Terimakasih ya yang sudah membaca dan mereview FF gj saya sebelumnya, sampai ada yang meminta sekuelnya ;A; #terharu
tapi nggak tau sih saya bakal bikin atau nggak #evilsmile bareng kyu#ditampar.
Yah happy read ;)
.
Disclaimer: Mereka milik diri mereka sendiri, Tuhan YME, serta keluarganya, juga EXOtic
Cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol, and other
Warning: ooc seperti biasa, bahasa yang apa adanya, yaoi kali teuing tapi bukan hombreng, don't like don't read, dari pada mencret
PG-15
.
.
Pandanganku mulai kabur setelah dipukuli untuk yang kepuluhan kalinya. Bau darah yang kubenci mulai tercium, membuatku jadi tambah lemas dan tanpa sadar pingsan. Entah sejak kapan aku sudah berbaring di rumah sakit, aku benar-benar tidak ingat apa yang terjadi setelah pingsan. Apakah orang-orang yang memukuliku ditangkap atau melarikan diri dan mengambil barang-barangku? Ah, masa bodoh, paling tidak nyawaku masih selamat.
Aku tidak tahu persis apa yang terjadi, tapi sebelum aku pingsan aku merasa para preman yang menyerangku berteriak lalu berlari kabur. Apakah mereka ditemukan oleh polisi? Aku hanya mengingat seseorang mendekatiku, mengusap pipiku dengan lembut sambil tersenyum manis. Senyuman yang hangat perlaha-lahan membuatku tenang, lalu bibirnya pun bergerak dan mengatakan,
"Tenang kau akan baik-baik saja."
Setelah itu pun aku pingsan.
.
Sudah sebulan sejak kejadian itu.
Setiap kali aku melewati tempat aku diserang, aku pasti mengingat kejadian tak menyenangkan itu. Ya, kejadian dimana aku diserang oleh beberapa preman karena aku tak ingin memberikan mereka uang, dan membuatku berakhir di rumah sakit.
Juga tempat yang menemukanku dengan si 'senyum-manis' itu.
Mungkin aku memang aneh, aku tidak bisa melupakan orang yang menolongku itu. Dengan pandangan yang kabur, aku tidak tahu persis seperti apa wajahnya, yang kuingat hanya senyumannya. Dia bukan salah seorang polisi, dia kelihatannya seumuran denganku, atau paling tidak tidak berbeda jauh dengan umurku.
Saat aku tersadar, hanya ada Eomma dan Appa, juga beberapa temanku. Aku yakin orang yang menolongku bukan salah satu diantara mereka, mereka juga baru tahu aku terluka setelah ada pemberitahuan dari rumah sakit. Aku menanyakan pada pihak rumah sakit siapakah orang yang menolongku, tapi pihak rumah sakit bilang aku ditemukan oleh beberapa orang setelah mendengar suatu keributan yang dibuat preman-preman itu.
Aku hanya bisa menyakini bahwa si 'senyum-manis' itu ada di salah satu orang-orang yang melihatku terluka. Walaupun aku tidak ingat wajah persisnya, senyumannya masih terngiang-ngiang di kepalaku.
Senyuman yang telah membuatku lupa akan segala hal.
"Chanyeol-hyung, Gwaenchana?"
Lamunanku terbuyar saat Jongin—atau biasa dipanggil Kai—memanggil sambil menatapku dengan cemas.
Aku baru ingat kalau sekarang aku sedang latihan koreografi. Aku adalah salah satu trainee di suatu agensi dunia hiburan. Setelah kejadian aku dihajar preman, keadaanku jadi tidak terlalu fit, walaupun sebenarnya aku sudah baikan.
Aku tersenyum pada namja yang lebih muda 2 tahun dariku itu, "Tidak apa-apa Jongin, hanya sedikit pusing."
Jongin hanya mengangguk dan kembali bergabung dengan trainee lainnya dan mulai latihan lagi. Akhir-akhir ini aku memang lebih cepat lelah, huh, kalau begini terus aku tidak akan cepat-cepat berkembang, aku ingin sekali cepat-cepat memulai debutku, bisa sukses seperti para sunbaeku, hah, aku bosan harus stuck menjadi seorang trainee, sudah lagi training yang diberikan selalu menguras tenaga. Lama kelamaan aku jadi merasa malas.
Aku melihat trainee yang lain sedang bersantai dan mengobrol bersama, ini masih waktu istirahat, tidak ada pelatih yang mengamati.
Oke, terserah kalian ingin mengatakanku apa, aku memang tipe anak yang bandel. Aku diam-diam pergi dari ruangan, toh tidak ada juga yang menyadariku pergi. Aku segera mengambil jaketku, cepat-cepat keluar secara diam-diam dari gedung tempat trainingku itu. Ini bukan pertama kalianya aku kabur saat training, biar sajalah, aku sedang tidak mood hari ini.
Aku pulang dengan menggunakan kereta. Disana hanya ada beberapa orang saja, masih bisa dihitung dengan jari. Saat mencari tempat duduk, aku melihat seorang namja yang duduk sendirian dengan pandangan kosong, sepertinya sedang melamun atau apalah. Aku pun duduk disebelahnya, sedikit-sedikit meliriknya sekedar penasaran dengan wajahnya.
Sepertinya dia merasakan kalau aku meliriknya, dia pun berbalik dan menanyakan dengan wajah datar, "Ada apa?"
"Ah tidak apa-apa," aku dengan cepat menjawab pertanyaannya lalu memalingkan wajahku. Aish, wajah namja tadi imut juga, ah apa yang kupikirkan sih?
Lalu setelah memalingkan wajahku, aku melihat yeoja yang duduk di depanku memandangku aneh, seakan-akan aku melakukan sesuatu yang salah. Aku mengangkat saru alisku untuk menunjukan kalau aku bingung dengan pandangannya, dia cepat-cepat memalingkan wajah juga.
"Dipandangi oleh orang asing itu tidak enak 'kan?" tiba-tiba namja di sebelahku itu angkat bicara sambil tersenyum sinis.
"Hei, aku 'kan tidak bermaksud untuk memandangmu, aku hanya melirikmu, antara memandang dan melirik 'kan beda," entah kenapa aku malah berusaha untuk membela diriku, padahal biasanya aku selalu cuek di hadapan orang asing.
"Hm, main lirik-lirikan? Dasar pervert..." sepertinya namja ini keras kepala sekali, tidak mau kalah dari tadi.
"Siapa yang pervert!" aku mengeraskan suaraku kali ini, hal itu membuat penumpang lain melirikku aneh. Pipiku spontan berubah menjadi merah, siapa yang tidak malu mengatakan hal yang tidak baik sambil berteriak, ukh.
Si namja keras kepala di sebelahku kelihatan menahan senyumnya, sepertinya dia ingin mentertawakanku puas karena aku sekarang diperhatikan oleh para penumpang lain. Sialan.
Beberapa menit kemudian, kereta pun berhenti di wilayah yang kutuju. Aku pun berdiri dari kursi, diikuti si namja tadi. Aku membalik melihatnya, "Mau mengikutiku?" tanyaku iseng.
"Cih, geer, rumahku di daerah sini juga, pervert," jawabnya judes seperti biasa.
"Behenti memanggilku pervert! Aku punya nama sendiri," protesku padanya.
"Kalau begitu, siapa namamu?" tanyanya dengan wajah yang sedikit lebih ramah dari pada yang tadi.
"Park Chanyeol, kamu sendiri?"
"Byun Baekhyun imnida."
.
Aku berjalan lunglai menuju kamarku. Kujatuhkan tubuhku dengan kasar ke kasurku yang empuk. Huh, hari yang melelahkan.
Aku pun melirik jam dinding, maish jam 5 sore, training maish berlanjut sampai jam 6. Yah biar sajalah, besok aku dihukum pun aku tidak peduli, aku sudah biasa dimarahi terus.
Tiba-tiba aku teringat dengan namja judes yang kutemui di kereta bernama Byun Baekhyun itu. Ternyata dia tidak sejudes yang dikira, dia ramah juga setelah aku mengobrol dengannya walau hanya sebentar. Dia pun kelihatannya manis dan imut... Ah apa yang kau pikirkan Park Chanyeol? Mengingatnya membuat bibirku melengkung keatas, membuatku melupakan bahwa betapa lelahnya aku hari ini.
Byun Baekhyun ya?
Apakah aku bisa bertemu dengannya lagi?
Ya, kuharap.
.
"Ya Park Chanyeol!" aku mendengar suara yang berteriak memanggilku, kubalikan badanku untuk mengetahui dari mana asalnya suara itu. Ternyata dia, Byun Baekhyun.
Aku tidak menyangka aku akan bertemu dengannya semudah ini, padahal baru saja kemarin kita bertemu secara kebetulan. Dia berlari kearahku lalu tersenyum. Sial, kenapa senyumnya bisa semanis itu?
"Tak kusangka kita bertemu lagi," katanya padaku.
"Eh iya... kebetulan ya?" kataku sambil tersenyum garing.
"Apanya yang kebetulan, mungkin karena rumah kita dekat... Jadi menemukanmu juga mudah," ucapnya.
"Sama saja dengan kebetulan, toh kita baru saja berkenalan kemarin."
"Iya, iya terserah..." katanya sambil memanyunkan bibirnya, "omong-omong, kau mau kemana?" tanyanya masih sambil berjalan bersebelahan denganku.
"Ke tempat trainingku," jawabku singkat.
"Kau seorang trainee? Wow, aku juga ingin menjadi trainee... Tapi tidak bisa."
"Kenapa memangnya? Orang tuamu tidak mengizinkan?" tanyaku.
"Bukan... ya ada alasan lain deh," katanya dengan wajah yang tidak nyaman seperti tidak ingin membahas masalah itu.
Aku pun hanya mengangguk, lebih baik aku cari topik lain saja, "Kalau begitu, kau sendiri mau kemana?"
"Entahlah aku tidak tahu, aku sedang bosan jadi berkeliling saja..." jawabnya. Aku pun terpikir hal nakal setelah mendengar perkataan Baekhyun.
"Kalau begitu..." aku pun mulai angkat bicara, "mau jalan-jalan denganku saja?"
Dia membelalakan matanya kaget, "Tapi kamu harus training 'kan?"
"Biar saja, bolos sekali ini tidak apa-apa," jawabku bohong, padahal aku sudah bolos beratus-ratus kali.
"Tapi—Hei!" Baekhyun berteriak kaget saat aku menarik tangannya dan mulai berlari entah pergi kemana.
.
Tidak disadari aku dan Baekhyun pun pergi ke taman bermain, sungguh tidak direncanakan. Baekhyun memprotes padaku kenapa kita harus pergi ke taman bermain, tapi aku membuatnya tutup mulut dengan bilang aku saja yang bayar, dia pun akhirnya diam, dasar.
Ini memang aneh, kejadian yang sangat tidak direncanakan itu seperti kencan dadakan saja. Hah, kenapa pula aku berpikir ini adalah sebuah kencan dadakan? Padahal aku dan Baekhyun baru bertemu kemarin.
"Ne, Chanyeol, aku mau ke toilet dulu ya..." katanya.
"Iya, aku menunggu disini dulu ya," kataku sambil tersenyum, dia pun pergi menuju toilet.
Aku menunggunya sambil duduk di bangku taman yang terdekat. Sambil menunggu aku menyalakan iPod untuk menghilangkan rasa bosan. Saat aku menikmati musik tiba-tiba ada seseorang yang datang, kukira itu Baekhyun, ternyata ada seorang yeoja dan beberapa temannya. Kelihatannya para yeoja itu lebih tua dariku.
"Hei, kau sendiri saja? Gayamu keren ya," ucap salah satu yeoja.
Aku berusaha untuk menyingkir dengan halus, aku pun segera berdiri dari bangku, "Maaf, aku tidak sendirian, aku bersama seseorang."
"Yah, bawa pacarnya," keluh yaejo yang lain.
"Bu... Bukan pacar sih," entah kenapa aku malah mengelak kalau aku tidak bersama pacar, padahal kalau aku bilang begitu mereka makin ingin saja mengajakku pergi bersama.
"Oh, berarti bersama temanmu dong, yasudah bareng kita saja, temanmu juga tidak akan keberatan 'kan, tapi kalau temanmu keren juga sih—"
"Chanyeol!" perkataan sang yeoja terpotong saat aku mendengar suara Baekhyun yang memanggilku, aku merasa tertolong, cepat-cepat aku pergi dan minta maaf.
"Maaf, temanku sepertinya sudah menunggu, mianhae," ucapku lalu pergi menuju Baekhyun. Baekhyun kesal memprotesku ingin asik-asikan dengan para yeoja dan meninggalkannya. Aku hanya tersenyum dan meminta maaf.
Pelan-pelan kudengar para yeoja itu berbicara, "Ganteng-ganteng aneh ya."
Aku tidak menanggapinya, terserah saja mereka ingin menganggapku aneh atau apalah, aku juga tidak peduli, terserah aku ingin pergi dengan siapa.
"Bicara dengan siapa lagi dia?" ujar yeoja lainnya. Aku tidak terlalu mengerti yang diucapkannya, tapi aku ingin berteriak dan bilang, "Aku berbicara dengan Byun Baekhyun! Namja termanis yang pernah ketemui!"
Tunggu apa yang kupikirkan?
Kenapa makin lama makin aneh saja?
Tapi pikiranku langsung terhenti setelah Baekhyun menggenggam tanganku, "Cueki saja mereka..." ucapnya tenang.
Aku merasa nyaman.
.
Kami sudah berkeliling ke banyak wahana bermain, Baekhyun ingin sekali mencoba banyak wahana, dari permainan yang biasa saja sampai yang ekstrem. Aku pun sudah lelah sehingga beristirahat di salah satu bangku taman, Baekhyun yang masih bersemangat bilang ingin berkeliling dulu.
Aku pun duduk di bangku sendirian lagi, berharap tidak ada orang seperti yeoja-yeoja tadi yang mengajakku pergi. Baru saja mengaharpkan itu, sudah ada yang menyapaku lagi, tapi aku mengenal suaranya, "Chanyeol-hyung?"
Aku melihat kearah orang yang memanggilku. Ternyata itu Sehun, salah satu dongsaengku, dia juga trainee di perusahaan yang sama denganku.
"Sehun-ah, kamu sedang apa disini?" tanyaku padanya.
"Eh itu..." mukanya mulai merona, aku bisa langsung menebak kalau dia sedang kencan dengan Luhan-hyung, salah satu trainee juga, dan pacar bocah itu.
"Oh, kau bolos untuk kencan dengan Luhan-hyung ya?" kataku menggodanya dan sepertinya tepat sasaran, padahal aku sendiri melakukan hal yang tidak berbeda jauh dengannya.
"Dimana Luhan-hyung?" tanyaku baru menyadari Sehun hanya sendiri.
"Dia pergi ke toilet. Hyung sendirian saja?"
"Tidak, aku bersama teman," jawabku, menekankan kata teman, yang entah kenapa aku enggan memanggil Baekhyun seorang teman, padahal dia memang jelas-jelas hanya temanku, tidak lebih.
"Tapi dari tadi aku melihat Hyung sendirian saja," katanya.
"Kamu melihatku mungkin memang saat aku sedang sendirian saja," aku membalas perkataan Sehun, memangnya dia pikir aku kalah darinya? Aku juga sedang kencan. Huh, lagi-lagi aku seenaknya bilang kencan.
Aku melihat Baekhyun mulai mendekati tempatku, dia kelihatannya kaget melihat aku bersama dengan namja lain. Aku pun buru-buru pamitan pada Sehun dan mendekati Baekhyun, takutnya dia salah paham padaku.
"Tadi itu bukan siapa-siapa kok, dia hanya dongsaengku di tempat training, dia juga sedang kencan dengan pacarnya," entah kenapa aku kelihatan panik, padahal untuk apa aku merasa panik di hadapan Baekhyun, padahal dia sendiri juga biasa saja.
"Kenapa panik Chanyeol? Aku biasa saja kok, hahaha," dia mulai tertawa. Manis sekali, benar-benar manis. Behentilah berpikir begitu Park Chanyeol.
"Ehh, aku lapar, ayo kita beli es krim," ujarku , aku berharap mukaku tidak merona. Aku pergi menuju kios es krim.
"Aku ingin yang coklat, kalau kamu Baekkie?" ukh, sejak kapan memanggilnya Baekkie? Entah hanya penglihatanku saja tapi pipinya merona sedikit.
"Aku suka stroberi tapi... tidak usah deh," katanya ragu-ragu.
"Kenapa? Aku traktir kok!"
"Tidak usah!"
"Maaf, anda mau pesan apa?" tiba-tiba si penjual es krim menanyakanku dengan memandangku agak aneh. Aku bingung kenapa dia memangdangku seperti itu? Aku hanya bicara biasa saja dengan Baekhyun dan tidak ada antrian lagi. Huh, apa memang kelakuanku itu menyebalkan ya di mata orang lain?
"Aku pesan coklat dan stroberi," pesanku.
"Ingin makan dua?" canda si penjual.
"Tidak, yang stroberi buatnya," kataku sambil menunjukan Baekhyun yang di sebelahku, sedangkan Baekhyun cepat-cepat menurunkan tanganku. Entah kenapa dia kelihatannya tidak suka aku menunujuk-nunjuk dirinya.
"Ahh, iya... terserah," kata si penjual ragu-ragu, lalu memberikanku dua es krim rasa coklat dan stroberi.
"Ini Baekkie," kataku menyerahkan es krim rasa stroberi itu.
"Tidak usah ah! Kamu pemaksa banget sih!" ujarnya ngotot.
Tanpa basa-basi, aku mendekatkan es krim itu kearah mulut Baekhyun. Es krim itu pun mengenai bibir Baekhyun, dengan cepat Bakhyun menjilat es krim itu.
"Enak 'kan? Nih," kataku memberikan es krim stroberi itu padanya.
Dia hanya terdiam, pipinya mulai merona, membuat wajahnya yang manis menjadi lebih manis, bahkan lebih manis dari es krim stroberi itu.
"Gomawo," katanya sambil tersenyum lagi.
Aku sudah berkali-kali melihat senyumannya. Senyuman itu lama-lama membuat ingatanku perlahan-lahan kembali. Senyuman yang kurindukan itu...
"Kau orang yang menyelamatkanku 'kan?" tanyaku tiba-tiba. Dia kelihatannya kaget dengan omonganku.
"Eh?"
Tik tik...
Tiba-tiba terdengar suara tetesan air berjatuhan dari langit. Hujan. Memang keadaan langit dari tadi siang sudah agak mendung, tapi aku tidak menyangka hujannya akan sederas ini. Kami mencari tempat untuk berteduh. Setelah hujannya reda, Baekhyun meminta untuk cepat pulang. Aku pun setuju dengannya. Saat menuju flatku, kuajak Baekhyun masuk dulu untuk mengganti bajunya yang basah, dia pun masuk ke dalam flatku.
Keadaan pun menjadi hening saat dia sudah selesai mengganti bajunya. Aku menyiapkan teh hangat untuk kami berdua. Di dalam keheningan itu tiba-tiba Baekhyun angkat berbicara, "Itu, memang aku yang menolongmu waktu kau dihajar preman-preman itu."
Aku terkejut dan hampir tersedak saat meminum tehku.
"Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?" tanyaku dengan penasaran.
Dia kelihatannya ragu-ragu untuk menjawab, "Aku... Aku takut—"
Aku menghentikan ucapannya dengan menariknya ke dalam pelukanku. Aku berusaha untuk membuatnya hangat. "Terimakasih, sudah menolongku..." bisikku di telinganya yang mungil itu.
Setelah itu pun aku memandang wajahnya yang lembut itu, wajahnya yang merah membuatku kehilangan kendali. Tiba-tiba saja aku sudah mencium bibirnya. Aku meperdalam ciumanku, membuat ciumanku tidak terlalu agresif agar Baekhyun tetap merasa nyaman. Dia kelihatannya tidak keberatan dengan apa yang kulakukan, bahkan dia mulai membalas ciumanku.
Sudah sekitar setengah menit aku menciumnya, aku pun mendekatkan bibirku ke lehernya, menciumnya dengan lembut, membuat Baekhyun bergidik.
Bibirku terus menjulur sampai kearah telinganya lalu membisikan, "Saranghaeyo, Baekkie."
Aku memang konyol. Baru saja aku berkenalan dengannya kemarin sore, aku sudah mengajaknya kencan, menciumnya, dan mengatakan bahwa aku mencintainya.
Baekhyun tidak menjawab, hanya memandangku dengan aneh. Dengan tersenyum dia mengatakan, "Kau memang pervert."
Setelah itu bibir kami pun bertemu lagi.
.
END Chanyeol POV
.
"Luhan-hyung," kata Sehun saat sedang berada di kereta bersama Luhan, "tadi aku menyapa Chanyeol-hyung."
"Padahal tadi kau yang tidak mau menyapa Chanyeol-ah karena hanya ingin berdua denganku," kata Luhan menggoda Sehun, godaannya berhasil membuat pipi Sehun merona.
"Katanya dia tidak datang sendiri," kata Sehun.
"Ya berarti sedang kencan."
"Tapi tadi kita melihatnya sendirian saja 'kan Hyung?"
"Mungkin kita memang melihatnya saat dia sedang sendiri, toh kita tidak melihatnya setiap saat."
"Tapi Hyung..." Sehun kelihatan ragu-ragu dengan apa yang ingin dia katakan, "tadi aku melihatnya berbicara sendiri..."
Luhan yang mendengar perkataan Sehun langsung menatapnya dengan bingung, "Hanya perasaanmu saja Sehunnie, Chanyeol itu normal kok."
"Iya mungkin," ucap Sehun sambil menundukan kepalanya. Tapi dia memang merasa tidak salah lihat, Chanyeol memang berbicara sendiri entah dengan siapa.
Dan tiba-tiba datang seorang
perokok di dekat author yang sedang mengetik ffnya, sehingga ceritanya
ini pun terserang TBC karena jadi perokok pasif(?).
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar