Author : ~Hobaby~ (LonelyPetals)
Tittle : Key of Heart
Cast :
Chanyeol EXO
Baekhyun EXO
Eunhyuk and Donghae (as Chanyeol parents)
Genre : Romance/Angst
Warning : Boy Love Story, Inspirasi dari MV BoA – Key of Heart, Don’t Like Don’t Read
Disclaimer : Semua karakter di fanfic ini
adalah milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Saya membuat cerita ini
tanpa bermaksud untuk menjelek-jelekan mereka.
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan nama tokoh atau jalan cerita mohon dimaafkan.
.
.
.
“Ya, Ryeowook-seonsaengnim. Ada apa?” tanya Baekhyun sopan. Ryeowook memberikan selembar kertas selebaran pada Baekhyun, “apa ini?” tanyanya lagi.
“Aku ingin kau mengikuti lomba ini. Suaramu bagus dan khas jadi kupikir kau akan menang di lomba ini,” ujar Ryeowook.
Baekhyun membaca selebaran itu lalu berpikir sejenak, “kupertimbangkan dulu. Kalau orang tua Chanyeol mengijinkan aku ikut lomba ini aku akan mengikutinya.”
“Loh? Kenapa orang tua Chanyeol?” tanya Ryeowook heran.
“Orang tuaku sudah tidak ada, Seonsaengnim. Aku sudah menganggap orang tua Chanyeol itu orang tuaku sendiri karena mereka baik sekali padaku,” jelas Baekhyun sambil memberikan Ryeowook senyuman yang sangat manis, seakan tak ada beban pada diri Baekhyun.
Ryeowook mengangguk mengerti, “Baiklah, aku akan menunggu keputusanmu. Sampai nanti di jam pelajaran, Baekhyun.” Lalu Ryeowook melangkah memasuki kantor guru. Baekhyun memperhatikan selebaran itu, membacanya dengan seksama.
“Lomba yang menarik,” ujarnya, “tapi kenapa harus diadakan saat ulang tahun Chanyeol?” keluhnya saat melihat tanggal lomba itu berlangsung. 27 November, ulang tahun Chanyeol. Kaki mungilnya melangkah pelan sambil membaca selebaran itu hingga tak sadar dia menabrak Chanyeol yang baru saja keluar dari ruang BP.
“Hyung, kalau jalan jangan sambil membaca~” ujar Chanyeol.
Baekhyun menatap Chanyeol sambil mengeluarkan cengiran manisnya, “Chanyeol, lihat ini.”
“Apa ini, Hyung?” Chanyeol mengambil selebaran yang diberikan Baekhyun lalu membacanya, “Wah, Hyung, ikuti saja perlombaan ini.”
Baekhyun menggosok tengkuknya dengan telapak tangannya, dia ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa dia katakana.
“Kenapa, Hyung?” tanya Chanyeol melihat gerak-gerik aneh Baekhyun.
“Li-lihat tanggal acaranya…”
Chanyeol melihat yang ditunjukkan Baekhyun dan dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, “memangnya kenapa? Tidak masalahkan? Kita bisa merayakannya sehabis acara ini.”
“Tapi kan…” Baekhyun menatap Chanyeol. Dia bingung sekarang.
“Anggap saja kalau kau memenangkan lomba ini nanti itu adalah hadiah untukku.” Chanyeol tersenyum lalu mengacak rambut Baekhyun, “ayo, sebentar lagi pelajaran akan dimulai.” Baekhyun mengangguk dan menggandeng tangan Chanyeol erat. Mereka berjalan berdua menuju kelas sambil menebar aura cinta di sepanjang koridor lantai 3 kelas 2 SMA itu.
.
.
.
Baekhyun, Chanyeol dan orang tua Chanyeol—Eunhyuk dan Donghae—sedang duduk di meja makan dan menikmati makan malam mereka. Baekhyun menikmati setiap makanan yang disuapi oleh Chanyeol untuknya.
“Kau sendiri juga makan, nih.” Baekhyun menyuapkan sesendok nasi pada Chanyeol. Chanyeol mengunyah nasi yang disuapi oleh Baekhyun sambil tersenyum. Eunhyuk dan Donghae hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka berdua.
“Baekhyunnie,” panggil Eunhyuk.
Baekhyun menoleh dan tersenyum, “ne, Eomma.”
“Bagaimana? Kau sudah mempertimbangkan tentang ajakan kami?” tanya Eunhyuk.
“Ah, soal itu, aku sudah memikirkannya. Tapi, apa tidak akan merepotkan kalau aku tinggal bersama kalian?” tanya Baekhyun.
“Tentu tidak. Kami sudah menganggapmu keluarga kami. Kau tahu, orang tuamu dulu adalah sahabat dekat kami. Mereka sangat baik pada kami. Maka dari itu, izinkan kami membalas kebaikan mereka dengan merawatmu, Baekhyunnie,” jelas Eunhyuk diikuti sebuah anggukan dari Donghae.
Baekhyun menatap Chanyeol, berharap ada sebuah jawaban dari Chanyeol dan Chanyeol memberikannya sebuah anggukan, “kita bisa tinggal satu kamar kalau kau mau, Hyung.” Baekhyun kembali menatap Eunhyuk dan Donghae lalu menghela nafas.
“Baiklah, aku akan tinggal disini bersama kalian,” ujarnya. Eunhyuk dan Donghae senang mendengarnya, “tapi pisahkan kamarku dengan makhluk ini. Bisa-bisa aku tidak bisa berjalan selama sebulan karena ulahnya,” gerutu Baekhyun sambil menunjuk Chanyeol dengan sendok yang dipegangnya. Eunhyuk dan Donghae tertawa mendengarnya, sedangkan Chanyeol hanya menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal itu -_-
“Tenang saja, kami sudah menyiapkan satu kamar lagi untukmu sejak lama. Kau bisa tidur dengan nyaman dikamar itu,” kata Donghae.
“Terima kasih.” Baekhyun tersenyum senang.
“Oh ya, Eomma. Baekki-hyung akan mengikuti lomba menyanyi. Eomma dan Appa menyetujuinya tidak?” tanya Chanyeol.
“Lomba menyanyi?” Donghae menatap Baekhyun, “aku setuju saja. Suaramu bagus, menurun dari Appa-mu—Kyuhyun. Bagaimana denganmu, Hyukkie?”
Eunhyuk mengangguk, “tentu saja aku setuju. Akan kubelikan dia baju yang bagus untuk dikenakan saat lomba nanti. Kau harus tampil cantik!”
Baekhyun hanya tersenyum canggung dengan pipi yang memerah. Tampil cantik? Astaga. Dia itu laki-laki. Tapi kenapa Eunhyuk mengatakan padanya kalau dia harus tampil cantik. Apa dia seperti perempuan? Apa dia itu manis? Atau dia itu imut?
“E-eomma, jangan berbuat begitu. Mana mungkin aku harus tampil cantik saat lomba itu. Aku kan laki-laki, Eomma,” ujar Baekhyun.
“Tapi kau terlalu manis dan imut untuk ukuran seorang laki-laki, Baekki.” Chanyeol mengacak rambut coklat Baekhyun pelan. Baekhyun merengut kesal lalu memukul tangan Chanyeol.
“Diam kau, tiang listrik.” Baekhyun melihat Chanyeol dengan tatapan kesal.
Donghae dan Eunhyuk hanya bisa menggelengkan kepala melihat mereka berdua. ‘Persis seperti aku dan dia dulu,’ batin Eunhyuk dan Donghae.
“Kalian mau bertengkar sampai kapan? Cepat habiskan makanan kalian dan kita akan memindahkan semua barang-barang Baekhyun mala mini kemari,” kata Donghae.
“Ne, Arraseo~” ujar Chanyeol senang lalu kembali menyuapkan nasi dan lauknya pada Baekhyun.
.
.
.
“Sudah menemukan lagu yang akan kau nyanyikan, Baekki-hyung?” tanya Chanyeol pada Baekhyun yang sedang sibuk melihat-lihat lembaran kertas berisi not-not balok.
“Aku belum tahu. Kau bisa merekomendasikan untukku? Lagu-lagu ini sepertinya kurang bagus,” pinta Baekhyun.
“Hm? Lagu apa ya?” Chanyeol membantu Baekhyun melihat kertas-kertas itu. Melihat ada sebuah kertas terjatuh ke lantai, dia berjongkok dan melihat isi kertas itu lalu tersenyum, “sepertinya lagu ini bagus, Hyung.”
Chanyeol menyerahkan kertas itu pada Baekhyun, “lagu apa ini?” tanya Baekhyun dan melihat isi kertas itu, “Angel…?”
Chanyeol mengangguk, “Hyung ingat? Dulu Sungmin-ahjumma sering menyanyikan lagu ini untuk kita. Suaranya sangat merdu.”
“Ah, aku ingat. Ini lagu eomma,” lirih Baekhyun. Dia tersenyum pahit mengingat orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan di depan matanya sendiri.
“Hyung?” Chanyeol mendekatkan wajahnya ke wajah Baekhyun. Melihat mata Baekhyun yang sudah berair. Dia memeluk Baekhyun erat, “jangan menangis.” Dielusnya punggung Baekhyun pelan, memberikan sebuah kehangatan yang membuat Baekhyun sangat nyaman berada dalam pelukan pemuda tinggi itu.
“Aku akan menyanyikan lagu ini…,” ujar Baekhyun. Senyuman tipis terkembang di bibirnya, “aku akan menyanyikan lagu ini untuk eomma dan untukmu, Channie.”
Chanyeol tersenyum, “jangan sedih lagi, Hyung.” Diacaknya poni Baekhyun pelan. Baekhyun tertawa lalu mencium pipi Chanyeol singkat.
“Aku mencintaimu, Channie. Kau memang yang terbaik.”
Chanyeol tersenyum. Disentuhnya pipi Baekhyun, mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Baekhyun lembut. Memberikan lumatan-lumatan kecil di bibir merah Baekhyun.
“Aku juga mencintaimu, Baekhyunnie.”
.
.
.
“Kalian jadi pergi jalan-jalan?” tanya Eunhyuk. Baekhyun yang sedang menyiapkan helm dan jaket untuk dipakainya mengangguk, “ini bekal untuk kalian.” Eunhyuk meletakkan sebuah kotak bekal di atas meja.
“Apa ini?” tanya Baekhyun dan membuka kotak itu, “wah, eomma, apa kimbab-nya tidak terlalu banyak?”
“Kurasa itu cukup untuk kalian berdua. Makan saja yang banyak. Kulihat kau terlalu kurus belakangan ini.”
“Ah, terima kasih, eomma.”
“Baekki-hyung, ayo kita berangkat,” teriak Chanyeol dari luar rumah.
Baekhyun segera memakai jaketnya dan menyusul Chanyeol yang sudah menunggunya di atas sepeda motor. Baekhyun naik ke sepeda motor itu dan memeluk pinggang Chanyeol erat.
“Kita kemana?” tanya Chanyeol.
“Ke pantai!” seru Baekhyun. Chanyeol tersenyum lalu mulai menjalankan sepeda motornya pelan.
.
.
.
Baekhyun menginjakkan kakinya di atas pasir putih pantai yang indah itu. Deburan ombak mengisi kesunyian pantai itu. Ya, pantai itu sepi. Hanya ada Chanyeol dan Baekhyun di sana.
“Kita sepertinya salah musim, Channie…”
“Benar…” Angin dingin musim gugur berhembus kencang. Menerpa kulit mereka yang untungnya tertutupi jaket tebal dan syal.
“Kita pulang?” tanya Baekhyun.
“Dan melewatkan moment ini? Kau gila, Hyung. Ayo kita menyentuh air sebentar.” Chanyeol menarik tangan Baekhyun menuju air. Air dingin menusuk kaki-kaki Baekhyun.
“Channie.. dingin…” Baekhyun menggigil dan mencoba memeluk Chanyeol. Chanyeol membentangkan tangannya, menyambut pelukan dari Baekhyun. Baekhyun memeluknya erat, sangat erat. Chanyeol membalas pelukannya tak kalah erat.
“Kau bodoh…,” bisik Baekhyun.
Chanyeol hanya tertawa, “kita pulang?” tanya Chanyeol. Baekhyun mengangguk. Chanyeol menggendong tubuh Baekhyun lalu mendudukkannya di atas sepeda motor. Chanyeol naik ke atas sepeda motornya.
“Peluk aku yang erat ya, Hyung. Pakai helm-mu juga,” ujar Chanyeol.
“Ne, bawel.”
Chanyeol menjalankan sepeda motornya dengan kecepatan stabil. Sampai di tikungan tajam. Dia membelokkan sepeda motornya dengan hati-hati, namun sebuah mobil truk besar berjalan kencang ke arah mereka dan—
‘BRAAAAK’
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
Next Chapter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar