A simple thing called honesty [Part 2]
Tittle :: A simple thing called honesty [Part 2]
Genre :: Romance, friendship, family (sedikit)
Tags :: Lee Sungmin, Cho Kyuhyun, Hwang Min Ji (OC), Lee Saeny (OC)
Rating :: T
Length :: Chapter
“ Kita lihat..seberapa lama cerita ini mampu bertahan. “ Sungmin kembali menghadapkan tubuhnya kearahku saat kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku.
“ Cerita ini tidak akan berakhir sebelum aku mengakhirinya. “ tuturnya dingin. Haruskah aku ikut melakoni sandiwara ini?
* * *
Min Ji POV
Kutatap bayanganku dicermin. Kini aku telah bersiap untuk berangkat ke rumah sakit, menjalankan kewajibanku sebagai seorang dokter. Setelah dirasa tidak ada yang kurang, aku pun berjalan meninggalkan kamar ini seraya membawa tasku dan menuju ke ruang makan.
“ Pagi, Sae-ah. “ sapaku sambil mencium pipi gadis itu lalu duduk di kursi sebelah Sungmin. Ya, nyatanya aku telah terjun kedalam skenario yang diciptakan Sungmin dan Kyuhyun. Sudah sebulan aku menyamar menjadi kekasih Sungmin. Berpura-pura menjadi seorang calon kakak ipar yang baik untuk Saeny.
“ Kau lembur semalam? “ tanya Sungmin sambil membantuku mengoleskan selai strawberry di rotiku. Dimata Saeny, oppa-nya ini terlihat sangat perhatian padaku, tapi sebenarnya dia sedang menghukumku. Aku tahu maksud dari pertanyaannya.
“ Ne.. Maaf Saeny, jadi kau yang harus menyiapkan sarapan. “ kuambil alih roti ditangan Sungmin dan memasukannya kedalam mulutku.
“ Gwaenchana, eonni.. “ Saeny tersenyum dengan amat manis. Kulihat Saeny juga Kyuhyun sudah menghabiskan sarapannya.
“ Kami berangkat dulu ya, anyeong! “ seru Saeny diikuti dengan Kyuhyun yang juga bangkit dari kursinya dan berjalan beriringan menuju pintu utama. Hanya tinggal aku dan Sungmin di ruangan ini.
“ Jangan membuat Saeny menyiapkan sarapan lagi. Selelah apapun, kau harus bangun pagi dan melakukan tugasmu sebagai istri Kyuhyun. “ aku mulai jengah dengan sandiwara ini. Selain harus bersandiwara, aku juga harus melakukan seluruh pekerjaan rumah. Sadarkah mereka bahwa aku ini sedang membantu mereka?
“ Saeny juga istrinya Kyuhyun. Kau lupa? “ sahutku dingin.
“ Aku tidak peduli. Itu tugasmu, bukan tugas Saeny. Kau menikmati fasilitas rumah ini, apa salahnya kau melakukan pekerjaan rumah? “
“ Kau juga seorang dokter, kau pasti tahu bagaimana lelahnya pekerjaan ini. Dari awal aku ingin menggunakan jasa pembantu, tapi kau menolaknya. Jadi jangan salahkan aku. “
“ Aku tidak percaya pada orang yang tidak kukenal. S—“
“ Saeny sendirian dirumah hingga malam, tidak mungkin kau membiarkannya bersama orang asing.“ ujarku memotong kalimatnya. Aku sudah bosan mendengarnya dan aku juga malas berdebat dengannya. Aku bangkit dari tempat dudukku dan meninggalkan roti juga susu yang baru kunikmati seperempatnya itu.
Begitu sampai di rumah sakit, aku disambut dengan tugas yang sungguh sangat aku benci. Aku diseret oleh salah satu suster rumah sakit ini menuju ruang UGD. Ada korban kecelakaan dan harus segera dioperasi, karena kalau tidak orang itu akan meregang nyawa dalam hitungan menit. Segala peralatan medis telah disiapkan. Aku menyuntikan obat bius pada wanita paruh baya yang tidak lain adalah korban kecelakaan itu. Adakalanya, obat bius tidak bekerja dengan sempurna. Dan itulah yang terjadi sekarang. Dan sungguh aku tidak ingin melakukan ini. Aku harus mendengarkan rintihan kesakitannya disaat alat-alat yang kugunakan menyentuh tubuhnya dan aku benci hal itu.
“ Dokter Hwang.. cepat, anda tunggu apalagi? “ tanya seorang suster ketika kuarahkan tubuhku menjauh dari tempatku berdiri sebelumnya.
“ Tidak bisakah dokter lain saja yang melakukannya? Aku tidak bisa kalau seperti ini.. “ elakku. Sungguh, aku ingin segera meninggalkan ruangan ini. Rintihan pasien itu bisa membuatku gila.
“ Tidak ada waktu lagi, dokter Hwang.. “
“ Ani. Tunggu sebentar.. “ kuraih ponselku sambil berjalan ke sudut ruangan. Kuhadapkan tubuhku ke dinding lalu mencari sebuah nama di daftar kontakku. Meskipun sesungguhnya aku tidak ingin, tapi aku harus melakukannya. Menghubungi Lee Sungmin dan meminta bantuannya.
“ Yeoboseo, Sungmin-ssi “ sapaku saat dengungan yang konstan tidak terdengar lagi, menandakan orang diujung sana telah menerima panggilanku.
“ Ada apa? “
“ bisakah kau ke tempatku? Ada korban kecelakaan dan harus segera dioperasi, dan aku tidak bisa melakukannya.. “ jelasku sebelum namja itu bertanya lebih lanjut. Untuk beberapa saat, aku tidak mendengar suara apapun. Dia diam.
“ Mana boleh seperti itu? Kita beda rumah sakit dan aku juga tidak punya hubungan kerja dengan rumah sakit tempatmu bekerja. “ akhirnya dia buka suara. Memang benar seperti itu, tapi aku benar-benar tidak bisa. Bagaimana ini?
“ Kumohon.. aku yang akan bertanggung jawab, lagi pula ini kan rumah sakit ayahku. Cepatlah kemari, keadaan orang itu semakin kritis. “
“ Lakukan sendiri. “ ujarnya dingin sebelum memutus sambungan teleponnya. Mau tidak mau, aku harus melakukan ini sendiri. Sambil mengatur nafas, aku berjalan mendekati ranjang pasien itu. Keringat dingin mulai merembes keluar dari pori-pori kulitku. Rasa takut menyergapku saat rintihan bibi itu kembali terdengar. Seketika tanganku sudah bergerak licah memainkan ponselku dan menghubungi Sungmin lagi.
“ Sungmin-ssi, cepatlah datang. Selama ini kan aku membantumu dan Kyuhyun, kali ini gantian. Cepat, atau kubongkar rahasia kalian pada Saeny. “ ancamku.
“ Ck.. Arra. “ sahutnya cepat dan segera kuakhiri pembicaraan jarak jauh itu sebelum penipu itu mengubah pikirannya. Lima belas menit kemudian pria itu sampai di lobby. Aku menyeretnya ke ruangan UGD, mendorongnya masuk lalu kutinggalkan ruangan itu dan berjalan menuju ke sebuah ruangan bercantumkan nama ‘ dr. Hwang Min Ji ‘.
Beberapa jam kemudian..
Kusandarkan tubuhku ke punggung kursi kerjaku. Rintihan itu sukses mengacaukan pikiranku. Berkali-kali kuhirup udara dalam-dalam, mencoba menghapus ketakutanku yang berlebihan. Namun, hasilnya nol besar.
Cekrek~
Pintu berwarna putih itu terbuka dan tak lama setelahnya muncul sosok Sungmin. Kuseka keringat di dahiku, berusaha bersikap tenang lalu berjalan mendekatinya.
“ Sudah selesai? Bagaimana keadaannya? “ tanyaku pelan.
“ Mm. Sudah lewat masa kritis, “
“ Syukurlah.. Ng..Gomawo.. “
“ Lalu, bolehkah aku pergi sekarang? “ baru saja aku ingin mengatakan ‘ya’, namun tiba-tiba ibuku sudah menyeruak masuk kedalam ruangan ini.
“ Min Ji. Kau melakukannya lagi. Sampai kapan kau akan menghindari hal seperti itu? Kau sudah dua tahun menjadi dokter, kenapa masih saja takut? “ tanya eomma dengan nada bicaranya yang meninggi. Kutundukan kepalaku dalam-dalam. Eomma pasti marah besar, apalagi aku memanggil dokter dari luar rumah sakit ini.
“ Mianhae, eomma.. “ jawabku pelan sambil meremas tanganku sendiri.
“ ..Sungmin-ssi, lebih baik kau pergi sekarang. Terima kasih atas bantuanmu. “ bisikku pada namja yang berdiri disebelahku. Sejak tadi eomma terus memandangi Sungmin dari ujung kepala hingga kaki, sebentar lagi eomma pasti meledak.
“ Ne. Nyonya Hwang, saya permisi dulu. “ Sungmin membungkukan badannya dalam-dalam dan hendak meninggalkan ruangan ini, namun eomma menahannya dengan cepat.
“ Dokter Lee? “ tanya eomma setelah sebelumnya melihat nama Sungmin yang tercantum di seragamnya.
“ Ne.. “
“ Aku tidak tahu kau siapa, tapi lain kali jangan membantunya lagi. “ ucap eomma ketus. Sungmin hanya menjawabnya dengan senyum lalu beranjak pergi. Eomma kembali menatapku dengan tajam dan berjalan mendekatiku.
Author POV
Min Ji hanya mampu menundukan kepalanya. Tenaganya serasa menguap entah kemana.
“ Dengarkan eomma. Ini yang terakhir kalinya. Sampai kau berani menghindari pekerjaan ini lagi, lebih baik kau berhenti jadi dokter. Arraseo?! “ wanita paruh baya itu mengucapkan kalimatnya tepat didepan wajah Min Ji, membuat jantung Min Ji berdetak semakin cepat karena takut.
“ eomma.. “ Min Ji ingin sekali membantah ibunya itu, tapi ketakutannya terlalu besar hingga membekukan pita suaranya.
“ aku hanya ingin mendengar jawaban ‘Ya’ “
“ tidak, eomma.. “ akhirnya Min Ji membantah ibunya itu setelah berhasil mengumpulkan keberaniannya.
“ mwo? Apa maksudmu? “ rasa terkejut tersirat diwajah wanita paruh baya itu. matanya membulat dan ia berusaha bernafas dengan teratur untuk menahan amarahnya.
“ aku takut, eomma. aku takut. Mendengar rintihan pasien seperti tadi bisa membuatku mati ketakutan, eomma. Jangan memaksaku seperti ini. Kumohon untuk yang satu itu, jangan eomma. “
“ kau— kenapa kau ini senang sekali membantahku?! Aku melarangmu menikah dengan Kyuhyun, kau membantahnya. Dan sekarang kau ingin membantahku lagi?! Tidak. Eomma tidak mau tahu, pokoknya kali ini kau harus menuruti perintah eomma. “
“ tapi eomma—“
“ Kau tuli, Hwang Min Ji? Pokoknya kau tidak boleh menghindari operasi lagi, arraseo?! “ Min ji eomma pun meninggalkan ruangan itu beserta Min Ji yang masih diam.
“ aku tidak mengerti, eomma. aku tidak mengerti. Eomma tahu? Aku takut sekali. Kenapa eomma malah memarahiku? Kenapa eomma tidak menenangkanku? Kenapa eomma selalu seperti ini? “ ujar Min Ji lirih. Air matanya sudah menetes dan menimbulkan genangan kecil di lantai. Terisak sendirian tanpa seseorang pun disampingnya.
“ Kyuhyun-ah, dimana kau saat aku seperti ini? Kau selalu tidak ada didekatku saat aku sedang kacau seperti saat ini. Curang. “ keluhnya lagi. Kali ini Min Ji terduduk disudut ruangan sambil membenamkan wajahnya di lipatan kakinya yang ditekuk.
“ Ani. Bukan kau yang curang, tapi aku. Aku yang tidak menceritakan semuanya padamu. Kyuhyun-ah, bagaimana reaksimu jika tahu bahwa aku selalu menyembunyikan masalahku selama ini? “ Min Ji menopang dagunya diatas lutut, memandang kosong kearah meja kerjanya.
“ Tentu saja kau tidak peduli. Apa aku ini jika dibandingkan dengan Saeny? Bagimu dia itu nomor satu. Jahat. Mana ada orang yang menikahi sahabatnya hanya untuk bisa bersama dengan wanita lain yang dicintainya. Kau tahu, Kyuhyun-ah? Aku mulai kebingungan menilai perhatianmu padaku. Aku tidak tahu kau sedang membohongiku lagi atau tidak. Aku takut untuk mempercayaimu seperti dulu lagi. “ air matanya kembali menetes. Ia kembali merasakan sakit dan sesak di dadanya saat mengingat kejadian sebulan yang lalu. Saat mengingat orang yang sangat dipercayainya telah membohonginya. Seolah tidak puas hanya dengan berbohong, sahabatnya itu juga memaksanya untuk terjebak disituasi yang selalu membuatnya merasakan sakit disetiap detiknya.
Sedangkan disisi ruangan yang berbeda, entah kenapa seseorang ikut sedikit merasakan sakit yang sedang melanda gadis itu. Menyandarkan tubuhnya ke dinding dan menolehkan wajahnya hinga pipi kanannya sedikit menyentuh dinding berwarna putih itu.
Di kediaman Lee..
Saat jarum jam menunjukan pukul sepuluh malam, Min Ji baru pulang. Ia melewati makan malamnya lagi. Dengan lesu dia berjalan masuk, melewati ruang keluarga begitu saja padahal ada tiga orang yang sedang asik mengobrol disana. Langkah kecilnya perlahan membawanya ke kamar yang berada di lantai atas. Begitu sampai, ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan matanya.
“ eonni, neo gwaenchana? “ tanya Saeny dari balik pintu.
“ Gwaenchana, Sae-ah “ Saeny yang merasa sebaliknya pun turun kembali ke ruang keluarga dengan perasaan khawatir. Tak lama kemudian seseorang tengah berada didepan pintu kamar Min Ji. Tanpa meminta ijin terlebih dahulu, pria itu masuk kedalam kamar.
“ ada apa, Sungmin-ssi? “ Min Ji memalingkan wajahnya, menyeka air matanya lalu kembali menatap Sungmin.
“ Sae—“
“ Arraseo. “ potong Min Ji tanpa berniat mendengarkan kelanjutan kalimatnya. Min Ji bangkit dari tempat tidurnya, berjalan melewati Sungmin, keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur. Sesampainya di dapur, Min Ji mengenakan celemek berwarna biru tua dan mulai menyabuni piring-piring serta berbagai perlatan makan lainnya yang bertumpuk tak beraturan di bak cucian piring.
“ Min Ji-ya.. kau istirahat saja, biar Saeny yang mencucinya besok. “ ujar Kyuhyun yang baru datang sambil meraih lengan Min Ji dan membasuhnya dengan air.
“ Ani. Ini tugasku. “ Min Ji hendak melepaskan tangannya dari Kyuhyun, tapi ‘suaminya’ itu menahannya.
“ Kau sudah makan belum? Belakangan ini kau jarang makan malam bersama kami.. “
“ Aku makan di luar tadi. “
“ Mau kub— “
“ bicaranya nanti saja. Aku mau cuci piring dulu, Kyuhyun-ah “ Min Ji kembali berkutat dengan busa sabun dan mengacuhkan Kyuhyun yang ada disampingnya.
“ Min Ji-ya, gwaenchana? “
“ Nan gwaenchana, Kyuhyun-ah.. Jinja.. lebih baik kau temani Saeny sana. “ mata Min Ji menyipit, menandakan bahwa ia sedang tersenyum.
“ aku tunggu sampai kau selesai dulu. “ Kyuhyun mengelus pipi Min Ji lalu duduk di dekat pantry dapur.
“ kau hanya sedang berpura-pura atau tidak, Kyuhyun-ah? Aku bingung.. “ gumam Min Ji pelan. Air matanya kembali mendesak untuk keluar, tapi Min Ji menahannya.
“ kau bilang apa Min Ji-ya? “ tanya Kyuhyun yang samar-samar mendengar gumaman Min Ji.
“ Ani. Animnida. “
“ Oppa, sudah malam. Kau tidak mau tidur? “ tiba-tiba saja Saeny datang dan memeluk Kyuhyun dari belakang dengan manja.
“ Eonni, aku lapar. kau bisa masak jajangmyeon tidak? “ tanya Saeny yang kini sudah ada disamping Min Ji.
“ bisa. Mau eonni buatkan? “ Saeny mengangguk pasti sambil tersenyum manis.
“ aish, besok saja Sae-ah.. Min Ji sudah kelelahan. “
“ tapi aku lapar, oppa.. aku mau makan jajangmyeon. “ Saeny merajuk dengan manjanya.
“ kita beli diluar saja, kajja. “
“ shireo. “
“ Sae-ah “
“ oppa! “ bentak Saeny yang tidak suka dilarang-larang. Matanya menatap Kyuhyun dengan tajam sambil menggembungkan pipinya.
“ sudahlah, nanti aku buatkan. Kau tunggu di meja sana “ Saeny pun kembali tersenyum dan kemarahannya menguap seketika, mencium pipi Min Ji lalu menggandeng Kyuhyun menuju meja makan. Kedua orang itu asik bercanda, bersikap layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Min Ji tersenyum miris melihat pemandangan itu, bagaimana pun Kyuhyun adalah suaminya, sah dimata Negara dan agama. Dan untuk yang kesekian kalinya, dia tidak bisa mempertahankan haknya.
“ Mashita! Eonni memang hebat! “ wajah Saeny nampak berseri, dia tersenyum dengan sangat manis. Seenak itukah jajangmyeon buatan Min Ji? Min Ji sendiri hanya tersenyum seadanya, dia tidak tahu kalau masakannya itu terasa enak, yang ia tahu hanya ada rasa asin saat ia mencicipi masakannya sebelum diberikan pada Saeny. Rasa asin yang mendominasi indra pengecapnya saat sesendok jajangmyeon masuk kedalam mulutnya bersamaan dengan air matanya.
“ Benarkah? Kalau begitu kau harus menghabiskannya. Eonni ke kamar dulu ya.. “ Min Ji menepuk pelan kepala Saeny dan berlalu meninggalkannya. Min Ji kembali ke kamarnya, merebahkan tubuhnya yang masih terbalut seragam kerjanya pagi ini diatas kasur. Memeluk guling dan kemudian berbalik memunggungi pintu kamarnya. Tidak butuh waktu lama, Min Ji sudah mencapai alam tidurnya. Hari ini sangat melelahkan untuknya.
Seseorang berdiri didepan pintu berwarna coklat. Pikirannya berkecamuk dan kekhawatiran melanda jiwanya. Dengan perlahan tangannya memegang daun pintu didepannya dan berusaha membuka pintu yang terbuat dari kayu itu sepelan mungkin agar tidak mengejutkan orang yang ada didalamnya. Cahaya lampu ikut menyeruak masuk memenuhi ruangan itu saat pintu sudah terbuka lebar, namun beberapa detik setelahnya cahaya itu kembali lenyap. Pintu sudah tertutup rapat kembali, dan satu-satunya penerangan diruangan itu hanyalah sebuah lampu tidur yang ada diatas meja kecil disamping ranjang. Orang itu berjalan mendekati kasur dan berlutut disisi ranjang, memandangi wajah orang yang sedang tertidur diatas kasur berukuran king size itu. Tangan besarnya dengan lembut mengusap puncak kepala wanita itu.
Tangan yang tadinya membelai lembut rambut wanita itu kini telah mengguncang-guncangkan tubuh mungil itu. Orang itu panic saat melihat wanita didepannya mengerutkan dahi, nafasnya memburu dan mulutnya meracau, keringat dingin membanjiri wajahnya dan kepalanya terus menggeleng.
“ Min Ji-ya “ panggilnya sambil menepuk pelan pipi Min Ji.
“ Min Ji-ya, bangun. “ panggilnya lagi, namun Min Ji masih memejamkan matanya dan racauannya semakin menjadi.
“ eomma.. aku takut.. jangan paksa aku, eomma.. kumohon.. “ sejak tadi Min Ji terus melontarkan kalimat itu.
“ Min Ji.. “
“ eomma.. aku takut.. “
“ Min Ji! Bangun! “ orang itu setengah berteriak dan sepersekian detik kemudian Min Ji melonjak bangun, matanya langsung terbuka lebar.
“ Min Ji-ya.. gwaenchana? “ orang itu bernafas lega dan Min Ji hanya mengangguk kecil seraya menyeka keringat didahinya, mengatur nafasnya juga menenangkan pikirannya.
“ Ada apa? Daritadi kau memanggil eomma-mu.. kau juga bilang kau takut. Apa yang telah terjadi, Min Ji-ya? “
“ Tidak ada.. tidak terjadi apa-apa.. “ jawab Min Ji pelan.
“ Sungguh, Kyuhyun-ah.. tidak terjadi apa-apa. Tadi aku hanya mimpi buruk.. “ sambungnya lagi karena Kyuhyun hanya menatapnya tajam seolah tak percaya.
“ Kau membuatku panic setengah mati, Min Ji-ya.. “ Kyuhyun mendudukan tubuhnya diatas kasur, menghadap Min Ji dan memeluk Min Ji dengan hangat.
“ Kau.. kenapa ada disini? “ tanya Min Ji. dengan ragu-ragu, Min Ji meletakan tangannya dipunggung Kyuhyun, memeluk orang yang paling dekat dengannya namun belakangan ini terlihat sangat jauh dimatanya.
“ Hanya untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja.. Kau terlihat tambah kurus, aku mengkhawatirkanmu, Min Ji-ya.. “ Min Ji memperat pelukannya dan membenamkan wajahnya di dada Kyuhyun.
“ tidurlah lagi.. sepertinya hari ini pekerjaanmu sangat melelahkan. “ sambung Kyuhyun. Ia mencium puncak kepala Min Ji dan tidak melepaskan pelukannya. Min Ji hampir kembali terlelap, namun sebuah suara membuat mata yang tadinya redup menjadi segar kembali.
“ Oppa?! Kyuhyun oppa! Kau dimana? “ teriakan Saeny terdengar semakin kencang, menandakan Saeny semakin dekat dengan pintu kamar Min Ji. Spontan, Kyuhyun melepaskan pelukannya, membuat Min Ji sedikit terlempar kebelakang.
“ Saeny? “ gumam Kyuhyun sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Suara Saeny semakin menjauh dan gadis itu sudah berada di lantai bawah lagi. Kyuhyun pun bernafas lega. Bagaimana tidak? Kalau sampai Saeny tahu Kyuhyun sedang dikamar Min Ji, bisa-bisa Saeny yang sensitive itu langsung minta cerai. Sebanyak apapun Kyuhyun mengelak dengan mengatakan bahwa Min Ji adalah saudaranya, tetap saja terlihat tidak wajar jika sepasang yeoja dan namja berpelukan seperti tadi.
“ Saeny mencarimu, pergilah.. “
“ aku akan menunggumu sampai kau tertidur.. “ tangan Kyuhyun mengusap pipi Min Ji dengan lembut.
Min Ji POV
“ aku akan menunggumu sampai kau tertidur.. “ tangan Kyuhyun mengusap pipiku dengan lembut. Sampai detik ini, aku masih bingung. Kau sedang berpura-pura atau tidak, Cho Kyuhyun? Aku takut berpikir bahwa kau tulus, namun aku juga sakit jika berpikir bahwa kau sedang bersandiwara lagi.
“ Aish.. kau ingin Saeny menceraikanmu? “ kusingkirkan tangannya dari pipiku. Mata Kyuhyun membulat, menatapku tak habis pikir.
“ tentu saja tidak! Enak saja. Aku mencintainya dan aku tidak akan melepaskannya. Jahat sekali kau berbicara seperti itu, Min Ji-ya. “ jawabannya membuatku merasa sedih dan hancur. Bodohnya aku. Untuk apa aku mengatakan hal semacam itu.
“ ..lalu.. bagaimana jika aku yang menceraikanmu? “
“ Min.. Ji-ya.. “ wajah yang tadinya dihiasi sebuah senyuman, menjadi sendu seketika. Aku menatap matanya lekat-lekat, aku ingin tahu jawabannya. Tapi..tidak bisa.
“ bercanda, Kyuhyun-ah.. pergilah sana. Jangan sampai Saeny marah. “ kutepuk pelan pundaknya sambil memaksakan sebuah tawa. Tidak sulit bagiku untuk berpura-pura bahagia, sudah sepuluh tahun aku melakukan itu didepan Kyuhyun. Atau karena itu, makanya Kyuhyun tidak mempercayaiku? Karena aku tidak pernah jujur padanya tentang masalahku, makanya dia membohongiku?
“ kau membuatku kaget saja, Min ji-ya.. “ Kyuhyun mengelus dadanya.
“ aku pergi ya.. kau tidurlah. Oh ya, mandi dulu sana. Dasar jorok. “ namja tinggi itu berdiri dihadapanku dan mengacak rambutku seraya tersenyum lalu melangkah menjauh, semakin mempernyata ‘jarak’ diantara kami.
“ Min Ji-ya.. Mianhae.. “ ucapnya lagi sebelum membuka pintu. Aku pun mengangguk dan memasang senyum palsuku lagi.
“ Aku yang ingin membantumu, Cho Kyuhyun.. Kau tidak perlu merasa bersalah.. lagipula tadi aku hanya bercanda. “ Kyuhyun mengangguk dan mengacungkan kedua ibu jarinya, lalu menghilang dibalik pintu.
“ Kyuhyun-ah, dengan mudahnya kau menendangku saat ada Saeny.. jahat. “ gumamku setelah kurasa Kyuhyun sudah tidak didepan pintu. Aku tidak dapat menahan isakanku lagi. Rintihan pasien itu, tuntutan ibu, Kyuhyun dan Saeny, semuanya membuatku semakin tertekan. Kuturuni tempat tidurku, melangkah ke sebuah tempat yang sejak dulu membantuku menghindar dari orang-orang, meredam tangisku, dan memberi waktu untukku mengoreksi diri sendiri. Kuraih gagang pintu lemari didepanku, membukanya dan masuk kedalam lemari gantung yang sengaja kukosongkan. Aku duduk disana sambil memeluk kakiku, menutup pintunya dan menyisakan sedikit celah kecil agar kebutuhan oksigenku tetap terpenuhi.
Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mendengar seseorang membuka pintu kamarku. Lalu terdengar suara derap langkah yang halus. Kupicingkan mataku untuk memperhatikan keadaan diluar melalui celah kecil yang kubuat sebelumnya. Aku segera memejamkan mataku saat tiba-tiba nampak sepasang kaki tepat didepan pintu lemari ini. terdengar dencitan kecil saat orang itu membuka pintu lemari tempat aku bersembunyi sekarang.
“ Setelah sepuluh tahun pun kau tetap sama. Tidak bisa memperjuangkan apa yang kau inginkan. So lame. Tapi sungguh, sifatmu itu membantu rencanaku berjalan dengan mulus. Gomawo, Min Ji-ya.. Teruslah seperti itu, buatlah semuanya berakhir sempurna sesuai keinginanku, Hwang Min Ji.. “ ujarnya. Dalam kegelapan ini aku bisa merasakan sebuah sentuhan dipipiku, sangat lembut namun terasa dingin. Mataku terbuka seketika saat sesuatu yang lembab menyentuh bibirku. Lee Sungmin?! Dia.. menciumku? Matanya terpejam dan ia menciumku lama. Kupejamkan mataku perlahan, aku tidak ingin dia memergokiku.
……..
Ini sudah lewat dari lima detik, dan Sungmin masih memejamkan matanya tanpa melepaskan ciuman lembutnya. Aku tidak tahan lagi. Apa yang dia lakukan?! Aku pura-pura menggeliat, dan itu berhasil menghentikannya. Lalu tak lama kemudian, kurasakan tubuhku terangkat dan beberapa detik setelahnya aku berada disebuah tempat yang kuyakini ini adalah tempat tidurku. Masih dengan mata terpejam, kuhadapkan tubuhku kearah kanan.
“ meskipun sakit, bertahanlah sampai akhir. Aku tidak ingin melihat Saeny sedih.. kematian appa dan eomma dua tahun lalu, juga pernikahanmu dan Kyuhyun, aku tidak ingin Saeny mengetahuinya.. setidaknya dengan begini, Saeny tidak akan sedih.. “ terdengar derap langkah kaki yang semakin menjauh disusul dengan suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali. Aku segera membuka mataku dan mencerna lebih lanjut setiap kata yang diucapkan penipu tadi.
“ kematian appa dan eomma? jadi..orang tua mereka telah meninggal dan sampai saat ini Saeny belum tahu? Lalu sampai kapan Sungmin akan menutupi ini dari Saeny? Jalan pikirannya benar-benar sempit. Cepat atau lambat..Saeny akan tahu, entah darimu langsung ataupun dari orang lain. Dasar bodoh. “ kupeluk erat gulingku dan memejamkan mata. Hari ini tidak begitu buruk, karena hari ini aku mengetahui rahasia seorang Lee Sungmin. Mungkin ini bukanlah satu-satunya rahasia yang dia miliki, tapi jika yang satu ini terbongkar, maka kebohongan yang lainnya juga akan ikut terkuak.
Keesokan harinya..
Author POV
“ Min Ji!!! cepat bangun! Ini sudah jam berapa?! “ Kyuhyun sedikit membanting pintu kamar Min Ji dan langsung melompat ke tempat tidur. Min Ji membuka matanya dengan malas, dia masih mengantuk.
“ Wae, Kyuhyun-ah? Aku masih mengantuk.. “ Kyuhyun segera menyeret gadis itu ke kamar mandi dan mengunci pintunya tanpa peduli dengan Min Ji yang setengah jiwanya masih belum kembali.
“ Jangan lama-lama. Sungmin menunggumu, katanya hari ini dia ada urusan di rumah sakit appamu. Kalian berangkat bersama saja, kau kan hampir terlambat. Aku dan Saeny pergi dulu ya!! “ Kyuhyun berteriak sambil terus melangkah meninggalkan kamar Min Ji. Sedangkan Min Ji masih terkejut, ‘ kenapa aku harus pergi bersama Sungmin? ‘ pikirnya.
Min Ji telah siap dengan penampilannya sebagai seorang dokter, ia keluar dari kamarnya dan ia sempat terkejut saat dirinya hampir menabrak Sungmin yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Namja itu berdiri tegap dan terlihat kokoh, tatapan matanya yang dingin serta ekspresi yang tak kalah dinginnya membuat Min Ji terpaksa meneguk liurnya sendiri.
“ S..Sungmin-ssi.. maaf membuatmu lama menunggu.. “ ujar Min Ji yang terdengar kaku. Ia bingung harus bersikap bagaimana disaat ia mengetahui bahwa Sungmin telah menciumnya semalam dan disaat yang bersamaan ia juga mengetahui rahasia besar si sutradara yang belakangan ini mengatur hidupnya. Ingin rasanya tertawa sinis dan melakukan selebrasi karena sekarang ia mempunyai senjata ampuh untuk menentang Sungmin. Namja itu mengerutkan dahinya, bagaimanapun juga sikap Min Ji tadi terlihat jauh dari kata normal. Min Ji yang biasanya bersikap ketus pada Sungmin malah tiba-tiba menjadi hormat. Ini aneh.
“ Apa yang sedang kau sembunyikan dariku, Min Ji-ssi? “ tanya Sungmin menyelidik. Min Ji memberanikan diri untuk menatap mata Sungmin tepat di manik matanya. Seketika bibirnya menyunginggkan senyuman khasnya.
“ Ania.. hanya saja aku tidak enak padamu, kau ada masalah dengan rumah sakitmu karena soal kemarin kan? Makanya kau mau ke rumah sakit appa sekarang, iya kan? Maaf telah merepotkanmu.. aku akan minta appa untuk menyelesaikan ini.. “ jelas Min Ji yang semakin terlihat kaku. Perlahan Min Ji berjalan mundur karena Sungmin terus melangkah maju mendekati Min Ji.
“ Pasti bukan itu alasannya.. katakan padaku “ desak Sungmin. Kini ia berhasil mencengkram bahu Min Ji dan mensejajarkan pandangan mereka.
“ K..kau mau apa, Sungmin-ssi? Aku ini istrinya Kyuhyun. Kau ingat? “ seketika cengkraman yang cukup kuat itu terlepas begitu saja.
“ Istrinya Kyuhyun itu Saeny. Kau hanya kedok. Kau ingat? “ sahut Sungmin sambil berlalu begitu saja. Min Ji memandangi punggung pria didepannya yang semakin menjauh. Ia menarik sudut bibir kanannya. Tersenyum sinis memandangi punggung yang suatu saat nanti tidak akan setegap itu lagi. Entah kapan, tapi yang pasti Min Ji berani menjamin hal itu.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar