Author: Nine-tailed Fox
Title: Morning Story
Genre: Romance…iya kali~
Cast: Chanyeol – Baekhyun. Sehun – Luhan. Jongin – Kyungsoo
Length: 1Shoot
Rating: PG13
WARNING: THIS BOYS LOVE STORY! OOC! SHOUNEN AI! DLDR!
Ps: Saya suka seme berkuasa. Haha!
Yuk mari!
Lanjut!
~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
Chanyeol – Baekhyun Morning Story.
… … …
“Chanyeol bangun. Chanyeol banguu~n!”
Hampir lebih
dari sepuluh menit Baekhyun melakukan kegiatan sia-sia ini…membangunkan
Chanyeol sang raja tidur karena matahari hampir mencapai tengah langit.
Benar jika hari ini tak ada kegiatan penting yang harus mereka lakukan,
tapi memangnya Chanyeol mau tidur sampai kapan? Bukankah ia juga perlu
sarapan, berganti pakaian dan sebagainya? Kenapa namja bertubuh tinggi
ini selalu tertidur seperti orang mati? Apa karena itu tubuhnya tinggi
menjulang…karena ia banyak tidur?
“Chanyeol! Sarapan, sarapan! Mandi! Ganti pakaianmu!”
Baekhyun
mencoba berteriak ditelinga lelaki tampan yang saat ini masih dalam
keadaan mata terpejam, naik keatas ranjang dan duduk tepat disamping
tubuh tegap Chanyeol, mengguncang-guncangkan perut kekasihnya yang
terasa keras saat ia sentuh, oh tentu saja itu pasti dikarenakan hobi
Chanyeol yang suka berolahraga membuat otot tubuhnya terbentuk sempurna.
“Euungh…bangunkan aku saat dunia kiamat saja Baekhyun…”
“Hei! Pabo! Jangan bicara sembarangan!”
Lelaki
berparas manis itu memukul perut Chanyeol, namun mungkin tindakannya itu
tak terlalu berarti karena tenagannya yang lemah. Hal tersebut hanya
berhasil membuat Chanyeol kembali menarik selimutnya hingga sebatas
leher dan bergelung dengan nyaman. Satu-satunya hal sepele yang mampu
membuat Baekhyun nyaris frustasi hanyalah membangunkan Chanyeol.
“Chanyeol…Chanyeol
anak beruang. Masa hibernasimu sudah habis, ayo bangun dan makan…apa
kau tidak mau makan? Ah, bagaimana kalau minum susu saja? Para jerapah
pasti akan senang mendapat kawan baru.”
Senyum tipis
tercipta melengkapi paras menawan Chanyeol saat mendengar ungkapan lucu
yang terlontar dari mulut kekasihnya itu. Terlebih Baekhyun
mengucapkannya dengan wajah lesu dan terkesan merajuk, meski sebenarnya
ia tahu kalau lelaki manis tersebut pastilah mulai merasa jengah. Namun
Chanyeol merasa sangat sayang seribu sayang jika ia harus terbangun
secepat seharusnya, lihat sisi positifnya…jika ia terbangun sedikit
lebih lama, Baekhyun akan selalu berusaha membangunkannya dengan susah
payah dan sumpah demi apapun hal tersebut sangatlah menggemaskan bagi
Chanyeol!
“Yaa…aku
akan bangun Baekhyun…” Chanyeol mengubah posisi tidurnya menjadi
terlentang namun dengan mata yang masih terpejam, ia kembali berucap
“Aku akan bangun jika kau membangunkanku dengan cara ‘itu’ ?”
Kedua alis
Baekhyun terangkat membuat kedua mata mungilnya sedikit membesar…dengan
jelas ia dapat melihat senyum jahil diwajah tampan kekasihnya, dan itu
membuatnya sedikit…panik.
“Cara…’itu’ ?”
“Yes, please.”
Baekhyun
menghela nafas pasrah, lagi-lagi ia harus melakukan hal konyol hanya
untuk membuat Chanyeol si anak beruang meninggalkan tempat tidurnya yang
nyaman.
“Baiklah…”
Oke, oke
siap atau tidak…mau atau tidak. Tapi tapi…kamar ini benar-benar aman
bukan? maksudnya, Chanyeol tak meletakan sesuatu seperti kamera
tersembunyi atau CCTV kan? Oh yah, tentu Baekhyun tak kan pernah
melupakan salah satu kejahilan Chanyeol…kekasihnya itu merekam kegiatan
tidurnya selama satu malam penuh! Alhasil, ia ditertawai sepanjang hari
oleh namja tampan yang tak henti-hentinya meledek bagaimana cara
Baekhyun menguap saat tengah tertidur, mengigau dan menendang-nendang
bantal tanpa sadar…yah meski pada akhirnya Chanyeol akan tetap
mengatakan kalau semua itu sangat cute…−
“Aku menunggu Baekhyun.”
Suara khas
milik Chanyeol memecah lamunan kecilnya. Baekhyun segera beralih menatap
paras tampan kekasihnya itu dan sedikit merengut kesal karena kedua
matanya masih saja terpejam nyaman.
“Iya baiklah…akan kulakukan cara ‘itu’…”
“Pintar…−“
Baekhyun
menghela nafas hingga kedua pipinya sedikit mengembung…ia sempat meneguk
liur paksa sebelum akhirnya merendahkan tubuh. Mendekatkan wajahnya
kepada wajah Chanyeol seraya mulai menjulurkan lidahnya.
Menjulurkan lidah mungilnya yang lembut, lembab dan…
Menjilat bibir Chanyeol.
Ia bisa merasakan perubahan bentuk bibir Chanyeol. Oh ya tentu saja kekasihnya itu pasti tengah tersenyum puas saat ini.
Dengan lidah
mungilnya…Baekhyun terus membasahi sebagian wajah Chanyeol dengan
liurnya, seraya sesekali memberikan kecupan ringan hingga suara
kecupannya terdengar jelas bahkan ditelinganya sendiri. Oh Tuhan ini
sungguh memalukan! Sejenak ia merasa seperti seekor anak anjing yang
bermanja-manja terhadap tuannya. Ia terus menjilat bibir Chanyeol, dagu,
pipi dan rahang…seperti biasanya. Tentu saja…ini bukan kali pertama
Baekhyun melakukan hal semacam ini.
Hingga kedua mata jernih milik Chanyeol terbuka…secara spontan Baekhyun akan menghentikan tindakannya.
Seperti saat
ini…gerakannya langsung terhenti dan tubuhnya bagai terkunci saat
sepasang mata jernih berhiaskan mutiara hitam itu memerangkapnya.
“Hari ini…kau menggunakan pasta gigi rasa pisang?”
“I-ya…”
Senyum
Chanyeol mengembang sempurna, siapa yang tidak bahagia jika saat pertama
kali membuka mata dipagi hari langsung dapat melihat hal menggemaskan,
lucu dan manis seperti Baekhyun ini?
Tuhan…burung
bahkan belum berhenti berkicau dan Chanyeol sudah tidak tahan lagi
untuk sesuatu yang sanggup membuatnya melayang melewati atmosfer bumi.
“Wuaa!”
Seruan
Baekhyun terdengar saat Chanyeol secara tiba-tiba mendorong tubuh
kecilnya agar turut berbaring diranjang…dan entah sejak kapan kini tubuh
Chanyeol telah berada diatas tubuhnya sendiri, wajah mereka bahkan
hanya berjarak kurang dari satu senti. Kenapa dalam hal semacam ini,
Chanyeol selalu sigap dan cepat?
“Pantas saja, rasanya manis. Aku suka.”
Dan itulah kata-kata terakhir yang Chanyeol lontarkan sebelum akhirnya mempertemukan bibirnya dengan bibir Baekhyun.
Ia
mengawalinya dengan kelembutan hingga akhirnya berangsur-angsur berubah
menjadi ciuman yang menuntut dan terkesan kasar…namun tetap tak luput
dari sentuhan manisnya cinta.
Tak hanya
sekali Chanyeol membisikkan buaian manis disela cumbuan mesranya.
Menjadikan ciuman ini tak hanya sebagai sentuhan bibir belaka, namun
juga sebagai cara penyampaian perasaan dan kasih sayang yang merupakan
bagian dari ikatan pemersatu hati keduanya.
“Hanya kau yang selalu mampu membuat pagi hariku menyenangkan, Baekhyun.”
.
.
.
Sehun-Luhan Morning Story
… … …
Indera
pendengaran Luhan cukup sensitive, hanya dengan mendengar suara kicauan
burung saja kedua mata beningnya tak butuh waktu lama untuk segera
terbuka menyambut pagi.
Ia melenguh
pelan sejenak seraya meregangkan otot tubuhnya yang kaku, setelah merasa
cukup nyaman Luhan pun memaksa tubuh kurusnya untuk bangun, menyikap
selimut dan duduk ditepian ranjang. Lelaki berparas layaknya peri kecil
itu menguap kecil, kantuk belum sepenuhnya hilang.
“Pukul berapa sekarang?”
Dengan
kesadaran yang mulai penuh tangan nya terulur untuk meraih sebuah jam
weker berbentuk bola sepak diatas susunan laci samping tempat tidurnya.
Ia hanya bergumam melihat jarum pendek yang menunjukan jika sekarang
saatnyalah untuk sarapan.
“Se…”
Suara
merdunya berhenti mengalun dengan keadaan bibir atas dan bawah yang
terpisah, saat ia menoleh dan mendapati sang kekasih yang menemaninya
tidur semalam masih terlelap dengan pulasnya. Luhan tak dapat menahan
senyum merekah memandang sosok malaikat terkasihnya tersebut. Ia
mengulurkan tangan untuk mengusap lembut puncak kepala Sehun, sang
kekasih dengan penuh kasih.
“Ah! Benar juga, sebaiknya aku lekas mandi sebelum dia terbangun.”
Luhan
beranjak meninggalkan ranjang setelah sebelumnya membenarkan posisi
selimut yang menutup tubuh putih Sehun, kekasihnya itu terlihat nyaman
sekali.
Tak beberapa
lama kemudian terdengarlah suara shower dan kecipak air dari luar kamar
mandi, kamar mandi yang terletak didalam kamar tidur Luhan dan Sehun.
Selesai
membersihan tubuh, Luhan meninggalkan ruang kaca shower dan memijak
lantai marmer kamar mandi yang kering. Meraih handuk putih bergambar
chopper miliknya yang tersampir pada gantungan dekat wastafel, lalu
menggunakannya untuk mengeringkan tubuh serta rambutnya. Sambil terus
mengamati tubuh polosnya dihadapan cermin wastafel, dalam hati ia merasa
lega karena seluruh jejak kasih sayang Sehun telah sepenuhnya hilang,
kini leher, bahu, dada, perut dan…oke yang terpenting kini seluruh
bagian tubuhnya telah bersih total.
Seusai
mengeringkan tubuh dan rambut, Luhan melilitkan handuk tersebut pada
pinggangnya untuk menutupi bagian setengah perut hingga lututnya, lalu
melangkah mendekati pintu dan meraih gagangnya bermaksud meninggalkan
kamar mandi.
‘Klek~’
“Hyuuungg! Aku mau ikut mandi dengan mu!!”
Gawat!
Luhan reflex
menutup kembali pintunya namun terlambat…tangan Sehun telah lebih dulu
menahan daun pintu dan mencegahnya tertutup rapat.
Dan dapat
diperkirakan apa yang terjadi selanjutnya, terjadilah adegan
dorong-mendorong pintu kamar mandi antara sepasang kekasih tersebut.
Luhan yang bersikeras menutup kembali pintu dan Sehun yang mencoba
membuka pintu secara paksa.
“Hyung, aku hanya mau mandi…kenapa…kau pelit sekali! Bukaa~!”
“Tidak! Kau menyingkir dulu! Tutup mata sampai aku selesai berpakaian…lakukan semua itu atau pintu ini tidak akan kubuka!
“Aku mau mandi sekarang, hyung!”
“Biarkan aku keluar dan berpakaian dengan tenang…Sehuu~n!”
Oh yeah,
tentu Luhan tahu maksud terselubung dari keinginan Sehun yang keras
kepala ini, sepertinya tadi ia menghabiskan waktu terlalu lama dikamar
mandi sehingga Sehun terbangun lebih dulu sebelum ia selesai dengan
urusannya didalam sini.
Sekarang
yang jadi permasalahannya adalah…Luhan mulai tak sanggup lagi menahan
dorongan Sehun terhadap pintu. Tenaga kekasihnya itu tentu saja jauh
lebih kuat, liat saja tangan-tangannya yang panjang dan lebih berisi
ketimbang milik Luhan yang kurus dan terkesan tak bertenaga.
Tapi Luhan
harus bertahan atau ia akan menjadi santapan pagi anak singa yang
kelaparan karena semalam ia menolak memberinya makan.
“Hyung buka! Biarkan aku masuk!”
“Janga~n
harap! Aku tahu niatmu sebenarnya Oh Sehun! Kali ini aku tidak akan
kalah! Sejak beberapa hari lalu aku mulai rajin minum susu, berat
badanku pun naik dan tubuhku lebih berisi sekarang. Ayo lawan aku, aku
tidak akan kalah! Uughh~”
Luhan mulai
ribut berceloteh akan hal yang membuat Sehun menertawainya dalam hati,
maksudnya bukan meledek, hanya saja…siapa yang tidak akan tertawa jika
berhadapan dengan makhluk lucu nan menggemaskan seperti Luhan kekasihnya
ini? Sebenarnya, disaat Luhan susah payah menahan dorongan Sehun pada
pintu…namja tampan itu tenang-tenang saja mengerahkan sedikit tenaganya,
toh pada akhirnya tetap Luhan yang akan kalah. Sehun sangat suka
menggoda kekasih manisnya itu dipagi hari cerah seperti ini.
“Jadi kau
sudah tahu keinginanku, hyung? Yasudah tunggu apalagi? Kita sudah sering
mandi bersama bukan? Aku juga sudah melihat seluruh bagian tubuhmu, aku
bahkan tahu jumlah hitungan bulu matamu juga ukuran kuku-kuku jari
tanganmu yang kecil itu…ah, atau kau takut kalau aku menggigit lagi…−“
“SEHUN STOP!”
Sehun reflex
berhenti menekan pintu begitu pula dengan Luhan yang terpaksa berteriak
karena kekasihnya itu mulai mengoceh dengan mengatakan hal yang
sepatutnya. Lelaki manis itu terengah, jujur ia merasa cukup lelah. Dan
Sehun yang sangat menyadari hal tersebut, dengan diam-diam memasukan
tangannya melalui celah pintu, menggapai lilitan handuk ditubuh
Luhan…setelah itu menariknya dengan sengaja hingga terlepas dan terjatuh
kelantai.
Astaga ia bahkan sempat melihat sebagian paha putih Luhan yang terlihat seperti cream vanilla…manis, lembut dan…−
“GYAAA!!!”
Belum sempat Sehun membayangkan lebih jauh…teriakan panic dari Luhan mengancurkan angan-angan indah dalam otaknya.
Kini Sehun
dapat leluasa membuka pintu kamar mandi dan memasukinya…ia tersenyum
melihat Luhan yang kini terduduk dilantai kering seraya berusaha
menutupi bagian terpenting tubuhnya dengan selembar handuk yang beberapa
detik lalu masih bertengger rapi dipinggangnya.
“Awas kau Sehun!”
Luhan selalu
menggemaskan, bahkan dalam keadaan kesal dan marah sekali pun. Dan
sikapnya yang sok dewasa itu membuatnya semakin cute dimata Sehun.
Ternyata usia memang bukanlah ukuran kedewasaan seseorang. Meski usia
Luhan terpaut beberapa tahun diatas Sehun, namun tak jarang ia terlihat
kurang fokus dan linglung layaknya anak playgroup yang tersesat.
Namun semua
itu bukanlah alasan mengapa Sehun amat mencintai kekasihnya ini…Sehun
mencintai Luhan, karena Luhan adalah Luhan. That’s it.
“Hyung, kau
berkeringat. Sebaiknya kau mandi lagi…” Sehun merendahkan tubuhnya agar
lebih mudah mengangkat Luhan seperti sepasang pengantin baru, lalu
berbisik tepat ditelinga sang kekasih “Kali ini bersamaku…”
Suara lembut
Sehun berhasil menggelitik indera pendengarannya, melumpuhkan seluruh
syaraf ditubuhnya. Sungguh, Luhan terkadang menyesali tubuhnya yang
terlalu sensitive. Lelaki berparas peri itu hanya terdiam saat Sehun
membawanya dan saat tersadar ia telah berada didalam bathtub bersama
Sehun yang memposisikan diri diatas tubuh kecilnya.
Luhan menjadi sedikit waspada menyadari Sehun yang menatap lekat padanya dengan memasang tampang yang seolah sedang berpikir.
“Hmm~ tubuhmu memang terlihat tak sekurus dulu…dan…kurasa suhu tubuhmu pun mulai…menghangat.”
Senyuman
jahil mengiringi ucapan Sehun membuat Luhan langsung meronta, namun
dengan cepat sepasang tangan kokoh sang kekasih menahan tubuhnya hingga
ia terpaksa terdiam.
Sehun masih
bersama senyum jahilnya…dengan menatap lekat kedua mata jernih Luhan,
lelaki tampan itu mendekatkan wajahnya dan kembali berbisik.
“Kau terlihat seperti hidangan yang baru saja matang dan siap untuk disantap, hyung.”
Dan tanpa
membiarkan Luhan melontarkan ucapan lain sebagai balasan…Sehun telah
lebih dulu memanjakan leher sang kekasih dengan bibirnya.
Dengan lihai
Sehun melakukannya. Meninggalkan jejak kasih sayang menambah keindahan
kulit putih leher Luhan yang halus dan lembut, tempat yang menjanjikan
padanya kepuasan dan kebahagiaan batin tak terhingga.
Sehun
menggigit pelan daun telinga Luhan namun tetap sanggup membuat lelaki
manis itu mengerang sakit…merasa sedikit bersalah, dengan suara yang ia
buat selembut mungkin layaknya hembusan angin…Oh Sehun berkata.
“Hanya kau yang selalu mampu membuat pagi hariku menyenangkan, Luhan.”
.
.
.
Jongin-Kyungsoo Morning Story
… … …
Jongin
berkata kalau pagi ini ia ingin sarapan dengan sereal coklat saja,
karena itulah sekarang Kyungsoo sedang sibuk menyiapkannya untuk lelaki
tampan tersebut, kebetulan Kyungsoo juga sedang ingin makan sereal.
Terkadang mulut mungilnya melantunkan senandung kecil seraya menuang
susu kedalam mangkuk sereal dan membuat orange juice…Jongin lebih suka
meminum jus buah ketimbang susu dipagi hari.
“Terima kasih, Soo…”
Kyungsoo
hanya tersenyum simpul setelah meletakan semangkuk sereal gandum coklat
beserta segelas orange juice diatas meja makan tepat dihadapan Jongin,
lalu kembali menuju dapur bermaksud membuat sereal untuknya sendiri.
“Oh ya…siang ini kau ingin makan apa? Bisa temani aku belanja tidak?”
Lelaki yang
saat ini tengah menuang air kedalam mug berisi bubuk susu coklat itu
angkat bicara, jarak dapur dan meja makan sama sekali tidak jauh. Hanya
terpisah counter dapur saja, sehingga Jongin masih dapat mendengar suara
Kyungsoo tanpa perlu lelaki bermata bulat itu berteriak.
Satu suapan
sereal memenuhi mulut Jongin, ia mengunyahnya seraya mulai berpikir.
Masakan Kyungsoo selalu enak, jika ditanya apa yang ingin ia makan,
Jongin jadi bingung sendiri…seandainya bisa dan perutnya ini sanggup, ia
akan memakan apa saja yang Kyungsoo sajikan sebanyak apapun porsinya.
“Memang kau sendiri ingin masak apa, Soo? Dan tentu saja aku akan menemanimu belanja.”
“Ehhmm…aku…aku ingin masak risotto!”
Dan tentu
saja Jongin tak pernah sekali pun menolak rekomendasi Kyungsoo tentang
makanan apa saja yang akan mereka makan hari ini, selama tak memasukan
labu dan kacang polong kedalam menu. Jangan tanya kenapa, selama ini
Kyungsoo tak pernah menambahkan labu dan kacang polong kedalam
masakannya karena Jongin amat sangat membenci keduanya.
“Terserah padamu, Soo…dan kita bisa pergi belanja setelah selesai sarapan nanti.”
“Baiklah.”
Dengan
selesainya pembicaraan mereka mengenai menu makan siang, Kyungsoo pun
selesai membuat sereal bagiannya. Ia melangkah mendekati meja makan
seraya membawa semangkuk sereal dan sebuah mug berisi susu coklat
favoritnya.
‘Prak~’
“Ah! Sendoknya!”
Kyungsoo
buru-buru meletakan mangkuk serealnya diatas meja dan merendahkan
tubuhnya bermaksud mengambil sendok miliknya yang terjatuh. Lelaki
berparas imut merengut saat menyadari kalau sendoknya berada dibawa
meja, sedikit jauh ketengah…dengan satu tangan bertumpu pada pinggiran
meja makan, Kyungsoo mengulurkan tangan lainnya yang bebas berusaha
menggapai sendoknya.
“Yes, dapat!”
Jongin yang
turut menengok ke bawah meja hanya dapat tertawa kecil melihat polah
menggemaskan sang kekasih. Kyungsoo selalu seperti itu, pembawaanya
ceria dan bersemangat…orang yang tak pernah bosan untuk Jongin ajak
bicara.
‘Dugh!’
“Auh!”
Meja makan
sedikit bergetar diakibatkan kepala Kyungsoo yang terantuk saat hendak
berdiri dan rasanya benar-benar menyakitkan. Lelaki berparas manis itu
bermaksud menggunakan kedua tangannya untuk mengusap kepalanya yang
mungkin sebentar lagi akan bertambah tebal karena bengkak…namun saat
hendak memindahkan tangannya yang bertumpu pada pinggiran meja ke
kepalanya…
‘Pluk~’
Tanpa sengaja tangannya itu menyenggol mangkuk berisi sereal hingga terjatuh tepat diatas kepala Kyungsoo…
“Aaaahhhh!!!”
Habis sudah
kesabaran Jongin. Dengan mendesah pelan seraya menggelengkan kepala ia
berdiri dari duduknya dan menghampiri Kyungsoo. Bukannya merasa kesal,
hanya saja Jongin merasa tak habis pikir dengan polah kekasihnya yang
terlampau ceroboh, selain dalam hal memasak tentunya…misalnya Kyungsoo
itu mudah sekali tersandung sesuatu saat berjalan atau sering kali
kelupaan barang. Tak jarang Jongin merasa khawatir saat menerima telpon
dari Kyungsoo…jangan-jangan kekasihnya itu menelpon dari rumah sakit?
Jongin jadi
merasa tidak bisa meninggalkan Kyungsoo seorang diri…bukan hanya karena
takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap kekasihnya itu, namun…karena
Jongin sendiri memang tidak bisa berpisah terlalu lama dari Kyungsoo.
“Jongi~n.”
Mendengar
rintihan pelan dari Kyungsoo, Jongin hanya tersenyum tipis…ingin sekali
ia tertawa, pasalnya kondisi Kyungsoo saat ini sungguh-sungguh lucu.
Mangkuk sereal itu terjatuh tepat diatas kepala kekasihnya itu…dalam
keadaan terbalik jadi terlihat seperti helm, lucu sekali−
“Kau ini…selalu saja, bagaimana kalau aku tidak ada? Rumah ini pasti telah berubah menjadi abu, Soo…”
“Hehe…maaf.”
Jongin
merendahkan tubuhnya tepat dihadapan Kyungsoo yang terduduk dilantai,
mengangkat mangkuk melamin tersebut dari atas kepala sang kekasih dan
meletakannya diatas meja. Kini kepala, pakaian dan wajah Kyungsoo
terbasahi oleh susu coklat serta kepingan sereal. Sejenak Jongin
memandang sosok menggemaskan sang kekasih…beberapa tetes masih
berjatuhan dari ujung rambut hitamnya Sementara kedua mata bulat purnama
itu hanya balas menatap Jongin dengan sorot mata tanpa dosa…dan entah
merupakan tindakan spontan atau bukan, Kyungsoo menjilat bibirnya
sendiri mengecap manisnya lelehan susu coklat disana.
Membuat Jongin membeku dalam posisinya.
Oh shit!
Mengapa…mengapa harus disaat seperti ini? Ini masih pagi…serealnya pun bahkan belum ia habiskan sampai tuntas.
“Jongin kau marah? Kau kesal padaku, ya? Maaf…~”
Sentuhan
tangan Kyungsoo pada kedua pipinya membuat Jongin tersadar dari lamunan
singkatnya mengenai suatu hal yang akan sangat menyenangkan, apabila ia
lakukan hanya berdua dengan kekasihnya itu.
Wajah
Kyungsoo kini berada tepat dihadapan wajahnya…raut wajah kekasihnya itu
tampak memelas dan menyesal, dengan sepasang mata bulat yang berbinar
indah layaknya seekor anak kucing yang memohon belas kasih agar dipungut
dan dibawa pulang.
Yah,
Kyungsoo memang ceroboh…namun hal tersebut membuat Jongin merasa senang.
Karena dengan begitu, Kyungsoo akan selalu membutuhkan dirinya…hanya
dirinya.
“Jong…”
“Jangan banyak bicara dan biarkan aku menciummu dengan tenang.”
Ucapan
Jongin tak ayal membuat rona merah meresapi kulit wajah Kyungsoo yang
putih dan bersih itu. Pandangan keduanya saling bertemu dalam diam,
Kyungsoo tak mengatakan apapun melainkan hanya mengangguk dan mulai
menutup kedua matanya perlahan.
Dan bibir
keduanya pun bersatu dengan sempurna…lembut, mendalam, menuntut. Itulah
irama cumbuan Jongin terhadap Kyungsoo, dibumbui desahan dan erangan
kecil yang terbebas dari mulut mungil Kyungsoo.
Dalam senyum Jongin pun berucap pelan…
“Hanya kau yang selalu mampu membuat pagi hariku menyenangkan, Kyungsoo.”
~THE END~
Setelah beberapa FF pada berakhir tragis ya…ini pengen bikin yg manis manis.
Maaf kalo
pas bagian KAIDO nya pada ga puas, ini pertama kali bikin KAIDO dan
kurang nge-feel juga sebenarnya. Tapi saya suka KAIDO kookk~ suka!
Sekian
Wasalam
AKTF!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar