Pengikut

Senin, 01 Oktober 2012

Death Love part 2



Author : Vinn Li Britannia
Tittle : Death Love
Genre : Romance, fantasy
Rating : PG-15 (maybe)
Length : Chaptered
Disclaimer : Park Jung Soo hanya milik Tuhan, keluarganya, ANGELS dan E.L.F . Tapi hatinya hanya milikku seorang :-P #Digebukin E.L.F rame-rame
Main Cast : -Leeteuk Super Junior as Angel Teuk/Park Jung Soo
-Me as Choi Sang Mi
-Zhou Mi
-Kyuhyun Super Junior as Dark Devil Kyu
Genre : Romance,fantasy,middle horror, angst
A/N : This is pure my imagination. Don’t be plagiat.
Happy reading…

Choi Sang Mi POV
Pelajaran masih berlangsung, Han songsaenim sedang menerangkan dengan sedemikian detail mengenai sistem ekspresi pada makhluk hidup. Namun hari ini aku benar-benar tidak bisa fokus dengan pelajaran yang disampaikan oleh Han Songsaenim. Padahal itu pelajaran Biologi, pelajaran yang paling aku sukai. Sejak pertama masuk ruangan ini aku hanya sibuk bergumul dengan pikiran-pikiranku sendiri. Tentang apa yang menyebabkan teman-teman sekelasku bereaksi demikian.
“Aaaaaaaaargh” Aku mengacak rambutku frustasi.
“Choi Sang Mi, waegude?” Tegur Han songsaenim saat ia melihatku yang sedang mengacak rambutku sendiri.
OMO!
Kenapa aku lupa bahwa aku sedang mengikuti pelajaran? Aisshh.. Choi Sang Mi pabbo!
“A. Aniya songsaenim. Tidak ada apa-apa” Aku meringis malu.
“Oh, ya sudah. Kalau begitu ikuti pelajaran dengan baik.” Ucap Han songsaenim tegas.
“Ye, saem”
Beruntunglah aku, karena hari ini Han songsaenim sedang berbaik hati padaku. Kalau tidak, aku pasti sudah dihukum untuk menulis pernyataan bersalah sebanyak 200 kali.

Bel tanda berakhirnya jam mata pelajaran kedua telah berbunyi, menggema di seluruh area sekolah, tak terkecuali di kelasku. Bersamaan dengan berbunyinya bel, aku langsung menghambur ke luar kelas untuk pergi ke toilet terdekat dari kelasku. Sesampainya di depan toilet, entah mengapa aku jadi agak sedikit ragu untuk masuk. Tapi seperti ada suatu hal yang mendorongku yang akhirnya membuatku tetap masuk ke dalam toilet itu meskipun dengan perasaan ragu. Saat di depan cermin besar yang ada di dalam toilet, aku merasa enggan mengangkat wajahku, aku tak ingin melihat bayangan wajah buruk rupaku di cermin.
OMO!
Aku terkesiap dan hampir terjungkal ke belakang akibat tidak bisa menjaga keseimbangan karena saking kagetnya saat melihat bayangan seorang yeoja cantik terpantul di cermin besar yang ada di hadapanku ini. Neomu yeppoyo… Sepertinya aku baru pernah melihat yeoja cantik ini sebelumnya. Siapa ya gadis ini? Kesempurnaannya benar-benar membuatku merasa minder dan iri. Hufftthh.. beginilah nasib perasaan seorang gadis jelek sepertiku. Aku pasrah pada keadaan, kuambil sisir kecil yang ada dalam saku seragam sekolahku, lalu menyisirkannya ke rambutku tanpa melihat kembali ke cermin. Aku malu sendiri jika tanpa sengaja harus membanding-bandingkan penampilanku dengan gadis cantik itu.
Tak berapa lama kemudian, aku selesai menyisir rambut. Kurasa rambutku sudah lebih rapi sekarang. Tapi sepertinya ada yang aneh. Biasanya rambutku tak semudah ini saat disisir. Tapi kenapa ini malah…
“Gyaaaaaaaa….” Aku histeris saat melihat wajah yeoja itu lagi di cermin. Yeoja itu berekspresi sama persis seperti apa yang aku ekspresikan sekarang. Saat aku terkejut, yeoja itu juga sama terkejutnya denganku. Saat aku menyentuh rambutku, yeoja itu juga menyentuh rambutnya. Apa itu berarti…
Gyaaaaaaaaa… Pabbo!
Kenapa aku baru menyadari hal itu?
Pantas saja yeoja di cermin itu selalu mengikuti apa yang sedang aku lakukan. Yeoja di cermin itu kan memang pantulan bayangan dari diriku sendiri. Aigoo.. Tapi bagaimana bisa aku jadi secantik ini? Apa aku sedang bermimpi?
Kupegang kedua pipiku, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi dan meyakinkan diriku bahwa semua ini memang benar-benar nyata.
Aku merasa sangat asing melihat pantulan wajahku sendiri di cermin, wajah itu memang masih tetap sama seperti wajahku yang dulu. Hanya saja, wajah baru itu terlihat jauh lebih cerah dan indah dari sebelumnya. Lebih mulus dan bersih, tanpa ada jerawat yang menempel di sana-sini. Saat pandanganku tertuju pada pantulan kedua mataku di cermin, aku juga baru menyadari bahwa aku bisa melihat dengan sangat jelas tanpa kacamata minus tujuh yang sehari-hari selalu kupakai. Tentu saja aku sangat senang dengan perubahan drastis yang sedang aku alami ini. Tapi sepertinya akal sehatku masih belum mampu menerima keajaiban yang selalu muncul secara tiba-tiba belakangan ini. Aaaaaaarrrggh.. kenapa akhir-akhir ini aku banyak mengalami kejadian-kejadian aneh?
End of Choi Sang Mi POV
Author POV
Sepulang sekolah, Sang Mi langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang tempat tidurnya. Matanya memandang lurus ke langit-langit kamar mungil yang bernuansa putih itu. Tampaknya dalam benaknya Sang Mi masih menyimpan tanda tanya besar akan hal-hal aneh yang dialaminya hari ini. Sang Mi menghela napas panjang, berusaha menerka-nerka apa kekuatan apa dan dari mana kekuatan yang mengubahnya menjadi sesempurna ini berasal. Merasa bosan dengan berbaring terus di ranjang, Sang Mi memutuskan untuk bangun dan meraih cermin kecil yang terletak di nakas samping tempat tidurnya. Ia duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan kembali dengan seksama wajah cantik yang dimilikinya secara ajaib yang kini terpantul pada cermin kecil yang ada di tangannya.
Ditepuknya pelan kedua sisi pipinya, masih sulit untuk mempercayai semua ini. Senyum kecil menghiasi wajahnya yang sempurna, walaupun kebingungan masih menggurat di keningnya.
“Mungkin ini memang sudah jadi takdirku” Gumamnya.
Sang Mi bangkit lagi dari ranjangnya, menggerakkan tubuh untuk mengambil jepit rambut di laci nakasnya. Begitu laci itu terbuka, matanya tertumbuk pada sepucuk surat dan kalung kristal yang berkilauan yang entah sejak kapan kedua benda itu ada di dalam sana. Sejenak Sang Mi hanya memandangi kedua benda yang dirasa bukan miliknya itu, namun rasa penasaran akhirnya mendorongnya untuk mengambil sepucuk surat dan kalung kristal itu untuk kemudian dia amati dan mencari tahu siapa pengirimya. Ia membuka surat itu lalu membaca isinya. Kosong. Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba muncul huruf-huruf yang membentuk tuliusan-tuliisan yang berkilauan. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman ketika ia mengetahui siapa pengirim surat itu.
Untuk ‘ Manusia Terpilih’ku,
Choi Sang Mi
Saat kau membaca surat ini, mungkin kau sedang bingung dan bertanya-tanya akan keanehan yang terjadi padamu seharian ini. Aku sengaja tak memberitahukannya padamu agar itu menjadi sebuah kejutan untukmu. Maafkan aku sudah membuatmu bingung. Semoga kau bahagia dengan perubahan itu.
Ah ya, apa kau melihat kalung kristal bintang yang terletak di samping surat ini?
Itu untukmu. Saat kau membutuhkan aku, panggil aku dengan kalung itu. Kau cukup hanya dengan menggenggam kristal bintang itu, lalu bisikkanlah “Uri ch’onsa”. Maka aku malaikat pelindungmu akan langsung datang ke hadapanmu.
Dari Malaikat Pelindungmu
Angel Teuk
“Angel Teuk..” Gumam Sang Mi selesai membaca surat ajaib itu. Sang Mi kembali mengukir senyum di wajahnya, wajahnya berbinar, lalu mendekap erat surat itu.
End of Author POV
Choi Sang Mi POV
Ada perasaan lain saat aku usai membaca surat itu. Perasaan itu seperti rasa bahagia yang tak mampu kutampung dalam benakku hingga menyeruak menjadi tetesan air mata yang mengharu biru . Dan perasaan itu muncul setelah kuketahui bahwa surat dan kalung kristal bintang yang tergeletak di laci nakas itu adalah pemberian dari malaikat pelindungku, Angel Teuk.
Aku duduk menyendiri di sudut balkon kamarku, di bawah cahaya rembulan yang keperakan. Aku masih sibuk memikirkan isi surat pemberian Angel Teuk itu, sembari terus mengamati dengan seksama kristal bintang yang ada di tanganku. Karena semakin penasaran, aku pun ingin memanggil Angel Teuk dengan cara sesuai petunjuk dari Angel Teuk dalam surat itu. Kugenggam erat kristal bintang itu dengan kedua tanganku, lalu kuucapkan “Uri Ch’onsa…”
Tiba-tiba seberkas cahaya putih menyilaukan muncul di hadapanku, entah dari mana datangnya cahaya itu muncul. Cahaya yang datang secara tiba-tiba itu membuatku refleks menyipitkan mata bulatku.
Tak butuh waktu lama, cahaya itu sudah berubah menjadi sosok namja bersayap yang kukenal, Angel Teuk.
“Annyeong Sang Mi sshi” Sapa Angel Teuk santai dengan memamerkan senyum malaikatnya seperti biasa.
“Angel Teuk, lagi-lagi membuatku kaget!” Angel Teuk tersenyum melihat wajahku yang merengut.
“Aaah.. mian mian. Lama-lama kau juga akan terbiasa”
“Yah, kau benar. Mungkin aku juga harus membiasakan diri dengan kemunculanmu yang secara tiba-tiba itu. “ Aku terkikik.
Angel Teuk mendekat ke arahku lalu duduk di sampingku.
“Apa kau menyukai perubahanmu yang sekarang?”
“Ani.. “
“Jadi… kau tidak suka ya?” Angel Teuk menautkan kedua alisnya, wajah Angel Teuk berubah murung dan kecewa.
“Hahaha.. aku bercanda. Maksudku.. gadis mana yang tidak suka jika mendapati dirinya yang seperti itik buruk rupa tiba-tiba berubah menjadi cantik” Jelasku.
Wajah Angel Teuk kembali berseri, “Apa itu berarti kau menyukainya?”
“Ne, sangat” Aku tersenyum.
“Eh, bukannya waktu itu kau bilang bahwa kaum Guardian Angel mengetahui semua hal tentang ‘Manusia Terpilih’nya ya? Tapi kenapa Angel Teuk tidak tahu bagaimana perasaanku menerima perubahan ini?’ Timpalku
Angel Teuk nyengir, “Hehe, aku lupa memberitahukanmu satu hal. Kaum Guardian Angel memang mempunyai kemampuan mengetahui semua hal tentang ‘Manusia Terpilih’nya, tapi kami tidak akan pernah bisa membaca pikiran mereka”
“Ooohh.. jadi begitu ya…”
Aku bingung apa lagi yang akan kubicarakan pada Angel Teuk. Aaaaaarrrgh kenapa aku jadi canggung seperti ini di depan malaikat pelindungku sendiri?Cukup lama kami sama-sama saling diam, sampai aku sendiri yang kembali memulai pembicaraan.
“Gomawo.. kau telah banyak mendatangkan banyak perubahan dalam hidupku.. gomawo…”
Aku menunduk, memeluk kedua lututku. Air mata mulai menggenang di kedua pelupuk mataku. Aisshhh.. kenapa aku tiba-tiba berubah menjadi secengeng ini?
Angel Teuk menyentuh daguku dengan punggung jemari tangan kanannya, lalu ia mengangkat wajahku.
“Uljima Mi_ya… Itu sudah menjadi kewajibanku. Aku tidak ingin melihat mereka menghinamu lagi. Aku tidak ingin melihatmu bersedih”
Aku sedikit terkesiap saat nama itu terucap dari bibirnya, ‘Mi_ya’. Itu nama kecilku, nama panggilan kesayangan yang diberikan oleh kedua orang tuaku saat keduanya masih hidup. Baru pernah ada lagi yang memanggilku ‘Mi_ya’ semenjak mendiang kedua orang tuaku pergi.
Entah mengapa tanganku seperti tergerak ingin sekali memeluknya. Namun ternyata Angel Teuk lebih dahulu memelukku sebelum aku sendiri yang memeluknya. Dipeluknya seperti ini, aku merasa ada jutaan cahaya yang menyelubungi tubuhku.
“Gomawo.. jeongmal gomaoyo… Oppa…” Isakku dalam pelukannya.
End of Choi Sang Mi
Angel Teuk POV
Ada perasaan lain saat aku memeluknya seperti ini. Seperti ada kehangatan dari tubuhnya yang mengalir ke tubuhku. Rasanya seperti hidup dalam perguliran waktu yang terhenti.
Tapi…
Tunggu!
Barusan dia memanggilkU ‘Oppa’?
Apa aku tidak salah dengar?
“Mi_ya.. barusan kau…”
Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaanku, Sang Mi sudah memotongnya.
“Memanggilmu Oppa?”Ia balik bertanya.
“Nn ne..” Dengan sedikit gugup aku mengiyakan.
“Boleh kan aku memanggilmu seperti itu? Oppa.. Jung Soo oppa”
“Ne, boleh… panggillah aku dengan sebutan nama yang membuatmu nyaman..”
“Baiklah, Oppa.. Jung Soo oppa” Ia mengulangi panggilan baru itu untukku.
End of Park Jung Soo POV
*****
Author POV
Sejuknya udara pagi mengiringi Sang Mi di sepanjang perjalanannya menuju Chung Dam High School, tempatnya menimba ilmu. Sang Mi begitu bahagia mengawali kehidupan barunya. Ia merasa baru terlahir kembali ke dunia ini. Wajahnya berbinar dan berseri-seri. Ia begitu bersemangat mengayuh sepedanya. Sang Mi tersenyum simpul saat melihat butiran-butiran salju mulai menutupi pepohonan, badan jalan, dan menyelimuti atap-atap rumah di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Saat sedang asyik mengayuh sepedanya, tiba-tiba di tengah jalan ia merasa sepeda yang dikayuhnya itu sedikit oleng. Sang Mi pun menghentikan sepedanya di tepi jalan lalu turun untuk mengecek apa yang telah terjadi pada sepeda kesayangannya itu.
Dan benar saja sepeda itu oleng, rupanya ban belakang sepeda Sang Mi bocor karena tertancap sebuah paku kecil di sana.
“Aisshh.. kenapa aku harus menghadapi situasi seperti ini? Bagaimana kalau aku terlambat?” Gerutunya.
Karena tak mau semakin terlambat, Sang Mi pun akhirnya mulai menuntun sepedanya menuju ke sekolah. Baru beberapa langkah Sang Mi berjalan, sebuah Lamborghini Geraldo hitam menepi dan berhenti di depannya. Sang Mi terperangah saat melihat sang pemilik Lamborghini Geraldo hitam itu keluar dari mobilnya.
“Zhoi Mi?” Sang Mi tercekat.
Zhou Mi melangkah mendekati Sang Mi yang hanya mematung di tempatnya.
“Ni Hao, Sang Mi” Sapanya dengan bahasa asalnya, bahasa Mandarin.
Sang Mi masih tetap mematung, ia shock mendapat perlakuan yang 180 derajat sangat berbeda dari Zhou Mi.
“Bagaimana bisa Zhou Mi bersikap seramah itu padaku?” Pikirnya.
“Ada apa dengan sepedamu?”Tanya Zhou Mi. Tak salah lagi, nadanya terdengar tulus. Zhou Mi tersenyum, semua keangkuhan tersapu lenyap dari wajahnya.
Sang Mi masih saja bergeming, tak sedikit pun merespon Zhou Mi.
“Sang Mi sshi, gwaenchana?” Zhou Mi mengibaskan tangan kanannya di depan wajah Sang Mi yang sedari tadi hanya membisu, membuyarkan lamunan Sang Mi.
“Oh. Eh.. gwaenchana Zhou Mi sshi” Jawab Sang Mi kikuk dan canggung.
“Ada apa dengan sepedamu?” Zhou Mi kembali mengulang pertanyaannya.
“Ah.. Ini.. ban sepedaku bocor. Ja.. jadi.. aku terpaksa menuntunnya”
“Oh… kalau begitu naiklah ke mobilku. Kita berangkat bersama. Nanti biar kusuruh ‘orang’ku untuk mengurus sepedamu. Kajja!” Ajak Zhou Mi setengah memaksa, sembari membukakan pintu mobilnya untuk Sang Mi.
“Eh, tidak usah Zhou Mi_sshi.. Aku tidak mau merepotkanmu. Biar aku jalan kaki saja”
Sang Mi melanjutkan langkahnya, namun Zhou Mi cepat-cepat menghentikan langkah Sang Mi, menghalangi jalan Sang Mi dengan merentangkan kedua tangannya tepat di depan Sang Mi.
“Kau bisa terlambat nanti. Ayolah Sang Mi sshi, tak usah merasa sungkan. Aku ini kan temanmu”
Sang Mi mengernyitkan dahinya, “Teman? Sejak kapan Zhou Mi menganggapku teman? Bukankah selama ini dia begitu membenciku?” Pikir Sang Mi.
Sang Mi masih ragu untuk menerima tawaran Zhou Mi. Kini pipinya sudah sewarna tomat masak.
“Ayolah… mau yah?” Desak Zhou Mi.
“Mmm.. baiklah”. Akhirnya Sang Mi menerima ajakan Zhou Mi dengan malu-malu, mengingat waktu sudah mulai merangkak naik mendekati pukul sembilan. Lamborghini Geraldo hitam itu pun akhirnya melesat membawa mereka berdua ke sekolah.
End of Author POV
*****
Choi Sang Mi POV
Aku dan Zhou Mi berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah. Aigoo… lagi-lagi aku mendapat tatapan aneh dari semua siswa yang berpapasan dengan kami. Membuatku tambah gugup saja berjalan di samping Si kapten basket yang menjadi idola semua gadis di sekolahku ini.
Zhou Mi terkekeh, “Hey, coba lihat. Mereka semua iri melihatmu” Kata Zhou Mi sembari mengendikkan matanya ke arah yeoja-yeoja yang sedang menatap kami yang sedang berjalan melalui mereka.
“Eh? Be. Benarkah?” Aissshhh.. lagi-lagi aku tak mampu mengontrol rasa gugupku. Pabo!
“Kau gugup sekali sampai tanganmu sedingin ini”
OMO.
Jantungku berdegup sangat cepat, seperti hendak melompat dari tempatnya saat tiba-tiba Zhou Mi menautkan jemarinya pada jemariku. Kyaaaaa… apa aku sedang bermimipi?
Zhou Mi tak kunjung melepasakan kaitan jemarinya saat memasuki ruang kelas. Saat itu teman-teman satu kelasku sedang melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang sedang mengobrol, membaca buku, main PSP, atau sekedar duduk melamun di bangku mereka. Tapi seketika itu aktivitas mereka langsung terhenti saat melihat kedatanganku bersama Zhou Mi. Aku mendengar mereka terkesiap hingga mengeluarkan suara, lalu terdiam. Mata mereka mengikuti ke mana kami melangkah, sementara Zhou Mi dengan santainya menggandengku menuju ke sebuah bangku. Sama sekali tak mempedulikan tatapan-tatapan itu. Aku duduk di bangkuku seperti biasa. Eh, tapi kenapa Zhou Mi memilih bangku di sampingku? Aneh,
Zhou Mi duduk di sebelahku, lalu menghempaskan tasnya ke atas meja. Aku penasaran mengapa perlakuan Zhou Mi padaku tiba-tiba berubah sedrastis itu . Aku memberanikan diri untuk menelengkan daguku untuk melihat bagaimana ekspresi wajahnya sekarang.
OMONA!
Aku ketahuan. Aku kembali menundukkan wajahku dengan canggung. Tapi Zhou Mi seakan bisa membaca pikiranku. Ia menepuk-nepuk pelan puncak kepalaku, lalu berkata “Aku nerjanji, mulai sekarang akan bersikap baik padamu”
“Nde?”
“Itu benar. Itu janjiku”
Aku menelan ludah setelah mendengar pernyataannya barusan.
“Bb ba baiklah. Aku pegang janjimu” Kataku kaku.
Berani taruhan. Sepertinya aku tak akan bisa tidur.
*****
Suara bel pintu rumah menyentakkanku dari lamunan. Siapa yang bertamu malam-malam begini?
Aku pun beranjak dari kamarku untuk membukakan pintu. Saat aku membukakan pintu itu, di depanku sudah berdiri seorang namja bertubuh tinggi semampai yang berdiri membelakangiku. Sepertinya namja ini tak asing lagi bagiku.
“Ni hao” Sapa namja itu begitu membalikkan badannya.
“Eh, Zhou Mi?!” Aku terperanjat saat mengetahui bahwa tebakanku ternyata benar. Tapi untuk apa Zhou Mi malam-malam ke rumahku?”
“Hey Sang Mi sshi, kau suka sekali melotot yah? Semua namja yang ingin mendekatimu bisa kabur kalau kau selalu melotot seperti itu.” Zhou Mi terkekeh, sesekali mengetuk-ngetukkan sepatunya di ubin teras rumahku.
“Emm.. mianhae.” Aku menunduk. Malu sekali jika ketahuan oleh Zhou Mi karena wajahku yang sudah semerah tomat masak.
“Ada apa Zhou Mi sshi?” Tanyaku, masih menunduk menyembunyikan wajahku dari Zhou Mi.
“Aku ingin mengantarkan sepedamu. Orang suruhanku sudah membetulkannya. Tunggu sebentar” Zhou Mi menghambur ke arah mobilnya, tanpa bersusah payah Zhou Mi menurunkan sepedaku dari dalam mobil itu. Kemudian ia menuntunkan sepedaku ke hadapanku.
“Oh, gomaweo Zhou Mi sshi. Kau sampai repot-repot mengantarkannya kemari. Jeongmal gomaweo..”
“Ah, sama sekali aku tidak merasa direpotkan. Ah ya, dan kurasa kau tidak usah mengendarai sepeda itu lagi jika akan berangkat ke sekolah. Karena mulai besok, aku yang akan menjemput dan mengantarkanmupulang setiap hari. Arrachi?”
“Tta tapi..”
SSSTTTT
Telunjuk jari Zhou Mi sudah menempel di bibirku saat aku ingin melanjutkan bicara, pertanda ia tak mengizinkanku menolak tawarannya.
“Tidak ada tapi-tapian. Ok?”
“Apa ini suatu paksaan?”
Zhou Mi menunjukkan ekspresi pura-pura berpikir, “Mmmm… sepertinya begitu. Jadi apa kau masih mau menolak tawaranku”
“Entahlah…” Jawabku sekenanya.
“Baiklah kalau begitu, pokoknya kau akan mulai kujemput besok pagi. Arra?”
“Ne” Entah mengapa aku bisa semudah itu mengiyakan tawaran Zhou Mi. Walau kurasa ini aneh, tapi jujur saja perubahan sikap Zhou Mi padaku membuatku semakin tertarik dan semakin berharap lebih padanya.
“Aku pulang dulu ya.. Annyeong..”
“Nn ne, hati-hati di jalan..”
Zhou Mi mengangguk, lalu mengedipkan sebelah matanya ke arahku sambil berlalu menghampiri mobilnya.
OMO!
Aisshh.. kenapa dia mengedipkan matanya seperti itu? Membuatku semakin salah tingkah saja.
Park Jung Soo POV
Sang Mi bergelung di ranjang tempat tidurnya, tanpa memakai selimut. Ia memejamkan mata meski kenyataanya ia belum tertidur. Ia gelisah, maka dari itu ia tak kunjung bisa tidur. Tak butuh waktu lama untuk mengetahui alasan yang menyebabkan ia menjadi gelisah seperti ini.
Kentara sekali jika Sang Mi gelisah karena memikirkan Zhou Mi. Perubahan sikap Zhou Mi yang terjadi dalam waktu sehari semalam, mungkin hal itulah yang menyebabkan Sang Mi segelisah malam ini. Meskipun di samping kegelisahan itu,hal itu juga mungkin membuatnya merasa senang.
Aku sengaja melesat mendatangi Sang Mi tanpa harus ia yang terlebih dahulu memanggilku, karena kupikir sekarang ini Sang Mi sedang butuh seorang teman. Seorang teman yang mampu menjadi pendengar setia untuknya, mendengarkan kisah yang dialaminya bersama sang namja yang sudah lama ia idolakan.
Sang Mi mengerjap-ngerjapkan matanya saat pancaran cahaya dari tubuhku yang kini sedang duduk di samping ranjang sedikit mengenai matanya. Kumunculkan selimut di kedua tanganku lalu kuselimuti tubuh Sang Mi yang agak menggigil dengan selimut itu.
“Mmm.. oppa? Kapan oppa datang?” Wajah Sang Mi berbinar menyambut kedatanganku.
“Tidak begitu lama, baru saja.”
“Oppa, aku tidak bisa tidur” Keluhnya.
“ Oppa tahu, maka dari itu Oppa kemari” Aku menepuk-nepuk puncak kepalanya pelan.
“Oppa, datang untuk menemaniku?” Sang Mi sumringah.
Sang Mi mengerti jawabanku walau hanya dengan satu anggukan yang diiringi dengan senyuman.
“Sekarang coba ceritakan pada Oppa, apa yang membuat kau segelisah ini hemm? Mungkinkah itu karena pangeran Cinamu itu ya?” Tanyaku asal.
“Oppa… oppa kan sudah tahu. Kenapa harus ditanyakan lagi. Aku kan malu” Sang Mi menggembungkan pipinya.
“Hey, tidak usah malu Mi_ya, perasaanmu akan jauh lebih lega saat kau menceritakan masalahmu pada orang lain.”
“Benarkah?”
“Ne, kau belum pernah mencobanya bukan?”
“Itu kan karena aku tidak punya teman, Oppa. Mereka semua menjauhiku karena rupaku yang jelek. Bagaimana aku bisa menceritakan masalahku pada orang lain?” Wajahnya berubah muram.
“Sekarang kan sudah ada oppa. Dan oppa yakin sebentar lagi kau akan punya banyak teman. Ah iya, kau juga sudah punya Zhou Mi kan?” Aku berusaha menggodanya. Tapi tak tahu kenapa aku sendiri tercekat saat kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Ada sedikit perasaan terluka saat diriku sendiri tak bisa memungkiri kedekatan Sang Mi dengan Zhou Mi. Dan itu menyisakan sedikit kepedihan dalam hatiku.
“Yak oppa! Kenapa melamun? Katanya mau mendengarkan ceritaku…”
“Oh, mi mian…” Aisshh.. apa yang aku lakukan? Kenapa aku salah tingkah di saat seperti ini?
“Baiklah kalau begitu, coba ceritakan apa yang kau alami hari ini bersama… Zhou Mi..” Lagi-lagi perasaan terluka itu menyelinap muncul.
“Hari ini… Zhou Mi tiba-tiba bersikap baik padaku. Entah aku juga tidak tahu kenapa sikapnya padaku berubah 180 derajat seperti itu.”
“Itu karena kecantikanmu, Mi_ya..” Aku membatin.
Sang Mi terus bercerita, “Dia juga berjanji padaku mulai sekarang dia akan selalu bersikap baik padaku. Aaaaaaahhhh… senangnyaaaa… “
“Benarkah?” Tanyaku datar, suaraku bergetar saat mengucaapkan kalimat terakhir.Namun sebisa mungkin aku berusaha menyembunyikan kepedihan yang sedang menyerangku saat mendengarkannya sebahagia itu karena Zhou Mi.
“Ne, jujur saja Oppa. Aku sangat menyukai perubahan sikapnya yang sekarang. Aku jadi semakin tertarik padanya” Muncul semburat kemerahan di kedua pipi Sang Mi, wajahnya berseri-seri saat menceritakan pujaan hatinya itu. Sedangkan aku, kenapa rasanya luka itu semakin melebar?
Oh Dewa Langit, perasaan macam apa ini?
“Bagaimana sekarang, apa perasaanmu sudah lebih lega?”
“Mmm.. ah sepertinya iya oppa. Perasaanku sudah jauh lebih lega sekarang”
Aku menekuk bibirku membentuk sebuah senyuman, “Baguslah, kalau begitu sekarang kau tidurlah. Sudah larut malam. Aku tidak ingin kau terlambat bangun lagi. Arrachi?”
“Ne, arraseo..”
Sang Mi kembali merebahkan dirinya di atas ranjang, kubetulkan letak selimutnya agar seluruh tubuhnya tak kedinginan.
“Oppa, jika seperti ini kau sangat mirip dengan mendian Appaku. Ia selalu membetulkan letak selimutku saat aku akan tidur” Sang Mi tersenyum.
“Kalau begitu, anggaplah aku seperti appamu” Aku nyengir.
“Mwo? Mana bisa? Oppa kan masih muda” Protesnya sembari memegang tepi selimut dengan kedua tangannya.
“Hemmm.. siapa bilang aku masih muda? Kau tahu? Usiaku sudah lebih dari satu abad, karena aku makhluk abadi, maka ragaku seolah-olah aku ini masih muda. Seperti tidak berkurang maupun bertambah..”
“Hah? Benahkah itu oppa?”
“Ne, ya sudah.. cepatlah tidur… kenapa malah mengobrol lagi?Haha, dasar Choi Sang Mi.” Aku terkekeh sembari membetulkan kembali letak selimutnya.
“Arraseo, arraseo..”
Sang Mi mulai memejamkan kedua matanya. Kutunggui ia hingga benar-benar lelap dalam tidurnya. Kali ini telingaku yang sensitif bisa mendengarkan hembusan nafas dan detak jantungnya yang sudah kembali teratur. Wajahnya terlihat begitu polos dan tenang saat tidur nyenyak seperti ini. Entah mengapa, meskipun kenyataanya ia lebih kuat dari apa yang kubayangkan, aku selalu melihatnya sebagai sosok seorang gadis rapuh yang harus selalu aku lindungi, termasuk diluar kewajibanku sebagai seorang malaikat pelindung tentunya.
Tiba-tiba saja seperti ada suatu dorongan yang menggerakkan tanganku untuk membelai rambut gadis mungil ini. Kukecup keningnya yang mulus bak batu marmer dengan segenap perasaan yang tak dapat kumengerti yang seakan memenjarakan hatiku padanya.
Andwae!!! Apa yang telah aku lakukan ini?
Aku sudah menyalahi takdir.
Aku sama sekali tak punya hak untuk mencintainya. Aku seorang malaikat pelindung sedang Sang Mi adalah seorang ‘manusia terpilih’ yang ditakdirkan untuk kujaga, bukannya seorang gadis yang bisa semudah itu aku cintai. Begitu banyak pantangan yang menjadi jurang pemisah antara kaum Guardian Angel dengan manusia.
“Tidak. Tidak. Aku telah menyalahi aturan. Aku tidak boleh seperti ini”
Air mataku yang bening dan jernih menetes karena rasa bersalah yang seolah-olah menampar wajahku sendiri. Mana boleh perasaan seperti itu muncul saat aku melihat ‘manusia terpilih’ yang ditakdirkan untuk kulindungi?
Aku melesat keluar melalui jendela kamar Sang Mi , lebih memilih terbang melawan angin ketimbang menggunakan kekuatanku untuk menghilang bersama cahaya. Kubiarkan sayap ini mengepak entah hingga sejauh mana yang aku mampu. Rasanya aku terlalu marah pada diriku sendiri yang tak bisa menjaga amanat dari Dewa Langit. Pula tak mampu menjaga sumpah kaumku selama berabad-abad, sumpah untuk tak mencintai ‘manusia terpilih’ yang nyata-nyata kini sudah mulai aku langgar. Aku bodoh, benar-benar malaikat pelindung yang bodoh. Untuk apa aku semudah ini dikalahkan oleh rasa cinta bila akhirnya aku kehilangan kekuatanku dan akhirnya sama sekali tak mempunyai kekuatan untuk melindungi gadis itu? Apalah arti kekuatanku bila telah hilang terkikis habis karena termakan oleh perassaanku sendiri dan justru itu akan membiarkan gadis yang kucintai hidup di dunia ini tanpa pelindung sama sekali?
“Aaaaaaarrrrrrrggghhh…”
Aku meraung, menjerit, menggemakan teriakan kekesalanku pada diriku sendiri, memecah keheningan langit malam yang kini suram tanpa diterangi cahaya rembulan. Awan-awan hitam bergerombol, bintang-bintang pun seolah takut memunculkan dirinya di hadapanku yang sedang memuntahkan kemarahan dan rasa sesal yang bercampur menjadi satu.
To be continued…
Hwuaaaaa… Aku bener-bener minta maaf nih buat readersdeul yang udah lama nungguin DEATH LOVE Chapter 2 *PLAK(Author kePEDEan), mianhae aku postingnya lama.. :-P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar