Pengikut

Sabtu, 27 Oktober 2012

Your Happiness 1

Main cast : Oh Sehun, Xi Luhan
Genre : romance, Hurt/comfort
Rated : t
Warning : yaoi, boyXboy, OOC, typo(s), gaje
a/n : ff ini pernah saya post di .com. dan chapter ini adalah gabungan dari chapter 1 dan 2. Maaf kalau kebanyakan. Seperti biasa, tinggalkan review. Dan NO BASH! IF YOU DON'T LIKE, JUST DON'T READ THIS!


Sehun memutuskan untuk berkeliling taman kota, setidaknya untuk menyegarkan pikirannya sejenak.
Saat di taman kota, ia memutuskan untuk membeli secangkir kopi panas di kedai kecil pinggiran taman mengingat cuaca hari ini cukup dingin. Ia menyesap sedikit demi sedikit kopi panasnya sambil melihat keadaan taman yang tidak terlalu ramai.
"Pak! Beli kopi panasnya satu ya? Hari ini dingin sekali." Sehun menoleh kearah sumber suara. Si sumber suara itu hanya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya sambil sesekali meniupnya. "terima kasih." ucap si sumber suara itu mengambil kopi yang diberikan pemilik kedai ini.
Entah kenapa Sehun seperti terhipnotis dengan segala sesuatu tentang orang yang sedang menyesap lembut kopi panas di sampingnya ini.
Merasa diperhatikan oleh seseorang, si sumber suara tadi mulai angkat bicara, "hai, kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dari ku?"
dengan cepat Sehun menggeleng, "tidak." jawabnya singkat. "lalu kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya si sumber suara lagi. "kau cantik." kata Sehun dengan polosnya. Si sumber suara hanya tertawa pelan mendengar pengakuan Sehun yang terlalu jujur itu. "namaku Xi Luhan, dan aku seorang laki-laki. Sama sepertimu." kata si sumber suara yang diketahui namanya adalah Xi Luhan itu sambil mengulurkan tangannya. "jadi, namamu?" lanjut Luhan.
"Oh Sehun." jawab Sehun sambil menyabut uluran tangan Luhan.
"nama yang bagus."
mereka sama-sama menyesap kopi masing-masing, "oke Sehun-sshi, kurasa aku harus pulang. Kapan-kapan kita bertemu lagi, ne? Annyeong!" ucap Luhan sambil melambaikan tangannya.
Sehun menatap bayangan Luhan yang semakin menjauh dari kedai kopi, tanpa membalas lambaian tangan Luhan.
Esok harinya, Sehun berangkat ke kampus pagi-pagi sekali. Bukan karena ia anak rajin atau apa. Melainkan hanya untuk menghindari pertengkaran orangtuanya.
Perlu diketahui, ayah Sehun adalah seorang pemilik hotel ternama di Korea Selatan. Dan ibunya? Dia seorang desainer gaun yang biasa dipakai oleh selebritis papan atas dunia.
Tidak kah Sehun bahagia dengan keluarga yang seperti itu?
Tidak, bahkan jika ia bisa memilih orangtua mana yang akan melahirkannya, ia akan memilih keluarga yang sederhana namun penuh cinta.
Tidak seperti keluarganya saat ini, orangtua yang gila kerja, tanpa kasih sayang, membesarkan anaknya hanya dengan uang.
Oleh karena itu Sehun tumbuh menjadi seorang yang angkuh, pemalu dan tertutup. Namun jauh didalam hatinya, ia tetaplah seorang yang rapuh dan perlu rengkuhan kasih sayang.
"ya! Sehun-ah! Tumben pagi-pagi sudah datang?" tanya Jongin, teman satu fakultasnya.
"biasanya kan memang seperti ini." jawab Sehun dengan nada datar. Sebelum jam pelajaran pertama dimulai, Jongin dan Sehun memutuskan untuk sarapan di kantin karena mereka memang belum sarapan.
"kau mau pesan apa? Biar kubelikan sekalian." tanya Jongin.
"roti isi keju, oh ya dagingnya dobel ya? Lalu satu kotak susu vanila."
"ternyata kau rakus juga, Sehun-ah." Jongin pun segera memesan pesanan Sehun dan pesanannya.
Tak terasa jam kuliahpun sudah berakhir. Namun ia enggan untuk segera pulang, toh di rumahpun tak ada orangtuanya. Ia memutuskan untuk ke kedai kopi yang kemarin, tempat ia bertemu dengan Luhan.
"pesan satu kopi panas."
"bertemu lagi ya Sehun-sshi. Apakah ini takdir?" kata Luhan yang sudah duduk di kursinya.
"entahlah." jawab Sehun singkat, tanpa ekspresi pula. Lalu turut duduk di sebelah Luhan. "kau juga kuliah di Seoul National University? Kulihat tadi kau keluar dari tempat itu." tanya Luhan.
"ne." lagi-lagi Sehun menjawabnya dengan singkat. "aku juga kuliah disana, aku di fakultas ekonomi." celetuk Luhan dengan cerianya.
Sehun tak menanggapinya, ia sibuk menyesap kopi hangatnya. "kau ini kenapa sih? Seperti tidak ada gairah hidup sama sekali." decak Luhan dengan kesal karena tidak ditanggapi oleh lawan bicaranya, Sehun. Luhan hanya memasang wajah yang sulit dijelaskan saat itu.
Sehun sibuk menyesap kopinya, mulai terpaku dengan tingkah laku Luhan, ia seperti sudah akrab dengannya. "kata ibuku, jika kau menanggung beban berat di pundakmu, atau masalah maksudku. Maka tersenyumlah. Kata ibuku dapat mengurangi sedikit beban kita. ya setidaknya aku pernah mencobanya dan itu berhasil." kata Luhan mulai serius.
Sehun menatapnya heran, bagaimana bisa ia mengerti apa yang sedang dipikirkannya. "aku tau kau sedang bermasalah, Sehun-sshi. ah! Seperti aku harus pulang. Oh ya, belajarlah tersenyum Sehun-sshi. Kau tahu, senyumanmu itu manis lho. Dah!"
tanpa sadar Sehun tersenyum mendengar pernyataan Luhan yang memang ada benarnya.
"ah iya! berapakah usiamu?" teriak Sehun saat luhan mulai menjauh. "24 tahun!" jawab Luhan sambil berteriak.
"aku harap kita akan bertemu lagi, Luhan-sshi."

Entah kenapa Sehun teringat dengan perkataan Luhan saat pulang kuliah tadi.
"jadi, mencoba untuk tersenyum. Apa susahnya? Hiiii." Sehun bicara sendiri di depan cermin sambil menyengirkan senyuman anehnya.
"kurasa aku memang lupa bagaimana cara tersenyum."

'Buk'
Tak sengaja Sehun menabrak seseorang hingga terjatuh. "Ah, maaf atas kecerobohanku." Kata seseorang yang ditabrak Sehun, seharusnya Sehun kan yang meminta maaf, kenapa malah orang ini?
Saat orang itu menengadah berusaha menatap siapa yang menabraknya, "S… Sehun-sshi?" kata orang itu.
"Sudahlah, jangan panggil aku seformal itu. Lagi pula kau lebih tua dariku, Luhan-hyung." Sehun sedikit menekankan kata 'hyung' sebagai embel-embel.
"Eh?" Sehun dengan cueknya membantu Luhan berdiri, karena memang posisinya saat ini terduduk. "Untuk apa kau ke gedung fakultas ekonomi? Ada perlu dengan seseorang?" Kata Luhan, mengingat mereka satu universitas namun beda fakultas.
"Tidak, hanya ingin melihat-lihat. Katamu kemarin kau di fakultas ekonomi kan?" Kata Sehun masih dengan nada datarnya.
"Waaah~ jangan-jangan kau kangen padaku ya? Oke, aku mengerti." Luhan menggoda Sehun dengan menaikkan kedua alisnya lalu mencolek bahu Sehun.
"Siapa bilang? Kau terlalu percaya diri nona."
"Kau bilang apa?"
"No-na" Ulang Sehun sekali lagi.
"AKU SEORANG PRIA, BODOH!" Luhan kesal dan segera menggembungkan pipinya.
"Hey! Hey! Aku tahu. Tapi jangan seperti itu, kau malah lebih terlihat seperti wanita, hyung." Sekarang giliran Sehun menggoda Luhan. "Yak! Sehun-ah! Kau menyebalkan!"
Tanpa disadari, Sehun tertawa lepas saat melihat ekspresi kesal Luhan yang menurutnya begitu menggemaskan.

Jongin menatap Sehun dengan heran, tidak biasanya sahabatnya ini tersenyum. Sungguh momen langka.
"Ya! Sehun-ah, kenapa kau senyum-senyum sendiri? Apa kau sakit?" Tanya Jongin dengan nada mengejek sambil memeriksa kening Sehun.
"Tidak." Jawab Sehun singkat.
"Lalu kenapa kau tersenyum?" Tanya Jongin lagi.
"Entahlah, sudah lama aku tidak tersenyum, bahkan tertawa."
"Kau aneh." Jongin memutuskan meninggalkan sahabatnya sendirian di kantin kampus. Ia beralasan takut tertular penyakit aneh Sehun.
Saat pelajaran dimulai di kelas Sehun, ia sama sekali tak menghiraukannya. Justru ia sibuk dengan pikirannya sendiri, tentang Luhan.
Sekali lagi ia tersenyum mengingat ekspresi Luhan, gayanya berbicara, atau cara berpakaiannya. Menurut sehun, semua itu menarik.

(Sehun POV)
"Tidak, aku baru saja datang kok."
Yey! Kenapa malah kalimat itu yang keluar dari mulutku? Padahal aku ingin sekali marah padanya karena datang terlambat. Tapi, kenapa jadi begini?
"Baguslah kalau begitu. Ada perlu apa mengajak ku kemari?" Tanya Luhan-hyung dengan lembut.
Bodoh kau Sehun! Kenapa aku bisa lupa apa alasanku menyuruhnya datang ke cafe ini? Benar kata Jongin, aku mulai tidak waras.
"Hey! Sehun-ah, hello!" Luhan-hyung melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajahku, membuatku tersadar dari lamunan bodohku.
"Ah iya? Boleh kau ulangi pertanyaanmu hyung?" Tanyaku.
"Sudahlah lupakan. Lagi pula aku tau kau pasti merindukanku kan?" Goda Luhan-hyung padaku, aku hanya meresponnya dengan tersenyum.
"Hey, Sehun-ah. Kau tahu? Akhir-akhir ini kau sering sekali tersenyum. Berbeda sekali dengan kau saat pertama bertemu dulu." Kata Luhan-hyung. "Benarkah?" Tanyaku sambil tertawa renyah.
"Apa jangan-jangan kau sedang jatuh cinta ya? Mengakulah Sehun-ah."
'deg'
kenapa dadaku bergetar saat ia mengatakan itu. Tiba-tiba Luhan-hyung mendekatkan wajahnya tepat di depan wajahku, hanya berjarak satu jengkal. ah tidak, kurang dari itu.
"Kau tau Sehun-ah? Mahadaya cinta itu dapat mengubah segalanya."
Dapat kurasakan hembusan nafasnya menari di setiap inci kulit wajahku. "A… Apa maksudmu hyung?"
"Sudahlah, lupakan. Setelah ini kita mau kemana?" Tanya Luhan-hyung.
"Mmm… Entahlah. Mungkin kau ada usul, hyung?"
Luhan-hyung terlihat mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagunya. "Ke taman ria bagaimana? Aku sudah lama tidak ke sana." Kata Luhan-hyung.
"Baiklah, ayo."
Aku menggenggem tangannya saat keluar dari cafe. Kenapa dadaku bergemuruh ya?
Sejenak aku berhenti berjalan sambil memegangi dadaku. "Kau kenapa?" Tanya Luhan-hyung, sepertinya ia khawatir. "Eng? Tidak. Ayo!"
(Sehun POV End)

Mereka hanya tertawa renyah di taman ria saat menaiki wahana yang tersedia. Sungguh menyenangkan.
"Sehun-ah! Ayo naik roller coaster! Kelihatannya seru. Lihat!" Kata Luhan sambil menunjuk wahana roller coaster itu. Terdengar teriakan ketakutan dari setiap orang yang sedang menaiki wahana itu, wajah merekapun terlihat pucat pasi.
'glek'
Sehun menelan ludahnya, apakah ia akan selamat saat menaiki wahana itu? Apakah ia akan turun dari wahana itu secara hidup-hidup? Sekelebat akibat buruk yang akan terjadi sedang dipikirkan Sehun saat ini.
"Sehun-ah! Apa kau takut?" Tanya Luhan dengan sedikit mengejek.
"T.. Tidak! Siapa takut! Ayo!" Sehun menarik lengan Luhan untuk mengituli setiap langkahnya.
'Ya Tuhan, aku mohon selamatkan aku!' Do'a Sehun dalam hati. Sesungguhnya ia sangat takut naik roller coaster. Karena dulu ia pernah melihat berita ada seorang remaja jatuh dari roller coaster dan meninggal di tempat. Benar-benar mimpi buruk bagi Sehun.
"Seru ya? ayo naik lagi!" Kata Luhan sambil menarik lengan Sehun yang duduk di kursi kayu. Tapi Sehun menahannya.
"Cukup hyung! Jantungku tadi mau copot saat kita naik wahana itu. Aku tidak mau!" Kata Sehun dengan wajah pucat setelah keluar dari wahana roller coaster.
Luhan menahan tawanya di depan sehun. "Lalu, sekarang kita mau naik apa?" Tanya Luhan.
"Terserah! Asal tidak dapat membunuhku seperti tadi."
"Kalau kincir ria bagaimana?" Tanya Luhan dengan wajah sumringah.
"Terserah kau lah, hyung."

"Huwaaa! Keren! Kau lihat itu Sehun-ah? Indah bukan?" Luhan terlihat sangat bahagia saat melihat pemandangan matahari terbenam dari atas kincir ria.
"Hmm.."
"Aku ingin melihat ini selamanya."
"Tentu, hyung." Lalu merekapun larut dalam pikiran masing-masing. Cukup lama mereka saling diam, sampai tiba waktunya untuk turun.
"Hyung, ayo turun." Kata Sehun pelan. Kemudian disertai anggukan dari Luhan.
"Sehun-ah!"
"Ne?" Jawab Sehun sambil menoleh ke arah Luhan. "Terima kasih atas hari ini. Aku sangat senang." Kata Luhan dengan sangat pelan, namun Sehun dapat mendengarnya dengan jelas.
"Tentu, hyung."
Tiba-tiba Luhan menyentuh pipi Sehun dengan jari telunjuknya. Sontak Sehun kaget, dadanya berdegup kencang.
"Ingatlah untuk selalu melukis senyuman di sini. Meskipun di sini kadang terasa sakit." Luhan beralih menunjuk dada bidang Sehun.
Perasaan Sehun saat ini tidak karuan. "Ah iya! Aku pulang dulu ya? Sudah malam." Kata Luhan berjalan menjauhi Sehun yang hasih mematung.
"Perlu aku antar hyung?"
"Tidak perlu, aku bisa jaga diri. Bye!" Bayangan Luhanpun semakin menjauh.

"Yak! Aku sedang serius Kim Jongin! Kenapa kau malah menggodaku sih? Menyebalkan!" Kata Sehun kesal saat sahabatnya, Jongin menggodanya.
Jongin tertawa penuh kepuasaan saat Sehun kesal padanya. "Maaf. Lagi pula tumben sekali kau menanyakanku perihal cinta. Apa kau sedang jatuh cinta Sehunnie?" Goda Jongin lagi.
"Sudahlah! Jawab saja pertanyaanku! Apa susahnya sih?" Kata Sehun kesal.
"Oke! Oke! Jadi begini, jika kau mencintai seseorang, kau tidak akan pernah berani menatap langsung pada matanya. Kalaupun kalian bertatapan dengan tidak sengaja, kau pasti akan merasa salah tingkah dan detak jantungmu tidak beraturan…" Sehun menyimak perkataan Jongin dengan serius.
"Lalu, jika kau melakukan skinship dengan orang yang kau sukai itu, sengaja ataupun tidak, kau juga merasakan bahwa jantungmu berdetak lebih cepat." Lanjut Jongin.
"Apa hanya itu?" Tanya Sehun dengan penasaran.
"Hmmm… Mungkin jika kau jatuh cinta pada orang itu, kau akan lebih pencemburu. Kau tau? Jika ia dengat dengan
temannya saja kau bisa cemburu. Tapi hanya itu saja yang kutahu."
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar