Pengikut

Minggu, 18 November 2012

Virus ~_{KaiMy Couple}_~


Author: Tamara Kim /@SheFly_Out17
Cast: Kai, Sehun, Tammy
Other cast: Find by your self
Catagories: EXO, FanFiction, Continue, Horor, Thriller
Tags: Kai, Sehun, Tammy
Note: Hehehe castnya ada guanya. sekali2 author jadi cast kagak napee.. mian ye akalu ada tipo disegala cerita hope you like this. XD


PART 1
Ucapan selamat berdatangan bertumpuk kepadaku. Hari ini aku benar-benar sudah di akui sebagai professor untuk meneliti virus di Jepang. Ini adalah mimpiku sejak kecil, membuat vaksin untuk penyakit manusia terutama dasarku karena ayah yang meninggal akibat virus yang sama sekali tak kuketahui.
Lusa kemarin adalah hari penyemangat dengan ucapan seamat, setelah mengepack semua barangku cepat-cepat ku telpon texi untuk mengantarku ke bandara. Karena kerja di Jepang dan sama sekali tak mempunya kerabat di Korea, aku memjual apartemenku ini dan sekarang menjadi kewarganegaraan Jepang.
Tak lama setelah menelpo taxi tadi, aku segera terun dan mengembalikan kunci kepemilik apartemen. Memberi salam perpisahan, tak luput juga pemilik apartemen ini memberikanku jaminan hidup. Lumayanlah untuk uang saku ke Jepang. Walau berat meninggalkan apartemen yang sudah kutinggalin 5 tahun terakhir ini tapi aku harus bersikeras untuk meraih citaku. Meninggalkan yang lama mendapatkan yang baru.
Kota Seoul hari ini mendekati 0oC, benar-benar membuatku beku. Segera saja taxi itu berlajan landai menuju bandara.
Kakiku melangkah saat suara pengumunan bergaum keras di bandara ini. sebentar lagi aku akan merindukan kota Seoul. Kota yang memberiku pelajaran hingga menginjak Jepang sebentar lagi. Yah walaupun aku lahir di Canada aku memang sangat mencintai Korea, kalian tau sendirikan pemikiran anak kecil. Samar-samar dan jarang jatuh cinta. Tapi tetap saja Canada itu tempat kelahiranku.
Cukup melelahkan berjam-jam duduk di pesawat. Kustop taxi kuning ini dan segera menunjukkan alamat yang akan menjadi apartemnku.
Suasana di Jepang tak jauh beda di Seoul, tapi disini salju sudah turun dan sangat indah dengan warna putih yang lembut ini.
“Apa kau orang baru?”
Sadar dari lamunanku dengan salju ini suara supir itu mengajakku bicara. Ia memakai bahasa Jepang, tenang saja. Aku sangat fasih dengan bahasa ini. “Ya seperti yang terlihat”, dari kaca dia ats dashboard ia melirikku. “Kau sangat tampan anak muda..”, mendenga itu aku tersenyum kikuk, baru kali ini ada yang memberiku pujian seperti itu. “Kau juga, gurat wajahmu sangat kuat sebagai orang pekerja keras di Jepang.”, kami berdua tertawa ringan di adalam taxi itu dengan percakapan saling memuju membuat taxi kami terasa hangat.
“Sudah sampai..” segera kurogoh kantungku “Tidak usah di bayar, hari ini anggap saja aku menraktirmu. Lain kali kau harus menraktirku..”, aku melongo mendengar ucapannya. Ia tersenyum. Kantung matanya yang teduh membuat salju di luar sana akan meleleh seketika. “Ah tidak, di luar sana dingin kau harus membeli makanan yang hangat untuk keluargamu disana!” kuberikan selembar uang, ia menjauhkan tanganku. “Kau harusnya yang membeli makanan hangat anak muda, liat wajahmu kurus sekali. Sudah cepat masuk keapartemntmu sebelum mati kedinginan disini.”, ah, baik sekali orang ini. dengan apa aku harus membayarnya besok. Dengan senyum kikuk aku keluar dan segera berteima kasih sebanyak-banyaknya.
Ini dia apartemenkuu. Dengan-dengan Sehun juga disini. Sehun juga seorang professor yang sudah mendahuluiku, aku mengenalnya saat diklat kedokteran beberapa waktu lalu. Orang Jepang memang ramah-ramah seperti yang kulihat, kakiku membawaku ke arah Lobby dan memberikan surat kerja. Dengan senyum ramah pegawai apartemen itu membawakan kereta barang menuju kamarku. Benar saja saat sampai di kamar, Sehun langsung membukakan pintunya menurunkan semua barang-barangku dari kereta itu. cukup mewah untuk di tinggal sendirian.
“Aaa, sudah lama sekali aku tak bertemu denganmu. Mendengar bahwa kau sudah menjadi professor langsung menawarkan 1 apartemen denganku. Ahahaha… sungguh bagaimana kalau kita langsung merayakannya atau kau ingin istirahat dulu?” Sehun dengan ceria berbicara. Jangan tertipu oleh tampang polosnya itu, walau sangat polos dan innocent ia benar-benar banyak bicara.
“Biarkan aku membersihkan tubuhku dan ajak aku berkeliling Tokyo.”, ia segera mengangguk. Sehun menunjukkan kamarku. Benar-benar kelas VIP ah bukan ini VVIP atau mungking triple VIP?? Entahlah, benar-benar jauh beda dengan apartemenku yang pas-pasan waktu ini.
Kuucapkan terima kasih dan memasukkan barang-barangku. Kran air hangat sudah membanjiri bak mandiku, berendam di air hangat di musim dingin benar-benar sangat nyaman. Tak ada yang membandinginya. Yah walaupun ada itu Cuma satu, saat musim panas dan enggak berdiam diri di depan AC. Sungguh ini namanya surge dunia.
Tanganku sudah terlihat keriput, kuambil handuk dan segera memakai pakaianku. Mencari Sehun dan membawaku keliling Tokyo. Sejak mendarat disini rasa capek atau yang lainnya hilang begitu saja, kini yang terasa aku senang dan ingin cepat-cepat ke kantor baruku.
Sehun benar-benar orang kaya, walaupun seorang professor ia telah menjadi anggota Tokyo Dirf disana. Istilah itu adalah pemain modil handal biasanya mereka bertanding di jalan berkelok di pegunungan Jepang.
Mobil modif ini sangat keren dan nyaman. Namanya juga mobil modif bagaimanapun apa yang kita senangi bisa masuk ke sana dengan berbagai cara. Ada mesin permen di dalam sini. Kalau orang tuaku tidak telat-telatan mengirimkan uang untukku dan aku di izinkan untuk bekerja disana pasti aku akan menempuh jejak yang sama seperti Sehun.
Kota Tokyo sangat mengesankan, yang sangat aku sukai saat dimana kita berhenti dan para orang-orang akan menyebrang mirip semut sangat padat tak ada celah sedikitpun untuk melihat sebrang dan disaat itulah Sehun akan melihat saluran tv di sana dan memakai permen coklatnya.
“Bagaimana kalau aku tunjukkan tempatku kalau tidak ada tugas.” Aku mengangguk menyetujui. Baru saja lampu berwarna hijau, ia langsung menginjka gas des sedikit membuatku terlunjak. Sehun sama sekali tak memberiku nafas saat ia menguasai jalan disini. Benar-benar di luar batas limid. Aku mulas, mual dan lain-lain.
Sehun makin menginjak saat ada tikungan di depan. Berkali-kali aku berteriak ketakutan ia hanya diam dan tersenyum kecil. Disaat menkati tikungan segera saja kututup mataku bahwa ini benar-benar adalah akhir hidupku.
CIITT!!!
Ia mulai ngedrift kembali. Seperti kau menaiki rollercoaster. Terbanting kekiri dan kekanan. Ini ngilu.
“Aa-an-antarkan a-a-a-aku pul-pul-lang..”, terputus-putus kuucapkan itu. ia mengangguk dan segera memutar mobilnya dengan mengerem depan dan mobil akan berbalik dengan sendirinya. Dan lagi-lagi ia segera meluncur dengan kecepatan di atas normal.
BRAKK!! HUEKKK!!!
Setelah membanting pintu mobil itu perutku menelusuk keluar memuntahakn semua isinya. Sehun memijat punggungku. Persetan dengan skillnya yang mematikan itu.
Aku terbangun dengan wajah pucat, semalaman Sehun merawatku setalah apa yang ia lakukan dan semalam juga ia meminta maaf padaku. Aku mual dengan overdosis mungkin kali ini tapi untuk apa seorang lulusan dokter memanggil dokter? Sehun merawatku sendiri dan hari inilah aku terbangun dengan wajah pucat. Perutku benar-benar lapar semalam semuanya telah kukeluarkan. Kubangkit dari kasur dan mencoba menemukan Sehun. Ia sedang memasak buburku untukku.
“Cepat makanlah, maafkan aku untuk semalam ta-“, tangaku menunjukkan untuk membungkam mulutnya ia diam dan segera kumakan bubur itu. aku benar-benar sangat lapar. Ia tersenyum dan segera menepuk punggungku. “Aku akan pergi kekantor 20 menit lagi. Jika ingin ikut mobilku, cepatlah bersiap.” Mendengar perkataan ‘Mobilku’, hampir saja tersedak.
“Sampai kiamatpun aku tak mau menaiki mobilmu lagi, Sehun-ah!!”, ia tertawa dalam kamarnya. Aku tidak akan menemui neraka untuk ke-2 kalinya.
Sehu benar-benar berangkat duluan, dan diriku? Aku akan berjalan saja setelah semalaman ia memberitahu kantorku yang mana. Dengan jaket yang tebal dan syal melilit di leher aku segera keluar dan menuju kantorku.
Kulirik jam, hanya membutuhkan 20 menit kalau berjalan. Okeh, olahraga di pagi hari. Aku masuk ke pintu khusus yang dirancang untuk menghilangkan virus dan di semprotkan vaksin. Saat kau masuk ke gedung ini. aku yakin 100% bahwa kau tidak ada virus sedikitpun.
Aku langsung menaiki lift untuk menuju lantai 15 ke kantor Sehun untuk mengambil berkas dan langsung menuju laboratorium. Itulah jadwal yang aku terima dari e-mail sebelum berangkat tadi.
Lagi-lagi aku di semprot vaksi, gedung ini benar-benar sekali. Aku membungkuk-bungkuk memberi salam kepada pegawai di kantor ini. kuketuk pintu kantor Sehun dan segera masuk. Sehun sudah memakai baju pelindung untuk memasuki laboratorium. “Cepat, aku harus mengenalkanmu pada rekan kerja yang akan membuat vaksin virus B”
MWO?? Omo.. apa yang ia katakana? Virus B? aku masih baru Sehun-ah disini. Bagaimana aku langsung menginjak taham virus B? dalam dunia kedokteran sebagai Profesor yang masiha amatir sepertiku ini sangat langka, biasanya mereka akan di test dalam menemuman vaksi untuk flu, batuk, panas, atau yang rendah-rendah seperti itu. tapi ini virus B, virus yang gagal sedikit akan membuatmu seperti monster dan akan terus berkembang biak secara pesat. Bahkan aku baru saja mempelajari setengan bab dalam buku itu.
Sehun mendorongku keluar dari kantornya dan mengikutinya di belakang dengan membungkuk memberi hormat pada senior-seniorku. Mereka juga membalasnya dengan ramah walau sedang sbuk seidkitpun. Itulah peraturan dalam kantor itu, terpampang jelas di pintu depan tadi. “Kekerabatan dan kerja sama”.
Aku dan Sehun sedang di beri sinar laser untuk memastikan ID kami dengan mengecek iris mata masing-masing dan pintu besi itu terbuka. Lamput biru kecil-kecil tempat disimpannya vius, vaksin, dan antibody ada di sana semua.
Sehun melambaikan tangannya dari pintu itu kenapa orang-orang yang ada di dalam. Mereka berjalan mendekat, baju ini mirip baju astronot kerena mereka memakai topeng utnuk menutupi wajah mereka saat masuk kedalam laboratoium.
Satu persatu mereka keluar dari sana melewati plastic bening itu dan membuka topeng oksigen mereka.
“Ini adalah Kim Jong In yang pernah aku ceritakan sebelumnya”, Sehun menjelaskan pada mereka dan aku masih tersenyum dan membungkuk kecil untuk hormat kepada senior.
“Perkenalkan aku Kim Jong In, kalian panggil saja aku Kai.”
“Bahasa Jepangmu sungguh fasih”, ucap salah satu dari mereka.
Aku membungkuk kembali berterima kasih. Mereka memakai topeng oksigen lagi dan masuk kelaboratorium kembali. Melihat Sehun yang juga masuk aku segera memakai topengku dan segera masuk. Apa yang harus aku lakukan disini? Langsung ikut turun tangan tapi aku amatir disini. Segera kuikuti langkah Sehun. Ia menuju pintu dengan portal besi kuat dan terdapat kaca tembus pandang untuk melihat kearah tempat penyimpanan virus-virus itu.
Kututup dan segera membuka topengku.
“Kenapa kau membawaku kesini, huh? Aku masih amatir untuk ini. ini untuk kelas se-“
Sehun mengacungkan telunjukkan dan menempelkan di bibirnya mengisyaratkan bahwa aku diam. Ia terduduk dengan menghadap kaca itu. entah sejak kapan ia telah menggengam secangkir kopi di tangannya.
“Duduklah, ini adalah tempat istirahat pada professor disana.”, aku duduk dan secara otomatis dari ujung meja keluar secangkir kopi dengan sendirinya. Aku tertipu.
“Kau bukan amatir lagu Kai hyung, disini kau sudah diberi surat tugas untuk meneliti virus B oleh senior di Seoul permintaan dari Jepang sendiri.”, Sehun mengesap kopinya dengan memandang keluar sana. “Kau tidak tau?”, ia memandangku penasaran sekarang.
Aku menggeleng. Hebat! Aku diminta oleh pemerintah Jepang untuk meriset dan meneliti virus B?? aku bahkan tak pernah berpikir sampai sini.
Sehun langsung saja mengalihkan matanya saat ada sinar berwarna hijau keluar dari salah satu deretan kotak vaksin.
“Ah itu, punyamu sudah tersedia, cepat ambil dan segera bikin. Waktumu hanya di beri 7 hari dan akan di kumpulkan beserta hasil dari mereka yang disana.”, Sehun menunjuk orang-orang yang berkenalan denganku tadi.
“sebelumnya aku akan memberitahumu satu hal dulu, hyung..”, yang tadinya mau bernajak kini aku terduduk kembali dan lagi-lagi secangkir kopi keluar. Setiap kali kau terduduk secangkir kopi akan keluar dengan otomatis.
“Mereka itu berkerja seara sendiri atau kita kenal denga individual tak memandang kau teman atau musuh yang mereka pikirkan adalah hasil mereka akan di terima dan naik ke pangkat virus A. seperti kau liat disina.”, ia menunjuk sesosok orang yang terpojok dengan virusnya sendiri disana. Ia berbalik dan menunjukkan namanya. Tao?
“Dia Tao, berasal dari Jepang sendiri, sudah 6 tahun ia disini dan ia sudah sampai ketahap ini.”, yah kalau dari dasar untuk mencapat ke tingkat virus  C saja membutuhkan waktu 7-9 tahun. Tao benar-benar hebat.
“Dan itu..”, Sehun menunjuk kembali,  orang yang ia tunjuk tak kunjung berbalik untuk memperlihatkan nama yang ada di belakang baju putihnya.
“Itu adalah, Kris. Berasal dari Indonesia. Ehm, kalau tidak salah ia hanya menempuk 2 tahun untuk sampai disini.” Aku ternganga melihatnya. Kris benar-benar hebat. Hanya 2 tahun. “Ishh. Kris itu sangat friendly walau mukanya sangat angkuh. Lebih mencondong ke manja.”, aku mengangguk kembali.
“Sebelahnya adalah. Luhan, berasal dari Taiwan. Sifatnya sama seperti Kris tapi sifat mandirinya lebih kental. Ah sudahlah kau harus berbaur dengan mereka.”, Sehun Nampak kehabisan kopinya.
“Lalu kau?”, aku bertanya padanya yang tak ikut bersamaku.
“Aku ini virus A!”, mendengarnya aku seperti tercekat. Ia sudah virus A! argh..
Kupakai topeng oksigenku dan segera keluar dan mengambil sampel vaksin itu.
Hampir 12 jam disana dan hasilnya tipe B itu sangat sulit, maklum saja aku saja tak paham apa-apa tentang ini. untung saja ini hanya vaksin dan hanya percobaan. Sehun keluar dan segera memberikan aba-aba untuk berhenti. Aku menaruh vaksinku ke tempatnya dan laser langsung menyinari irisku lagi. Dan KLEK! Terkunci sudah. Aku berjalan keluar tapi terlihat Tao masih disana tak menyadari kalau sudah berhenti. Aku mendekatinya dan mencoba untuk memberitahunya tapi baru saja akan memegang pundaknya yang membelakangiku ia sudah berdiri “Aku tau, keluarlah dulu aku akan mengembalikan ini ketempatnya.”, aku sempat kaget dan segera menganggukdan keluar dari sana.
Aku turun untuk keluar dari kantor bersama Sehun dengan candanya yang selalu sukses mebuatku tertawa. Ting! Pintu lift terbuka dan segera aku berhambur keluar menuju pintu utama tapi langkahku terhenti saat adap perempuan yang sangat aku kenal, sangat kurindukan, sangat kucintai dan penah hilang beberapa saat. Itukah? Itukah dia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar