Pengikut

Rabu, 03 Oktober 2012

I’m Your Slave! (part 4 – END)

1. Author : AF
2. Judul : I’m your slave!
3. Kategori: NC 21Yadong, Chapter

4. Cast:
Cho Kyuhyun
Park Cheryl
Sepertinya ini adalah part terakhir, mengingat masa liburan author yang juga berakhir. Happy reading^^
———-


Cheryl POV
Ini sudah hampir 10 bulan, namun kedua babyku masih belum ingin keluar dari kandangnya(?) Padahal Kyuhyun sudah mengambil cuti sejak 2 minggu lalu. Aku terus membujuknya untuk pergi kerja saja, namun Appa sendiri yang menyuruhnya menjagaku sampai melahirkan. Perusahaannya diambil alih oleh orang kepercayaan Appa yang lain. Setiap haripun kami hanya bermalas-malasan, saling bercanda dan melakukan hal bodoh.
Keluarga Kyuhyun hampir tiap hari kesini, eomma juga sudah membelikan banyak baju bayi untuk namja dan yeoja, karena kamipun masih belum tahu isi didalam perutku berkelamin seperti apa(?) Sedangkan aku sendiri belum sempat membeli semua itu, toh sudah ada yang membelikannya sukarela.
Siang ini aku memainkan mobil-mobilan kecil yang dibelikan Kyuhyun beberapa hari lalu, aku yang memintanya. Aku berharap salah satu dari mereka adalah namja. Kumainkan benda itu dipermukaan perutku sambil duduk santai di sofa ruang tamu, “Nguuung, nguuuuuunggg..”
Tiba-tiba kurasakan sofa yang kududuki basah. “Kyuuuu??”
“Neeeee??” Teriaknya dari halaman.
“Aku sedang ngompol atauuuu???!!!” Teriakku sedikit panik. Air ketubanku pecah.
“Ataaaauuuuu???!”
“BabyKyu akan keluaaaaaarrrrrr!!!” Jeritku sambil berusaha berdiri. Ia langsung berlari kearah kamar dan menggambil perlengkapanku –yang sudah kusiapkan sejak lama- dan menuntunku terburu kearah mobil. “Tahan chagiya, tahaaan..” Paniknya sambil menyetir. Aku terus menggigit bibir bawahku, mereka menendang keras sekalii >,<

“Tidak bolehkah aku mengeluarkannya sekarang??!” Teriakku entah kepada siapa, Kyuhyun sedang mengurus administrasi, namun eomma menenangkan, “Dokternya sedang menuju kesini, tahan sebentar,,”
“Akhh atau mungkin spinal tap??!!” Aku terus berteriak sambil memondar-mandirkan badanku dan memegang pinggangku, tubuhku yang sudah berbalut baju rumah sakit ini tak bisa berhenti bergerak, karena jika aku diam bayiku terus menendang. Mungkin nantinya mereka akan menjadi pemain bola.
“Mereka suka mendengar pasiennya tersiksa dan berteriak-“ Ahra nuna ikut panik.
“Akkkkh!!!!” Jeritku tak tertahankan lagi.
Disinilah aku, berusaha mengeluarkan 2 nyawa didalam perutku. Sebelum mataku terpejam untuk meredam sakitku, kupandangi orang-orang disekitarku sekilas. Kyuhyun menggenggam tangan kiriku, ada ahra nuna dan eomma, beberapa suster, seorang dokter, “Akkkkhhhhhhhh…”
“….yeoja, dia seorang yeoja!”
Tangisannya membuatku menitikkan air mata karena bahagia, perih, terharu… “Satu lagi sayang, ayooo!!” Kyuhyun begitu menyemangatiku. Tapi mataku sangat ingin terpejam, kepalaku berat sekali ingin rasanya aku tidur. Selanjutnya, semuanya menjadi gelap.

“Terus dorong, doroooong,”
“Jangan berhenti mendorong, buka matamu..”
“Aaaakkhhhhhhh!!”
“Selamat tuan Park, anak Anda seorang yeoja..” Ini di ruang operasi. Dari balik pintu berlapiskan kaca kecil, kulihat seorang bapak-bapak memandangi seorang bayi yang digendong oleh suster. Dia menangis. Kakiku terdorong untuk masuk kedalam ruangan ini entah mengapa, lalu saat kubuka pintunya..
“Appa, tangkap ini!”
“Hap! Nappeun yeoja! Awas ya, aku akan mengejarmu!” Kulihat seorang ahjussi terkena lemparan bola anak perempuannya di perutnya. Mereka sedang berada di taman. Siapa..? Anakku kah?
Ada seorang ibu muda duduk di bangku taman, “Sudah, sudah, bagaimana jika kita pulang? Sudah sore..” Eomma? Appa?? Dan itu aku???
Aku mengerjap cepat didalam mimpiku, kulihat seorang yeoja berbalut seragam SMA, berjalan ke sebuah rumah mewah. Ah, rumah kediaman Cho. Dia memasuki rumah, entah bagaimana caranya akupun selalu dibelakangnya. Lalu ia mendekati sebuah peti dan menangis, aku tak bisa mendengarkan percakapan mereka meskipun bisa kulihat jelas mulut mereka menggumamkan sesuatu.
Namja itu! Cho Kyuhyun, suamiku! Menenangkan yeoja yang menangisi sebuah peti, mengelus punggungnya dan terus menggumamkan sesuatu. Aku ikut menangis..
Entah apa yang mendorongku untuk berbalik, aku melihat diriku sendiri yang berusaha mengeluarkan buah hatiku dari samping. Tangisku semakin deras saat kulihat baby yeoja yang menangis keras.. Namun kulihat lagi raut muka mereka semua berubah, seiring aku yang merasa tubuhku terhempas angin.
Aku ini apa sebenarnya..? Apakah aku akan menyusul appa dan eomma? Mana Kyuhyun? Mana anakku yang satunya? Disini gelap! Kyuhyun tolong akuuu, jaeball.. Aku terus berlari bingung mencari jalan keluar dan kulihat setitik cahaya memancarkan harapan, sepertinya dekat, namun aku berlari sekuat tenaga untuk meraihnya. Ternyata sangat jauh.

“Cheryl? CHERYYYLLL??” Mataku masih belum sepenuhnya terbuka namun aku sudah bisa mengetahui itu suara siapa.
Ada sesuatu di hidungku, selangnya menyambung hingga punggung tanganku, selang infus. Aku masih bingung.
“Cheryl?? Kau melihatku?? Kau bisa mendengarku???”
“Nggh.. K-kau.. Kauu..” Kulihat matanya memerah. Suamiku yang dingin dan manja, menangis.
“Akuuu?”
“Se-perti.. gelandangan..” Ucapku susah payah. Kerongkonganku kering. Air matanya langsung jatuh dan menciumi tanganku yang ada infusnya, “Syukurlah, terimakasih Tuhan..” Aku ikut tersenyum lemah, aku teringat sesuatu. Kulihat, perutku kempis.
“Mana bayiku???” Tanyaku cepat.
“Ada di ruangan bayi, mereka semua normal dan sehat chagiya.. Yang pertama seorang yeoja dan adiknya seorang namja!” Jawabnya sembari menghapus air matanya sendiri.
“Chukae Tuan Cho..”
“Chukae Nyonya Cho.. Kau ingin melihatnya?? Mereka sangat indah..”
“Ne..” Ia menggendongku dan meletakkanku di kursi roda. Saat akan keluar kamar, kulihat ahra nuna dan eomma tidur di tempat tidur pasien sebelahku. Bibi dan pamanku ada di sofa tamu.
“Mereka bergantian menungguimu, sayang..” Seakan Kyuhyun dapat mengerti kebingunganku. Sesungguhnya, sampai sekarangpun aku bingung. Karena tidak ada bedanya aku yang sekarang dan tadi, namun rasanya masi sangat lemah untuk bertanya.
Aku melihat kedua bayiku dari luar ruangan, “Yang itu yang namja, ia sangat tampan, ne? Sepertiku??” Ia berkata dengan semangat namun nadanya lemah. “Siapa namanya?”
“Molla.. Aku masih sibuk menungguimu koma.. 10 hari chagiya..” Ia beringsut berlutut di depanku.
“Kyu.. apakah ini nyata?”
“Mwoya?”
“Seperti ada sebuah film berputar di kepalaku.. Aku melihat diriku sejak kecil hingga aku melahirkan.. Lalu semua menjadi benar-benar gelap…”
“Aku sangat khawatir padamu, pernah kau menangis didalam komamu, kau tetap diam.”
“Aku.. masih hidup kan? Ini.. benar-benar kau kan?” Tanyaku tolol sambil berusaha meraih wajahnya.
“Ne, nae sarang.. Berjanjilah jangan tinggalkan aku lagi..”
“Aku berjanji untuk tidak meninggalkanmu, jika kau berjanji untuk tetap tinggal..”
“Ne, aku berjanji.”
Tak kami sadari, seorang suster yang berjaga didalam ruangan bayi kami membuka pintu, “Tuan dan Nyonya Cho? Ingin melihat bayi kalian?”
“Ne,,” Kyuhyun mendorong lagi kursi rodaku hingga tepat diantara bayiku. “Anda mau menggendongnya??”
Aku mengangguk. Suster itu meletakkan bayi namja di pangkuanku dan ia beranjak keluar, meninggalkan sebuah keluarga baru ini. “Annyeong.. Apakah tidurmu nyenyak? Kau kedinginan? Tadi sudah minum susu??” Aku terus tersenyum dan menggumamkan kata-kata itu meski tahu bayiku belum bisa apa-apa. Kuciumi pipinya. “Maaf aku tidak ada saat kau pertama kali membuka mata, aku terus meninggalkanmu selama 10 hari..” Kuciumi lagi pipinya yang satunya. Ia menggeliat dalam tidurnya, dan sedikit membuka matanya yang masih sangat sipit. Kyuhyun menutupi samping matanya, membiarkannya beradaptasi dengan cahaya.
“Lucu sekali, ne? Pipinya seperti pipiku yang selalu kau cubiti..” Aku tertawa pelan, ingin sekali kucubit pipinya saat ini tapi mengingat tanganku sedang menggendong bayi dan tersambung dengan selang infus.

Pukul 7 pagi ini, aku masih berkutat di dapur membuat sarapan untuk 2 nyawa, ah, 3 nyawa manja! Namja itu semakin manja, setiap pagi ia menyuapi kedua anaknya bergantian dan aku menyuapinya! Tapi kuakui, aku rindu saat-saat dia bersikap manja kepadaku, mengingat saat aku hamil kemarin ia terus menjagaku.
“Cheryl-ah…..”
“Ne, sebentaaar…” Huh. Tidak sabaran sekali dia itu!
Kyuhyun POV
              Kulihat istriku sudah membawa baki penuh berisi sarapan kami, sejenak kuletakkan Cho Jina –baby yeoja- kedalam kereta bayinya lagi. Kuraih semangkuk bubur biskuit yang sudah dihancurkan itu dan menyuapkannya kepada kedua bocah kecil tak berambut itu, yang sebelumnya kutiup dulu.
“Apakah terlalu panas? Enak tidak??” Mereka hanya mengunyah sambil terus memandangi mainan diatas kepala mereka. “Yaa, katakan sesuatu.”
“Tuan Cho pabo, mereka masih berumur 2 bulan, belum bisa bicara!” Gumam Cheryl sambil menyuapiku. “Kau tidak malu selalu kusuapi tiap pagi seperti ini didepan anak-anakmu? Hah?”
Kusadari kedua bocah itu memandangi kami, “Kau diam saja, kau mengganggu kontak batin antara Appa dan anaknya, Cho Cheryl!” Balasku datar.
“Ya Cho Kyuhyun, bicaramu jangan keras-keras! Kau ingin bayi ini mengalami masalah pendengaran karenamu!”
“Kau sendiri!” Lalu Cho Jino –baby namja- tertawa, manis sekali, matanya hanya tinggal segaris. Mungkin karena kontak batin antar anak kembar, Cho Jina juga tertawa seperti adiknya.
“Mwo? Kau tertawa?? Neoumu kyeoptaa..” Tanggapku sambil meletakkan mangkuk itu dan mengelus pelan pipi kedua baby ku.
“Jadi kalian suka melihat Appa dan Eomma bertengkar? Nappeun baby..” Bisikku lirih di telinga keduanya.
“Tuan Cho, kapan kau berangkat? Sudah jam 8 kurang.”
“Aku malas beker-“ Belum sempat kuselesaikan kata-kataku, mata Cheryl sudah berkilat-kilat siap menyambarku. “Arra, arra.. Jangan menatapku seperti itu!”
Ia masuk kedalam rumah mendahuluiku yang sedang pamit kepada kedua malaikat kecilku. Sekarang mereka alasan aku tetap bernafas setiap harinya. Tanggung jawabku lebih besar saat ini, aku tak bisa berhenti bersyukur karena Tuhan yang sangat baik mengirimkan Cheryl kepadaku. Ia menghandle rumah tangga kami sangat baik.
“Nanti meetingnya selesai jam berapa?” Tanyanya sambil memakaikanku jas.
“Kurasa jam 3 sudah selesai, wae?”
“Eomma ingin bertemu cucunya, jadi nanti siang aku akan mengantarkannya kerumahnya.” Aku mengangguk pelan dan membenarkan dasiku sendiri, hingga Cheryl menarik tanganku dan membenarkan dasiku. Aku memandanginya dari atas sini(?) Benar jika orang bilang, seorang yeoja setelah melahirkan aura kewanitaannya akan terpancar *byuh bahasanya author* ia cantik sekali! Ia juga mengurus tubuhnya dengan baik, sudah langsing seperti sebelum hamil. Aku menggenggam lengannya yang polos karena ia menggunakan baju tidur tanpa lengan, “Wae?”
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, “Jja! Sudah rapi, Tuan Cho..”
Cup! Aku menempelkan bibir kami. Aku tidak tahan melihat bibirnya yang selalu merah basah. Ia selalu merapatkan atau membasahi bibirnya sebelum berbicara. Rambut panjangnya selalu wangi, giginya rata, bulu matanya lentik sekali without even trying. Aku tahu ia jarang berdandan, karena di meja rias kamar kami hanya ada bedak dan body lotion.
Kurasakan ia tersenyum diantara tempelan bibir kami, dan menarik jasku mendekat. Aku mulai melumatnya lembut, mendorongnya ke dinding terdekat. “Mmh, ngh,,” Desahnya tertahan diantara ciuman kami yang mulai panas. Aku meremas rambutnya kasar sambil terus menggerak-gerakkan kepalaku kekanan dan kekiri, terus menjilati seluruh bagian bibirnya. Sampai akhirnya kudengar baby kami menangis  -_-
“Opp, mmh, oppahh.. Oppah!” Dia melepas paksa tautan bibir kami. “Cepat berangkat, hati-hati dijalan, ne.” Katanya cepat lalu mengecup pipiku dan beranjak ke dekat kolam renang kami tempat baby cho dijemur. Sepertinya mereka benar-benar tidak ingin kedua orang tuanya akur -_-

Cheryl POV
              Tinggal memakaikan Jino kaos kaki terakhirnya, jja! Kalian sudah tampan dan cantik! Aku meletakkan tas bayiku dulu di mobil, lalu selanjutnya kugendong bayiku satu-satu kedalam mobil di jok belakang, dan aku beralih ke depan setir. Ya, saat awal aku hamil, untuk mengurangi rasa bosanku Ahra nuna memprivatku mengendarai mobil. Aku terus melatihnya hampir tiap hari –hanya keliling kompleks. Namun ini adalah mobil ketiga yang dibelikan suamiku, yang pertama menabrak palang kompleks saat bersama Ahra nuna. Yang kedua menabrak pagar rumahku sendiri saat aku akan mengeluarkan mobil.
Ahra nuna mengajariku banyak hal, untuk menjadi wanita berkelas dan dihormati orang lain. Ia mengajarkanku cara berpakaian yang baik dan sopan, cara jalan yang anggun, termasuk menguruskan badanku kemarin. Jujur aku tidak diet, hanya memperbaiki gizi saja sehingga badanku cepat kembali seperti semula.
Mobilku berhenti disebuah rumah mewah, pagar besarnya terbuka otomatis.
“Aaaa, cucu eomma sudah datang, sini-sini..” Sapa eomma kepada kedua bayiku, aku diabaikan >,< Ia menggendong Jino dan Jina digendong oleh seorang pembantu, tas bayiku dibawakan oleh pembantu yang lain sebelum sempat aku mengeluarkannya dari bagasi.
Ahra nuna sempat menciumi mereka, lalu beranjak mendekatiku. “Eomma tidak bisa menahan rindunya kepada cucunya, padahal baru seminggu yang lalu, hahaa..”
“Ne, gwenchana..”
Aku mengikutinya ke dapur yang akan membuatkan minum untuk kami. “Badanmu cepat sekali pulih, Cheryl-ah.. Kau mengikuti saranku dengan baik!” Pujinya sambil memandangi badanku. Aku memang sedikit lebih tinggi darinya. Aku hanya tersenyum canggung.
“Hari ini kau menganggur kan? Bagaimana jika kita kesalon bersama, massage, creambath.. Aku agak gugup mengingat pernikahanku yang tinggal 3 minggu lagi.” Beliau masih berumur 26 tahun dan sebentar lagi akan menikah dengan seorang temannya sejak kuliah di Amerika, lelaki itu blasteran Amerika-Korea. Keren sekali!
“Ah, ne. Terserah nuna saja..” Dia hanya tersenyum sambil mengaduk-aduk sirup untuk kami, dan beralih ke meja pantry duduk didepanku.
“Kau bagaimana dengan Kyuhyun? Hmm??” Nadanya membuat bulu kudukku berdiri.
“A-apa maksud nuna?”
“Ituloooh..” Jawabnya menggantung. Namun segera kusadari apa maksudnya lewat matanya yang menyeringai evil. Kenapa?? Karena persis seperti mata evil Kyuhyun!
“Ah, aniyo. Semenjak mengetahui aku hamil, kami belum melakukannya hingga saat ini.”
“Ige mwoya? Badanmu sudah bagus begini! Jika aku namja, aku tidak mungkin menahannya, Cheryl-ah!” Candanya tapi membuatku agak ilfeel -_-
“Ngh, masih ada bekas sesar diperutku, aku sendiri malas memandanginya sekalipun saat mandi.”
“Dia tidak akan memperdulikannya, dia pasti sudah kehilangan akalnya saat melakukan itu.” Bingo! Tepat sekali! Aaah, sepertinya ahra nuna sudah pernah melakukannya dengan namjachingunya, ia terlihat professional. Lagian Kyuhyun itu sudah tampan, kaya lagi. Aku tidak akan membiarkannya mencari penghiburan ditempat lain!

Rileks sekali sekujur tubuhku, setelah aku harus membawa 2 bocah selama 9 bulan didalam perutku kemana-mana. Masih jam 4 sore, kusempatkan mampir ke kantor Kyuhyun sambil membawakannya kopi starbucks kesukaannya. Terakhir kali aku kesini setahun lalu, saat aku mengantarkan berkas Kyuhyun yang ketinggalan, saat para pegawai berbisik di belakangku.. Sekarang pun mereka masih berbisik, namun tidak kuhiraukan lagi.
Ia masih disana, masih mengetikkan sesuatu di laptopnya sampai tidak menyadari aku sudah dipersilahkan masuk oleh sekertarisnya, “Tuan Cho..” Panggilku sambil berjalan mendekatinya dan merangkulnya manja dari belakang.
“Hm? Eh? Kau disini?” Kagetnya langsung menolehkan kepalanya.
“Ne.. Maaf kalau aku mengganggu, kukira setelah rapat kau nganggur. Aku cuma membawakanmu kopi kesukaanmu,”
“Emh, kau kenapa harum sekali, hmh,, ” Sahutnya sambil mengendus-endus leher dalamku.
“Aku memang selalu harum! Kau saja yang mulai jarang menciumi leherku lagi.” Kurasakan ia tertawa kecil di leherku dan meraihku duduk di pangkuannya.
“Jadi kau ingin kucium? Hm?” Godanya didepan wajahku.
“Aniyoo..” Ujarku malu sambil menyembunyikan rona wajahku di pundaknya.
“Itu apa, Oppa?” Tanyaku melihat sesuatu di laptopnya. Seperti grafik.
“Oh, ini, perkembangan perusahaan yang kupegang. Disini ada sedikit penurunan saat aku cuti kemarin, setelah itu kembali stabil dan 2 minggu ini meningkat lagi.” Jelasnya sambil menunjuk-nunjuk didepan layar laptopnya.
“Sepertinya malaikat kecil kita membawa keberuntungan, hahaa..” Aku ikut tertawa pelan, “Semoga begitu..”
“Jadi, kau ingin mengajakku kencan?” Tanyannya. Hm, pede sekali dia itu.
“Tidak, sebentar lagi aku akan menjemput baby cho.”
“Hm, biarkan saja mereka, eomma pasti juga tidak akan keberatan.” Belum sempat aku berkelit lagi, ia sudah menelpon eommanya.
“…..Ah tentu saja, sudah ya, aku sedang memandikan Jino, annyeong!” Putus orang diseberang sana. Kyuhyun menyeringai jahil.
“See?” Katanya kemudian lalu meletakkan iPhone nya kembali dimeja.
“Kajja, kita pergi saja,” Putusnya dan langsung menarik pinggangku.

Kami sedang jalan santai di bibir pantai. Pantai pertama kali kami berkencan, makan malam pertama kami, malam pertama kami.. setahun lalu. Tepat setahun lalu. Setahun lalu?? Kulepas tautan genggaman tangan kami, kurogoh hpku di saku celanaku. Benar, hari ini!!
“I-ini sudah setahun kan??”
“Oh, kau mengingatnya?” Jawabnya santai. “Ne, tapikan kita sudah menikah 6 bulan sebelumnya. Saat itu kau selalu memanggilku dengan, ‘tuan cho’”
“Hahaa, benar, kau memang selalu kupanggil begitu sejak kecil. Lagian kau juga diam terus. Tidak pernah mengajak berbicara.” Kenangku sambil terus berjalan disampingnya, kaki telanjang kami sesekali terkena ombak yang mulai pasang.
“Kau sendiri juga diam saja. Tidak mau makan bersama, tidak mau tidur bersama, tidak mau mandi bersama..”
“Yang penting sekarang aku tidak sanggup pisah sedikitpun darimu, Tuan Cho.”
“Tentu, karena kau bulan dan aku bintangnya. Kau tidak bisa bersinar tanpa aku.”
“Hmm, benar..” Langkahku terhenti dan memegang kedua pipinya, berjinjit sedikit dan mencium pipinya. Ia mendongakkanku dan menciumi dahiku pelan, sangat pelan, sangat dalam, lalu kami berpelukan. Aku mengelus punggungnya dengan lembut, begitupun ia. Nyaman sekali berada di dekapannya. Aku tidak butuh namja sixpack atau berotot, bagiku Kyuhyun yang berpostur biasa saja itu sudah mampu menghangatkanku.
Hingga kusadari, sedari tadi ia bukannya mengelus-elus punggungku, tapi meraba-raba pengait braku -_- Jantungku berdebar keras, mungkin ini saatnya. Aku harus melupakan rasa sakit di vaginaku yang sobek saat melahirkan, juga jahitan di perutku yang masih rentan. “Nappeun yeobo..” Ucapku sedikit mendesah tepat ditelinganya tepat disebelah kananku.
“Bogoshipoyo.. Aku rindu itu..” Jawabnya masih sambil memelukku dan meraba-raba pengait braku. Kuraih bibirnya, mengajaknya berciuman panas, kepala kami saling terdorong tidak ada yang mau mengalah. Tak kami hiraukan air yang sudah sepinggang kami, kami semakin terdorong kearah laut.
Disela ciuman panas kami, aku membuka kemejanya sembarang hingga sobek dan membuangnya sembarang. Ia menuntun kakiku untuk melingkar di pinggangnya. Tangan kirinya memegang pahaku, tangan kanannya menarik –menyobek- kemejaku dari kerah hingga kebawah, dan membuangnya ke belakangku. Laut lepas.
Ia menciumi leherku, menjilat-jilatnya, “Mmmhh, emmh..” Desahnya sangat merdu. Kuraba tengkuk dan kepalanya, berusaha membangkitkan gairahnya. “Ahh, ooh.. Oohhh..” Desahku sambil menggesekkan dadaku yang masih berbalut bra dan dadanya yang polos.
Ia lantas menarik braku dari depan dengan kasar, langsung menciumi belahan dadaku. “Ahh, ahh, ahhh..” Sudah lama aku tidak merasakan ini. Kenikmatan duniawi.
Ia langsung menciumi daging payudaraku dan menggigitnya gemas, lalu menggigit nipplesku yang sudah sangat tegang. Tangannya memegang paha dan punggungku, mendekapku kuat sebelum kami terhempas ke laut sana lebih jauh.
Aku memandanginya sekilas dari atas sini, ia mengenyot daging payudaraku dengan nikmat. Dadaku memang agak besar karena menyusui si kembar. Ia tidak menghisap putingku, kurasa ia sudah tahu akan ada sesuatu yang asin keluar dari sana. Dengan terburu ia melepas celanaku dan menghanyutkannya entah kemana, hingga aku hanya menggunakan underwear saat ini. Ia masih terus memejamkan mata dan menjilat dadaku saat ujung jarinya bermain sangat ahli dibawah sana, “Akkhhh..” Desahku keras. Selama hamil aku memang sering mem-blowjob-kan dia, namun aku tak mengijinkannya memuaskanku. Aku masih malu.
“Nngghh,, Ohh..” Jarinya menekan-nekan klitorisku yang sudah tegang, sontak aku menaik turunkan badanku agar tubuh bagian bawah kami bergesekan. Ia melepaskan dadaku dan memegang pahaku lagi, tangannya yang satunya melepas celana dalamku dan memasukkan 2 jarinya, “Akkhhhh, appo!” Jeritku tak sengaja.
“Appo?” Tanyanya. Sebenarnya iya. Tapi aku tidak boleh berhenti, kita tidak boleh berhenti, tidak sampai ia puas.
“Ngh, pelan saja, Kyu,,”
Ia mengocoknya pelan sambil menghisapi bahuku, aku mencengkran punggungnya kuat. “Ahh, ahh, Ohhhh..” Setelah ia mendengar desahan nikmatku, ia menambahkan 1 jarinya lagi dan mengeluar-masukkannya dengan tempo sedang namun kuat.
“Kyu, akkhhuu, Akkkhhhh….” Klimaks. Nikmat sekali vaginaku yang masih berkedut itu. Aku meraih tangannya dan mengemutnya didepan wajahnya. Ia menciumi wajahku dan menjilatnya.
Aku menurunkan kakiku untuk membuka celananya, namun Kyuhyun menahan pinggangku dan membiarkanku tetap berada di permukaan, aku melepas celana kerjanya dengan cepat dan memelorotkannya. Aku langsung mengocoknya cepat, aku tak ingin berlama-lama karena air semakin pasang dan dingin. Kukocok sangat cepat, “Ahh, nikmathh, Cheryl-ahh,,”
“Ngghh, p-pali, ppalliwaaa, ahh..” Racaunya sambil mendongak.Uratnya semakin jelas ditelapak tanganku. Aku menarik nafas panjang dan masuk kedalam air, menghisap juniornya kuat. Aku tak mendengarnya mendesah lagi, hingga spermanya masuk bersama dengan air laut yang asin namun aku terus menghisapnya dan menjilatinya.
Aku bangkit lagi ke permukaan, ia memberiku kecupan hangat di bibirku sambil mengarahkan juniornya ke vaginaku. Kugenggam tangannya yang menggenggam juniornya, membantunya mencari vaginaku. Hingga itunya menemukan anuku(?) dan menghentak keras, berusaha memasukkannya.
“Aahhhhh,” desahku saat itunya setengah masuk, air laut membuat juniornya licin. Ia mencengkram pantatku dan aku refleks melingkarkan kakiku di pinggangnya.
“Haahhh..” Desah kami bersamaan saat organ kami bercampur sempurna. Hey, rasanya tidak begitu sakit karena kami melakukannya di air. Ia terseyum sejenak padaku, membuat perih di vaginaku hilang, hanyut terbawa air begitu saja.
Lalu aku mulai menggoyangkan pinggulku, merangsangnya. Aku mengecupi lehernya keras, ia pun mengeluar masukkan juniornya dengan tempo sedang sambil mengerang pelan di telingaku. Aku semakin memeluknya dan mendesah tepat di telinganya, begitupun ia. Kami tidak mendesah dengan keras, karena air yang sudah se dada menyulitkan kami bernafas dengan panjang.
Kurasakan ia menggenjotnya semakin menggila dan meremas salah satu dadaku, akhirnya kami tenggelam. Kami berciuman didalam air hingga akhirnya, “Nnngggghhhhhhh…….” Klimaks pula didalam air. Aku melihat cairan putih itu sedikit keluar dari dalam vaginaku, terbawa ombak.
Ia melepas tautan bibir kami dan menggerakkan tangan kakinya meraih permukaan, aku memeluk lehernya erat. “Haahh,, hosh, hosh..” Nafas kami berdua terengah-engah begitu sampai di permukaan, kami tertawa keras, entah karena apa. “Kau, hh, hebath, Cho Cheryl..” Pujinya sambil membelai rambutku yang sangat basah. Kulihat daratan sangat jauh disana, aku tidak bisa berenang >,<
Namun Kyuhyun terus mengayuhkan kaki dan tangannya hingga kami sampai di daratan, ia terus menggendongku hingga menjatuhkan tubuhnya diatas pasir sambil terengah-engah, mengatur nafas. Aku menggoyang pinggangku sedikit dan menggigit nipplenya. “Ennghh, ooh,,” Erangnya.
Kyuhyun POV
              Cheryl lantas bangkit dan menggenjotku pelan lagi sambil membelai pipiku. Ia terlihat sangat cantik dari sini, dibawah sinar bulan. Rambutnya yang basah menetes di dadanya, sangat seksi. Aku mengusap-usap payudaranya dan meremas-remasnya.
Sementara Cheryl terus menaik-turunkan tubuhnya diatasku. Ia kuat sekali! Aku sangat menikmati ini, berada di posisi bawah bisa membuatmu lebih konsentrasi untuk klimaks. Hingga akhirnya, “Akkhh..” Desahnya saat cairannya membasahi juniorku. Ia sangat mengerti, ia tahu aku belum klimaks, ia tidak menikmati orgasmenya dan terus menggenjotku dan hampir terjatuh, namun tangannya ia jejakkan di dadaku. Kubantu menggoyangkan pinggangnya, “Nggh,, ahh,, aohh…” Desah kami bersamaan saat juniorku menyentuh titik terdalamnya, “AAHhhhhhhhh..” Lenguhku panjang. Resmi sudah ia ambruk diatasku.
Aku mengelus punggungnya yang basah sekali. Aku hendak menggendongnya ke dalam villa, “Tungguuhh, hh, seben, hh tarrhh..” Katanya. Sepertinya ia masih lelah. Kubiarkan sebentar hingga 10 menit-an dan kugendong paksa ke villa. “Nanti kau masuk angin,”
Tak ada seorang pun di villa ini, hanya kami berdua. Aku menggendongnya ke satu-satunya kamar di vila ini dan masuk kekamar mandi. Sementara ia mulai menjejakkan kakinya lagi masih memegangi bahuku, melepas kontak kami. Ia menggigit bibir bawahnya sambil menunduk, “Appo?” Tanyaku. Ia menggeleng.
Kunyalakan shower agar membasahi tubuh kami yang penuh peluh dan pasir. Aku berlutut didepan vaginanya, mengelusnya pelan.
Cheryl POV
              Aku membuka mataku melihatnya berlutut didepan vaginaku dan menghembuskan nafasnya disana, membuatku menggelinjang geli. “Ahh,, Sshh,, Kyu..”
Bibirnya mengecup bibir vaginaku dan seluruh permukaan vaginaku. Ia menjulurkan lidahnya kesela-sela klitorisku, bergerak naik turun di klitorisku yang agak lecet dan membengkak. Kedua tangannya melebarkan kakiku yang agak merapat menahan sapuan lidahnya dibawah sana.
Ia memusatkan permainan lidahnya di klitorisku karena ia tahu vaginaku pasti ngilu, ia menghisap klitorisku keras membuatku menjambak rambutnya. “Sshh.. Kyyuu, oohhhh..” Tak ia pedulikan air shower yang terus membasahi kami. “Arrgghh,, shhh..” Saat ia memasukkan lidahnya ke lubangku.
Aku mengerang frustasi saat lidahnya yang semakin basah itu(?) menggapai dinding vaginaku, semakin melesak kedalam. Kakiku melemas, aku pasti sudah merosot jika ia tidak menahanku. Aku menggeleng-geleng kekanan dan kekiri, sesuatu yang tidak keluar selama berbulan-bulan akhirnya “Akkkkhhhhhh….” Keluar. Nikmat. Ia masih menjilat-jilat sisa orgasmeku. Dadaku naik turun namun ia masih menjilat-jilat vaginaku dibawah sana. Aku tidak berani menolaknya atau menghentikannya saat bercinta, makanya aku diam saja. Namun sepertinya ia mengerti dan segera bangkit. Menyabuniku dengan cepat dan membilasku dibawah shower lagi.
“Kau keringkan badanmu dulu, sudah ada baju diatas tempat tidur.” Bisiknya. Aku keluar kamar mandi dengan handuk minim dan benar saja sudah ada baju disana. Piyama kotak-kotak yang persis juga seperti milik Kyuhyun. ‘semoga kalian senang!’ tulisan di kertas itu. Siapa???
FLASHBACK
Kyuhyun POV
              Kulihat jam di ruanganku, aku baru saja selesai meeting. Setengah 4. Saat aku akan membuka laptop, iPhoneku bordering. Ahra Nuna.
“Yoboseyo.. Saeng, kau sedang sibuk??” Sapanya. Jujur aku masih agak lelah dan malas mengobrol dengannya.
“Aniyo, ada apa nuna?”
“Aku baru saja bertemu dengan Cheryl, dia sudah kusuruh ke tempat kerjamu, mungkin sedang diperjalanan.”
“Mwoya??” Tanyaku. Biasanya Cheryl selalu tidak mau kesini.
“Yaa, Kyuu, aku sudah tahu kau tidak pernah melakukan ‘itu’ lagi kan dengannya. Malam ini kau ada kesempatan, nanti kau pura-pura telpon eomma didepan Cheryl agar mau dititipi anakmu. Lagian eomma pasti tidak keberatan, ia juga kesepian karena appa sedang keluar negeri..” Jelasnya panjang lebar. Aku yang awalnya lemas langsung bangkit kembali(?)
“Nuna, tapi.. dia.. aku masih kasihan padanya, anunya pasti masih sakit..” Jelasku agak ragu, kuharap nuna mempunyai solusinya.
“Ngh, bagaimana kalau kau melakukannya didalam air?? Mungkin akan mengurangi sedikit rasa sakitnya.”
“Hm? Tapi dimana?? Masa dikamar mandi?” Tanyaku cepat. Nuna terdiam, sepertinya ia juga sedang berpikir. Namun aku teringat suatu tempat, “Ah! Aku tau dimana!” Aku memberitahukan alamatnya pada nuna dan memintanya mengirimkan baju ganti untuk kami, karena sepertinya nanti malam kami akan ‘basah’.
FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar