Author : ~Hobaby~ (LonelyPetals)
Tittle : Wedding Dress
Cast :
- Kyuhyun (SuJu)
- Sungmin (SuJu)
- Donghae (SuJu)
Genre : Romance/Hurt/Comfort
Warning : Boy Love Story, Inspirasi dari lagu Taeyang – Wedding Dress, Don’t Like Don’t Read
Disclaimer : Semua karakter di fanfic ini adalah milik
Tuhan dan diri mereka sendiri. Saya membuat cerita ini tanpa bermaksud
untuk menjelek-jelekan mereka.
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan nama tokoh atau jalan cerita mohon dimaafkan.
.
.
.
Kyuhyun’s POV
.
.
Kulihat diriku di cermin besar yang ada di kamarku, tersenyum melihat penampilanku yang terlihat begitu sempurna di hari yang penting ini. Kuambil sebuah buku yang berisi lembaran-lembaran kertas lagu yang ku siapkan special untuk orang yang kucintai.
Aku berjalan keluar dari rumahku menuju gereja kecil yang ada di sekitar sana. Dulu aku pernah berkata pada orang yang kucintai kalau aku akan mengajaknya ke sana dan aku akan melamarnya di sana.
Orang-orang di sekitar rumahku dan menyapaku penuh hormat. Maklum, orang tuaku adalah pemilik perusahaan terkemuka di Seoul dan sering kali membantu warga di kompleks perumahanku yang kurang mampu.
“Kyuhyun-ssi.” Seorang kakek tua memanggilku. Aku mendekatinya dan tersenyum.
“Ada apa, Kek?” tanyak lembut padanya.
Kakek itu memberiku sebuah kalung berbentuk kunci nada padaku, “pakai ini. Semoga hari ini berjalan lancar untukmu. Aku tidak bisa datang untuk melihatmu,” ujar kakek itu.
“Kek, apa tidak apa-apa kau menyerahkan ini padaku?”
Kakek itu mengangguk, “kalun itu tidak bisa kuberikan pada orang lain. Aku tidak punya cucu seorangpun. Kau sudah kuanggap cucuku sendiri.” Kake itupun tersenyum lembut padaku.
“Terima kasih.” Aku tersenyum sangat lembut padanya lalu kembali melangkahkan kakiku ke gereja.
.
.
.
“Kyuhyun!” suara yang sangat kukenal memanggilku. Aku menoleh dan
melihat Changmin—sahabatku—mendekatiku sambil membawa sepotong besar kue
coklat.“Ya. Ada apa?” tanyaku padanya.
“Kau sudah siap untuk hari ini?” tanyanya. Aku mengangguk mantap, “apa kau yakin?” tanyanya lagi dan sekali lagi aku memberikannya sebuah anggukan kecil.
Dia menghela nafasnya, “semoga berhasil untuk hari ini. Ah, kau sudah melihatnya belum? Dia cantik sekali, lho. Sama sekali tidak terlihat kalau dia adalah seorang lelaki.”
“Benarkah?” aku menatap Changmin tak percaya, “dimana dia?”
“Dia di ruang rias. Sebentar lagi dia—Ah, itu dia.” Changmin menunjuk orang yang kucari. Seorang lelaki berparas manis yang mengenakan gaun pengantin berwarna putih bersih yang sangat cocok dengannya. Rambut panjang hasil keuletan tangan seorang penata rambut ahli membuat rambut itu terkesan seperti rambut asli. Mata foxy itu menatapku dan bibir mungil berbentuk huruf M itu mengembangkan sebuah senyuman. Dia terlihat sangat cantik. Ya, dia orang yang sangat aku cintai.
“Kyunnie!” Dia berlari kearahku dengan susah payah karena sepatu berhak tinggi itu membelengu kakinya. Tubuhnya limbung dan dengan sigap aku menangkap tubuhnya yang hampir saja terjatuh ke atas lantai.
“Minnie, berhati-hatilah. Gaunmu bisa kotor dan rusak,” ujarku.
“Kau lebih mementingkan gaunku daripada aku, Kyunnie?” bibirnya mengerucut tanda dia kesal karena kata-kataku. Aku menghela nafasnya dan mengelus pipi pemuda itu lembut.
“Tentu aku lebih mengkhawatirkanmu, Lee Sungmin.” Aku membantu Sungmin berdiri, “kau terlihat sangat cantik hari ini.”
Dia tersenyum manis, “kau terlihat sangat tampan. Kau sempurna.”
“Lebih tampan aku, dong, Minnie.” Seseorang menginterupsi kami berdua, “bagaimana penampilan Sungmin hari ini, Kyu?”
“Dia terlihat sangat cantik, Donghae.”
Donghae—orang yang menginterupsi percakapan kami—berbisik ke telinga Sungmin, “kau dengar. Kyuhyun saja mengatakan kalau kau sangat cantik. Jadi percaya dirilah. Kau adalah yang tercantik di dunia.”
Bisikan yang cukup keras itu terdengar olehku. Kulihat Donghae mencium dahi Sungmin dengan penuh cinta. Dadaku terasa sangat sesak melihat pemandangan itu. Seharusnya yang berdiri di samping Sungmin sekarang adalah aku, bukan Donghae maupun orang lain.
“Bagaimana lagunya? Sudah kau siapkan?” tanya Donghae padaku. Aku mengangguk dan menunjukkan partitur lagu yang akan kumainkan di hari pernikahan mereka ini. Lagu yang kupersembahkan untuk Lee Sungmin. Orang yang kucintai hidup dan matiku.
“Semoga sukses memainkan lagunya.” Sungmin memberikan senyuman untuk menyemangatiku. Senyuman hangat itu… aku ingin bisa meliatnya setiap aku bangun di pagi hari.
Aku membalas senyuman Sungmin mendekati piano yang ada di dekat altar. Kususun partitur itu dengan rapi di sana. Tuhan, kumohon, kuatkan aku.
.
.
.
Ucapan janji suci kudengar dari mereka berdua. Mereka berdua kini
berciuman hangat di hadapan pada hadiri dan di hadapanku. Mereka sudah
sah menjadi suami-istri. Sakit memang, tapi apa dayaku. Donghae
adalah sahabat yang aku sayangi, sedangkan Sungmin adalah orang yang
aku cintai sejak aku kecil. Aku sudah pasrah sekarang. Ya, kuharap
mereka berdua bahagia.“Kyunnie.” Suara Sungmin menyadarkanku dari lamunanku, “mainkan lagunya.” Aku mengangguk dan mulai memainkan piano di hadapanku.
[Taeyang – Wedding Dress]
Niga geuwa datugo
Ttaeron geu ttaeme ulgo
Himdeureo hal ttaemyeon nan huimangeul neukkigo
Amudo moreuge mam a-a-apeugo
Nijageun misomyeon tto damdamhaejigo
Ttaeron geu ttaeme ulgo
Himdeureo hal ttaemyeon nan huimangeul neukkigo
Amudo moreuge mam a-a-apeugo
Nijageun misomyeon tto damdamhaejigo
(Aku akan marah
Kemudian kamu akan menangis
Ketika kamu berontak, aku akan menjadi lebih kuat
Sakit hati ku bersembunyi di dalam bayang-bayang
Wajah ku ceria ketika aku melihat senyum mu)
Kemudian kamu akan menangis
Ketika kamu berontak, aku akan menjadi lebih kuat
Sakit hati ku bersembunyi di dalam bayang-bayang
Wajah ku ceria ketika aku melihat senyum mu)
.
.
.
Teringat tentang kenanganku bersama Sungmin ketika kami masih kecil.
Aku datang ke rumahnya untuk bermain hingga sore hari dan kami berdua
tertidur di beranda rumahnya karena angin sepoi-sepoi yang menyejukkan
udara musim panas. Ketika aku terbangun, aku memeluk tubuh mungil
Sungmin dan melihat senyumannya yang lembut. Dia mengigaukan namaku.
Sangat lucu sekali.
.
.
.
Niga hoksina nae maeumeul alge doelkkabwa
Arabeorimyeon uri meoreojige doelkkabwa
Nan sumeul jug yeo
Tto ipsureul kkaemureo
Jebal geureul tteona naege ogil
Arabeorimyeon uri meoreojige doelkkabwa
Nan sumeul jug yeo
Tto ipsureul kkaemureo
Jebal geureul tteona naege ogil
(Aku khawatir kamu akan mengetahui perasaan ku
Dan aku takut jarak di antara kita akan semakin besar
Aku menahan nafas ku
Kemudian ku gigit bibir ku
Aku pun berdoa bahwa dia akan pergi dari samping pria itu)
Dan aku takut jarak di antara kita akan semakin besar
Aku menahan nafas ku
Kemudian ku gigit bibir ku
Aku pun berdoa bahwa dia akan pergi dari samping pria itu)
.
.
.
Semakin aku dewasa, aku semakin mencintainya. Aku semakin mencintai
Sungmin. Terputar lagi di memoriku, saat aku mencoba mencium bibirnya
saat dia tertidur pulas di ruang UKS, namun aku gerakanku terhenti
karena Donghae masuk secara tiba-tiba. Nafasku tercekat dan aku
menggigit bibirku. Apa yang aku lakukan? Ini akan merusak persahabatan
kami. Aku akan merusak semuanya.
.
.
.
Baby jebal geuui soneul japjima
Cuz you should be my Lady
Oraen sigan gidaryeo on nal dorabwajwo
Cuz you should be my Lady
Oraen sigan gidaryeo on nal dorabwajwo
(Sayang, tolong jangan genggam tangan itu
Karena kamu seharusnya menjadi gadis ku
Tolong pandang aku, aku telah menunggu hingga saat ini)
Karena kamu seharusnya menjadi gadis ku
Tolong pandang aku, aku telah menunggu hingga saat ini)
.
.
.Aku ingat pertama kali dia pergi berdua dengan Donghae karena aku sedang terbaring di ranjang karena demam. Seharusnya kami bertiga pergi ke taman bermain hari itu. Tapi karena kondisiku memburuk terpaksa aku menyuruh salah satu orang kepercayaanku—Zhoumi—untuk menikuti kemana mereka pergi dan saat Zhoumi kembali, dia membawakan beberapa lembar foto yang membuatku terkejut. Sungmin dan Donghae berpegangan tangan, saling merangkul dan ada sebuah foto yang menunjukkan kalau mereka tengah berciuman mesra. Tidak, seharusnya ini tidak boleh terjadi. Sungmin adalah milikku, bukan milik Donghae.
.
.
.
Noraega ullimyeon ije neoneun
Geuwa pyeongsaengeul hamkkehajyo
Oneuri oji ankireul
Geureoke na maeil bam gidohaenneunde
Geuwa pyeongsaengeul hamkkehajyo
Oneuri oji ankireul
Geureoke na maeil bam gidohaenneunde
(Sekali musiknya berhenti, kamu akan selamanya bersama dengan dia
Aku berdoa dan berdoa hari ini tidak akan pernah datang)
Aku berdoa dan berdoa hari ini tidak akan pernah datang)
.
.
.
Dan hari ini akhirnya tiba. Saat aku harus merelakan Sungmin untuk
selamanya bersama Donghae. Aku selalu berdoa hari ini tidak akan pernah
ada. Aku selalu menunggu Sungmin di sini. Di gereja kecil ini. Tapi
saat-saat itu sudah direbut oleh orang lain dan aku hanya bisa tersenyum
pahit melihat mereka berdua.
.
.
.
Nega ibeun wedding dress
(Gaun pengantin yang hanya kamu pakai satu kali)
.
.
.
Aku membongkar lemari ibuku dan menunjukkan sepotong gaun pengantin
pada Sungmin. Aku mengatakan padanya kalau suatu saat nanti dia akan
memakai gaun ini dan aku akan berdiri berdampingan bersamanya di altar.
Dia mengangguk dan mengecup pipiku. Saat itu kami masih terlalu kecil.
Tapi hari ini dia memang memakai gaun pengantin itu. Walau yang
disampingnya bukanlah aku.
.
.
.
Budi geuwa haengbokhae
Neoreul ijeul su itge
Nae chorahaetdeon moseupdeureun da ijeojwo
Birok handonganeun
Na jugeul mankeum himi deulgetjiman no oh
Neoreul ijeul su itge
Nae chorahaetdeon moseupdeureun da ijeojwo
Birok handonganeun
Na jugeul mankeum himi deulgetjiman no oh
Neomu oraen siganeul chakgak soge
Hollo babocheoreom saratjyo
Ajikdo nae geunyeoneun nal bogo
Sae hayake utgo inneunde
Hollo babocheoreom saratjyo
Ajikdo nae geunyeoneun nal bogo
Sae hayake utgo inneunde
(Pada akhirnya, berbahagialah dengan diri nya
Sehingga aku bisa berjalan ke depan
Tolong hapus aku dari hati mu
Meski aku telah berusaha keras, oh tidak~
Sehingga aku bisa berjalan ke depan
Tolong hapus aku dari hati mu
Meski aku telah berusaha keras, oh tidak~
Aku telah tinggal lama dalam kebohongan
Tetap, dia melihat ku dan tersenyum)
Tetap, dia melihat ku dan tersenyum)
.
.
.
Hari ini, hari yang seharusnya menjadi milikku dan Sungmin. Tapi aku
hanya bisa tersenyum merelakan Sungmin bersama Donghae. Aku hanya bisa
berharap Sungmin berbahagia dengannya. Aku akan mencoba menghapus
Sungmin dari hatiku. Aku akan berjalan terus ke depan. Aku akan mengubur
semua ini dalam-dalam di hatiku..
.
.Aku menghentikan jemariku untuk menekan tuts piano tersebut. Semua orang di sana bertepuk tangan. Aku tersenyum lalu mendongakkan kepalaku ke atas, mencoba menahan air mataku untuk terjatuh kembali.
Sungmin menatapku, masih dengan senyum manisnya itu. Dia dan Donghae menghampirku. Sungmin memeluk tubuhku erat, sangat erat.
“Kyunnie…” bahu Sungmin bergetar pertanda dia sedang menangis. Aku mengelus punggungnya pelan dan masih mempertahankan senyuman di wajahku.
“Hei, kenapa menangis?” tanyaku pada Sungmin.
“Kyunnie… maafkan aku…,” bisik Sungmin, “maaf….”
“Aku mencintaimu, Minnie,” bisikku, “Donghae.”
Donghae menolah ke arahku dan tersenyum, “ada apa?”
Aku menarik tangan Sungmin dan Donghae lalu menyatukannya, “jaga Sungmin baik-baik. Kau tahu? Aku tidak suka melihat Sungmin menangis. Jadi kumohon padamu, jangan buat dia menangis sekalipun.”
“Tentu aku akan menjaga Sungmin, Dia permataku yang sangat berharga.”
Aku tersenyum mendengar setiap keyakinan yang keluar dari kata-kata Donghae. Untuk terakhir kalinya aku mencium pipi Sungmin yang masih menangis. Lalu aku berjalan keluar dari gereja itu, berjalan tanpa tahu arah yang pasti.
.
.
.
Akan kukubur kenangan manis ini bersama tanah musim gugur.
Akan kuterbangkan masa lalu bersama angin yang berlalu.
Gaun pengantin itu. Simpanlah selamanya untukmu.
Simpan bersama kenangan manis yang kita buat dahulu.
Aku tidak akan melupakan rasa cintaku padamu.
.
.
.
-FIN-
Aaaaaaa asli nangis baca ff ini, awalnya cuma berkaca2 tapi pas selesai baca merinding, terus jadinya nangis huaaaa. Keren ceritanya keren!
BalasHapus