Pengikut

Rabu, 21 November 2012

Don’t Sleep

Author : raynafishy
Tittle : Don’t sleep
Genre : Angst, Brothership
Main cast : Sehun, Suho, EXO K members.
A/N: Mian ya kalo agak geje dan menyinetron._.v ada part yg terinspirasi dari novel éclair. Makasih yang udah mau baca dan commentJ


Sudah jam tujuh pagi, dan Sehun masih saja terjaga dari tidurnya. Kini Ia sedang memainkan game komputernya yang sudah Ia mainkan sejak jam makan malam berakhir. Hingga akhirnya Ia mendengar seseorang melangkahkan kakinya menuju kamar Sehun dan mengetuk pintunya.

“Sehun-a.” Panggil seseorang dari luar kamar Sehun.
“Mmm?” gumam Sehun sambil terus memfokuskan pandangannya ke layar komputernya.
Orang yang tadi mengetuk pintu kamar Sehun pun membuka pintu tersebut. “Boleh aku masuk?” tanyanya sambil memperlihatkan kepalanya dari balik pintu tersebut.
Ketika Sehun sadar siapa pemilik suara itu, Ia menghentikan aksi bermain game komputernya. “Oh? Suho hyung, belum tidur?” tanya Sehun setelah memutar kursi yang Ia duduki ke hadapan hyung-nya.
Suho pun menjawab “Bukan belum tidur, tapi sudah bangun.” Lalu tersenyum pada namdongsaeng-nya.
Kemudian Sehun melihat jam yang tertera di layar desktop komputernya.

07.17 AM

“Oh.” Hanya itu yang keluar dari bibir Sehun sebelum akhirnya Ia pun memutuskan untuk mematikan komputernya dan memberitahu pada Suho untuk menunggunya di ruang makan.
Sehun mengambil sebuah sikat gigi kemudian mengoleskan pasta gigi pada sikat giginya sambil menatap cermin. Kantung matanya yang semakin hari semakin membesar dan menghitam, serta wajahnya yang selalu terlihat lelah. Wajahnya tak pernah terlihat segar lagi semenjak mengidap sleep apnea itu.
Sehun selalu mengedipkan matanya dengan pelan dan berat. Seperti takut apabila Ia menutup matanya, Ia tidak dapat membuka matanya lagi. Tapi sebenarnya itu karena Ia jarang mengarungi dunia mimpi. Karena Ia jarang mengistirahatkan matanya. Karena Ia takut pada mimpinya yang dapat menjebaknya di sana.

-

“Hyung, kali ini aku yang menyetir.” Ucap Sehun tiba-tiba ketika mereka melakukan kegiatan sarapan.
“Andwae,” Suho melahap roti selai kacangnya, lalu melanjutkan “Kamu belum cukup umur.”
Sehun pun menjawab “Aish, aku juga ingin membawa Hyung dengan mobil peninggalan Umma dan Appa lalu memperlihatkannya pada teman-temanku. Kejam!”
Suho hanya tersenyum mendengar perkataan dongsaeng-nya itu. Sehun memang kadang-kadang terlihat seperti anak kecil. “Hyung memang kejam, terimakasih.” Ucap Suho kemudian tersenyum jahil.

Seperti ini setiap hari. Suho dan Sehun selalu mendebatkan mengenai hal-hal yang tidak terlalu penting hanya demi mendekatkan diri satu sama lain.

-

“Berapa jam kamu tidur?” Tanya Suho disela-sela kegiatan menyetirnya. Bukannya bertanya ‘Jam berapa’, Suho memang selalu lebih memilih bertanya ‘Berapa jam’. Suho ingin tahu berapa lama dongsaeng-nya dapat mengistirahatkan tubuhnya.
“Entahlah, yang jelas… aku sudah lebih baik sekarang.” Jawab Sehun dengan nada ceria yang dibuat-buat sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapih.
Suho hanya mengangguk pada jawaban Sehun, meskipun Suho tahu bahwa Sehun telah berbohong padanya. Ia tahu dongsaeng-nya itu tidak tertidur lebih dari dua jam kemarin malam. Sama seperti malam-malam sebelumnya.

-

Suho dan Sehun yang diketahui sebagai adik-kakak yang saling menyayangi. Mereka selalu terlihat bersama dimana pun. Apalagi setelah kematian kedua orangtuanya yang mendadak, Suho jadi lebih sering memperhatikan keadaan dongsaeng-nya.

Pada jam istirahat kali ini pun Suho dan Sehun menikmati makan siangnya di meja yang sama bersama teman-teman mereka. Terkadang adik-kakak ini terlihat asyik dengan obrolan mereka berdua dibangdingkan dengan obrolan teman-teman mereka sendiri.
Untuk yang kesekian kalinya Sehun menguap yang membuat mata namja ini berlinang. Mata jernihnya kini sudah tak sejernih dahulu ketika Sehun masih dapat menikmati waktu tidurnya yang normal.
“Sehun-a, jam berapa kamu tidur?” tanya seorang temannya yang bernama Baekhyun.
Sehun pun berdeham, kemudian tersenyum pada Baekhyun. “Jam sebelas.” Jawab Sehun bohong lalu melirik pada Suho sekilas.
“Apa kamu yakin? Kamu terlihat lelah akhir-akhir ini.” Baekhyun pun mengalihkan pandangannya pada kantung mata Sehun, “Aigoo, lihat kantung matamu.” Kemudian Ia menyentuh kantung mata Sehun dengan jari telunjuknya.
Sehun pun mengaduh kesakitan seperti anak kecil dan menarik lengan seragam yang Suho kenakan, “Hyung, lihat! Aku ditusuk. Aaaahh,  sebentar lagi aku akan mati, Hyung!”

Aaaahh,  sebentar lagi aku akan mati, Hyung!

Suho tidak bisa membayangkan apabila perkataan Sehun tadi itu terjadi. Semua orang tertawa melihat kekonyolan Sehun. Sehun sendiri pun terkekeh jahil. Semua orang yang melihatnya tertawa, terkecuali satu orang. Suho hanya tersenyum miris setelah mendengar ucapan Sehun itu.

-

Suho melirik pada kalendar digital yang ada di dalam mobilnya kemudian matanya fokus kembali pada jalanan. “Sebentar lagi ulang tahunmu.” Ucap Suho pelan.
“Arra.” Jawab Sehun singkat kemudian mengalihkan pandangannya pada pemandangan di luar mobil dan menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobilnya karena merasa lelah.
“Kamu tahu… mmm… Kamu bisa tidur jika kamu lelah, nanti akan aku bangu-”
“Hyung, nanti aku akan sibuk mengerjakan tugas fisika.” Potong Sehun tiba-tiba.
Suho hanya mendesah kemudian bertanya, “Akan begadang?” yang dijawab oleh Sehun dengan anggukan kuat.
Suho pun menghadapkan wajahnya pada Sehun “Kalau begitu kamu harus tidur dulu agar-”
“Hyung! Awas!” Sehun menarik setir yang sedang Suho pegang dan mengendalikannya agar tidak menabrak lampu jalan yang jaraknya sudah tiga meter dari mobil mereka.
“Aish, aku bilang juga apa. Harusnya aku yang menyetir.” Ucap Sehun setelah mobilnya dapat melaju pada arah yang benar lagi.
“Mian?” Suho memperlihatkan senyum penyeselannya pada Sehun, kemudian mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak karena kebodohan yang hampir merenggut nyawa mereka itu.

-

Suho pun membuka sebuah pintu apartment kemudian menyimpan sepatunya pada sebuah rak yang terletak tak jauh dari pintu apartment-nya lalu berjalan menuju ruang tengah untuk menyimpan tas sekolah yang Ia bawa sepanjang hari tadi. Sehun pergi menuju kamarnya kemudian membanting tubuhnya ke atas ranjang empuknya. Setiap hari Sehun selalu merasa lelah.
“Sekitar jam tujuh, kamu harus turun untuk makan malam!” Teriak Suho dari dapur yang sedang menyiapkan makan malam untuk Sehun dan dirinya.
Sehun tidak menjawab. Ia merasa terlalu lelah untuk menjawab Hyung-nya. Beberapa detik kemudian, Sehun pun sudah menutup rapat kedua matanya setelah berusaha keras untuk tetap terjaga.

“Umma?” Sehun mendekati seorang yeoja paruh baya yang sedang berdiri jauh di depannya.
Yeoja itu pun tersenyum pada Sehun dan memeluknya tanpa mengatakan satu patah kata pun. “Umma merindukanmu, Sehun.” Ucap yeoja itu kemudian melepas pelukannya untuk menatap Sehun dan tersenyum. Sehun pun membalas senyuman itu lalu memeluk umma-nya kembali.
Kemudian yeoja yang diketahui sebagai umma Sehun itu pun mengelus pelan pipi anaknya. Kemudian lama kelamaan lengan halus itu turun pada leher Sehun dan mengusap pelan sebuah bekas luka yang ada di leher Sehun. “Masih belum hilang.” Ucap yeoja itu.
Sehun pun tersenyum pada umma-nya. Tapi senyum itu lama kelamaan hilang setelah Sehun merasa ada tangan yang mencekik lehernya.
Sehun berusaha menyingkirkan tangan itu dari lehernya agar Ia dapat menghirup udara lagi,tetapi sulit.

‘Sehun.’
Sehun berusaha menggerakan lengannya tetapi lengannya terlalu berat untuk digerakkan.

‘Sehun? Ya!’
Sehun pun terjatuh dan merasakkan tangan itu kini hilang, tapi Ia masih sulit bernafas.

“Ya! Oh Sehun!” seseorang berteriak kencang sambil mengguncangkan tubuh Sehun dengan keras. Sehun pun merasa terhenyak kemudian mengambil nafas banyak-banyak dan menghembuskannya dengan sangat cepat berulang-ulang.
“Sehun-a…….. Gwaen-gwaenchana?! Aku melihatmu tadi tertidur…” Suho merasa khawatir setelah melihat dongsaeng-nya tertidur seperti orang mati karena tidak terlihat deru nafasnya.
“Aku bermimpi…” ucap Sehun pelan hampir seperti berbisik pada dirinya sendiri.
Suho pun yang tidak mengerti apa yang Sehun ucapkan, bertanya “Mwo? Mian hyung tidak mende-”
“Aku mau mencuci mukaku dulu.” Potong Sehun kemudian bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi meninggalkan hyung-nya yang masih duduk di ujung ranjang Sehun dengan kebingungan sekaligus panik.

-

Sehun sedang menguap di kelas dengan matanya yang masih tetap berusaha untuk terbuka meskipun Ia sangat amat merasa lelah dan mengantuk.
“Ya, Oh Sehun! Ulang tahunmu bukannya di hari yang sama seperti Jongin?” tanya Baekhyun pada Sehun di jam pelajaran kosong.
“Mmm…” Sehun tampak berpikir kemudian menjawab, “Ah, kamu benar. Ulang tahunku dengan Jongin itu di tanggal yang sama.”
Baekhyun pun tersenyum dan menepuk pelan lengan Sehun. “Waaa! Ternyata benar ya. Jongin bilang padaku untuk mengajakmu dan Suho hyung merayakan bersama ulang tahunmu.” Ucap Baekhyun antusias.
Sehun menggigit bibir bawahnya kemudian menjawab, “Mmm, entahlah.”

-

Suho terus menatap pemandangan yang ada di depannya. Melihat Sehun menjilati es krim itu ternyata dapat menjadi sebuah tontonan yang menarik.
Sehun terus menjilati es krim coklatnya hingga Ia merasa seseorang memandanginya.
“Mmm… Hyung? Wae? Ada es krim di wajahku ya?” tanya Sehun polos kemudian mengedipkan matanya yang kini telah sayu akibat penyakitnya itu.
“Ani. Kamu terlihat lucu.” Jawab Suho jujur kemudian Ia pun mulai menikmati es krim vanilla yang masih belum Ia sentuh itu.
“Oh.” Jawab Sehun masih dengan ekspresi polosnya kemudian melanjutkan aksi menjilati es krim.
Suho pun berdeham kemudian berkata, “Kamu akan ulang tahun. Hyung tahu itu, dan hyung tahu mengenai ajakkan Jongin.”
Sehun menghentikan kegiatannya kemudian menatap pada Suho.
Suho pun melanjutkan, “Mian. Karena kita sekarang sedang sulit, ulang tahunmu jadi tidak dirayakan seperti dulu lagi. Dan mungkin kalau hyung memiliki uang lebih, hyung akan membelikanmu alat bantu pernafasan itu agar ketika kamu tidur kamu bisa-”
“Sepertinya pesta Jongin terdengar bagus.” Ucap Sehun memotong Suho yang sedang membahas sleep apnea itu lagi.
Suho pun tersenyum sedih kemudian mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada gedung-gedung di luar restoran es krim itu agar Sehun tidak melihat hyung-nya yang meneteskan air mata.

-

Butuh satu jam untuk mereka sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Semua orang, teman-teman Jongin termasuk Sehun dan Suho menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan untuk pesta ulang tahunnya nanti. Ada yang sibuk dengan makanan, membereskan barang-barang, menghias ruangan, dan lain-lain. Sehun dan Suho sendiri malah asyik menghiasi ruangan dengan balon, dan hiasan lainnya untuk ditempel di dinding. Meskipun ruangan itu kini terlihat seperti kelas taman kanak-kanak, tetapi mereka-Sehun-Suho-dan temannya tetap menyukai hiasan-hiasan yang kekanak-kanakan tersebut.

“Hyung, aku mau istirahat dulu.” Ucap Sehun yang hendak meninggalkan Suho.
Suho menahan Sehun dengan menggenggam lengannya,“Hyung akan menemanimu.”
“Aish hyung, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa tidur sendiri, arra?”
“Sehun-a, siapa yang waktu itu menangis minta dibelikan gulali? Kamu bukan? Dan sekarang kamu bilang bahwa kamu bukan anak kecil.” Jongin menyela pembicaraan Sehun dan Suho sambil terkekeh.
“Kim Jongin, jangan membela hyung-ku!” Sehun mengerucutkan bibirnya yang menurut teman-temannya itu terlihat sangat lucu.
“Arraseo. Hyung boleh menemaniku.” Ucap Sehun akhirnya.

-

“Kenapa harus disini?” tanya Suho sambil mengelus lembut rambut dongsaengnya.
“Memangnya kenapa? Aku suka pantai.” Jawab Sehun yang masih bersadar pada dada hyung-nya yang nyaman.
“Oh.”
Setelah keheningan beberapa saat, akhirnya Sehun berkata, “Hyung… Waktu itu, aku bermimpi buruk.”
“Waktu itu?” tanya Suho, dan Sehun pun menjawab, “Waktu itu, pada jam makan malam.”
“Oh.”
“Aku dicekik.” Ucap Sehun pelan dan hati-hati, kemudian memeluk Suho. “Dan aku tidak bisa bernafas. Aku takut. Aku tidak mau lepas darimu, hyung.” Lanjut Sehun yang mengeratkan pelukannya.
Suho hanya diam. Ia tidak berani untuk mengucapkan satu patah kata pun, Ia takut menangis di depan dongsaeng-nya sendiri karena Ia harus terlihat kuat sehingga Sehun dapat merasa terlindungi oleh Suho.

Sehun pun mulai menangis.

Untuk pertama kalinya Suho benar-benar merasa gagal dalam hidupnya. Ia merasa gagal untuk melindungi Sehun, Ia tidak dapat membuat adiknya merasa bahagia disisinya. Ia juga sakit hati pada dirinya sendiri karena merasa bodoh dengan membuat adiknya menderita terlalu banyak.
Setelah Suho berusaha keras menahan tangisannnya, Ia pun hanya dapat berkata,

“Mian.”

-

Mereka semua berkumpul di dalam ruangan yang tadi sudah mereka tata dan hias dengan rapih. Semuanya bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ulang tahun, kemudian meniup lilin kecil yang banyak yang menempel pada kue ulang tahun itu.

Suho merasa kejadian tersebut benar-benar berlalu dengan waktu yang diperlambat dengan sangat amat lambat. Ia melihat ke sekelilingnya, ke arah teman-temannya yang masih menyanyikan lagu ulang tahun. Suho melihat teman-temannya terlihat gembira. Menyanyi bersama sambil bergandengan.

Sehun tidak ada disitu.

Suho merasakan ketidakhadiran Sehun, kemudian Ia pun merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.
18 missed calls, dan beberapa voice mail. Suho pun melepaskan gandengan tangannya pada Baekhyun kemudian meninggalkan perayaan itu.
Suho berjalan menuju tempat yang Ia yakini dimana Sehun berada.

-

“Pestanya menyenangkan.” Ucap Suho yang berjalan di atas pasir pantai tanpa alas kaki.
Sehun melihat Suho yang mendekatinya kemudian duduk di sebelah Sehun. Suho pun memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku jeans-nya.
“Oh.”
“Kenapa kamu-”
“Aku malas. Dan tidak merasa sedang ingin melakukan apapun.” Jawab Sehun memotong pertanyaan Suho seolah tau apa yang akan hyung-nya tanyakan.
“Ah, begitu ya.” Jawab Suho setelah akhirnya Ia mengikuti dongsaeng-nya yang berbaring di atas pasir dan memandang jutaan bintang di langit.
Bintang-bintang di langit dan desiran ombak pantai yang menemani mereka turut mengindahkan malam yang damai itu.

“Saenggil chukhae.” Ucap Suho memecah keheningan diantara dirinya dan Sehun.

“Hyung,”
“Mmm?” Suho dan Sehun masih menatap bintang-bintang di langit.
“Aku menyayangimu, hyung.”
“Aku juga.” Jawab Suho tanpa basa-basi.
Sehun pun menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan hyung-nya, dan berkata “Aku mengantuk.”
Suho pun menarik tubuh dongsaengnya dan memeluknya. “Kalau begitu tidur.” Jawab Suho yang kemudian membuat Sehun berkata,
“Tapi aku tidak mau mati.”

Mereka berdua pun diam.

“Hyung, bangunkan aku…mmm setengah jam lagi. Okie dokie?”
Suho pun melepas pelukannya untuk menatap wajah dongsaeng-nya, “Okie.” Jawab Suho sambil tertawa kecil karena kelucuan dongsaeng-nya kemudian mencium kening dongsaengnya sebelum akhirnya Suho memeluk Sehun lagi.

Dan Sehun pun tertidur.

“Mimpi yang indah.” Ucap Suho setelah Sehun tertidur.

Sehun melihat ke sekelilingnya. Ia merasa familiar dengan tempat dimana Ia sekarang menginjakan kakinya
“Rumah?” Tanya Sehun pada dirinya sendiri, kemudian Ia pun mendengar seseorang memanggil namanya. Suho memanggilnya.
“Sehun? Makan malam!”
Sehun pun melihat ke arah pintu kamarnya dan mendapati hyung-nya sedang berdiri dan tersenyum, kemudian hyung-nya berkata “Ah cepat, umma dan appa menunggumu.”
Umma? Appa? Mereka kembali?. Sehun pun tersenyum lebar, “Ne!” Jawab Sehun riang kemudian berlari dan merangkul hyung-nya menuju ruang makan di mana orangtuanya menunggu.

-

“Suho hyung! Kemarin malam kenapa hyung dan Sehun meninggalkan pesta?” tanya Jongin.
Suho yang masih menggendong Sehun pun menjawab, “Aku berencana untuk memberinya hadiah.”
“Oh begitu ya,” Jongin pun tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya pada Sehun yang Suho gendong. “Pindahkan ke kamarku saja.” lanjut Jongin yang Suho jawab dengan senyuman dan anggukan kemudian Suho pun melangkahkan kakinya menuju kamar Jongin.

Suho memindahkan tubuh Sehun dengan hati-hati kemudian menyelimutinya, lalu duduk di sebelah Sehun dan menemani Sehun yang masih terlelap.
Suho pun tersenyum dan mengelus pelan rambut Sehun lalu membisikkan,
“Nado saranghae.” Sebelum akhirnya Ia keluar dari kamar Jongin.

-

“Oh, hyung! Mau cola?” tawar Jongin yang melihat Suho baru saja keluar dari kamarnya.
Suho pun menjawab dengan anggukan.
“Hyung? Gwaenchana? Hyung terlihat sedang tidak baik.” Tanya Chanyeol.
“Gwaenchana.” Suho tersenyum kecil.
“Ah, Suho hyung. Sebaiknya bangunkan Sehun sekarang.” Ucap Jongin sambil membuka lemari esnya kemudian mengeluarkan beberapa minuman dan snack.
“Dia masih di kamarmu.” Jawab Suho kemudian mengambil sebuah gelas kosong dan menuangkan cola kedalamnya.
Kyungsoo pun akhirnya berbicara setelah Ia menelan habis satu gelas jus jeruk,
“Jongin-a, Sehun itu sedang tidur dan akhir-akhir ini Ia sering terlihat le-”

Suho memaksakan dirinya tersenyum dan berkata,
“Dia tidak tertidur,” Suho menyimpan gelas yang tadi Ia genggam, dan menelan ludahnya berusaha menahan tangis kemudian tersenyum pedih.

Suho pun melanjutkan,
“Dia meninggal.”

Mereka semua pun sontak menghentikan kegiatan mereka masing-masing kemudian mengalihkan pandangannya pada Suho.
Semua teman-teman Suho dan Sehun tahu apa yang mengidap Sehun selama ini, tetapi mereka berakting seolah tidak ada yang terjadi pada Sehun karena tidak mau melihat Suho dan Sehun diliputi kesedihan. Hingga akhirnya kali ini mereka pun menghentikan akting mereka dan segera memeluk Suho yang terus menundukkan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena menangis.

-

Voice mails from: Oh Sehun
1.

“Hyung? Kenapa kamu tidak menjawab teleponku? Tebak sekarang aku ada di mana?! Tapi hyung pasti sudah bisa menebaknya ya… Bintang-bintang disini indah hyung. Sama seperti yang ada di dalam mimpi-mimpi indah….
Meskipun aku lupa kapan terakhir kali aku bermimpi indah, tapi ini benar-benar sangat indah, hyung.”

2.

“Pestanya benar-benar seru ya? Sampai teleponku, hyung abaikan…”

3.

“Hyung, aku mengantuk. Aku selalu mengantuk, dan aku ingin tidur. Aku ingin seperti yang lainnya, aku ingin dapat tidur dengan tenang dan bermimpi indah. Tapi aku selalu takut jika nafasku terhenti ketika aku tidur dan meninggalkanmu, hyung.
Di dunia ini, saat ini, aku takut meninggalkanmu, hyung.”

4.

“Hyung, aku pikir dengan tidur dan bermimpi indah itu bagus. Aku bisa memimpikan hyung dan aku bersama-sama hidup bahagia selamanya, lalu aku akan mendatangkan umma dan appa dalam mimpiku. Aku bisa tidur dengan damai dan selamanya bermimpi indah tanpa diliputi rasa takut akan kehilangan Suho hyung. Bagaimana menurutmu, hyung? Aish, cepat jawab teleponku!

…………………… Saranghae, hyung.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar