Pengikut

Selasa, 16 Oktober 2012

You Heal My Broken Heart

Title: You Heal My Broken Heart
Author: Beautiful Luhan (Tami Chan)
Main Pairing: HunHan (Sehun/Luhan)
Other Pairing: crack!KaiHan, BaekYeol, KaiSoo, etc (Other Pairing will come later).
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Disclaimer: I just own the plot. The characters are belong to GOD, themselves, and SM ent.
Warning: Yaoi (Boy x Boy). Don't Like, Don't Read!
ENJOY~! ^^

FLASHBACK
"Mungkin, lebih baik kita akhiri sampai di sini saja." Kata-katanya membuat laki-laki mungil berparas cantik itu terkejut. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa lelaki di hadapannya.
"Waeyo? Bukankah kita sudah berjanji akan bersama selamanya? Tapi kenapa…"
"Terlalu banyak perbedaan di antara kita. Kurasa, aku tidak bisa menyeimbangimu lagi."
"Tapi… Aku… Aku tidak bisa hidup tanpamu, Kai!" Teriak lelaki mungil itu.
"Maaf, Luhan. Maafkan aku. Ini yang terbaik untuk kita." Lalu, ia membalikkan badannya. Meninggalkan Luhan yang terpaku, membeku tanpa bisa menjawab apa-apa. Air mata terus mengalir deras dari kedua bola matanya.
"Kai! Kai, aku mohon, jangan tinggalkan aku! Kai…hiks…Kai…" Tangisannya semakin deras. Ia terjatuh bersimpuh. Kai meninggalkannya. Satu-satunya orang yang paling ia cintai, meninggalkannya sendiri. Hancur, ya… Hatinya hancur berkeping-keping. Ia merasakan sakit yang amat sangat.
FLASHBACK END
Langit tampaknya tak bersahabat saat itu. Air hujan perlahan-lahan turun membasahi bumi. Seakan-akan ikut menangis bersamanya. Membasahi seluruh tubuhnya. Membuatnya kedinginan. Namun, ia tidak dapat merasakan dinginnya air hujan itu. Karena, jiwanya kosong. Ia merasa dirinya hancur. Ia tidak tahu, bagaimana harus menghadapi hari-harinya tanpa Kai di sisinya.
"Waeyo, Kai? Kukira, kau mencintaiku…" Bisiknya pada kesunyian. Tidak ada yang mendengarkannya. Hanya suara hujan yang menemaninya saat itu.
Ia terus melangkahkan kakinya entah ke mana. Ia tidak bisa pulang dalam keadaan hancur seperti ini. Jadilah ia terus melangkah mengikuti instingnya.
^o^
Hujan terus turun, semakin deras membasahi bumi. Tampaklah seorang anak laki-laki berparas tampan dan tinggi. Ia membawa segelas kopi hangat, duduk di sofanya sambil membaca buku. Bisa dibilang, ia cukup menyukai hujan. Hujan membuatnya lebih tenang. Merasakan kedamaian, dengan sedikit ketukan hujan di jendelanya.
Ia terus membaca bukunya, sampai ia mendengar bunyi ketukan di pintu rumahnya.
"Siapa yang datang di malam hujan seperti ini?" Tanyanya dalam hati. Kemudian, ia melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
"Ya, siapa…" Sebelum sempat melanjutkan kata-katanya, seorang anak laki-laki jatuh ke pelukannya. Badannya basah, tubuhnya menggigil dan pucat. Saat ia melihat siapa orang tersebut, ia meneriakkan nama laki-laki itu.
"LUHAN! Yah! Lu, kau kenapa?" Teriaknya sambil mengguncangkan tubuh lelaki mungil itu. Dengan sigap, ia membawa lelaki mungil itu masuk ke dalam. Mengeringkan tubuhnya, dan membaringkannya di kasurnya. Ia selimuti sosok kecil dan rapuh itu. Lalu, ia menyalakan penghangat ruangan, agar sosok itu tetap merasa hangat.
Ia mendudukkan diri di samping lelaki yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri itu.
"Luhan, apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini?" Tanyanya kepada lelaki yang tengah tertidur itu. Lalu, ia berjalan perlahan keluar kamar, membiarkan Luhan tertidur lelap dalam balutan selimut.
^o^
Perlahan-lahan, Luhan membuka matanya. Ia merasakan cahaya masuk ke dalam matanya. Ia membiasakan matanya dengan cahaya ruangan itu. Lalu, mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan.
"Di mana aku?" Pikirnya. Lalu, pikiran kembali melayang ke saat Kai memutuskan hubungan mereka. Air matanya mengalir lagi. Ia merasa hatinya sangat sakit.
"Kau sudah bangun rupanya." Mendengar suara seseorang, Luhan langsung menghapus air matanya dengan cepat. Lalu, mengalihkan pandangan ke arah suara tersebut.
"Kris ge!" Kris mendudukkan dirinya di samping Luhan, memberikkan semangkuk bubur hangat dan segelas air putih.
"Ayo dimakan dulu. Nanti buburnya keburu dingin." Ia menyodorkan mangkuk bubur tersebut.
"Aku tidak lapar, ge." Jawab Luhan perlahan.
"Aku tidak peduli kamu lapar atau tidak, yang pasti kamu harus makan. Biar bisa minum obat. Ayo cepat dimakan! Atau mau kusuapi?" Tanyanya. Luhan hanya tersenyum melihat kelakuan orang yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri ini. Ia mengambil mangkuk bubur itu dan mulai memakannya dalam diam.
Setelah selesai menghabiskan makanannya, Kris memberinya obat penurun panas. Lalu, membaringkan Luhan di kasurnya.
"Kamu tidur di sini saja dulu. Biar aku tidur di sofa." Luhan pun mengangguk pelan. Saat hendak keluar, Luhan bertanya kepadanya.
"Gege… Kamu tidak menanyakan alasanku ke sini?" Tanya Luhan pelan. Ia membalikkan badannya dan tersenyum.
"Istirahatlah dulu. Aku akan menanyakannya padamu kalau kamu sudah siap untuk menceritakannya kepadaku." Luhan mengangguk lagi. Lalu, ia kembali memejamkan matanya. Membiarkan alam mimpi menyelimutinya dengan damai.
^o^
Pagi datang dengan cepat. Burung berkicau dengan riangnya. Matahari pagi, masuk dari celah jendela ke arah Luhan. Seakan membangunkan Luhan dari tidur lelapnya.
Luhan bangun dari tidurnya dan berjalan keluar kamar. Di sana, sudah ada Kris yang menata sarapan pagi di meja. Luhan mendekatinya dan menyapanya.
"Selamat pagi, gege!" Kris hanya menjawabnya dengan senyuman kecil. Lalu, menyuruh Luhan untuk duduk dan sarapan bersamanya.
Setelah selesai makan, Luhan membantu Kris menyuci peralatan makan. Setelah selesai, mereka duduk di sofa yang ada ruang tengah.
"Jadi…" Kata Kris, membuat Luhan mengalihkan perhatian ke arahnya. "Apa yang terjadi, Lu?" Tanyanya pelan. Luhan menatap Kris sesaat, lalu ia menundukkan kepalanya. Dirasakannnya, air mata yang mengalir keluar dari kedua matanya. Kris yang melihat hal ini menarik Luhan ke pelukannya, membuat Luhan menceritakan semua kejadian kemarin. Saat Kai memutuskan tanpa alasan yang jelas.
"Sudah kubilang kalau dia itu brengsek, Lu! Itu semua salahmu. Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" Kris sedikit berteriak. Luhan hanya bisa menangis menghadapinya. Ia tidak bisa menjawab apa-apa. Perasaannya masih hancur. Ia masih merasakan rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Sekarang, apa yang akan kamu lakukan? Menangis sampai air matamu habis? Menjauhinya agar kamu bisa melupakannya? Terus berusaha mendapatkan cintanya kembali? Apa yang akan kamu lakukan, Luhan? Jawab aku!" Kris marah. Kemarahannya terlihat jelas dari raut wajah dan nada bicaranya. Sementara Luhan tetap diam. Menunduk tanpa bisa menatap mata Kris. Air matanya terus mengalir deras.
Melihat adiknya seperti ini, Kris tidak bisa tinggal diam. Ia berdiri dari sofa dan mengambil jaketnya. Ia berniat untuk menghajar Kai karena telah menyakiti adik kesayangannya.
"Gege! Kamu mau ke mana?" Luhan berteriak memanggil kakaknya.
"Menghajar Kai! Dia sudah menyakitimu, Luhan! Biarkan aku memberi pelajaran kepadanya!" Luhan menarik tangan Kris. Tidak membiarkannya pergi untuk menghajar Kai. Ia tidak mau menyakiti Kai. Cukup dia saja yang merasakan sakit. Cukup dia saja.
"Gege, aku mohon, jangan sakiti Kai! Ini semua salahku, ge. Aku terlalu membosankan untuknya. Aku tidak bisa menyeimbanginya. Ini semua salahku, bukan salah Kai."
"Apa kamu bilang? Salahmu? Sudah jelas ini salahnya! Ia memutuskanmu untuk alasan sepele seperti itu. Kamu pikir, ada apa di balik semua ini? Dia hanya main-main kepadamu, Luhan! Buat apa kamu melindungi orang yang mempermainkanmu?" Teriak Kris. Luhan menangis. Dan itu menyakiti hatinya. Ia sangat menyayangi Luhan. Ia tidak mau melihat Luhan menangis lagi.
"Kumohon, gege. Jangan sakiti Kai… hiks… Menyakiti dia, sama saja seperti menyakiti perasaanku… hiks… kumohon. Jangan…" Tubuh Kris lebih rileks dari sebelumnya. Raut wajahnya melembut. Ia melihat Luhan dengan tatapan khawatir dan sedih. Ia membawa Luhan kepelukannya, dan mengusap kepalanya.
"Jangan menangis lagi, Lu. Aku janji aku tidak akan melakukan apa-apa kepadanya. Jadi, kumohon. Jangan menangis lagi." Perlahan-lahan, air mata Luhan berhenti. Kris pun berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan pernah membiarkan Luhan merasakan sakit seperti ini lagi. Ia akan menjaga Luhan dengan segenap kemampuannya. Apapun taruhannya, bahkan nyawa sekalipun, ia akan melindungi adiknya. Adik yang sangat ia sayangi.
^o^
"Terus, kamu dengan seenaknya memutuskan hubungan dengan Luhan? Apa kamu gila, Kai?" Teriak Kyungsoo frustasi. Bagaimana tidak, Luhan adalah temannya. Rumah mereka dekat, itulah yang membuat mereka berteman baik.
"Kamu sudah dengar tadi Kyungsoo. Dan tidak. Aku tidak gila." Jawab Kai dengan santainya. Ingin rasanya Kyungsoo menghajar Kai habis-habisan saat ini. Dia benar-benar kesal. Bagaimana bisa Kai dengan mudahnya mencampakkan Luhan yang sungguh-sungguh mencintainya. Dulu, Kai lah yang mengejar-ngejar Luhan. Tapi, kenapa harus Luhan yang menderita pada akhirnya?
"Kai! Jawab aku! Kenapa kamu bisa dengan mudahnya memutuskan Luhan? Pasti ada alasan lain selain 'banyak perbedaan', 'kan?" Tanya Kyungsoo. Kai hanya menatap mata Kyungsoo agak lama, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kau tahu, Kyungsoo. Aku mencintai orang lain sekarang." Kyungsoo merasa darahnya naik. Ia sempat berpikir itu hanyalah alasan yang Kai buat-buat sendiri. Tapi, dia serius? Dia mencintai orang lain di saat Luhan masih mencintainya?
"Kai… Kau benar-benar tidak waras. Kenapa kamu bisa semudah itu mencintai orang lain, Kai? Kalau memang begini jadinya, kenapa kamu harus menembak Luhan? Kamu benar-benar…"
PLAK!
Tamparan Kyungsoo mendarat halus di pipi kanan Kai. Kai hanya terdiam, karena ia tahu ia bersalah. Tapi, apa ini salahnya jika ia mencintai orang lain selain Luhan? Apa ia bisa mengendalikan perasaannya untuk tidak jatuh cinta?
Kyungsoo beranjak pergi dari situ. Meninggalkan Kai dengan pipi kanan yang memerah. Kyungsoo tidak mendengar kata-kata halus yang Kai ucapkan saat itu.
"Ini semua salahmu, Kyungsoo. Karena kau telah membuatku jatuh cinta kepadamu." Kai tersenyum kecil dengan masih memegangi pipi kanannya.
^o^
"Kamu sialan, Kai! Kenapa kamu bisa menyakiti Luhan seperti itu? Kenapa kamu harus mencampakkannya? Kamu jahat, Kai. Sangat jahat." Kyungsoo terus berjalan pulang ke rumahnya. Ia terus mengingat alasan Kai memutuskan Luhan.
"Kau tahu, Kyungsoo. Aku mencintai orang lain sekarang." Tanpa disadari, air mata jatuh membasahi kedua pipinya. Ia menghapus air mata itu dengan cepat, namun air matanya tak mau berhenti. Ia berhenti berjalan sejenak, menenangkan pikirannya. Berusaha melupakan kata-kata Kai yang ia anggap gila itu. Lalu ia tersenyum pahit.
"Kenapa, Kai? Kenapa aku harus jatuh cinta kepadamu? Orang yang dicintai oleh sahabatku sendiri? Kenapa?" Lalu, ia meneruskan perjalanannya dengan air mata yang jatuh perlahan di kedua pipinya.
^o^
"Iya, Ma. Aku baik-baik aja, kok. Lagian Mama gak usah khawatir. Aku 'kan menginapnya di rumah Kris ge. Iya, aku akan hati-hati. Ya~" Lalu, Luhan pun menutup teleponnya. Iya berjalan ke arah sofa yang diduduki oleh Kris.
"Sudah selesai meneleponnya? Apa kata bibi?" Tanya Kris sambil menawarkan Potato Chips kepada Luhan.
"Hmm… Ibu bilang tidak apa-apa. Lagipula aku kan sudah sering menginap di sini." Jawab Luhan.
Tiba-tiba, Luhan menundukkan kepalanya. Matanya mulai berair lagi. Ia teringat akan Kai. Kenangan mereka berdua. Saat Kai pertama kali mendekatinya, menembaknya, kencan pertama mereka… Mengingat itu semua sangatlah menyakitkan bagi Luhan.
"Sudahlah, Lu. Dia tak pantas untuk kau ingat seperti ini. Dia telah menyakitimu." Kata Kris sambil mengusap pelan puncak kepala Luhan.
"Tapi, gege, aku terlalu mencintainya. Aku tidak yakin bisa melupakannya. Aku…"
"Bagaimana kalau kita ke supermarket untuk belanja? Kurasa bahan makanan di kulkas sudah habis. Ayo!" Kris menarik pelan tangan Luhan. Luhan hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapi perkataan Kris. Luhan tau, Kris tidak mau melihatnya sedih. Dia akan melakukan apa saja untuk membuat adiknya itu bahagia.
"Xie xie, gege." Ucap Luhan pelan, dan Kris pun tersenyum. Kemudian, mereka keluar menuju supermarket.
^o^
"LULU!" Teriak seseorang. Luhan membalikkan badan, dan seseorang itu langsung memeluknya kencang.
"Baekkie~ Aku… tidak bisa… ber…na…pas!" Teriak Luhan tersedat. Laki-laki imut yang dipanggil Baekkie itu langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum jahil ke arahnya.
Laki-laki itu bernama Byun Baekhyun. Dia adalah sahabat Luhan sejak kecil. Dulu, rumah mereka bersebelahan. Sehingga, mereka selalu bermain bersama. Namun, karena beberapa alasan, Luhan harus pindah ke Cina dan meninggalkan Baekhyun saat mereka berumur 8 tahun. Luhan baru kembali lagi ke Korea saat umur mereka menginjak 14 tahun.
Namun, Luhan tidak lagi dapat menempati rumah di sebelah rumah Baekhyun karena sudah ada orang lain yang membelinya. Oleh karena itulah, rumah mereka sekarang agak berjauhan. Namun, mereka tetap berteman akrab. Apalagi, mereka selalu pergi ke sekolah yang sama, dan selalu berada di kelas yang sama.
"Lulu! Kamu mau pergi ke mana? Aku ikut, yah! Pwease!" Luhan tersenyum melihat tingkah kekanakan sahabatnya ini. Luhan mengangguk dan Baekhyun pun langsung tersenyum lebar.
"Aku boleh ajak Yeollie, kan? Boleh, kan?" Tanya Baekhyun lagi.
"Apa aku bisa melarang Chanyeol untuk ikut? Kamu dan dia 'kan sudah satu paket, Baekkie~ Kemana-mana selalu saja berdua. Tapi aku cuma mau pergi ke supermarket, loh. Tidak apa-apa?" Tanya Luhan sambil terkekeh pelan.
"De~ Gwenchanayo, Lulu. Dan, apa maksudmu dengan aku dan Yeollie satu paket? Kami 'kan orang. Bukan barang, Lulu!" Jawab Baekhyun sambil mencubit kedua pipi Luhan. Luhan hanya meringis pelan dan mempoutkan bibirnya dengan imut.
"Aih~ sahabat pacarku ini cute sekali!" Teriak Chanyeol –yang merupakan pacar Baekhyun- sambil mengacak lembut rambut Luhan.
"Yah! Yeollie! Kenapa kamu bisa bilang Lulu cute di hadapanku? Yeollie jahat~" Baekhyun membalikkan badannya dan pura-pura marah. Luhan hanya bisa tertawa lepas melihat tingkah lucu kedua sahabatnya ini.
"Cih. Kalian berisik." Kali ini Kris angkat bicara.
"Eh, ada Kris hyung! Aku kira Lulu lagi jalan sendirian tadi. Habisnya, Kris hyung mirip tiang listrik sih. Tinggi sekali! Jadi aku kira hyung itu tiang listrik, bukan orang." Chanyeol tertawa kencang mendengar lelucon yang keluar dari bibir pacarnya itu. Kris yang diledeki langsung berusaha menarik Chanyeol dan Baekhyun yang bersembunyi di balik Luhan.
"Lulu~ Tolong kami! Kami takut!" Teriak mereka berdua bersamaan. Dan lagi-lagi, Luhan tertawa lepas. Melihat adik kesayangannya itu tertawa, mau tak mau Kris pun ikut tertawa. Kemudian, mereka pun mulai berjalan bersama menuju supermarket.
"Untungnya aku memberitahu kondisi Luhan pada Chanyeol dan Baekhyun. Sehingga, mereka bisa menghibur Luhan seperti ini. Terima Kasih, kalian berdua." Kris menatap pasangan kekasih itu dengan tatapan terima kasih. Mereka hanya mengangguk pelan sambil tersenyum samar, yang tidak disadari oleh Luhan.
^o^
Setelah selesai berbelanja, mereka berempat pergi menuju apartemen Kris. Luhan mengundang BaekYeol untuk makan malam bersama mereka yang tanpa 'Ba Bi Bu' langsung disetujui oleh mereka berdua. Karena, mereka tahu kalau masakan Luhan itu sangatlah enak. Makanya mereka tidak berpikir dua kali untuk makan malam di apartemen Kris.
"Wah! Mashitta!" Teriak BaekYeol bersamaan, yang membuat Kris dan Luhan tertawa pelan. Mereka berdua selalu membawa keceriaan ke mana-mana.
"Lulu, harus sering memasak untukku dan Yeollie. Masakanmu benar-benar enak, Lu~" Baekhyun tersenyum lebar dengan makanan di mulutnya.
"Kamu pikir adikku ini apa? Juru masak pribadi kalian?" Kris hanya memelototi Baekhyun, yang dibalas dengan cengiran oleh Baekhyun.
"Ah~ Pasti pasanganmu kelak akan bahagia sekali dimasaki seperti ini terus olehmu, Luhan!" Kata-kata Chanyeol membuat Luhan berhenti makan. Ekspresinya langsung berubah menjadi sedih.
"Pasanganku akan bahagia? Kalau benar begitu, kenapa Kai meninggalkanku?" Pikir Luhan dalam hati.
Menyadari bahwa ia salah bicara, Chanyeol langsung merutuki dirinya sendiri. Dia menerima death glare dari Kris dan injakan kaki yang cukup keras dari Baekhyun.
"Park Chanyeol, KAU BODOH!" Teriak Kris dan Baekhyun dalam hati.
"Kalian sudah tahu, kan?" Tanya Luhan tiba-tiba.
"Eh? Tahu apanya, Lulu? Hehe…" Baekhyun hanya membalas pertanyaan Luhan dengan nada yang sedikit panik.
"Kalau aku dan Kai sudah… sudah… putus." Jawab Luhan semakin pelan. BaekYeol hanya menundukkan kepala mereka. Tidak tega melihat Luhan yang hancur seperti ini.
"Aku masih tidak mengerti…" Mereka semua langsung mengalihkan pandangan ke arah Luhan. Luhan tersenyum pahit ke arah mereka dan melanjutkan kata-katanya.
"Kenapa dia memutuskanku? Kalau dia hanya berniat mempermainkanku, kenapa dia harus mencuri perhatianku? Kenapa dia harus menembakku dan memintaku menjadi pacarnya? Kenapa?" Air mata kembali jatuh di kedua pipi Luhan. Kris langsung memeluk Luhan untuk menenangkannya. Tapi, air matanya tetap tak mau berhenti. Ia merasa sekujur tubuhnya mati mengingat Kai bukan lagi miliknya, tapi, ia tetap bisa merasakan sakit yang amat sangat di hatinya.
"LULU! Kamu tidak perlu memikirkan bajingan seperti dia lagi! Lupakan dia! Kamu akan mendapatkan yang seribu… tidak… sejuta kali lipat lebih baik daripada dia!" Teriak Baekhyun. Kris dan Chanyeol hanya menatap Baekhyun dengan pandangan kaget. Ini pertama kalinya Baekhyun berbicara buruk tentang orang lain.
"Aku tidak mau melihat sahabatku hancur begini. Aku tidak bisa." Mata Baekhyun berkaca-kaca. Baginya, Luhan sangatlah berharga. Ia sudah mengenal Luhan sangat lama. Namun, ini pertama kalinya melihat Luhan hancur dan rapuh seperti ini.
"Baekkie…" Luhan membuka mulutnya perlahan.
"Aku mohon, Lulu. Lupakanlah Kai. Dia tidak pantas untukmu. Kau terlalu sempurna untuknya. Kau terlalu baik untuknya. Aku mohon, Lu…" Luhan melepaskan pelukan Kris yang merenggang kepadanya, dan berganti memeluk Baekhyun, yang balas memeluknya erat.
"Gomawo, Baekkie-ah~ Kau memang sahabatku yang paling berharga. Aku janji aku akan berusaha melupakan Kai." Luhan tersenyum kecil, yang dibalas dengan senyuman lebar oleh Baekhyun. Kris dan Chanyeol yang melihat ini hanya bisa tersenyum melihat betapa akrabnya dua sahabat itu.
"Lebih baik, kita habiskan dulu makan malam kita." Ajak Kris yang dijawab dengan anggukan semangat oleh mereka bertiga. Lalu, mereka mulai melanjutkan makan malam mereka yang tertunda.
^o^
"Kamu tidak apa-apa, kan, sayang?" Ia hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Eomma nya. "Maafkan Eomma, ya, kita harus pindah lagi. Padahal, kamu belum lama di sekolah yang kemarin. Baru saja kamu berteman baik dengan mereka, kita malah harus pindah lagi. Tapi, kamu bisa mengerti, 'kan? Pekerjaan Appa mu memang begini." Lagi-lagi ia mengangguk dan tersenyum kepada sang eomma.
"De, Eomma, aku mengerti, kok. Lagipula, aku sudah terbiasa seperti ini." Jawabnya tenang. Lalu, ia mengalihkan perhatiannya keluar jendela.
"Sehun-ah~" Panggil eomma nya lembut.
"Ya, Eomma?" Tanyanya pelan sambil tersenyum kecil ke arah eomma nya.
"Eomma janji, ini yang terakhir. Kita akan menetap di tempat yang baru. Kita tidak akan pindah lagi, sayang." Sehun tersenyum senang, dan mengangguk kepada Eomma nya. Ia harap, tempat yang baru ini akan membuat dia nyaman dan bahagia.
^o^
"Kamu tidak lelah, Lu?" Tanya Kris. Luhan menggeleng menjawab pertanyaan Kris. Lalu, mereka melanjutkan aktivitas beres-beres mereka.
Baekhyun dan Chanyeol baru pulang beberapa menit yang lalu. Mereka keasyikkan berbincang dan tertawa sampai lupa kalau ini sudah terlalu larut. Mereka juga harus sekolah besok pagi. Jadilah mereka pulang dengan terburu-buru tadi.
"Gege, baju seragamku masih ada di sini, 'kan?" Tanya Luhan. Kris berhenti sebentar, berpikir apa ia masih menyimpan seragam Luhan atau sudah mengembalikannya.
"Sebentar, ya. Coba kucari di lemari." Kris beranjak pergi ke kamarnya. Membuka lemari dan mencari baju seragam Luhan. Untung saja ia belum mengembalikan seragam itu ke Luhan. Luhan memang sering menginap di sini, bahkan pada hari sekolah sekalipun. Dan Luhan selalu membawa baju seragam ke sini. Terkadang, Kris akan mengembalikan seragam itu. Tapi, ia akan menyimpan 1 atau 2 seragam Luhan untuk berjaga-jaga jika Luhan menginap di sini secara tiba-tiba. Seperti yang ia lakukan hari ini.
"Ada, kok. Sebentar, aku siapkan seragam untuk besok dulu. Kamu tidak apa-apa 'kan membereskan semua ini sendirian?" Luhan mengangguk dan tersenyum. Lalu, Kris pun pergi menuju tempat setrika.
Mereka berdua melakukan aktivitas mereka dalam diam. Setelah Kris menyelesaikan setrikaannya, ia menggantung seragam mereka dan berjalan menuju tempat Luhan. Namun, ia tidak menemukan Luhan di mana pun. Ia lihat ke sekeliling ruangan yang sudah rapi dan bersih itu. Tapi, ia tidak menemukan Luhan di mana pun.
"Luhan!" Panggil Kris agak keras. Ia berjalan menuju sofa, dan melihat Luhan yang sedang tertidur pulas di sana. Ia tersenyum melihat adiknya itu. Ia merendahkan badannya dan menyingkirkan rambut Luhan yang menutupi sebagian wajahnya. Kemudian, ia mengangkat Luhan, dan membaringkannya di atas tempat tidurnya.
"Aku harap, kamu bisa cepat melupakan dia, Luhan. Good night." Ucap Kris pelan, lalu beranjak perlahan dari kamar itu menuju ke sofa ruang tengah.
^o^
Pagi datang lagi. Dengan kicauan burung yang selalu setia menemani matahari. Membangunkan berbagai insan dari tidurnya yang lelap.
Suasana pagi di rumah Oh Sehun biasa saja. Eomma nya mengetuk pintu kamarnya dan mematikan jam bekernya. Kemudian mengguncang tubuhnya keras, berusaha membangunkan anaknya yang memang susah bangun pagi itu.
"Oh Sehun! Cepat bangun! Ini hari pertamamu di sekolah yang baru. Masa kamu mau datang terlambat di hari pertama?" Panggil Eomma nya dengan suara yang keras.
"5 menit lagi…" Jawab Sehun dengan mata tetap tertutup dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Eomma nya hanya bisa menghela napas menghadapi kelakuan anak semata wayangnya itu.
"Oh Sehun! Kalau kamu tidak bangun juga, akan Eomma siram kamu dengan air dingin!" Teriaknya kencang. Membuat Sehun terperanjat bangun dari tidurnya. Ia tidak mau disiram dengan air dingin di pagi yang dingin begini oleh Eomma nya. Tidak untuk yang kedua kalinya.
"Eomma dan Appa tunggu kamu di meja makan. Cepat siap-siap!" Sehun mengangguk pelan dan berdiri dari tempat tidurnya. Pergi menuju ke kemar mandi sembil membawa handuk dan mengusap matanya pelan.
"Huh! Sulit sekali membangunkan anak itu." Gerutu sang Eomma dan mendudukkan diri di meja makan.
"Hahaha, namanya juga masih kecil." Sang Appa hanya tertawa menanggapi gerutuan istrinya itu.
"Dia sudah dewasa, yeobo. Sudah SMA. Apanya yang masih anak kecil." Jawab Eomma sambil mengoleskan selai di roti, dan menaruhnya di piring anaknya.
"Pagi Eomma, Appa." Sapa Sehun pelan. Dia sudah selesai bersiap, mengenakan seragam sekolah barunya, dan berjalan menuju meja makan.
"Pagi, Sehunnie. Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?" Tanya sang Appa. Sehun hanya mengangguk pelan dan memulai sarapan. Setelah selesai sarapan, Sehun dan appa nya berpamitan kepada Eomma. Lalu, mereka berangkat bersama.
"Appa harap, kamu betah dan nyaman di sekolah yang baru ini, Sehun." Kata Appa nya, saat ia hendak membuka pintu mobil. Ia mengangguk dan tersenyum kepada Appa dan berpamitan. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya masuk ke sekolah barunya.
"Well, Selamat datang di sekolah baru, Oh Sehun." Ucapnya dalam hati sambil tersenyum riang.
-To Be Continued-

A/N: Annyeong~ Saya author newbie di sini ^^ Dan ini merupakan fanfic pertama saya. Jadi, mian kalo misalnya abal banget :P Tapi saya harap, readers mau berbaik hati untuk me-review cerita ini :D Gomawo, yeorobun~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar