Title : So Tired to Loving You
Author : Nurul (Park Seul Ah)
Main Cast : Park Seul Ah (OC), Cho Kyuhyun ‘Super Junior’, Lee Donghae ‘Super Junior’, Park Neul Ra (OC)
Support Cast : Super Junior, Kim Chan Ra (OC)
Rating : All Ages
Genre : Sad, Rommance
Ps : Aku minta maaf ya
kalau ff ini ga seperti yang diharapkan tapi insyaallah lanjutannya
bakalan bagus dan seru jadi tunggu part selanjutnya aja ya! Aku juga
butuh comment kalian loh buat ngelanjutin FF ini pokoknya semua yang ada
dipikiran kalian tuangin (?) aja di comment ya! semoga suka deh sama FF
nista ku ini keke.
Disclaim : cerita ini semuanya asli dari pikiran aku loh jadi please don’t be a plagiator ^_^
***
Apa seperti ini rasanya patah hati? Apa
sesakit ini rasanya mencintai orang yang tak mungkin mencintai kita? Aku
tau, aku adalah orang yang paling bodoh. Orang yang bodoh karena
mencintai ‘dia’. Mencintai orang yang mungkin tidak tahu kalau aku ada
didunia ini dan menghirup udara yang sama dengannya. Sakit. Sangat sakit
melihat dia tersenyum kepada semua fans perempuannya, sakit karena aku
hanya bisa melihatnya dari jauh, sakit karena aku harus memendam
perasaan bodoh ini, sakit karena aku tau aku hanya menjadi seorang fans
baginya, dan sakit karena aku harus merasakan perasaan ini sendirian
karena aku tau ‘dia’ tak mungkin membalas perasaanku dan tak mungkin
merasakan apa yang kurasakan saat ini. It hurts. It hurts…
Aku memang berlebihan, terlalu berlebihan
malah tapi memang ini yang aku rasakan saat aku tau bahwa aku telah
jatuh cinta pada idolaku sendiri. CHO KYUHYUN. Ya dia itu adalah cho
kyuhyun, magnae dari sebuah boyband korea yang sangat terkenal yaitu
super junior. Haaah aku sudah berusaha untuk melupakannya dan membuang
perasaan ini jauh-jauh tapi… semuanya sia-sia, percuma karena satu kata
ini. Satu kata yang selalu diidam-idamkan orang agar bisa merasakannya,
satu kata yang ‘katanya’ bisa membuat hari-hari lebih indah jika kita
merasakannya. Tapi tidak bagiku, satu kata itu telah membuat aku
tersiksa, membuat aku menderita, dan membuat hidupku berubah karena
merasakannya. CINTA. Ya satu kata itu adalah cinta.
Mengapa aku bisa merasakan cinta yang
seperti ini? Mengapa diriku bisa terperangkap dalam cinta yang membuat
aku menderita? Bukankah cinta itu anugerah yang terindah, yang tuhan
berikan kepada kita? Tapi kenapa aku malah merasakan perih ini? Aku
ingin merasakan cinta yang indah, yang membuat aku tersenyum. Aku ingin
mempunyai cinta yang sama seperti yang orang lain rasakan. Aku lelah
jika harus terus-terusan mencintai. Aku juga ingin dicintai. Jika aku
mendapat sebuah pilihan, lebih baik aku dicintai oleh orang yang tidak
aku cintai daripada harus mencintai orang yang sama sekali tidak
mencintaiku, karena itu sangat menyakitkan. Aku sudah terlalu sering
menangis, membuang air mata ini dengan percuma karenanya. Aku ingin
berhenti. Aku ingin terbebas dari semua ini, tapi perasaan memang tak
bisa berbohong. Aku terlalu mencintainya. Aku terlalu mencintainya
sampai-sampai aku melupakan rasa sakit ini, rasa sakit yang teramat
sangat. Mungkin ini klise dan terlihat sangat bodoh, tapi… sungguh aku
mencintainya melebihi diriku sendiri.
“yaaaa!” teriak neul ra sambil melemparkan bantal kepadaku
“yaaa! Appo!” ucapku sambil mengelus kepalaku yang sakit. Haaaaah dia itu mengganggu saja!
“salah sendiri! Kenapa dari tadi
kerjaanmu melamun saja?! Memangnya aku disini Cuma mau melihat kau
melamun? Ya! Kita ini harus menyelesaikan tugas kim Songsaengnim
secepatnya! Apa kau mau kita tidak mendapat nilai?!”
“haish bisa tidak sih kau tidak berteriak
seperti itu? Kau pikir rumahku ini kebun binatang? Ne ne ne, apa yang
harus kulakukan sekarang?” tanyaku berjalan kearahnya
“sekarang cepat gambar ini dan setelah itu kau gunting!” neul ra menyerahkan setumpuk gambar dan kertas kearahku
Mwo?! dia menyuruhku menggambar? Dan..
what?! Apakah sebanyak ini yang harus ku gambar? dia kan tau aku tidak
bisa menggambar tapi kenapa malah memberikan tugas seperti ini kepadaku?
“yaa! Apalagi yang kau pikirkan? Cepat kerjakan!” omelnya
“ne” jawabku mulai menggoreskan pensil di
kertas. Haah dari pada dia ngomel-ngomel terus mending aku kerjakan
saja, yaa walaupun aku tak tau hasilnya akan seperti apa kekeke
Apa kalian tau? Aku sudah lelah dan bosan
berdebat dengannya. Dia itu park neul ra, sepupu sekaligus sahabatku.
Walaupun dia itu cerewet, sadis, kejam tapi jujur aku nyaman menjadi
sahabatnya dan bersyukur mempunyai sepupu seperti dia. Jika aku sedih,
dialah orang pertama yang menasehatiku, menghiburku. Haah dia selalu
bisa menghiburku makannya aku senang berteman dengannya.
“aigooo.. ya! Kenapa gambarmu seperti
cacing kepanasan? Apa kau bisa menggambar?! Haaah kau itu memang tidak
bisa diandalkan!” omelnya yang kini telah berada di sampingku
“ya! Kenapa kau terus memarahiku? Kau tau
sendiri kan aku paling tidak bisa menggambar? Tapi kenapa kau malah
menyerahkan tugas itu kepadaku?” ucapku membela diri
Hah enak saja dia memarahiku seperti itu, baru saja tadi aku puji-puji. Aku menyesal tadi memujinya!
“hahaha aku lupa kalau kau tidak bisa
menggambar. Setiap kau menggambar pasti hasilnya selalu abstrak tak
jelas gambar apa hahahaha dan lihat ini gambarmu hahaha” ejeknya sambil
tertawa
“ya! Sudah menyuruh, memarahi, sekarang
kau mengejek ku hah?! Tertawa lagi! ya cukup! Hentikan!” haaah enak
saja! sudah menyuruhku sekarang dia malah tertawa! Apakah sebahagia itu
bisa mengejekku hah?!
“yaaa!!! Berhenti tertawa kalau kau masih menyayangi nyawamu!”
“hahaha mian mian habis gambarmu lucu sih”
“haish!” aku memonyongkan bibirku, kesal melihat dia tertawa
“yasudah sini biar aku yang menggambar” dia mengambil kertas didepanku
“lalu aku?”
“kau yang mengguntingnya park seul ah sepupuku yang pabo”
“ya!” dia tertawa, menyebalkan -_-
Ah kenapa tidak dari tadi saja dia yang
menggambar dan aku yang menggunting? Kalau gitu kan aku tidak usah
mendengar ejekan dan tertawanya yang menyebalkan itu! Sepertinya dia
memang sengaja ingin mengejeku -_-
“haaah akhirnya selesai juga pekerjaan
kita! Aku ingin menonton tv” ucapnya sambil tiduran di ranjangku dengan
tangannya yang memegang remote. Huh enak sekali dia!
“heh! pekerjaanmu belum selesai! kita
masih harus membersihkan ini!” tunjuk ku ke sampah yang berserakan di
lantai tapi dia pura-pura tidak mendengar ucapanku dan matanya terfokus
pada tv didepannya
“kau saja yang membersihkannya, aku lelah!”
Mwo?! Apa yang dia bilang? Lelah?! Dia pikir dia saja yang lelah?! Aku juga lelah!
“ya! Kau pikir aku tidak lelah? Ayo cepat kau bersihkan!” ucapku sambil menarik-narik kakinya
“hei seul ah! Jangan tarik-tarik kakiku.
Ne aku akan membersihkannya” mendengar ucapannya aku langsung membanting
kakinya ke ranjangku
“ya! Pelan-pelan!” teriaknya. Hahaha biarkan saja, memang enak aku banting begitu haha
Ketika aku dan neul ra sedang
membersihkan sampah-sampah yang berserakan, tiba-tiba mataku tertuju
pada tv dikamarku. Aku melihatnya, aku melihatnya tersenyum dengan
seorang yeoja diampingnya. Ah aku lupa hari ini super junior kan tampil
di salah satu acara tv. Tapi siapa perempuan itu? Kenapa dia berada
disamping kyuhyun? Dan kenapa kyuhyun malu-malu menatap yeoja
disampingnya? Apa yeoja itu pacarnya? Setengah berlari aku mendekati tv
itu dan duduk di pinggir ranjangku sambil mendengarkan perkataannya.
Hatiku berdegup kencang, aku takut. Aku takut kalau yeoja disampingnya
itu adalah pacarnya.
Walaupun aku takut, aku tetap tersenyum
dan membuang pikiran-pikrian itu dikepalaku tapi seketika senyumku
hilang dan aku merasakan hatiku seperti teriris-iris pisau yang tajam.
Hatiku.. hatiku seperti ada yang menginjak-injak. Sakit. Sangat sakit
mendengar ia berkata ‘dia itu yeojachingu ku, aku sangat amat
mencintainya melebihi apapun, melebihi cintaku pada diriku sendiri.
Sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya walaupun dia sudah tak
mencintaiku. Ah neomu saranghae kim chan ra! Aku tak bisa hidup
tanpanya’ haaah tak terasa pipiku sudah basah terkena air mataku
sendiri. Aku menangis. Ini tangisanku yang ke .. ah aku tidak tau, yang
jelas aku menangis lagi karenanya. Dan ini, tangisan ini benar benar
membuat hatiku sesak. Aku sulit bernafas. Kini putus sudah semua
harapanku untuk bisa menjadi kekasihnya. Dia.. dia sudah memilih wanita
lain untuk mendampingi hidupnya. Aku memang tak pantas mendapatkan cinta
darinya. Aku memang harus begini. Aku akan tetap begini. Aku akan tetap
menjadi seorang fans walaupun hatiku meronta-ronta kesakitan.
“yaaa! Kau kenapa seul ah?” neul ra memeluku. Mungkin dia sadar bahwa aku menangis. Aku semakin terisak dalam pelukannya.
“kau kenapa?” tanya nya panik. Aku menggelengkan kepala
“sakit. Sakit neul ra. Neomu appa” ucapku
yang mungkin tak terdengar olehnya. Aku tak sanggup bicara. Suaraku,
hatiku, organ tubuhku seketika tidak berfungsi
“yaaa apa karena orang itu? Apa karena dia kau menangis lagi?” aku menggeleng mendengar pertanyaannya
“haaaaaah” desahnya sambil melepaskan pelukannya dan dia memegang erat pundaku.
“aku tau, kau menangisi dia lagi kan? mau
sampai kapan kau begini terus? Mau sampai kapan kau menangisi dia?
Apakah dia tau kalau kau menangis untuknya? Apakah dia peduli dengan
perasaanmu? Kenal saja tidak. Kau itu bodoh seul ah! Kau itu sudah
menyakiti dirimu sendiri!” aku menunduk mendengar ucapannya. Aku terdiam
karena semua ucapannya benar, aku memang bodoh. Aku memang bodoh!
“sudahlah jangan menangis lagi, arra?!” ucapnya tersenyum sambil tangannya mengusap air mata di pipiku
Aku mengangguk dan tersenyum walaupun itu
semua berbeda dengan apa yang kurasakan saat ini. Aku mencoba untuk
tetap tegar walaupun aku tau itu sangat sulit. Aku harus tersenyum, aku
harus tersenyum untuk orang-orang yang kusayangi termasuk neul ra.
***
Bunyi alarm membangunkanku,
membangunkanku dari mimpi buruk ku. Mimpi buruk yang mungkin akan selalu
kurasakan. Aku duduk di ranjang, kakiku menopang tangan dan daguku. Aku
menangis, ya aku menangis. Semalaman aku tidak bisa tidur, aku terus
menangis memikirkannya. Hatiku sakit. Entah sudah berapa kali kurasakan
sakit ini, rasa sakit ini muncul setiap aku mengingat wajahnya,
mengingat perkataannya. Aku sudah tidak tau harus berbuat apa untuk
menghilangakan rasa sakit ini. Aku mengeratkan tanganku pada kakiku, aku
terus menangis sampai sebuah suara menyadarkanku.
“sayang, apa kau sudah bangun?” tanya seseorang dibalik pintu
Suara itu.. aku rindu dengan suara itu.
Sudah berbulan-bulan aku tidak mendengar suara itu. Aku ingin
menjawabnya tapi kuurungkan niatku, aku ingin tau apa yang akan dia
katakan setelah dia meninggalkanku. Aku segera mengusap air mataku dan
kembali ke posisiku semula. Tidur. Berpura-pura tidur lebih tepatnya.
Jklek
Aku mendengar bunyi knop pintu dibuka dan aku melihat dibalik selimut pintu kamarku pun terbuka.
“haah ternyata kau belum bangun, eomma sangat rindu padamu seul ah” ucap eomma sambil tangannya membelai rambutku
Rindu? Eomma bilang rindu? Kalau eomma
rindu padaku kenapa eomma dan appa meninggalkanku disini sendirian?
Kemana janji kalian? Bukankah kalian bilang hanya pergi beberapa minggu?
Tapi ini.. ini sudah lebih dari kata beberapa minggu. haah bagi kalian
pekerjaan kan lebih penting daripada aku, makannya kalian lebih memilih
meninggalkanku sendirian di rumah sebesar ini.
“apa kau masih marah pada eomma dan appa seul ah? Kami seperti ini juga kan demi kebaikanmu juga”
Kebaikan? Apakah melihat aku yang kurang
kasih sayang dari kalian adalah kebaikan? Apakah dengan kalian yang
jarang di rumah, tidak pernah menemaniku belajar, tidak pernah
menanyakan ‘apakah aku baik-baik saja’ itu sebuah kebaikan untuk ku? Aku
kesepian eomma. Apakah kau tau bagaimana kesepiannya aku? setiap kali
aku mempunyai masalah, aku ingin menceritakan semuanya, aku ingin
berbagi semuanya denganmu eomma tapi kau kemana? Kau tak ada disampingku
kan?
Mataku panas, dan seketika
butiran-butiran air turun membasahi pipiku. Aku menangis, kali ini aku
menangis karena orang tuaku bukan karenanya. Aku sedih karena setiap aku
punya masalah mereka tidak ada disampingku, aku sedih karena mereka
sudah berbohong padaku, aku sedih karena mereka lebih mementingkan
pekerjaan perusahaan itu daripada menemaniku yang sedang merasakan sakit
ini.
#Flash Back#
“eomma, appa, apakah kalian akan
pergi lagi? apakah kalian akan meninggalkanku disini sendirian?” tanyaku
sewaktu eomma dan appa sedang membereskan barangnya.
“ne putriku, tapi kau tenang saja
eomma dan appa tak akan meninggalkanmu lama-lama kok. Mungkin hanya
beberapa minggu” aku cemberut mendengar ucapan appa
“jadi, kalau begitu berarti besok
kalian tidak akan hadir di acara pelepasanku dong? dan kalian tidak
mengambil ijazah ku disekolah?” tanyaku dengan nada sedih. Eomma
tersenyum kemudian mendekatiku.
“aigoo anak eomma. Kau kan sudah
besar, sudah dewasa jadi tak perlu kan eomma dan appa yang mengambil
ijazah mu?” ucap eomma sambil tangannya membelai rambutku
“ne, kau kan sudah besar seul ah.
Masa eomma dan appa harus menemanimu terus, kami kan juga ada pekerjaan
yang harus diselesaikan” kali ini appa yang bicara. Aku memang terbilang
anak yang manja, sangat manja malah kepada orang tuaku ini mungkin
karena aku anak satu-satunya dan dari kecil mereka selalu memanjakanku.
“tapi kan, teman-temanku yang lain pasti membawa orang tuanya ke sekolah” aku menunduk menahan tangis
“kau kan bisa meminta bibi mu itu yang menemani, neul ra juga sekolah disana kan?” jawab appa yang kini telah berada di pintu
“iya, nanti biar eomma yang minta tolong bibimu agar mengambilkan ijazah mu juga” ucap eomma yang sedang merapihkan bajunya
“tapi kan..”
“sudahlah, appa dan eomma sudah
terlambat. Kami pergi sekarang. Ingat jangan bertingkah sewaktu kami
pergi” ucap appa sebelum dia menaiki mobilnya
“eomma pergi” eomma menyusul appa
yang sudah duduk manis didalam mobil. Setelah eomma masuk ke mobil,
mereka pun pergi begitu saja.
Haah bahkan sekedar mengucapkan
selamat tinggal saja mereka lupa apalagi memeluk ku, mungkin memeluk ku
sebelum mereka pergi itu tidak ada di pikiran mereka. Air mataku jatuh.
Aku merasa, mereka sudah tidak peduli lagi padaku. Dulu, mereka selalu
menemaniku dan tak pernah meninggalkanku tapi sekarang? Meninggalkan ku,
meninggalkan rumah ini adalah hal biasa bagi mereka.
#Flash Back end#
Aku menutup mulut dengan tanganku ketika
aku mengingat kejadian itu. Aku tak mau eomma mendengar tangisku. Mereka
telah membohongiku, mereka bilang hanya beberapa minggu meninggalkanku
disini tapi nyatanya? Sudah berbulan-bulan mereka tak pernah pulang dan
baru sekarang ini mereka pulang.
“mianhae seul ah, mianhaeyo. Jeongmal
mianhaeyo karena eomma sudah meninggalkanmu sendirian disini. Eomma tau
kami bersalah padamu tapi jangan begini, jangan membuat eomma sedih.
Setiap eomma dan appa menelepon, kamu tak mau menjawabnya. Kamu
membuatku sedih seul ah” suaranya bergetar ketika mengucapkannya dan
kemudian aku mendengar isakan tangis. Apakah eomma menangis? Apakah
eomma menangis karena aku? ah aku memang anak yang berdosa
“eomma.. eomma juga tak ingin
meninggalkanmu disini tapi pekerjaan menuntut eomma untuk pergi. Eomma
kira kami hanya seminggu disana tapi karena ada suatu hal makannya eomma
lama di paris dan meninggalkanmu” ucap eomma disela-sela tangisnya. Ah
aku ingin memeluknya tapi aku masih kesal dengannya.
1 detik.. 2 detik.. 3 detik… 5 detik…
eomma masih saja menangis, aku ingin sekali memeluknya dan…dan.. berkata
bogoshipeoyo eomma tapi mulut dan tanganku tidak merespon apa yang ada
di hatiku sama sekali. Aku hanya bisa diam mendengar tangisnya.
**
“seul ah, apa kau akan berangkat kuliah?
Apa kau tak mau memeluk appa mu dulu?” langkahku terhenti ketika aku
mendengar suara appa dan kemudian aku menoleh ke tempat appa dan eomma
berada
“ania, aku sudah telat appa. Aku
berangkat” ucapku berbohong kepada appa dan eomma yang sedang sarapan.
Kulangkahkan kaki ku kembali yang tadi sempat terhenti dan dari sini aku
bisa mendengar appa menghela nafasnya, mungkin dia sedih atau marah
melihat sifatku ini.
Aku berjalan menuju halte bus dekat
rumahku. Hari ini aku putuskan untuk tidak membawa mobil karena dengan
perasaan yang seperti ini pasti aku tidak akan fokus mengendarai mobil
sendiri.
“haaah kenapa dari kemaren pikiranku
kacau seperti ini?” omelku pada diri sendiri. Sekarang aku sudah berada
di halte bus dan menunggu bus arah ke kampusku.
“kenapa bus nya lama sekali?” aku melirik
jam di tanganku. Ommoo… jam 6?! Kenapa aku berangkat sepagi ini? Kuliah
kan mulai jam 8. Aigoo pikiranku memang sedang kacau.
Aku melihat i-phone yang sedari tadi aku
pegang bersama tugas-tugas kim songsaengnim. Disana terpampang foto
kyuhyun yang menjadi wallpaper i-phone ku. Aku memasangkan earphone ke
telingaku dan dengan lincah tanganku mulai mencari-cari lagu yang akan
kudengarkan tapi… disana aku tak mendapati lagu apapun selain lagunya.
Ah aku tak mau mendengar suaranya kali ini karena dengan mendengar
suaranya itu malah membuat lukaku semakin parah.
Entah mendapat magnet dari mana tanganku
tiba-tiba saja membuka gallery photo yang bertuliskan ‘napeun namja’
disana banyak sekali foto kyuhyun, beratus-ratus bahkan beribu-ribu
fotonya ada di i-phone ku. Aku terdiam. Aku kembali teringat akan
ucapannya.
Dia yeojachinguku
Aku mencintainya, Sangat mencintainya
Aku mencintainya melebihi diriku sendiri
Aku tak bisa hidup tanpanya
Sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya
Pipiku basah. Haah aku benci saat seperti
ini. Karena saat seperti ini aku terlihat sangat lemah. aku sangat
lemah karena mencintainya. Aku menutup wajahku dengan tanganku, aku tak
mau orang lain melihatku yang seperti ini. Aku tak mau orang lain merasa
kasihan kepadaku.
“kenapa aku cengeng seperti ini? Hanya
karena dia aku begini” gumamku yang nyaris tak terdengar. Aku mengusap
air mataku kemudian menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. saat
itu juga bus yang akan mengantarku datang dan aku segera berjalan
menuju bus itu.
Untung hanya ada beberapa orang saja di
dalam bus jadi tak akan ada yang tau jika aku menangis disini. Kemudian
aku berjalan mencari kursi yang nyaman dan akhirnya aku duduk di kursi
paling belakang. Ketika aku lewat, tanpa sengaja aku melihat seseorang
yang aneh (menurutku) karena didalam bus seperti ini dia memakai jaket
tebal,topi,masker,dan syal yang iya gantungkan dileher sampai-sampai
semua bagian wajahnya tak terlihat sama sekali kecuali matanya. Ah
biarkan sajalah, aku juga tak mengenalnya ini dan segera kupalingkan
wajahku ke kanan sehingga aku bisa melihat suasana pagi kota seoul.
Kusanggah tanganku yang menopang daguku
pada pinggiran kaca, aku menangis lagi. sepanjang perjalanan aku terus
menangis. Tetapi ketika aku menangis, aku merasa ada yang janggal.
Seperti ada yang memperhatikanku, aku menghapus air mataku dan menengok
ke kiri. Ah benar saja dia (orang aneh itu) sedang memperhatikanku
tetapi ketika aku melihatnya, dia cepat-cepat memalingkan wajahnya.
‘dasar aneh’ pekikku dalam hati
continue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar