Author : ~Hobaby~ (LonelyPetals)
Tittle : Key of Heart
Cast :
Chanyeol EXO
Baekhyun EXO
Eunhyuk and Donghae (as Chanyeol parents)
Genre : Romance/Angst
Warning : Boy Love Story, Inspirasi dari MV BoA – Key of Heart, Don’t Like Don’t Read
Disclaimer : Semua karakter di fanfic ini adalah milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Saya membuat cerita ini tanpa bermaksud untuk menjelek-jelekan mereka.
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan nama tokoh atau jalan cerita mohon dimaafkan.
.
.
.
Chanyeol menjalankan sepeda motornya dengan kecepatan stabil. Sampai di tikungan tajam. Dia membelokkan sepeda motornya dengan hati-hati, namun sebuah mobil truk besar berjalan kencang ke arah mereka dan—
‘BRAAAAK’
.
.
.
Chanyeol membuka matanya perlahan. Langit-langit rumah sakit yang putih, itulah yang pertama kali dia lihat. Dia mengerjapkan matanya, membiasakan dengan cahaya matahari yang masuk dari sela-sela tirai putih ruang rawat nomor 27 itu.
“Chanyeol! Chanyeol, kau sudah sadar?” suara Eunyuk menggema ke seluruh ruangan itu.
“Eomma… Aaahh, kepalaku sakit…,” keluhnya.
“Berbaringlah. Eomma akan memanggil dokter…” Eunhyuk berdiri, namun tangannya ditarik oleh Chanyeol.
“Tunggu, eomma… Ini dimana? Dimana dia?” tanya Chanyeol.
“Apa maksudmu?”
“Baekhyun! Dimana dia, Eomma?” Chanyeol menatap Eunhyuk, berharap Eunhyuk akan memberikan jawaban padanya. Eunhyuk terdiam, badannya bergetar. Air mata perlahan mengalir dari kedia matanya, “Eomma…”
“D-dia.. dia masih kritis, Channie…” Eunhyuk terduduk kembali di kursinya.
Mendadak tubuh Chanyeol lemas, tangannya tidak mampu lagi bergerak, “Bawa aku ketempatnya sekarang! Aku ingin bertemu dengannya.”
“Tidak bisa. Itu tidak bisa, Channie.”
“Bagaimana tidak bisa? Aku berhak masuk ke sana dan tahu keadaannya kan, Eomma!”
“Appa-mu ada di sana Channie. Dia yang akan menjaga Baekhyun!”
“Tapi aku yang lebih berhak menjaganya, Eomma! Aku mau kesana!” Chanyeol melempar selimutnya dan mencabut infusnya paksa. DIa turun dari tempat tidur, namun—’BRUK’—Chanyeol terjerembab ke atas lantai yang dingin. Tapi dia tidak peduli, dia bangkit lagi dan berjalan tertatih-tatih ke ruang ICU.
“Chanyeol!” Donghae berdiri dan langsung menangkap Chanyeol yang hampir saja jatuh untuk yang kesekian kalinya ke lantai.
“Appa… Baekki-hyung… aku ingin bertemu dengannya…”
“Tapi, Chanyeol…”
“Biarkan aku masuk… appa…” Chanyeol menangis di pundak Donghae. Donghae memeluknya erat dan mengelus pundak Chanyeol.
“Duduklah dulu. Appa akan berbicara dengan dokter, ne?”
Chanyeol mengangguk dan menuruti kata-kata Donghae. Dia duduk di ruang tunggu sementara Donghae bernegosiasi dengan Dokter agar mengizinkan Chanyeol masuk ke dalam dan berhasil, Chanyeol mendapat izin untuk masuk ke dalam.
“Kau mau masuk sendiri saja?” tanya Donghae. Chanyeol mengangguk dan masuk ke dalam ruangan itu.
Terilhat tubuh mungil Baekhyun tergolek lemah di atas ranjang. Bibir mungilnya terlihat pucat. Chanyeol duduk di samping ranjang Baekhyun. Dielusnya surai coklat tua yang tetap lembut itu. Matanya menatap sendu pada pemuda manis di hadapannya.
“Hei! Buka matamu, bangun!” bisiknya dengan nada membentak. Matanya mulai berair kembali, “Baekki-hyung… bangun…” Suaranya bergetar.
Tiba-tiba jemari Baekhyun yang berada dalam genggaman tangan Chanyeol bergerak kecil. Chanyeol terkejut dan terus memperhatikan gerak tubuh Baekhyun. Perlahan kedua mata Baekhyun terbuka.
“Baekki-hyung…” Chanyeol menatap Baekhyun senang. Baekhyun tersenyum, namun matanya memandang Chanyeol dengan tatapan asing, “Baekki-hyung?”
“…”
“Kau ingat aku? Kau ingat aku kan? Sebut namaku kalau kau ingat aku.”
“…”
Chanyeol menatap Baekhyun frustasi, “Bicaralah. Kemana suaramu? Bicaralah! Baekhyun!”
Baekhyun membuka mulutnya, mencoba mengatakan sesuatu, “…” suaranya sama sekali tidak keluar.
“Baekhyun?”
Baekhyun menutup mulutnya, lalu menggelengkan kepalanya kuat, ‘tidak, tidak mungkin. Kemana suaraku?’ pikir Baekhyun kalut. Baekhyun meremas lengan baju Chanyeol.
‘Chanyeol, suaraku.. kau tidak mendengarnya?’ Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan penuh tanya. Air mata menggenang di ujung matanya. ‘Channie, suaraku…’
“Baekki-hyung, tunggu disini. Aku akan panggil dokter…” Chanyeol berlari menuju keluar ruangan dan memanggil dokter, sementara Baekhyun hanya bisa duduk diam di atas ranjangnya. Jari mungilnya meremas selimutnya kuat, air mata perlahan jatuh membasahi selimut itu.
‘Suaraku…’
.
.
.
“Apa?! Dia tidak akan bisa berbicara? Apa maksudmu, dokter?!” teriak Chanyeol.
“Terjadi benturan keras di kepalanya dan terjadi pendarahan di dalam otaknya. Ada beberapa syarafnya yang rusak. Mungkin itu yang mengakibatkan ini terjadi. Bahkan seharusnya dia tak bisa sadrakan diri dalam waktu dekat,” jelas dokter tersebut.
“Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?! Tidak bisakah kau sembuhkan dia, dokter?” Chanyeol menatap dokter muda itu penuh harap. Tapi yang dia dapat hanyalah sebuah lenguhan lemah dan gelengan dari dokter itu.
“Mungkin kalau dia mengikuti terapi dalam waktu satu tahun dia akan sembuh.” Dokter itu mengambil kertas dan menuliskan sesuatu di kertas itu, “datanglah ke alamat ini. Mungkin dia bisa membantu soal ini.”
Chanyeol menatap kertas itu lalu menghela nafasnya pelan, “satu tahun itu waktu yang sangat lama…,” gumamnya. Dia berdiri, membungkuk pada dokter itu lalu pergi keluar dari ruangan pribadi sang dokter.
.
.
.
‘Greek’
Pintu geser ruang rawat Baekhyun terbuka. Baekhyun menoleh dan menatap Chanyeol dalam. Chanyeol menghampirinya lalu duduk disampingnya. Dielusnya rambut halus Baekhyun perlahan.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Chanyeol. Baekhyun hanya mengangkat bahunya lalu melemparkan pandangannya ke arah luar jendela, “kau kenapa?”
Baekhyun menggeleng. Dia menarik selimut lalu memposisikan badannya untuk tidur. Chanyeol menghela nafasnya, “Kau mau mencoba terapi untuk mengembalikan suaramu?” tanya Chanyeol. Baekhyun menoleh, tertarik dengan apa yang Chanyeol bicarakan, “tapi butuh waktu lama. Sekitar satu tahun…”
Baekhyun menghela nafasnya, melemparkan sebuah tatapan pada Chanyeol yang seakan berkata ‘kau jangan bercanda. Lomba itu tinggal sebulan lagi’ lalu dia kembali tidur.
“Aku tahu kau marah. Ini semua karena kesalahanku.” Air mata Chanyeol perlahan menetes, “maafkan aku…”
Chanyeol menarik tangan Baekhyun dan menggenggamnya erat. Tanpa dia sadari, air mata Baekhyun juga ikut mengalir.
‘Ini bukan salahmu. Bukan salahmu, Channie..’
.
.
.
Chanyeol masuk ke dalam kamar Baekhyun sambil membawa makanan yang harusnya di antarkan oleh suster itu.
“Baekki-hyung.” Chanyeol duduk di samping Baekhyun, “ayo makan dulu.” Baekhyun menggeleng, “nanti kau tambah sakit. Oh, ya, ini untukmu. Kalau kau ingin sesuatu sms saja aku. Ponsel kita kan sama-sama rusak karena kecelakaan. Aku beli yang kembaran. Nih,” ujar Chanyeol panjang lebar sambil memberikan ponsel itu pada Baekhyun. Baekhyun tersenyum.
“Kau senang?” tanya Chanyeol. Baekhyun mengangguk dan mencium pipi Chanyeol. Chanyeol ikut tersenyum. Lalu menyuapi Baekhyun seperti biasanya.
Tiba-tiba Chanyeol terbatuk, terbatuk sangat keras. Baekhyun memegang bahu Chanyeol, menatapnya khawatir. Chanyeol tersenyum.
“Aku tidak apa-apa—Uhuk.”
Chanyeol meletakkan nampan berisi makanan itu di atas meja lalu berlari ke kamar mandi. Dia memuntahkan darah yang sedari tadi ingin keluar dari dalam mulutnya. Dia terkejut melihat darah yang berceceran di lantai.
“Aku batuk berdarah…?” Chanyeol menghela nafasnya. Dia membersihkan darah itu dengan air lalu mengkumur mulutnya. Dia keluar dan mendekati Baekhyun dengan senyumannya seperti biasa.
Baekhyun mengetikkan sesuatu di ponselnya, ‘Kau tidak apa-apa’ lalu menunjukkannya pada Chanyeol. Chanyeol hanya tersenyum lalu kembali menyuapi Baekhyun.
‘Cobaan apalagi ini, Tuhan?’
.
.
.
Chanyeol duduk terdiam di kursi taman. Matanya menatap sendu pada langit malam yang berhiaskan bintang-bintang kecil dengan cahayanya yang bersinar.
“Tuhan, cobaan apalagi yang mau kau berikan padaku?” Chanyeol menatap kalung berliontin hati yang dipakainya, “kalau saja saat itu aku tidak mengajaknya pergi ke pantai…”
Air mata mengalir dari pipi Chanyeol, turun membasahi pipinya, lalu menetes ke liontin yang dipakainya.
“Kenapa kau begitu ke—Uhuk!” Chanyeol kembali terbatuk. Dadanya terasa sangat sesak. Nafasnya tersengal. Dia mencoba untuk bangkit dari bangku taman namun dia tersungkur ke tanah. Batuknya semakin keras hingga mengeluarkan darah dan akhirnya dia tak sadarkan diri.
.
.
.
To Be Continue
Next min !! nae tunggu ne? hehe !!
BalasHapus