Pengikut

Sabtu, 27 Oktober 2012

Your Happiness 2

Main cast : Oh Sehun, Xi Luhan
Genre : romance, Hurt/comfort
Rated : t
Warning : yaoi, boyXboy, OOC, typo(s), gaje
a/n : ff ini pernah saya post di .com. dan chapter ini adalah gabungan dari chapter 1 dan 2. Maaf kalau kebanyakan. Seperti biasa, tinggalkan review. Dan NO BASH! IF YOU DON'T LIKE, JUST DON'T READ THIS!


Hari ini Sehun memutuskan untuk membuktikan perkataan
Jongin. Ia ingin tahu arti debarannya saat di dekat Luhan. Maka dari itu hari
ini ia akan menemui Luhan di fakultasnya.
Sekali lagi, debaran itu datang kembali.
Sehun berjalan melewati lorong-lorong gedung yang terbilang ramai.
Sesekali matanya tidak berhenti untuk mencari sosok Luhan. Sampai akhirnya
Sehun menemukan Luhan di perpustakaan.
Tanpa pikir panjang Sehun segera masuk ke dalam perpustakaan untuk menemui
Luhan.
"Hyung?"
Luhan menengadah menatap orang yang memanggilnya. Entah kenapa Sehun merasa adegan ini seperti di dalam drama romantis yang sering ditonton Jongin di televisi. Dimana waktu seakan melambat saat
si tokoh utama dengan orang yang dicintainya bertatap muka.
"Sehun-ah? Ada perlu apa lagi menemuiku?" Tanya Luhan dengan lembut sambil menutup buku bacaannya. "Aku ingin berbicara denganmu, hyung. Kau ada waktu sekarang?" Sehun duduk tepat di hadapan Luhan, saat itu mereka saling bertatapan.
'deg'
"Debaran itu, kenapa datang saat aku dan Luhan-hyung bertatapan?" Pikir Sehun dalam hati. Segera Sehun dan Luhan membuang pandangan mereka ke arah lain.
"Hmmm… Sebenarnya ada waktu sih, tapi aku harus mengerjakan tugasku dulu di sini. Jika kau mau tunggulah sebentar." Kata Luhan kemudian kembali membuka buku bacaannya. Sehun yang duduk di hadapan Luhan tersenyum saat ia memperhatikan gerak-gerik
Luhan yang menurutnya begitu indah.

(Sehun POV)
Saat ia sedang serius seperti ini, dia terlihat begitu manis.
Tapi, tunggu!
Kenapa dadaku berdebar saat aku ada di dekat Luhan-hyung? Kenapa dia? Dia seorang pria Oh Sehun! Dia pria! Sama sepertimu!
Apa benar aku mencintainya? Seperti yang dikatakan Jongin, dada kita akan berdebar tak karuan jika ada orang yang kita cintai di dekat kita.
Ya Tuhan! Aku bingung.
Aku mengacak-acak rambutku frustasi, aku bingung terhadap pemikiranku sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Apa benar aku mencintai Luhan-hyung? Tapi, dia PRIA!
"Sehun-ah? Apa kau tak apa-apa?"
"Eh?"
"Kau tidak apa-apa kan?" Tanya Luhan-hyung sekali lagi. "Tidak
kok, lanjutkan saja mengarjakan tugasmu." Kataku sedikit terbata karena gugup. Luhan-hyung dengan sedikit ragu melanjutkan pekerjaannya lagi.
Tunggu sebentar, ada yang aneh dari Luhan-hyung. "Hyung, kau pucat." Kalimat itu keluar dengan spontan dari mulutku. Luhan-hyung menatapku sebentar, lalu tersenyum. "Benarkah? Kurasa aku baik-baik saja."
"Tapi menurutku tidak hyung. Setelah ini kau kutraktir makan."
"baiklah, hitung-hitung gratis kan?" Ucap Luhan-hyung dengan girang
lalu diselingi tawa. Aku tersenyum melihat tingkahnya.

Kami memesan dua roti isi dan dua kotak susu vanilla. Saat pesanan kami datang, Luhan-hyung sama sekali belum menyentuh makanannya.
"Hyung, kau tidak makan?"
"Eh? Iya." Iapun memakan rotinya, tetapi hanya sedikit.
"Hyung, makanlah yang banyak. Tadi saat aku bilang akan meneraktirmu kau begitu semangat, kenapa sekarang tidak? Biar kau tidak kurus begini hyung." Kataku panjang lebar sambil menunjuk lengan Luhan-hyung yang terbilang krempeng.
"Dasar bawel! Iya iya kumakan!" Luhan-hyung pun langsung memakannya. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang begitu menggemaskan.
"Oh ya hyung, aku mau bertanya sesuatu."
dia hanya menatapku heran, "Mau tanya apa?"
"Mmmm… Bagaimana ya?" Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
"Menurutmu hyung, apa arti cinta?" lanjutku. Dia terlihat meresapi
pertanyaanku, ekspresinya sangat sulit ditebak.
(Sehun pov end)

(Luhan pov)
"Menurutmu hyung, apa arti cinta?"
'deg'
Apa Sehun sedang mencintai seseorang? Kenapa dia menanyakan hal itu? Entah mengapa ulu hatiku begitu nyeri saat ini. Aku berusaha menutupi rasa kecewa di hatiku, "Waaah! Kau sedang jatuh
cinta ya? Benar dugaanku selama ini."
"Jawab saja hyung."
"Baiklah, jadi cinta ya? Bagiku cinta itu kekuatan yang maha
dahsyat." Kalimat itu spontan keluar dari mulutku.
Sehun tertawa saat mendengar pernyataanku itu, "Kata-katamu terlalu
puitis, hyung" Aku hanya mendengus kesal saat melihat responnya.
"Dengarkan dulu! bagiku cinta itu kekuatan yang maha dahsyat. Kau tahu, karena cinta kita dapat melakukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Karena cinta kita bisa belajar memahami. Karena cinta kita dapat mengerti arti kata pengorbanan yang sesungguhnya. Jadi kau mengajakku kemari hanya menanyakan itu?"
Dia terdiam sejenak tak menjawabku, lalu mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ternyata benar, kau sedang jatuh cinta Sehun.

Aku masih memikirkan kejadian tadi siang. Bodohnya aku tadi tidak menanyakan siapa yang sedang dicintai Sehun.
Kalau boleh jujur, aku cemburu. Karena aku mencintai Sehun, aku tau dia pria sama sepertiku, aku tahu perasaan ini salah. Tapi bukankah cinta tak mengenal batasan apapun? Cinta ini murni, bukan karena nafsu atau apapun. Jadi ini bukanlah suatu dosa kan?
Entah kenapa sejak pertama kali bertemu dengannya, aku terpesona saat melihat sorot mata itu. Tajam, namun begitu kelam dan menghipnotis.
Memang terdengar konyol, tapi itulah yang terjadi.
Tiba-tiba aku merasakan cairan amis keluar dari hidungku.
Kuseka dengan kasar, lalu berjalan ke kamar mandi berniat membersihkan bercak darah di hidung dan tanganku. Sedikit pusing.
Saat aku membasuh tangan dan wajahku, rasa sakit di kepalaku makin menyiksa.
Kemudian semuanya berwarna hitam.

"Kau sudah sadar Luhan-ah?"
Aku menoleh, Yoonji-noona kenapa ada di sini? Aku menatapnya heran.
"Kau tadi pingsan saat aku ke sini. Apa kau tidak meminum vitamin
penambah darahmu?" Tanya Yoonji-noona.
"Sudah kok."
"Ya sudah istirahatlah dulu. Aku akan membuatkanmu bubur hangat.
Saranghae."
Kemudian ia meninggalkanku sendirian di kamar. Tumben sekali aku mimisan. Apa anemiaku sedang kambuh? Tapi tidak pernah sampai separah ini, apa lagi sampai mimisan.
Aneh.
Apa aku terlalu keras memikirkan Sehun dan siapa orang beruntung yang dicintainya itu? Sudahlah Luhan! Percuma saja jika kau mengharapkannya, toh dia tidak akan pernah memilihmu kan? Pasti orang yang dicintai Sehun lebih sempurna darimu. Sadarlah! Sehun tak mungkin bisa kau gapai!
"Luhan-ah! Buburnya sudah siap!"

"Hyung!"
Aku menoleh, ternyata Sehun. Tidak puaskah dia menemuiku terus? tiga hari yang lalu kan sudah. Jika seperti ini terus, aku takut aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sendiri lali cintaku semakin besar kepada Sehun. Dan jika cintaku semakin besar maka harapanku kepada Sehun semakin besar pula. Dan jika harapan
besarku tidak terwujud maka aku akan merasa sakit karena tak dapat menggapainya. Dan aku, Xi Luhan tidak mau merasakan itu!
"Ada apa?"
"Hyung, mulai sekarang kau kuantar jemput ya? kau harus mau!"
"APA?"
"Ssst! Tidak perlu berteriak hyung! Lihat, mereka semua menatap ke arah
kita." Ucap Sehun sambil menutup wajahnya.
"Oke, tapi ini pemaksaan Sehun-ah! Aku bisa pulang-pergi sendirian naik
bus. Aku tidak mau merepotkanmu."
Jujur saja, sebenarnya bukan itu alasan utamaku Sehun-ah. Melainkan perasaan ini.
"Ayolah hyung! Kumohon!" Kemudian ia menunjukkan puppy eyes-nya
padaku. Menggemaskan.
Apa yang sedang kau pikirkan Luhan?
"Aku tidak mau! Lagi pula kenapa kau membuang waktumu itu demi menemuiku di sini? Untuk hal yang tak penting pula." Ucapku berusaha secuek mungkin. Kemudian aku meninggalkannya begitu saja. Sedikit tidak rela sih. Tapi mau bagaimana lagi.
Saat pulang kuliah, aku berniat untuk mampir ke toko buku untuk membeli novel incaranku. Sudah satu minggu ini aku ingin membelinya.
"EHEM!"
Aku menoleh, "Se… Sehun-ah?"
Tanpa ba-bi-bu Sehun menarikku untuk segera mengikutinya. "hey! k.. kau mau membawaku kemana?" Tanyaku panik.
"Mengantarmu pulang." Kata Sehun dengan nada datar. "Sudah kubilang aku tidak mau!"
"Mau tidak mau kau harus mau, hyung." Seringai licik terukir di
bibirnya. Menyeramkan.
"Ta.. Tapi aku harus ke toko buku dulu."
"KUANTAR! Jangan khawatir!"

"Yak! Hyung, kenapa lama sekali?" Tanya Sehun saat mengikutiku.
Aku berhenti dan menatapnya tajam, "Yang berniat mengantarku siapa? Jadi bersabarlah. cerewet!" Aku kembali melanjutkan pencarian buku incaranku.
"Hyung?"
"Hnng…" Ucapku tanpa menoleh padanya.
"Sarangahe…"
'cup'
Aku terperangah sambil memegangi pipi kananku. Apa aku tidak salah? Se… Sehun menciumku? Tapi dia kan mencintai orang lain, dan tentunya bukan aku.
Bodoh kau Luhan! Mungkin arti kata 'saranghae' dan ciuman itu hanya sebagai ungkapan rasa sayang antar sahabat atau kakak-adik. Jangan memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi? Bodoh! jadi jangan perdulikan, oke?
(Luhan Pov End)

(Sehun Pov)
Kenapa dia tidak meresponku? Dia malah tak memperdulikannya. Oh ayolah Luhan-hyung, kenapa kau tidak peka? Aku mencintaimu! Apakah kau tak dapat merasakannya?
"Nng, Sehun-ah. Bukunya sudah ketemu. Aku akan membayarnya." Ucap Luhan-hyung sedikit gugup. Mungkin karena ciuman tadi.
Apa Luhan-hyung berpikir jika aku tidak normal? apa setelah ini ia akan menjauhiku?
Saat perjalan menuju apartemen Luhan-hyung, kami hanya diam. Apa aku terlalu terburu-buru? Bisa gawat jika kedepannya berakibat buruk kepadaku.
"Nnngh… Sehun-ah, apa maksudmu tadi? Maksudku–" Luhan-hyung tidak menyelesaikan kalimatnya. Ada jeda panjang setelah itu.
Aku ingin mengatakannya saat ini, bahwa aku mencintainya dengan tulus. Tapi aku juga takut jika ia akan menjauhiku. Sudah kuputuskan untuk mengatakannya setelah sampai di apartemen Luhan-hyung nanti.
"Sehun-ah?"
"Ah, ne?"
"Apartemenku sudah terlewat, lho."
Bodoh! Bodoh!
"Ah, maaf hyung."
"Sudah sampai sini saja, terima kasih atas tumpangannya." Saat ia berniat membuka pintu mobil, aku menahan tangannya. "Maksud dari
perbuatanku tadi, hanya sebatas…"Ia menatapku heran, "… Hanya sebatas rasa sayang antar sahabat."
Ia tersenyum, namun entah lah. Aku merasakan ada kepedihan di balik sorot mata dan senyumannya.
Luhan-hyung pun masuk ke dalam apartemennya, dan aku? Masih terdiam di sini.
Jika waktunya tepat nanti, aku akan menyatakan perasaanku yang sesungguhnya padamu hyung. Tapi aku perlu waktu.
(Sehun Pov End)

(Luhan pov)
Jadi benar kau hanya menganggapku sebagai sahabat. Tidak lebih. Dan tidak akan pernah lebih dari itu. Kurasakan air mataku jatuh begitu saja. Aku sudah tak kuat membendungnya.
"Luhan-ah? Kau sudah pulang?" Kata Yoonji-noona. Tanpa pikir panjang
aku segera memeluknya Dan menumpahkan seluruh iar mataku di bahunya. "Tunggu, kau menangis?" tanyanya. Aku hanya diam dan terus menangis.
"Dia… Hanya menganggapku sebagai sahabat. Tidak lebih." Ucapku
sambil sesengguhan.
"Aku mencintainya, noona. Aku… Aku…" Tak sanggup untuk
melanjutkan kalimat terakhir, aku malah semakin menangis.
Yoonji-noona mengelus punggungku dengan lembut, dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Tanpa malu atau apa aku segera meluapkan seluruh isi hatiku dan rasa sakitku kepada Yoonji-noona.
Tiba-tiba saat aku menceritakan semuanya pada Yoonji-noona, aku
terbatuk cukup hebat. Saat aku membuka tanganku yang kugunakan untuk menutup mulutku saat terbatuk tadi,
terlihat banyak darah segar di tanganku.
Kepalaku terasa berat dan sakit. Karena tidak kuat merasakan sakit itu, aku terjatuh.
"YA TUHAN!" Hanya suara Yoonji-noona yang terdengar saat ini. kupejamkan mataku pelahan. Kemudian semuanya gelap.
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar