1. Author : AF
2. Judul : I’m your slave!
3. Kategori: NC 21, Yadong, Chapter
4. Cast:
Cho Kyuhyun
Park Cheryl
Sepertinya ini adalah part terakhir, mengingat masa liburan author yang juga berakhir. Happy reading^^
———-
Cheryl POV
Ini sudah hampir 10 bulan, namun kedua babyku masih belum ingin
keluar dari kandangnya(?) Padahal Kyuhyun sudah mengambil cuti sejak 2
minggu lalu. Aku terus membujuknya untuk pergi kerja saja, namun Appa
sendiri yang menyuruhnya menjagaku sampai melahirkan. Perusahaannya
diambil alih oleh orang kepercayaan Appa yang lain. Setiap haripun kami
hanya bermalas-malasan, saling bercanda dan melakukan hal bodoh.
Keluarga Kyuhyun hampir tiap hari kesini, eomma juga sudah membelikan
banyak baju bayi untuk namja dan yeoja, karena kamipun masih belum tahu
isi didalam perutku berkelamin seperti apa(?) Sedangkan aku sendiri
belum sempat membeli semua itu, toh sudah ada yang membelikannya
sukarela.
Siang ini aku memainkan mobil-mobilan kecil yang dibelikan Kyuhyun
beberapa hari lalu, aku yang memintanya. Aku berharap salah satu dari
mereka adalah namja. Kumainkan benda itu dipermukaan perutku sambil
duduk santai di sofa ruang tamu, “Nguuung, nguuuuuunggg..”
Tiba-tiba kurasakan sofa yang kududuki basah. “Kyuuuu??”
“Neeeee??” Teriaknya dari halaman.
“Aku sedang ngompol atauuuu???!!!” Teriakku sedikit panik. Air ketubanku pecah.
“Ataaaauuuuu???!”
“BabyKyu akan keluaaaaaarrrrrr!!!” Jeritku sambil berusaha berdiri.
Ia langsung berlari kearah kamar dan menggambil perlengkapanku –yang
sudah kusiapkan sejak lama- dan menuntunku terburu kearah mobil. “Tahan
chagiya, tahaaan..” Paniknya sambil menyetir. Aku terus menggigit bibir
bawahku, mereka menendang keras sekalii >,<
—
“Tidak bolehkah aku mengeluarkannya sekarang??!” Teriakku entah
kepada siapa, Kyuhyun sedang mengurus administrasi, namun eomma
menenangkan, “Dokternya sedang menuju kesini, tahan sebentar,,”
“Akhh atau mungkin spinal tap??!!” Aku terus berteriak sambil
memondar-mandirkan badanku dan memegang pinggangku, tubuhku yang sudah
berbalut baju rumah sakit ini tak bisa berhenti bergerak, karena jika
aku diam bayiku terus menendang. Mungkin nantinya mereka akan menjadi
pemain bola.
“Mereka suka mendengar pasiennya tersiksa dan berteriak-“ Ahra nuna ikut panik.
“Akkkkh!!!!” Jeritku tak tertahankan lagi.
Disinilah aku, berusaha mengeluarkan 2 nyawa didalam perutku. Sebelum
mataku terpejam untuk meredam sakitku, kupandangi orang-orang
disekitarku sekilas. Kyuhyun menggenggam tangan kiriku, ada ahra nuna
dan eomma, beberapa suster, seorang dokter, “Akkkkhhhhhhhh…”
“….yeoja, dia seorang yeoja!”
Tangisannya membuatku menitikkan air mata karena bahagia, perih,
terharu… “Satu lagi sayang, ayooo!!” Kyuhyun begitu menyemangatiku. Tapi
mataku sangat ingin terpejam, kepalaku berat sekali ingin rasanya aku
tidur. Selanjutnya, semuanya menjadi gelap.
—
“Terus dorong, doroooong,”
“Jangan berhenti mendorong, buka matamu..”
“Aaaakkhhhhhhh!!”
“Selamat tuan Park, anak Anda seorang yeoja..” Ini di ruang operasi.
Dari balik pintu berlapiskan kaca kecil, kulihat seorang bapak-bapak
memandangi seorang bayi yang digendong oleh suster. Dia menangis. Kakiku
terdorong untuk masuk kedalam ruangan ini entah mengapa, lalu saat
kubuka pintunya..
“Appa, tangkap ini!”
“Hap! Nappeun yeoja! Awas ya, aku akan mengejarmu!” Kulihat seorang
ahjussi terkena lemparan bola anak perempuannya di perutnya. Mereka
sedang berada di taman. Siapa..? Anakku kah?
Ada seorang ibu muda duduk di bangku taman, “Sudah, sudah, bagaimana
jika kita pulang? Sudah sore..” Eomma? Appa?? Dan itu aku???
Aku mengerjap cepat didalam mimpiku, kulihat seorang yeoja berbalut
seragam SMA, berjalan ke sebuah rumah mewah. Ah, rumah kediaman Cho. Dia
memasuki rumah, entah bagaimana caranya akupun selalu dibelakangnya.
Lalu ia mendekati sebuah peti dan menangis, aku tak bisa mendengarkan
percakapan mereka meskipun bisa kulihat jelas mulut mereka menggumamkan
sesuatu.
Namja itu! Cho Kyuhyun, suamiku! Menenangkan yeoja yang menangisi
sebuah peti, mengelus punggungnya dan terus menggumamkan sesuatu. Aku
ikut menangis..
Entah apa yang mendorongku untuk berbalik, aku melihat diriku sendiri
yang berusaha mengeluarkan buah hatiku dari samping. Tangisku semakin
deras saat kulihat baby yeoja yang menangis keras.. Namun kulihat lagi
raut muka mereka semua berubah, seiring aku yang merasa tubuhku
terhempas angin.
Aku ini apa sebenarnya..? Apakah aku akan menyusul appa dan eomma?
Mana Kyuhyun? Mana anakku yang satunya? Disini gelap! Kyuhyun tolong
akuuu, jaeball.. Aku terus berlari bingung mencari jalan keluar dan
kulihat setitik cahaya memancarkan harapan, sepertinya dekat, namun aku
berlari sekuat tenaga untuk meraihnya. Ternyata sangat jauh.
—
“Cheryl? CHERYYYLLL??” Mataku masih belum sepenuhnya terbuka namun aku sudah bisa mengetahui itu suara siapa.
Ada sesuatu di hidungku, selangnya menyambung hingga punggung tanganku, selang infus. Aku masih bingung.
“Cheryl?? Kau melihatku?? Kau bisa mendengarku???”
“Nggh.. K-kau.. Kauu..” Kulihat matanya memerah. Suamiku yang dingin dan manja, menangis.
“Akuuu?”
“Se-perti.. gelandangan..” Ucapku susah payah. Kerongkonganku kering.
Air matanya langsung jatuh dan menciumi tanganku yang ada infusnya,
“Syukurlah, terimakasih Tuhan..” Aku ikut tersenyum lemah, aku teringat
sesuatu. Kulihat, perutku kempis.
“Mana bayiku???” Tanyaku cepat.
“Ada di ruangan bayi, mereka semua normal dan sehat chagiya.. Yang
pertama seorang yeoja dan adiknya seorang namja!” Jawabnya sembari
menghapus air matanya sendiri.
“Chukae Tuan Cho..”
“Chukae Nyonya Cho.. Kau ingin melihatnya?? Mereka sangat indah..”
“Ne..” Ia menggendongku dan meletakkanku di kursi roda. Saat akan
keluar kamar, kulihat ahra nuna dan eomma tidur di tempat tidur pasien
sebelahku. Bibi dan pamanku ada di sofa tamu.
“Mereka bergantian menungguimu, sayang..” Seakan Kyuhyun dapat
mengerti kebingunganku. Sesungguhnya, sampai sekarangpun aku bingung.
Karena tidak ada bedanya aku yang sekarang dan tadi, namun rasanya masi
sangat lemah untuk bertanya.
Aku melihat kedua bayiku dari luar ruangan, “Yang itu yang namja, ia
sangat tampan, ne? Sepertiku??” Ia berkata dengan semangat namun nadanya
lemah. “Siapa namanya?”
“Molla.. Aku masih sibuk menungguimu koma.. 10 hari chagiya..” Ia beringsut berlutut di depanku.
“Kyu.. apakah ini nyata?”
“Mwoya?”
“Seperti ada sebuah film berputar di kepalaku.. Aku melihat diriku
sejak kecil hingga aku melahirkan.. Lalu semua menjadi benar-benar
gelap…”
“Aku sangat khawatir padamu, pernah kau menangis didalam komamu, kau tetap diam.”
“Aku.. masih hidup kan? Ini.. benar-benar kau kan?” Tanyaku tolol sambil berusaha meraih wajahnya.
“Ne, nae sarang.. Berjanjilah jangan tinggalkan aku lagi..”
“Aku berjanji untuk tidak meninggalkanmu, jika kau berjanji untuk tetap tinggal..”
“Ne, aku berjanji.”
Tak kami sadari, seorang suster yang berjaga didalam ruangan bayi
kami membuka pintu, “Tuan dan Nyonya Cho? Ingin melihat bayi kalian?”
“Ne,,” Kyuhyun mendorong lagi kursi rodaku hingga tepat diantara bayiku. “Anda mau menggendongnya??”
Aku mengangguk. Suster itu meletakkan bayi namja di pangkuanku dan ia
beranjak keluar, meninggalkan sebuah keluarga baru ini. “Annyeong..
Apakah tidurmu nyenyak? Kau kedinginan? Tadi sudah minum susu??” Aku
terus tersenyum dan menggumamkan kata-kata itu meski tahu bayiku belum
bisa apa-apa. Kuciumi pipinya. “Maaf aku tidak ada saat kau pertama kali
membuka mata, aku terus meninggalkanmu selama 10 hari..” Kuciumi lagi
pipinya yang satunya. Ia menggeliat dalam tidurnya, dan sedikit membuka
matanya yang masih sangat sipit. Kyuhyun menutupi samping matanya,
membiarkannya beradaptasi dengan cahaya.
“Lucu sekali, ne? Pipinya seperti pipiku yang selalu kau cubiti..”
Aku tertawa pelan, ingin sekali kucubit pipinya saat ini tapi mengingat
tanganku sedang menggendong bayi dan tersambung dengan selang infus.
—
Pukul 7 pagi ini, aku masih berkutat di dapur membuat sarapan untuk 2
nyawa, ah, 3 nyawa manja! Namja itu semakin manja, setiap pagi ia
menyuapi kedua anaknya bergantian dan aku menyuapinya! Tapi kuakui, aku
rindu saat-saat dia bersikap manja kepadaku, mengingat saat aku hamil
kemarin ia terus menjagaku.
“Cheryl-ah…..”
“Ne, sebentaaar…” Huh. Tidak sabaran sekali dia itu!
Kyuhyun POV
Kulihat istriku sudah membawa baki
penuh berisi sarapan kami, sejenak kuletakkan Cho Jina –baby yeoja-
kedalam kereta bayinya lagi. Kuraih semangkuk bubur biskuit yang sudah
dihancurkan itu dan menyuapkannya kepada kedua bocah kecil tak berambut
itu, yang sebelumnya kutiup dulu.
“Apakah terlalu panas? Enak tidak??” Mereka hanya mengunyah sambil
terus memandangi mainan diatas kepala mereka. “Yaa, katakan sesuatu.”
“Tuan Cho pabo, mereka masih berumur 2 bulan, belum bisa bicara!”
Gumam Cheryl sambil menyuapiku. “Kau tidak malu selalu kusuapi tiap pagi
seperti ini didepan anak-anakmu? Hah?”
Kusadari kedua bocah itu memandangi kami, “Kau diam saja, kau
mengganggu kontak batin antara Appa dan anaknya, Cho Cheryl!” Balasku
datar.
“Ya Cho Kyuhyun, bicaramu jangan keras-keras! Kau ingin bayi ini mengalami masalah pendengaran karenamu!”
“Kau sendiri!” Lalu Cho Jino –baby namja- tertawa, manis sekali,
matanya hanya tinggal segaris. Mungkin karena kontak batin antar anak
kembar, Cho Jina juga tertawa seperti adiknya.
“Mwo? Kau tertawa?? Neoumu kyeoptaa..” Tanggapku sambil meletakkan mangkuk itu dan mengelus pelan pipi kedua baby ku.
“Jadi kalian suka melihat Appa dan Eomma bertengkar? Nappeun baby..” Bisikku lirih di telinga keduanya.
“Tuan Cho, kapan kau berangkat? Sudah jam 8 kurang.”
“Aku malas beker-“ Belum sempat kuselesaikan kata-kataku, mata Cheryl
sudah berkilat-kilat siap menyambarku. “Arra, arra.. Jangan menatapku
seperti itu!”
Ia masuk kedalam rumah mendahuluiku yang sedang pamit kepada kedua
malaikat kecilku. Sekarang mereka alasan aku tetap bernafas setiap
harinya. Tanggung jawabku lebih besar saat ini, aku tak bisa berhenti
bersyukur karena Tuhan yang sangat baik mengirimkan Cheryl kepadaku. Ia
menghandle rumah tangga kami sangat baik.
“Nanti meetingnya selesai jam berapa?” Tanyanya sambil memakaikanku jas.
“Kurasa jam 3 sudah selesai, wae?”
“Eomma ingin bertemu cucunya, jadi nanti siang aku akan
mengantarkannya kerumahnya.” Aku mengangguk pelan dan membenarkan dasiku
sendiri, hingga Cheryl menarik tanganku dan membenarkan dasiku. Aku
memandanginya dari atas sini(?) Benar jika orang bilang, seorang yeoja
setelah melahirkan aura kewanitaannya akan terpancar *byuh bahasanya
author* ia cantik sekali! Ia juga mengurus tubuhnya dengan baik, sudah
langsing seperti sebelum hamil. Aku menggenggam lengannya yang polos
karena ia menggunakan baju tidur tanpa lengan, “Wae?”
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, “Jja! Sudah rapi, Tuan Cho..”
Cup! Aku menempelkan bibir kami. Aku tidak tahan melihat bibirnya
yang selalu merah basah. Ia selalu merapatkan atau membasahi bibirnya
sebelum berbicara. Rambut panjangnya selalu wangi, giginya rata, bulu
matanya lentik sekali without even trying. Aku tahu ia jarang berdandan, karena di meja rias kamar kami hanya ada bedak dan body lotion.
Kurasakan ia tersenyum diantara tempelan bibir kami, dan menarik
jasku mendekat. Aku mulai melumatnya lembut, mendorongnya ke dinding
terdekat. “Mmh, ngh,,” Desahnya tertahan diantara ciuman kami yang mulai
panas. Aku meremas rambutnya kasar sambil terus menggerak-gerakkan
kepalaku kekanan dan kekiri, terus menjilati seluruh bagian bibirnya.
Sampai akhirnya kudengar baby kami menangis -_-
“Opp, mmh, oppahh.. Oppah!” Dia melepas paksa tautan bibir kami.
“Cepat berangkat, hati-hati dijalan, ne.” Katanya cepat lalu mengecup
pipiku dan beranjak ke dekat kolam renang kami tempat baby cho dijemur.
Sepertinya mereka benar-benar tidak ingin kedua orang tuanya akur -_-
—
Cheryl POV
Tinggal memakaikan Jino kaos kaki
terakhirnya, jja! Kalian sudah tampan dan cantik! Aku meletakkan tas
bayiku dulu di mobil, lalu selanjutnya kugendong bayiku satu-satu
kedalam mobil di jok belakang, dan aku beralih ke depan setir. Ya, saat
awal aku hamil, untuk mengurangi rasa bosanku Ahra nuna memprivatku
mengendarai mobil. Aku terus melatihnya hampir tiap hari –hanya keliling
kompleks. Namun ini adalah mobil ketiga yang dibelikan suamiku, yang
pertama menabrak palang kompleks saat bersama Ahra nuna. Yang kedua
menabrak pagar rumahku sendiri saat aku akan mengeluarkan mobil.
Ahra nuna mengajariku banyak hal, untuk menjadi wanita berkelas dan
dihormati orang lain. Ia mengajarkanku cara berpakaian yang baik dan
sopan, cara jalan yang anggun, termasuk menguruskan badanku kemarin.
Jujur aku tidak diet, hanya memperbaiki gizi saja sehingga badanku cepat
kembali seperti semula.
Mobilku berhenti disebuah rumah mewah, pagar besarnya terbuka otomatis.
“Aaaa, cucu eomma sudah datang, sini-sini..” Sapa eomma kepada kedua
bayiku, aku diabaikan >,< Ia menggendong Jino dan Jina digendong
oleh seorang pembantu, tas bayiku dibawakan oleh pembantu yang lain
sebelum sempat aku mengeluarkannya dari bagasi.
Ahra nuna sempat menciumi mereka, lalu beranjak mendekatiku. “Eomma
tidak bisa menahan rindunya kepada cucunya, padahal baru seminggu yang
lalu, hahaa..”
“Ne, gwenchana..”
Aku mengikutinya ke dapur yang akan membuatkan minum untuk kami.
“Badanmu cepat sekali pulih, Cheryl-ah.. Kau mengikuti saranku dengan
baik!” Pujinya sambil memandangi badanku. Aku memang sedikit lebih
tinggi darinya. Aku hanya tersenyum canggung.
“Hari ini kau menganggur kan? Bagaimana jika kita kesalon bersama,
massage, creambath.. Aku agak gugup mengingat pernikahanku yang tinggal 3
minggu lagi.” Beliau masih berumur 26 tahun dan sebentar lagi akan
menikah dengan seorang temannya sejak kuliah di Amerika, lelaki itu
blasteran Amerika-Korea. Keren sekali!
“Ah, ne. Terserah nuna saja..” Dia hanya tersenyum sambil
mengaduk-aduk sirup untuk kami, dan beralih ke meja pantry duduk
didepanku.
“Kau bagaimana dengan Kyuhyun? Hmm??” Nadanya membuat bulu kudukku berdiri.
“A-apa maksud nuna?”
“Ituloooh..” Jawabnya menggantung. Namun segera kusadari apa
maksudnya lewat matanya yang menyeringai evil. Kenapa?? Karena persis
seperti mata evil Kyuhyun!
“Ah, aniyo. Semenjak mengetahui aku hamil, kami belum melakukannya hingga saat ini.”
“Ige mwoya? Badanmu sudah bagus begini! Jika aku namja, aku tidak
mungkin menahannya, Cheryl-ah!” Candanya tapi membuatku agak ilfeel -_-
“Ngh, masih ada bekas sesar diperutku, aku sendiri malas memandanginya sekalipun saat mandi.”
“Dia tidak akan memperdulikannya, dia pasti sudah kehilangan akalnya
saat melakukan itu.” Bingo! Tepat sekali! Aaah, sepertinya ahra nuna
sudah pernah melakukannya dengan namjachingunya, ia terlihat
professional. Lagian Kyuhyun itu sudah tampan, kaya lagi. Aku tidak akan
membiarkannya mencari penghiburan ditempat lain!
—
Rileks sekali sekujur tubuhku, setelah aku harus membawa 2 bocah
selama 9 bulan didalam perutku kemana-mana. Masih jam 4 sore,
kusempatkan mampir ke kantor Kyuhyun sambil membawakannya kopi starbucks
kesukaannya. Terakhir kali aku kesini setahun lalu, saat aku
mengantarkan berkas Kyuhyun yang ketinggalan, saat para pegawai berbisik
di belakangku.. Sekarang pun mereka masih berbisik, namun tidak
kuhiraukan lagi.
Ia masih disana, masih mengetikkan sesuatu di laptopnya sampai tidak
menyadari aku sudah dipersilahkan masuk oleh sekertarisnya, “Tuan Cho..”
Panggilku sambil berjalan mendekatinya dan merangkulnya manja dari
belakang.
“Hm? Eh? Kau disini?” Kagetnya langsung menolehkan kepalanya.
“Ne.. Maaf kalau aku mengganggu, kukira setelah rapat kau nganggur. Aku cuma membawakanmu kopi kesukaanmu,”
“Emh, kau kenapa harum sekali, hmh,, ” Sahutnya sambil mengendus-endus leher dalamku.
“Aku memang selalu harum! Kau saja yang mulai jarang menciumi leherku
lagi.” Kurasakan ia tertawa kecil di leherku dan meraihku duduk di
pangkuannya.
“Jadi kau ingin kucium? Hm?” Godanya didepan wajahku.
“Aniyoo..” Ujarku malu sambil menyembunyikan rona wajahku di pundaknya.
“Itu apa, Oppa?” Tanyaku melihat sesuatu di laptopnya. Seperti grafik.
“Oh, ini, perkembangan perusahaan yang kupegang. Disini ada sedikit
penurunan saat aku cuti kemarin, setelah itu kembali stabil dan 2 minggu
ini meningkat lagi.” Jelasnya sambil menunjuk-nunjuk didepan layar
laptopnya.
“Sepertinya malaikat kecil kita membawa keberuntungan, hahaa..” Aku ikut tertawa pelan, “Semoga begitu..”
“Jadi, kau ingin mengajakku kencan?” Tanyannya. Hm, pede sekali dia itu.
“Tidak, sebentar lagi aku akan menjemput baby cho.”
“Hm, biarkan saja mereka, eomma pasti juga tidak akan keberatan.” Belum sempat aku berkelit lagi, ia sudah menelpon eommanya.
“…..Ah tentu saja, sudah ya, aku sedang memandikan Jino, annyeong!” Putus orang diseberang sana. Kyuhyun menyeringai jahil.
“See?” Katanya kemudian lalu meletakkan iPhone nya kembali dimeja.
“Kajja, kita pergi saja,” Putusnya dan langsung menarik pinggangku.
—
Kami sedang jalan santai di bibir pantai. Pantai pertama kali kami
berkencan, makan malam pertama kami, malam pertama kami.. setahun lalu.
Tepat setahun lalu. Setahun lalu?? Kulepas tautan genggaman tangan kami,
kurogoh hpku di saku celanaku. Benar, hari ini!!
“I-ini sudah setahun kan??”
“Oh, kau mengingatnya?” Jawabnya santai. “Ne, tapikan kita sudah
menikah 6 bulan sebelumnya. Saat itu kau selalu memanggilku dengan,
‘tuan cho’”
“Hahaa, benar, kau memang selalu kupanggil begitu sejak kecil. Lagian
kau juga diam terus. Tidak pernah mengajak berbicara.” Kenangku sambil
terus berjalan disampingnya, kaki telanjang kami sesekali terkena ombak
yang mulai pasang.
“Kau sendiri juga diam saja. Tidak mau makan bersama, tidak mau tidur bersama, tidak mau mandi bersama..”
“Yang penting sekarang aku tidak sanggup pisah sedikitpun darimu, Tuan Cho.”
“Tentu, karena kau bulan dan aku bintangnya. Kau tidak bisa bersinar tanpa aku.”
“Hmm, benar..” Langkahku terhenti dan memegang kedua pipinya,
berjinjit sedikit dan mencium pipinya. Ia mendongakkanku dan menciumi
dahiku pelan, sangat pelan, sangat dalam, lalu kami berpelukan. Aku
mengelus punggungnya dengan lembut, begitupun ia. Nyaman sekali berada
di dekapannya. Aku tidak butuh namja sixpack atau berotot, bagiku
Kyuhyun yang berpostur biasa saja itu sudah mampu menghangatkanku.
Hingga kusadari, sedari tadi ia bukannya mengelus-elus punggungku,
tapi meraba-raba pengait braku -_- Jantungku berdebar keras, mungkin ini
saatnya. Aku harus melupakan rasa sakit di vaginaku yang sobek saat
melahirkan, juga jahitan di perutku yang masih rentan. “Nappeun yeobo..”
Ucapku sedikit mendesah tepat ditelinganya tepat disebelah kananku.
“Bogoshipoyo.. Aku rindu itu..” Jawabnya masih sambil memelukku dan
meraba-raba pengait braku. Kuraih bibirnya, mengajaknya berciuman panas,
kepala kami saling terdorong tidak ada yang mau mengalah. Tak kami
hiraukan air yang sudah sepinggang kami, kami semakin terdorong kearah
laut.
Disela ciuman panas kami, aku membuka kemejanya sembarang hingga
sobek dan membuangnya sembarang. Ia menuntun kakiku untuk melingkar di
pinggangnya. Tangan kirinya memegang pahaku, tangan kanannya menarik
–menyobek- kemejaku dari kerah hingga kebawah, dan membuangnya ke
belakangku. Laut lepas.
Ia menciumi leherku, menjilat-jilatnya, “Mmmhh, emmh..” Desahnya
sangat merdu. Kuraba tengkuk dan kepalanya, berusaha membangkitkan
gairahnya. “Ahh, ooh.. Oohhh..” Desahku sambil menggesekkan dadaku yang
masih berbalut bra dan dadanya yang polos.
Ia lantas menarik braku dari depan dengan kasar, langsung menciumi
belahan dadaku. “Ahh, ahh, ahhh..” Sudah lama aku tidak merasakan ini.
Kenikmatan duniawi.
Ia langsung menciumi daging payudaraku dan menggigitnya gemas, lalu
menggigit nipplesku yang sudah sangat tegang. Tangannya memegang paha
dan punggungku, mendekapku kuat sebelum kami terhempas ke laut sana
lebih jauh.
Aku memandanginya sekilas dari atas sini, ia mengenyot daging
payudaraku dengan nikmat. Dadaku memang agak besar karena menyusui si
kembar. Ia tidak menghisap putingku, kurasa ia sudah tahu akan ada
sesuatu yang asin keluar dari sana. Dengan terburu ia melepas celanaku
dan menghanyutkannya entah kemana, hingga aku hanya menggunakan
underwear saat ini. Ia masih terus memejamkan mata dan menjilat dadaku
saat ujung jarinya bermain sangat ahli dibawah sana, “Akkhhh..” Desahku
keras. Selama hamil aku memang sering mem-blowjob-kan dia, namun aku tak
mengijinkannya memuaskanku. Aku masih malu.
“Nngghh,, Ohh..” Jarinya menekan-nekan klitorisku yang sudah tegang,
sontak aku menaik turunkan badanku agar tubuh bagian bawah kami
bergesekan. Ia melepaskan dadaku dan memegang pahaku lagi, tangannya
yang satunya melepas celana dalamku dan memasukkan 2 jarinya, “Akkhhhh,
appo!” Jeritku tak sengaja.
“Appo?” Tanyanya. Sebenarnya iya. Tapi aku tidak boleh berhenti, kita tidak boleh berhenti, tidak sampai ia puas.
“Ngh, pelan saja, Kyu,,”
Ia mengocoknya pelan sambil menghisapi bahuku, aku mencengkran
punggungnya kuat. “Ahh, ahh, Ohhhh..” Setelah ia mendengar desahan
nikmatku, ia menambahkan 1 jarinya lagi dan mengeluar-masukkannya dengan
tempo sedang namun kuat.
“Kyu, akkhhuu, Akkkhhhh….” Klimaks. Nikmat sekali vaginaku yang masih
berkedut itu. Aku meraih tangannya dan mengemutnya didepan wajahnya. Ia
menciumi wajahku dan menjilatnya.
Aku menurunkan kakiku untuk membuka celananya, namun Kyuhyun menahan
pinggangku dan membiarkanku tetap berada di permukaan, aku melepas
celana kerjanya dengan cepat dan memelorotkannya. Aku langsung
mengocoknya cepat, aku tak ingin berlama-lama karena air semakin pasang
dan dingin. Kukocok sangat cepat, “Ahh, nikmathh, Cheryl-ahh,,”
“Ngghh, p-pali, ppalliwaaa, ahh..” Racaunya sambil mendongak.Uratnya
semakin jelas ditelapak tanganku. Aku menarik nafas panjang dan masuk
kedalam air, menghisap juniornya kuat. Aku tak mendengarnya mendesah
lagi, hingga spermanya masuk bersama dengan air laut yang asin namun aku
terus menghisapnya dan menjilatinya.
Aku bangkit lagi ke permukaan, ia memberiku kecupan hangat di bibirku
sambil mengarahkan juniornya ke vaginaku. Kugenggam tangannya yang
menggenggam juniornya, membantunya mencari vaginaku. Hingga itunya
menemukan anuku(?) dan menghentak keras, berusaha memasukkannya.
“Aahhhhh,” desahku saat itunya setengah masuk, air laut membuat
juniornya licin. Ia mencengkram pantatku dan aku refleks melingkarkan
kakiku di pinggangnya.
“Haahhh..” Desah kami bersamaan saat organ kami bercampur sempurna.
Hey, rasanya tidak begitu sakit karena kami melakukannya di air. Ia
terseyum sejenak padaku, membuat perih di vaginaku hilang, hanyut
terbawa air begitu saja.
Lalu aku mulai menggoyangkan pinggulku, merangsangnya. Aku mengecupi
lehernya keras, ia pun mengeluar masukkan juniornya dengan tempo sedang
sambil mengerang pelan di telingaku. Aku semakin memeluknya dan mendesah
tepat di telinganya, begitupun ia. Kami tidak mendesah dengan keras,
karena air yang sudah se dada menyulitkan kami bernafas dengan panjang.
Kurasakan ia menggenjotnya semakin menggila dan meremas salah satu
dadaku, akhirnya kami tenggelam. Kami berciuman didalam air hingga
akhirnya, “Nnngggghhhhhhh…….” Klimaks pula didalam air. Aku melihat
cairan putih itu sedikit keluar dari dalam vaginaku, terbawa ombak.
Ia melepas tautan bibir kami dan menggerakkan tangan kakinya meraih
permukaan, aku memeluk lehernya erat. “Haahh,, hosh, hosh..” Nafas kami
berdua terengah-engah begitu sampai di permukaan, kami tertawa keras,
entah karena apa. “Kau, hh, hebath, Cho Cheryl..” Pujinya sambil
membelai rambutku yang sangat basah. Kulihat daratan sangat jauh disana,
aku tidak bisa berenang >,<
Namun Kyuhyun terus mengayuhkan kaki dan tangannya hingga kami sampai
di daratan, ia terus menggendongku hingga menjatuhkan tubuhnya diatas
pasir sambil terengah-engah, mengatur nafas. Aku menggoyang pinggangku
sedikit dan menggigit nipplenya. “Ennghh, ooh,,” Erangnya.
Kyuhyun POV
Cheryl lantas bangkit dan menggenjotku
pelan lagi sambil membelai pipiku. Ia terlihat sangat cantik dari sini,
dibawah sinar bulan. Rambutnya yang basah menetes di dadanya, sangat
seksi. Aku mengusap-usap payudaranya dan meremas-remasnya.
Sementara Cheryl terus menaik-turunkan tubuhnya diatasku. Ia kuat
sekali! Aku sangat menikmati ini, berada di posisi bawah bisa membuatmu
lebih konsentrasi untuk klimaks. Hingga akhirnya, “Akkhh..” Desahnya
saat cairannya membasahi juniorku. Ia sangat mengerti, ia tahu aku belum
klimaks, ia tidak menikmati orgasmenya dan terus menggenjotku dan
hampir terjatuh, namun tangannya ia jejakkan di dadaku. Kubantu
menggoyangkan pinggangnya, “Nggh,, ahh,, aohh…” Desah kami bersamaan
saat juniorku menyentuh titik terdalamnya, “AAHhhhhhhhh..” Lenguhku
panjang. Resmi sudah ia ambruk diatasku.
Aku mengelus punggungnya yang basah sekali. Aku hendak menggendongnya
ke dalam villa, “Tungguuhh, hh, seben, hh tarrhh..” Katanya. Sepertinya
ia masih lelah. Kubiarkan sebentar hingga 10 menit-an dan kugendong
paksa ke villa. “Nanti kau masuk angin,”
Tak ada seorang pun di villa ini, hanya kami berdua. Aku
menggendongnya ke satu-satunya kamar di vila ini dan masuk kekamar
mandi. Sementara ia mulai menjejakkan kakinya lagi masih memegangi
bahuku, melepas kontak kami. Ia menggigit bibir bawahnya sambil
menunduk, “Appo?” Tanyaku. Ia menggeleng.
Kunyalakan shower agar membasahi tubuh kami yang penuh peluh dan pasir. Aku berlutut didepan vaginanya, mengelusnya pelan.
Cheryl POV
Aku membuka mataku melihatnya berlutut
didepan vaginaku dan menghembuskan nafasnya disana, membuatku
menggelinjang geli. “Ahh,, Sshh,, Kyu..”
Bibirnya mengecup bibir vaginaku dan seluruh permukaan vaginaku. Ia
menjulurkan lidahnya kesela-sela klitorisku, bergerak naik turun di
klitorisku yang agak lecet dan membengkak. Kedua tangannya melebarkan
kakiku yang agak merapat menahan sapuan lidahnya dibawah sana.
Ia memusatkan permainan lidahnya di klitorisku karena ia tahu
vaginaku pasti ngilu, ia menghisap klitorisku keras membuatku menjambak
rambutnya. “Sshh.. Kyyuu, oohhhh..” Tak ia pedulikan air shower yang
terus membasahi kami. “Arrgghh,, shhh..” Saat ia memasukkan lidahnya ke
lubangku.
Aku mengerang frustasi saat lidahnya yang semakin basah itu(?)
menggapai dinding vaginaku, semakin melesak kedalam. Kakiku melemas, aku
pasti sudah merosot jika ia tidak menahanku. Aku menggeleng-geleng
kekanan dan kekiri, sesuatu yang tidak keluar selama berbulan-bulan
akhirnya “Akkkkhhhhhh….” Keluar. Nikmat. Ia masih menjilat-jilat sisa
orgasmeku. Dadaku naik turun namun ia masih menjilat-jilat vaginaku
dibawah sana. Aku tidak berani menolaknya atau menghentikannya saat
bercinta, makanya aku diam saja. Namun sepertinya ia mengerti dan segera
bangkit. Menyabuniku dengan cepat dan membilasku dibawah shower lagi.
“Kau keringkan badanmu dulu, sudah ada baju diatas tempat tidur.”
Bisiknya. Aku keluar kamar mandi dengan handuk minim dan benar saja
sudah ada baju disana. Piyama kotak-kotak yang persis juga seperti milik
Kyuhyun. ‘semoga kalian senang!’ tulisan di kertas itu. Siapa???
FLASHBACK
Kyuhyun POV
Kulihat jam di ruanganku, aku baru
saja selesai meeting. Setengah 4. Saat aku akan membuka laptop, iPhoneku
bordering. Ahra Nuna.
“Yoboseyo.. Saeng, kau sedang sibuk??” Sapanya. Jujur aku masih agak lelah dan malas mengobrol dengannya.
“Aniyo, ada apa nuna?”
“Aku baru saja bertemu dengan Cheryl, dia sudah kusuruh ke tempat kerjamu, mungkin sedang diperjalanan.”
“Mwoya??” Tanyaku. Biasanya Cheryl selalu tidak mau kesini.
“Yaa, Kyuu, aku sudah tahu kau tidak pernah melakukan ‘itu’ lagi kan
dengannya. Malam ini kau ada kesempatan, nanti kau pura-pura telpon
eomma didepan Cheryl agar mau dititipi anakmu. Lagian eomma pasti tidak
keberatan, ia juga kesepian karena appa sedang keluar negeri..” Jelasnya
panjang lebar. Aku yang awalnya lemas langsung bangkit kembali(?)
“Nuna, tapi.. dia.. aku masih kasihan padanya, anunya pasti masih sakit..” Jelasku agak ragu, kuharap nuna mempunyai solusinya.
“Ngh, bagaimana kalau kau melakukannya didalam air?? Mungkin akan mengurangi sedikit rasa sakitnya.”
“Hm? Tapi dimana?? Masa dikamar mandi?” Tanyaku cepat. Nuna terdiam,
sepertinya ia juga sedang berpikir. Namun aku teringat suatu tempat,
“Ah! Aku tau dimana!” Aku memberitahukan alamatnya pada nuna dan
memintanya mengirimkan baju ganti untuk kami, karena sepertinya nanti
malam kami akan ‘basah’.
FIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar