Zashiki Warashi
dan kawan-kawan sejenisnya. Permainan terlarang. Permainan yang konon
akan membangkitkan Lucifer dari tempat persembunyiannya. Permainan yang
mempertaruhkan nyawa. Permainan sederhana yang akan merenggut takdir
mereka, atau bahkan nyawa sekalipun. Mereka yang bermain permainan,
menakut-nakuti, namun pada akhirnya mereka sendiri yang ditakuti-takuti.
Hanya mereka yang mengungkit kembali mitos ini, setelah ratusan tahun
sebelumnya mitos ini hampir dilupakan.Dan tiba-tiba saja mereka semua mati mengenaskan keesokan harinya, tersiram tsunami dahsyat yang melanda dan terdampar di sebuah pulau tak dikenal. Raga dan nyawa mereka terombang-ambing, namun hanya satu yang jatuh ke dasar Sungai Styx. Yaitu nyawa mereka.
Roh mereka bersatu di alam baka. Kembali ke dunia membalaskan dendam karena takdir mereka yang begitu mengenaskan bahkan tanpa mereka ketahui bersalah sedikitpun. Sebenarnya, memang mereka salah. Mungkin Lucifer marah mereka membangunkannya dengan permainan tersebut. Membangkitkan kembali mitos terlarang. Mereka menghantui pulau tersebut dan mencari tumbal duabelas anak lagi seperti mereka agar merasakan nasib yang sama. Mereka kemudian menciptakan tembang lagu. Duabelas Anak Tumbal. Atau setidaknya kata ‘tumbal’ diganti tiap korbannya. Tembang yang akan menentukan hidup mati keduabelas tumbal tersebut. Permainan duabelas cerita seram. Takdir buruk yang menimpa. Mati perlahan.
Mereka, duabelas roh korban permainan duabelas cerita seram, bersatu dalam satu tubuh, hidup kembali menjadi setan kecil di dunia.
Dan akan membalas dendam pada duabelas anak berikutnya…
*
“Aku sudah menceritakan kisah pertama. Nyalakan lilinnya, Chen!”
Chen menyalakan lilinnya. Lilin satu-satunya di tempat tersebut.
“Nah sekarang, gantianmu, Hun.”
“Aku tidak mempunyai satu ceritapun.”
“Aigoo. Bagaimana denganmu, Lulu?”
“Mm, aku punya. Tapi lebih baik diceritakan terakhir saja. Sebab cerita ini begitu seram!”
“Whoa! Benarkah? Kalau begitu biar aku yang cerita.”
“Tunggu! Tunggu!”
“Aish, kali ini apa lagi, YiFan?
”A-aku tidak yakin dengan permainan ini. Bukankah kata Pendeta Zhang permainan ini terlarang? Aku sudah baca legendanya!”
“Aah, jangan dengarkan kata pendeta gila itu. Dia kan hanya membual supaya kita tidak keluyuran di kuil malam-malam.”
“Hey! Pendeta Zhang itu ayahku!”
“T-tapi…”
“Sudahlah! Lanjutkan, Tao.”
“Baiklah. YiFan paranoid rupanya, ya. Haha. Umm… jadi begini… empat ratus tahun lalu…”
*
South Korea, 2005
Malam. Dingin malam. Di sudut gang pusat perbelanjaan MyeongDong yang telah sepi karena menjelang larut, terlihat pemandangan yang mengerikan. Daging-daging manusia berceceran. Entah kepala. Entah dada. Entah kaki maupun tangan beserta pasangannya. Lebih dari belasan kepala orang tergeletak mengerikan di sana. Mengenaskan. Tak ada yang mendengar jeritan pilu orang-orang itu sebelum menemui ajal mereka. Serasa tercekat di tenggorokan. Mereka langsung meregang nyawa, tatkala menatap keduabelas anak kecil yang tengah berdiri di sana. Di tengah mayat-mayat manusia tersebut, berkeliling seolah syok menatap pemandangan di hadapan mereka.
Keduabelas anak kecil itu panik. Mereka tak menyangka bahwa apa yang mereka lakukan beberapa menit lalu terhadap belasan orang-orang yang hendak menculik keduabelas dari mereka dapat membuat orang-orang itu langsung terkapar tak berdaya. Mereka hanya berkumpul di malam hari, kebiasaan keduabelasnya di tengah Kamis malam seperti ini untuk berkumpul bersama, melakukan sebuah permainan layaknya kelompok bermain yang akrab. Permainan duabelas cerita seram. Dan kali ini sudut gang MyeongDong lah yang dipilih mereka. Gelap. Di bawah temaram bulan. Mereka tahu permainan yang dilakukan mereka semacam ritual khusus namun mereka tak tahu dampak apa yang akan terjadi. Mereka hanya iseng khas anak kecil.
Dahulu. Dahulu sekali. Permainan itu merupakan suatu permainan rakyat daerah terpencil. Permainan itu terlarang. Sebab tiap cerita keduabelas selesai diceritakan, maka akan ada hal buruk menimpa mereka. Hal buruk bagi anak kecil seperti mereka seperti terjatuh dari sepeda. Mereka tak mempedulikannya. Cerita keduabelas telah selesai diceritakan oleh salah seorang dari mereka namun tiba-tiba lilin satu-satunya penerangan mereka mati terhembus angin. Menambah suasana mencekam.
Belasan orang, laki-laki gembul, tiba-tiba mendatangi mereka. Hendak menyekap dan menyandera keduabelasnya sekaligus. Mereka lemah. Mereka tak bisa melawan dengan tubuh anak kecil mereka. Namun suatu kekuatan misterius tiba-tiba muncul dan langsung menyambar tubuh belasan orang itu. Menyabetnya tanpa kenal kasih dan meninggalkan mereka yang telah berubah menjadi onggokkan daging tak bertuan. Kekuatan misterius itu pergi. Keduabelas anak kecil itupun langsung berwajah pucat pasi. Mereka takut disangka pembunuh. Sebab mereka sendiri tak tahu apa yang telah membuat orang-orang itu terbagi organnya seperti demikian. Lantas menjerit melengking, bergaung di tiap sudut gang MyeongDong.
“GYAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!!”
*
South Korea 2012
Tujuh tahun kemudian. Kejadian itu masih belum dapat hilang dari ingatan keduabelas anak kecil itu. Mereka sekarang beranjak dewasa. Mereka memilih jalan hidup mereka masing-masing. Berpura-pura seolah tak pernah terjadi apa-apa tujuh tahun lalu ketika mereka melakukan permainan duabelas cerita seram.
Namun itu hanya anggapan mereka saja. Sesungguhnya sesuatu telah terjadi di balik itu semua. Sebuah takdir yang mempersatukan mereka yang telah terpisah. Sebuah nasib berdarah yang siap menanti mereka.
Duabelas anak Korea dipertemukan atas kesalahan mereka di masa lalu. Kesalahan karena telah mengungkit permainan duabelas cerita seram. Permainan yang dapat membangkitkan iblis bangkit dari sarangnya. Permainan yang membuat nyawa mereka dipertaruhkan.
Duabelas anak Korea bertemu takdir mereka
Takdir berdarah di mana tak seorangpun menghindarinya
Ini nyanyian kami dengarkan dari hati
Duabelas anak Korea menemui ajal mereka…
[To Be Continued]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar