Pengikut

Selasa, 16 Oktober 2012

You Heal My Broken Heart (5/?)

Title: You Heal My Broken Heart (5/?)
Author: Beautiful Luhan (Tami Chan)
Main Pairing: HunHan (Sehun/Luhan)
Other Pairing: crack!KaiHan, BaekYeol, KaiSoo, SuLay, etc (Other Pairing will come later).
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Disclaimer: I just own the plot. The characters are belong to GOD, themselves, and SM ent.
Warning: Yaoi (Boy x Boy). Don't Like, Don't Read!
ENJOY~! ^^

Sejak hari itu, Kai yang sadar bahwa ia masih memiliki perasaan khusus pada Luhan, berusaha mengejar Luhan dan meminta maaf. Namun, Luhan sama sekali tidak mau memaafkan Kai sampai ia meminta maaf pada Sehun.
"Kenapa aku harus meminta maaf padanya? Aku merasa, aku bersalah kepadamu! Bukan pada laki-laki itu!" Kai meninggikan nada suaranya.
"Kamu telah menyakitinya, Kim Jongin! Seharusnya, kamu meminta maaf padanya! Bukan aku!" Luhan membalas perkataan Kai dengan sama kesalnya. Ia tidak suka dengan sikap Kai yang seperti ini.
"Aku tidak merasa bersalah kepadanya! Dia yang memulainya, Luhan!" Teriak Kai. Luhan menatap Kai dengan marah dan kesal. Kai sudah menyakiti Sehun, dan dia tetap tidak merasa bersalah?
"Kamu gila, Kai! Kamu membuatnya kesakitan dan tetap merasa tidak bersalah? Jangan harap aku akan memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf pada Sehun." Dengan itu, Luhan pergi meninggalkan Kai yang terus memanggil Luhan.
"Luhan! LUHAN! CIH, SIALAN!" Kai memukul tembok di sampingnya dengan keras. Sampai tangannya berdarah. "Kenapa kamu lebih membelanya daripada aku? Apa kamu mencintainya, Luhan?" Lalu, Kai pun pergi meninggalkan tempat itu.
^o^
2 bulan berlalu sejak kejadian itu, dan Luhan tetap tidak mau memaafkan Kai. Karena, sampai sekarang, Kai tetap tidak mau meminta maaf pada Sehun.
"Kamu tidak capek dikejar-kejar seperti itu terus oleh Kai?" Tanya Baekhyun pada Luhan saat mereka sedang makan siang di halaman belakang.
"Menurutmu?" Tanya Luhan kesal. Selama 2 bulan ini, Kai selalu mengejar-ngejar Luhan dan meminta maaf. Luhan sudah bilang, ia akan memaafkan Kai kalau Kai mau meminta maaf pada Sehun. Namun, Kai sangatlah keras kepala, ia sama sekali tidak mau meminta maaf pada Sehun.
"Tentu saja melelahkan, bukan?" Luhan mengangguk dan terus melanjutkan makan siangnya.
"Maafkan saja dia, Luhan." Sehun tiba-tiba angkat bicara. Perkataannya membuat Luhan kaget.
"Mana mungkin aku memaafkannya begitu saja, Sehun? Dia membuatmu kesakitan selama seminggu! Tapi, dia tidak mau minta maaf kepadamu. Lagipula, seharusnya dia minta maaf kepadamu, bukan aku!"
"Iya, aku tahu. Tapi, aku tidak mau melihat dia terus-terusan mengejarmu. Itu menyebalkan." Nada bicara Sehun terkesan cemburu. Hal itu membuat BaekYeol tersenyum jahil.
"Eh? Maksudnya apa?" Tanya Luhan polos. Tidak mengerti maksud perkataan Sehun. Wajah Sehun sedikit memerah, sadar akan perkataannya tadi. Untungnya Luhan tidak mengerti maksud perkataannya.
"Sudahlah! Lupakan saja! Pokoknya, cepat maafkan dia. Aku sudah memaafkannya, kok!" Seru Sehun agak gugup, sambil berusaha menutupi rona merah di wajahnya.
"Tapi 'kan…"
"Tidak ada tapi-tapian, Lulu~ Maafkan saja dia, oke?" Bujuk Sehun lembut sambil tersenyum. Luhan menatap Sehun dalam dengan tatapan ragu. Namun akhirnya ia mengangguk pelan dan membalas senyuman Sehun.
"EHEM!" Suara BaekYeol mengagetkan mereka berdua. Membuat mereka mengalihkan pandangan dari satu sama lain ke arah BaekYeol.
"Sebaiknya kita pergi saja, yuk, Bacon! Aku tidak mau jadi pengganggu di sini." Ujar Chanyeol dengan nada iseng.
"De, Yeollie~" Kemudian mereka berdiri dan melambaikan tangan ke arah Sehun dan Luhan.
"Ha? Maksud kalian apa dengan menganggu? Kalian sama sekali tidak menganggu, kok." Bantah Luhan dengan tatapan tidak mengerti, yang menurut Sehun sangatlah imut. Wajah Sehun kembali memerah. Membuatnya mendapatkan tatapan iseng dari BaekYeol.
"Ya sudah, kami pergi dulu, ya! Bye bye, Lulu! Sehunnie!"
"Eh? Baekkie! Chanyeollie! Kalian mau ke mana? Kenapa pergi begitu saja? Hey!" Sehun menarik pergelangan tangan Luhan, menyuruhnya untuk kembali duduk dan melanjutkan makan siang.
"Biarkan saja mereka, Lulu~ Siapa tahu mereka lagi ingin berdua." Sehun berusaha meyakinkan Luhan. Akhirnya, Sehun dan Luhan melanjutkan makan siang mereka. Baru saja mereka akan pergi, saat mereka mendengar sebuah suara memanggil mereka.
"Luhan! Sehun!" Mereka menoleh ke arah suara yang ternyata milik Kris dan Lay. "Kalian sudah selesai makan siang?" Tanya Kris, yang dibalas dengan anggukan oleh mereka berdua.
"Gege sudah makan? Atau jangan-jangan… daritadi gege menghabiskan jam istirahat di ruang OSIS? Benar, 'kan?" Tanya Luhan penuh selidik. Kris hanya menelan ludah, bingung harus menjawab apa, karena perkataan Luhan benar. Dan ia tahu, Luhan tidak suka dengan kebiasaannya yang melewatkan makan siang hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai ketua OSIS.
"Benar 'kan, Yixing ge?" Luhan dan Kris sama saja. Selalu saja memanggilnya dengan nama asli saat sedang menginterogasi atau mengintimidasi seperti ini. Dengan pasrah, Lay pun mengangguk.
"Gege! Sudah berapa kali kubilang, gege tidak boleh melewatkan makan siang demi pekerjaan OSIS! Walaupun gege ketua OSIS, gege juga butuh makan. Nanti kalau gege sakit, bagaimana?" Tanya Luhan khawatir. Kris tersenyum melihta tingkah adiknya itu.
"Iya, aku tahu, kok. Aku janji, tidak akan melewatkan makan siang lagi."
"Aku sudah sering mendengar perkataan seperti itu. Tapi tetap saja gege melewatkan makan siang." Jawab Luhan sambil mempoutkan bibirnya.
"Kali ini tidak lagi, deh. Ini yang terakhir. Jangan cemberut lagi, ya?" Luhan pun menatap Kris dan tersenyum senang. Lalu, Luhan dan Sehun memutuskan untuk menemani Kris dan Lay makan siang. Karena, bel masuk memang belum berbunyi.
"Jadi, bagaimana dengan lukamu, Sehun? Masih terasa sakit?" Tanya Lay.
"Aniya, hyung. Sudah jauh lebih baik. Rasa sakitnya juga sudah tidak terasa lagi. Kemarin itu hanya terasa sakit dan agak nyeri sampai seminggu-dua minggu. Setelah itu, aku tidak kenapa-kenapa lagi." Jawab Sehun.
"Kai itu memang brengsek. Sebegitu inginnya kah dia menang sampai-sampai bermain kasar seperti itu?" Ujar Kris kesal. Yang lain hanya diam, masih tidak mengerti kenapa Kai melakukan hal seperti itu, kecuali Sehun. Sehun tahu benar Kai tidak suka ia dekat-dekat dengan Luhan. Oleh karena itulah Kai menyikut Sehun. Karena ia kesal saat tatapan Luhan hanya tertuju ke arah Sehun, bukan ke arahnya.
"Wah wah wah, ternyata ada my beautiful princess di sini. Kupikir, kamu sudah menyelesaikan makan siangmu, princess." Suara merayu Suho terdengar, membuat Kris kehilangan napsu makan. Suho berdiri di dekat kursi Luhan, tersenyum.
"De, aku memang sudah selesai makan, Suho-hyung. Aku hanya menemani Kris ge dan Lay ge di sini." Jawab Luhan.
"Begitukah? Padahal, aku baru saja mau mengajakmu makan siang bersamaku, princess." Kata Suho.
"Makan siang sendiri, sana! Tiba-tiba muncul dan mengajak adikku makan siang dengan rayuan gombal seperti itu. Membuat selera makan hilang saja!" Seru Kris kesal dan menatap tajam ke arah Suho.
"Heh… Apa aku tidak boleh mengajak my princess makan siang? Kurasa, tidak ada peraturan yang melarang hal itu." Ujar Suho.
"Tidak boleh! Akulah yang membuat peraturan itu!" Kris berhenti makan dan terus beradu death glare dengan Suho.
"Childish sekali ketua OSIS kita ini. Membuat peraturan tidak jelas seperti itu." Jawab Suho dengan tatapan meledek. Membuat Kris semakin kehilangan kesabaran.
"Kau ini…"
"Sudahlah, Kris. Berhentilah bertengkar dan selesaikan makan siangmu. Atau kita akan terlambat masuk kelas." Lay berusaha menenangkan Kris yang benar-benar marah sekarang.
"Oh? Ada Zhang Yi Xing ternyata. Aku tidak melihatmu, Yixing-ah~" Nada bicara Suho melembut dan terkesan merayu lagi. Membuat Lay memutar kedua bola matanya.
"Mungkin kamu harus memeriksa matamu, Suho. Dan, Lay untukmu! Jangan pernah memanggilku Yixing!"
"Waeyo? Bukannya namamu memang Yixing? Kenapa aku tidak boleh memanggilmu dengan nama aslimu?" Tanya Suho.
"Yang boleh memanggilku Yixing hanya teman dekatku dan keluargaku saja. Apakah kamu salah satu dari orang itu? Bukan, 'kan?" Lay merasa terganggu dengan sikap Suho yang memang menyebalkan itu.
"Aku memang bukan salah satu dari orang-orang itu. Tapi, setidaknya aku masih orang penting, bukan?" Pertanyaan Suho terdengar tidak masuk akal bagi Lay, juga Kris, Luhan dan Sehun.
"Apa maksudmu?" Tanya Lay kesal.
"Ya, aku memang orang penting untukmu, Yixing. Because, I'm your soon-to-be boyfriend, right?" Jawab Suho sambil tersenyum merayu disertai wink ke arah Lay.
Mendengar perkataan Suho, Lay langsung menyemburkan minumannya karena kaget. Ia menatap Suho dengan tidak percaya. Sementara Kris, Luhan, dan Sehun hanya membulatkan mata kaget.
"KAMU GILA, KIM JOONMYUN!" Teriak Lay sambil memukul meja. Walaupun ia berkata begitu, ia tetap tidak bisa menyembunyikan fakta kalau hatinya berdebar kencang dan wajahnya memerah.
"Your reaction is too cute, Yixing-ah~" Sekali lagi, perkataan Suho membuatnya semakin memerah. Ia berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya dengan menundukkan kepalanya.
"Kalau begitu, aku pamit undur diri dulu. See you soon, princess..." Ucap Suho sambil mengecup punggung tangan Luhan lagi, dan menoleh ke arah Lay, "and my soon-to-be boyfriend." Lalu memberi wink pada Lay. "Ayo, Chen!" Kemudian, dia dan asistennya, Chen –yang sedari tadi ada di sana- pergi meninggalkan 4 orang itu. Terkaget-kaget dengan semua perkataan Suho.
"Jadi…" Luhan buka suara. "Suho-hyung itu suka pada Lay ge?" Tanya Luhan, membuat wajah Lay kembali memerah.
"Jangan bilang kamu suka padanya, Lay?" Tanya Kris penuh selidik. Yang ditanya hanya diam tidak menjawab. Namun, rona merah di pipinya cukup untuk menjawab pertanyaan Kris. "ARGH! Aku bisa gila kalau begini! Bagaimana bisa sahabatku jatuh cinta pada musuh bebuyutanku!" Kris menjambak-jambak rambutnya frustasi.
"Ini sulit dipercaya. Kukira, Suho-hyung itu suka padamu, Lulu." Bisik Sehun. Luhan hanya mengangkat bahunya. Tak berapa lama kemudian, mereka berdua tersenyum.
"Kurasa, akan terjadi hal yang menarik. Iya 'kan Sehun-ah?" Bisik Luhan sambil tertawa kecil. Sehun mengangguk dan ikut tertawa bersama Luhan. Melihat Kris frustasi seperti itu dan Lay yang wajahnya semakin memerah sangatlah lucu bagi mereka.
Setelah itu, mereka memilih untuk pamit dan kembali ke kelas mereka, daripada harus mendengar Kris berceramah mengenai keburukan Suho pada Lay.
"Tunggu sampai aku menceritakan hal ini pada Baekhyun dan Chanyeol!" Seru Luhan senang. Lalu, mereka berdua kembali tertawa kencang.
^o^
"Jadi, maksudmu, Suho-hyung itu suka pada Lay-hyung?" Tanya Chanyeol masih dengan tatapan tidak mengerti. Luhan mengangguk mantap menanggapi pertanyaan Chanyeol.
"Tapi… kalau benar Suho-hyung menyukai Lay-hyung, kenapa ia selalu menggoda dan mendekatimu, Lu?" Tanya Baekhyun dengan tatapan sama bingungnya dengan Chanyeol.
"Aku juga tidak tahu. Yang pasti, aku yakin sekali kalau Suho-hyung itu menyukai Lay ge Bukan aku. Ah~ Leganya mengetahui hal ini. Karena, pasti setelah ini, Suho-hyung akan lebih sering menggoda Lay ge daripada aku." Jawab Luhan dengan senang dan senyum lebar.
"Tapi… ini semua aneh, Lulu~ Aku sama sekali tidak mengerti." Rengek Baekhyun.
"Sudahlah, Bacon. Gak usah terlalu dipikirkan. Bukannya malah bagus kalau Suho-hyung tidak mendekati dan menggoda Luhannie lagi?" Ucap Chanyeol sambil tersenyum ke arah Baekhyun, yang dibalas dengan senyuman manis dan anggukan pelan dari Baekhyun.
"Tapi, aku kasihan pada Kris-hyung." Ucap Sehun tiba-tiba. " Habisnya, dia pasti shock banget pas tahu kalau sahabatnya itu disukai oleh musuh bebuyutannya. Apalagi, Lay-hyung juga sepertinya ada rasa untuk Suho-hyung. Walaupun aku masih belum yakin juga, sih." Mereka semua terkekeh mendengar perkataan Sehun.
Lalu, terdengar suara pintu kelas yang dibuka disertai dengan suara berat songsaenim mereka memulai pelajaran.
^o^
TREEEEEEET!
Bel tanda sekolah usai berbunyi. Seluruh siswa berlarian keluar kelas sambil bercanda tawa ataupun berbincang riang. Di kelas 1-3, masih ada beberapa orang yang tinggal di kelas. Termasuk Luhan, Sehun, dan BaekYeol.
"Jadi, hari ini kamu tidak ikut pulang bersama kami, Sehun-ah?" Tanya Luhan. Sehun mengangguk menanggapi pertanyaan Luhan.
"Hm! Hari ini, aku harus pulang cepat. Jadi, aku tidak bisa menunggu kalian menyelesaikan tugas piket. Tidak apa-apa 'kan, Lulu?" Luhan mengangguk dan tersenyum ke arah Sehun. Dia merasa senang dengan cara Sehun memanggilnya sekarang. Entah kenapa, ia merasa cara Sehun mengucap 'Lulu' sangat familiar di telinganya.
"Ya sudah, kalau begitu aku pulang duluan, ya! Bye, semua!" Sehun melambaikan tangannya dan berjalan keluar kelas.
"Bye bye, Sehun-ah!" Jawab mereka bersamaan sambil membalas lambaian tangan Sehun.
"Kalau begitu, ayo kita selesaikan tugas piket kita! Biar kita bisa cepat pulang." Kemudian, mereka memulai pekerjaan mereka dari menghapus dan membersihkan papan tulis.
^o^
'Ah, gawat!' Eomma pasti mengomel kalau aku telat pulang hari ini. Aku harus cepat-cepat!' Pikir Sehun sambil terus mempercepat langkahnya. Saat ia hendak melangkahkan kakinya ke arah gerbang, ia mendengar sebuah suara yang sangat dibencinya memanggilnya.
"Yah! Oh Sehun!" Sehun membalikkan badannya dan melihat Kai sedang berdiri tak jauh darinya.
'Cih. Mau apa sih orang ini? Menggangguku saja.' Gerutu Sehun dalam hati. "Ada apa kamu memanggilku? Mau minta maaf? Atau, mau berterima kasih karena aku telah membuat Luhan memaafkanmu?" Tanya Sehun dengan tatapan dan nada sarkastis.
"Jangan harap aku akan meminta maaf padamu ataupun berterima kasih. Lagipula, cepat atau lambat Luhan pasti memaafkanku." Balas Kai dengan sinis.
"Terus, apa maumu? Kalau tidak ada hal penting, aku pamit dulu, Kai-ssi." Belum sempat Sehun melangkah lebih jauh, Kai memanggilnya lagi. Lebih tepatnya, menantangnya.
"Aku mau kau bertanding basket lagi denganku." Perkataan Kai membuat Sehun kaget. Apa yang diinginkannya kali ini? Mencelakainya lebih parah lagi?
"Aku tidak mau. Sudah cukup aku mengikuti permainan basketmu yang licik itu." Jawab Sehun sambil pergi melangkahkan kakinya.
"Bagaimana kalau kali ini, kita memasang taruhan." Tawar Kai dengan senyum licik. Sehun berbalik dan menatap tajam Kai.
"Apa taruhannya?" Tanya Sehun dengan perasaan marah. Seakan tahu apa jawaban Kai setelah ini.
"Luhan." Dan seketika, api kemarahan seakan berkobar di dalam diri Sehun. Bisa-bisanya Kai menjadikan Luhan sebuah taruhan. Bukannya Kai sudah tidak menyukai Luhan lagi? Kenapa ia sampai melakukan hal seperti ini untuk mendapatkan Luhan kembali?
"Kalau kamu menang, aku akan melepas Luhan dan tidak akan menganggunya lagi. Tapi, jika aku yang menang, kamu harus menjuh dari Luhan dan menghilang dari hadapannya. Selamanya." Sehun mengepalkan kedua tangannya geram. Ia tidak suka dengan semua ini. Tapi, ia tidak ingin Kai terus-terusan menyakiti Luhan. Ia tidak bisa melihat Luhan sedih.
Setelah kesunyian yang mencekam dalam waktu yang cukup lama, Sehun menjawab dengan jawaban yang bahkan ia tidak tahu harus menyesalinya atau tidak.
"Aku terima tantanganmu!" Dan senyuman licik pun mengembang di wajah Kai.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar hal itu. Dan orang itu adalah Xiumin.
"Sehun! Apa kau gila?" Bisiknya kesal. Ia beranjak dari tempat itu untuk mencari Luhan. Berharap Luhan dapat menghentikan perbuatan Kai dan Sehun.
^o^
"Terus… apa yang harus kita lakukan setelah ini?" Tanya Baekhyun dengan suara lelah dan lemas.
"Kamu payah, Baekkie! Baru saja membersihkan papan tulis, kamu sudah kelelahan seperti itu." Ledek Luhan sambil terus melanjutkan aktivitas menyapunya.
"Itu melelahkan, Lulu! Jangan seenaknya bilang aku payah." Sergah Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya. Membuat Chanyeol dan Luhan tertawa.
"LUHAN!" Teriak seseorang yang ternyata adalah Xiumin, dengan Tao di sampingnya.
"Eh, Xiumin-hyung? Tao? Ada apa?" Tanyanya sambil menghampiri Xiumin dan Tao.
"Sehun! Dia… dia…" Mendengar nama Sehun, entah kenapa, perasaan Luhan tidak enak. "Dia bertanding basket lagi dengan Kai di bawah!" Dan seketika, Luhan khawatir akan Sehun. Bagaimana kalau Kai mencelakainya lagi?
"Astaga! Dia itu bodoh atau bagaimana, sih? Kenapa dengan semudah itu dia bertanding basket lagi dengan Kai? ARGH!" Teriak Baekhyun frustasi. Mereka tak habis pikir, mengapa Sehun bisa dengan semudah itu bertanding basket dengan Kai setelah apa yang Kai lakukan 2 bulan yang lalu? Kenapa ia tidak menolak saja? Melihat wajah bingung, kesal, dan khawatir mereka, Tao membuka suara. Menjelaskan alasan Sehun melakukan hal itu.
"Dia melakukan hal itu untuk melindungimu, Luhan." Luhan dan yang lainnya menoleh kaget mendengar perkataan Tao.
"Apa maksudmu, Tao? Melindungiku?" Tanya Luhan heran.
"Iya. Karena, mereka berdua bertaruh akan dirimu. Jika Kai kalah kali ini, ia akan menjauh darimu. Namun, jika Sehun yang kalah, ia yang harus menjauh darimu sekaligus menghilang dari hadapanmu." Luhan membulatkan kedua matanya. Ia tidak menyangka Kai dan Sehun bertaruh seperti itu. Dan seketika, ia benar-benar ingin Sehun menang. Ia tidak mau kalau Sehun harus menjauh dan menghilang dari hadapannya.
"Dia memang benar-benar bodoh. Hun-ah… Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh seperti ini?" Bisik Tao pada dirinya sendiri.
Mendengar nama Hun, Luhan langsung teringat akan kenangan masa kecilnya. Mengingat teman satu-satunya yang sekarang telah tiada.
"Hun…?" Tao dan Xiumin langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah Luhan yang sedang tersenyum sedih. "Namanya mirip dengan temanku. Namun, ia telah tiada."
"Sudahlah, Lulu~ Pasti Hun bahagia di sana. Kamu jangan sedih lagi." Hibur Baekhyun sambil menepuk pelan bahu Luhan.
"Lulu? Sebentar, kamu bilang, temanmu itu telah tiada? Bisa ceritakan kejadiannya?" Luhan mengangguk dan mulai menceritakan tentang teman masa kecilnya itu.
"Dulu, saat aku tinggal di Cina, ada seorang anak laki-laki yang selalu menemaniku. Ia berjanji akan melindungiku dan aku sangat senang. Karena di sana, selain Kris ge, semua anak menjauhiku dan selalu mengejek ataupun menyiksaku. Aku bertemu dengannya saat aku sedang menangis, dia datang menghiburku dan sejak saat itulah kami berteman dekat.
"Kami selalu bertemu di tempat yang sama. Kami selalu bermain bersama, sampai lupa waktu. Sejak ia datang ke kehidupanku, aku merasa sangat bahagia. Tanpa terasa, sudah setahun terlewati sejak kami saling mengenal. Aku merasa betah di Cina, dan tidak mau pulang ke Korea. Saat aku bilang begitu ke Baekkie, dia marah besar karena aku lebih senang berteman dengan Hun daripada dia." Luhan tertawa ke arah Baekhyun yang cemberut.
"Habisnya, gimana aku tidak kesal? Aku kan lebih dulu kenal denganmu, Lulu! Tapi kamu malah lebih senang berteman dengan Hun. Menyebalkan!" Semua yang ada di situ tertawa melihat wajah Baekhyun yang terlihat kesal, namun tetap menggemaskan itu.
"Lalu, kenapa kamu bilang dia telah tiada? Bisa saja dia pindah atau bagaimana, 'kan?" Tanya Xiumin.
Luhan menggeleng pelan. "Hari itu, hujan sangatlah deras. Aku menunggunya di tempat biasa sambil berteduh di bawah sebuah pohon besar yang tak jauh dari tempat kami bertemu.
"Aku terus menunggu dan menunggu. Karena, aku merasa Hun tidak akan datang sebelum hujan reda, aku memejamkan mataku, memutuskan untuk tidur sejenak sambil menunggu Hun datang. Tak berapa lama, hujan mulai mereda, dan saat itu aku mendengar beberapa orang berkata, kalau baru saja terjadi kecelakaan di dekat tempat itu. Seorang anak laki-laki tertabrak dan nyawanya tak dapat diselamatkan. Aku panik mendengar hal itu. Aku takut, kalau orang yang tertabrak itu adalah Hun. Jadi, aku memutuskan untuk berlari ke tempat kejadian.
"Sesampainya aku di sana, aku melihat kerumunan orang mengelilingi mobil si penabrak. Aku langsung menerobos ke depan. Dan di sana, aku melihat gelang, yang biasa dipakai Hun, tergeletak begitu saja di tempat kejadian."
Xiumin dan Tao semakin yakin kalau Luhan adalah Lulu, teman Sehun di Cina dulu. Karena, waktu kejadian, tempat dan semua ceritanya begitu mirip. Hanya saja, mereka masih bingung, kenapa Luhan bilang Hun sudah tiada? Kalau Hun yang dimaksud di sini adalah Sehun, seharusnya Hun masih hidup dan sehat, bukan?
"Tapi… kenapa kamu bisa yakin kalau yang tertabrak itu, Hun? Bisa jadi gelang itu milik orang lain, yang mirip dengan kepunyaan Hun, bukan?" Tanya Tao. Luhan menggeleng.
"Aku bisa yakin kalau gelang itu milik Hun karena ada tanda di gelang itu. Tulisan S dan H yang cukup jelas di bagian dalam gelang, dan hangul yang dibaca Hun. Karena itulah aku yakin kalau anak kecil yang tertabrak itu adalah… Hun." Luhan berusaha menahan tangisnya. Baekhyun menepuk bahunya pelan. Berusaha menenangkannya.
"Gelang dengan tulisan S dan H, juga hangul Hun?" Tao berpikir keras. Ia merasa pernah melihat gelang itu.
"Apakah motif gelang itu adalah angin?" Tanya Xiumin kali ini. Luhan mengangguk mantap.
"Kenapa hyung bisa tahu?" Tanya Luhan kaget dan bingung.
"Luhan! Hun masih hidup! Dia sehat-sehat saja sampai sekarang!" Jawab Xiumin dengan senyuman mengembang. Saat itulah Tao sadar, kalau gelang yang dikatakan Luhan adalah gelang milik Sehun.
"Maksud hyung apa? Kenapa hyung bisa seyakin itu kalau Hun masih hidup?"
"Karena, saat kamu pergi ke tempat kejadian, Hun datang ke tempat kalian bertemu biasa. Saat itu, ia sedang tidak memakai gelang itu. Ia menyimpannya di saku celananya. Dan menurutku, karena ia berlari kencang menuju tempat kalian, gelangnya terjatuh di tempat terjadinya kecelekaan, saat ia melewati tempat itu.
"Saat ia sampai di tempat kalian bertemu, kamu sudah tidak ada di sana. Dan saat itu, ia menunggumu sampai malam. Namun, kamu tak kunjung datang. Jadi, ia memutuskan untuk pulang dan pergi lagi keesokan harinya. Tapi, kamu tetap tak datang, Luhan." Jelas Xiumin.
"Aku memang tidak datang keesokan harinya dan seterusnya. Karena, aku sama sekali tidak keluar rumah sejak saat itu. Aku takut saat aku keluar rumah, teman-teman sekolahku akan menyiksaku, dan tidak ada Hun yang menghibur dan melindungiku. Aku benar-benar sedih dan terpuruk saat itu." Ujar Luhan sambil menundukkan kepalanya. Mereka semua melihat air mata Luhan yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Pasti, mengingat kejadian seperti itu sangatlah menyakitkan bagi Luhan.
"Luhan, kamu harus percaya pada ceritaku! Tak pernah sekalipun Hun berniat meninggalkanmu. Dia sama sedihnya denganmu. Ia terus menunggumu di sana, namun kamu tak pernah datang. Saat itu, ia tidak tahu harus berbuat apa, dan memilih untuk ikut orang tuanya pindah ke Jepang. Tapi, sampai saat ini, ia terus mencarimu, Luhan." Luhan menatap dalam mata Xiumin. Berusaha melihat apakah ia serius atau berbohong. Dan dari matanya, Luhan tahu kalau Xiumin serius.
"Tapi kenapa hyung bisa seyakin itu?" Tanya Luhan pelan. Xiumin menghela napas pelan, dan tersenyum pada Luhan.
"Karena, itulah yang diceritakan Sehun padaku dan Tao." Mendengar hal itu, Luhan kaget dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya perlahan turun.
"Berarti, Sehun itu adalah…"
"Hm! Sehun adalah Hun, Luhan. Teman masa kecilmu." Jawab Tao kali ini. Tangisan Luhan memecah. Ia bukan menangis karena sedih, melainkan karena bahagia. Ia bahagia mengetahui bahwa Hun masih hidup.
"Sekarang, lebih baik kamu hentikan tindakan bodoh Hun-mu itu, Luhan. Atau bisa-bisa, ia celaka lagi." Luhan mengangguk dan langsung berlari keluar kelas.
Xiumin dan Tao tersenyum melihat hal itu. Mereka senang, karena kesalahpahaman yang terjadi antara Sehun dan Luhan selama ini terselesaikan. Dan mereka bisa seperti dulu lagi.
^o^
Luhan berlari dengan cepat menuju lapangan bawah. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada Sehun. Tidak pada Hun-nya.
"Katanya, Kai masih menang sampai saat ini." Luhan mendengar obrolan beberapa siswa di sekitarnya.
"Jelas saja begitu. Kai 'kan ace klub basket. Lagipula, bukannya kemarin itu mereka sudah sempat bertanding? Dan setauku anak baru itu kalah." Jawab anak yang satunya.
"Dia sudah kalah dan masih berani melawan Kai? Dasar gila." Luhan langsung berlari menghampiri mereka dengan tatapan marah.
"Jangan pernah kalian meremehkan atau meledek Sehun! Kalian tidak tahu kalau ace basket kebanggaan kalian itu bermain curang! Dia menyakiti Sehun saat bertanding!" Mereka kaget melihat Luhan yang tiba-tiba marah di hadapan mereka. Mereka hanya terdiam melihat Luhan berbalik dan pergi menjauh.
Sesampainya di lapangan basket, Luhan melihat kerumunan siswa yang sedang menyaksikan pertandingan tersebut. Luhan langsung menerobos kerumunan itu sampai ia dapat melihat Sehun dan Kai yang sedang bertanding dengan sengitnya.
Pertandingan sudah berlangsung cukup lama. Kai masih memimpin dengan angka 16-12. Mereka berdua terlihat sangat lelah. Namun, tekad menang di kedua mata mereka tidak pernah padam. Apalagi Sehun. Ia benar-benar tidak mau kehilangan Luhan.
Pertandingan dimulai lagi. Setelah perebutan bola yang cukup sengit, Sehun berhasil menambah score menjadi 14-16. Mereka terus bertanding dan Kai tetap memimpin dengan score 20-16.
"Sehun-ah…" Bisik Luhan. Ia benar-benar takut Sehun akan kalah. Bukannya ia tidak percaya pada kemampuan Sehun, tapi ia merasa sudah tidak ada harapan lagi. Apa sampai di sini saja hubungan mereka? Setelah ia tahu bahwa Hun masih hidup, apa Hun-nya harus pergi dari kehidupannya lagi?
Tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Luhan dengan lembut. Luhan langsung berbalik dan melihat siapa yang menepuk bahunya.
"Kris ge! Kenapa gege ada di sini?" Tanya Luha.
"Aku mendengar Sehun dan Kai bertanding basket lagi. Aku hanya ingin melihat siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah." Jawab Kris santai. Luhan langsung mengalihkan perhatiannya kembali ke arah lapangan, tempat berlangsungnya pertandingan.
Kris melihat wajah khawatir adik kesayangannya itu. Ia tidak suka melihat wajah Luhan yang seperti ini. ia ingin Luhan tersenyum bahagia.
"Kamu tidak yakin pada Sehun, Lu?" Tanya Kris lembut. Luhan langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Bukan begitu, ge. Aku hanya merasa, kalau begini terus Sehun tidak punya kesempatan menang. Dan kalau Sehun kalah, berarti ia akan pergi, ge. Ia akan menjauhiku." Kris hanya diam. Dia memang sudah mendengar perihal taruhan itu dari BaekYeol.
"Padahal, baru saja aku bertemu lagi dengannya. Dengan Hun yang selama ini kupikir telah tiada. Tapi… apa kami harus berpisah lagi?"
"Maksudmu, Sehun itu adalah…" Luhan mengangguk dan tersenyum pahit.
"Iya, ge. Sehun adalah Hun. Teman masa kecilku yang selalu kuceritakan pada gege." Hilang semua keraguan di hati Kris. Kini, ia begitu mempercayai Sehun dan berjanji akan sepenuhnya merestui perasaan yang ada pada diri Sehun untuk Luhan. Karena, ia yakin, Sehun akan selalu menjaga adiknya dengan baik. Dan tak akan pernah membuatnya sedih dan menangis seperti yang dilakukan Kai selama ini.
"Kalau begitu, tunggu apalagi? Dukunglah dia dengan sepenuh hati, Lu. Yakin bahwa Sehun akan menang. Ia akan menang melawan Kai demi kamu, Lu. Untukmu." Kris tersenyum lembut kepada adiknya, dan Luhan membalasnya dnegan senyum manis dan anggukan mantap.
BRUGH!
Mereka langsung menoleh ke arah lapangan dengan cepat, dan menemukan Sehun yang jatuh terduduk dengan keringat yang mengucur deras dari pelipisnya.
"Kenapa? Kamu menyerah, Oh Sehun?" Tanya Kai dengan senyuman licik di wajahnya. Sehun hanya terdiam. Ia berusaha mengatur napasnya yang sudah tak beraturan itu.
'Aku tidak boleh kalah! Aku tidak bisa kehilangan Luhan. Tapi… aku sudah terlalu lelah. Aku sudah tak kuat lagi.' Pikir Sehun. Sementara, Kai berdiri di depannya dengan tatapan kemenangan. Karena, ia merasa ia akan menang dari Sehun kali ini. Dan ia akan mendapatkan Luhan kembali.
"SEHUN-AH!" Sehun mengangkat kepalanya, menoleh ke sumber suara. Yang ternyata adalah Luhan.
"Sehun-ah! Ayo bangun! Jangan menyerah, Sehun-ah! Berusahalah! Berusahalah sampai akhir. Kumohon, Sehun-ah…" Air mata mulai menggenang di kedua pelupuk mata Luhan.
"Lulu…" Panggil Sehun pelan.
"Jangan tinggalkan aku, Sehun-ah… Jangan…" Air mata pun turun membasahi pipi Luhan. Sehun ingin bangkit rasanya dan berlari memeluk Luhan. Menenangkannya agar berhenti menangis.
"Tetaplah di sampingku, Sehun-ah… Jangan pergi. Jangan menghilang dari hadapanku." Luhan terus berkata sambil mencoba menahan tangisnya. Namun, apa daya, ia tak mampu membendung emosi dan kesedihan yang terus meluap. Ia terlalu takut kehilangan Sehun.
"Kumohon, Sehun-ah… Menangkanlah pertandingan ini… untukku…" Mendengar perkataan Luhan, Sehun langsung bangkit dan menatap tajam ke arah Kai yang menatapnya dengan perasaan kesal, cemburu, dan benci.
"Aku tidak akan menyerah, Kim Jongin. Aku akan memenangkan pertandingan ini dan terus berada di samping Luhan. Karena, akulah yang pantas membahagiakannya. Bukan kamu." Kebencian dalam diri Kai meluap-luap. Ia begitu iri dengan Sehun yang selalu diperhatikan Luhan. Ia begitu cemburu, melihat Luhan mendukung Sehun seperti itu.
"Menang katamu? Hanya dalam mimpimu, cadel!" Dan pertandingan dimulai lagi. Kali ini, bahkan berkali lipat lebih sengit daripada sebelumnya. Dan Sehun akhirnya bisa mengejar score Kai. Kedudukan pun menjadi seri.
Luhan tersenyum saat Sehun menatap ke arahnya. Ia menggumamkan kata 'HWAITING!' tanpa suara. Membuat Sehun tersenyum dan mengangguk mantap.
PRIIIIT!
Pertandingan berakhir dengan score akhir 27-26 untuk kemenangan Sehun. Kini, Kai yang tersungkur jatuh. Ia kesal. Kenapa ia bisa kalah seperti itu kepada Oh Sehun?
Luhan berlari turun ke arah Sehun dan langsung memeluknya.
"Sehun-ah! Chukhae~ Aku tahu kamu pasti menang!" Ucap Luhan dengan senyum manis menghiasi wajahnya.
"Kenapa kamu bisa begitu yakin, Lulu?" Tanya Sehun.
Luhan tersenyum lagi sambil menatap kedua mata Sehun dan menjawab, "Karena aku tahu, Hun akan selalu berada di sampingku untuk melindungiku, dan tak akan pernah pergi meninggalkanku." Mendengar nama Hun keluar dari mulut Luhan, Sehun membulatkan matanya kaget. Kemudian, ia tersenyum lagi.
"Ternyata selama ini perasaanku benar. Kamu memang Lulu." Luhan menangguk. Sehun menariknya ke dalam pelukannya. "Aku merindukanmu, Lulu. Aku terus mencarimu selama ini. Kamu ke mana saja?"
"Mian, Hun… aku akan ceritakan itu nanti. Hm, nado bogoshipo."
Dari kejauhan, teman-teman mereka memperhatikan mereka sambil tersenyum. Mereka senang melihat Luhan dan Sehun yang bisa bersatu kembali setelah sekian lamanya terpisah.
"Pasti sebentar lagi akan lahir pasangan baru!" Seru Baekhyun senang.
Sementara, Kris tersenyum melihat senyuman bahagia di wajah adiknya. 'Aku percayakan Luhan padamu, Sehun. Jangan rusak kepercayaanku ini.' Pikir Kris dalam hati.
"Wah wah… Sepertinya mereka akrab sekali, ya. Bukannya begitu, Chen?" Tanya Suho yang tiba-tiba ada di dekat mereka, dengan asistennya, Chen.
"Ya, begitulah." Jawab Chen sambil terus menatap kedekatan Sehun dan Luhan.
"Kalau begini, aku sudah tidak punya kesempatan lagi untuk mendekati my cute little princess. Ah~ Bambiku…" Jika kalian mendengar dengan jelas, mungkin kalian akan mendengar bunyi 'CTEK' yang cukup kencang dari kepala Kris. Ia sangat muak mendengar rayuan gombal Suho pada adiknya.
"Yah! Kim Joonmyun! Sudah berapa kali kubilang, berhenti menyebut Luhan seperti itu! Jangan bicara seakan-akan dia milikmu! Dan sekarang, kamu panggil dia apa? Bambi? Kamu pikir dia itu binatang?" Teriak Kris kesal. Sementara, Suho hanya mendecak terganggu.
"Kamu kakaknya, kan? Sudah jelas-jelas nama Lu itu artinya deer. Berarti, bisa saja kan aku menyebutnya Bambi, agar terkesan lebih imut? Toh sama-sama rusa."
"Kau ini…" Urat kesal di kepala Kris sudah keluar. Baru saja ia hendak memberi sedikit pukulan kecil pada Suho, Lay sudah menghentikannya.
"Sudahlah, Kris. Buat apa kamu meladeni kata-katanya. Itu hanya akan membuatmu capek sendiri. Diamkan saja dia." Bujuk Lay. Tapi, tetap saja api kemarahan masih berkilat-kilat di mata Kris.
"Wah, my cute little soon-to-be boyfriend ternyata membelaku~ Aku terharu…" BaekYeol berasa ingin muntah melihat sikap Suho yang tidak jelas disertai gesture menghapus air mata. Begitu pun dengan Kris. Ingin rasanya ia melempar Suho jauh-jauh sekarang juga.
Sementara Lay? Dia malah keasyikkan mendengar Suho berbicara begitu, sampai ia tidak bisa bergerak dan hanya terdiam dengan wajahnya yang semerah tomat.
"YAH! ZHANG YI XING!" Teriak Kris. Lay yang kaget karena dipanggil tiba-tiba, langsung menoleh ke arah Kris dengan kikuk. "Tunggu, kenapa wajahmu memerah seperti itu? Jangan bilang kalau kamu…" Kemudian, Kris menoleh dan menatap Suho tajam.
"Tidak perlu ditanya kamu sudah tahu, kan? Tentunya saja dia malu karena kata-kata yang kuucapkan tadi. Iya 'kan, my cute Yixing?" Lay tetap terdiam sambil terus berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Sementara yang lain berusaha menahan tawa mereka melihat Suho yang menggombali Lay seperti itu. Mereka merasa itu adalah hal yang lucu. Ditambah lagi amukan-amukan Kris yang kesal karena sahabatnya jatuh cinta pada musuh bebuyutannya sendiri.
"Sudahlah, hyung. Kasian Lay-hyung mukanya sudah seperti tomat begitu." Goda Chanyeol.
"Iya, hentikan saja rayuanmu, Suho-hyung. Jangan samakan Lay-hyung dengan Luhan yang sama sekali tidak terpengaruh dengan gombalanmu itu." Sambung Baekhyun, kemudian BaekYeol tertawa kencang.
"Berisik! Siapa sih yang terpengaruh dengan rayuannya! Aku sama sekali tidak mempedulikan hal itu, kok!" Seru Lay dengan merengek, yang malah membuatnya semakin imut.
"Ada apa, sih, daritadi tertawa terus?" Tiba-tiba Sehun dan Luhan datang mendekati mereka dan menanyakan alasan mereka terlihat senang daritadi.
"Makanya, jangan kelamaan berduaannya. Jadi ketinggalan info, kan?" Goda Chanyeol, kali ini pada Sehun dan Luhan. Membuat wajah mereka berdua langsung memerah.
"Waaaah! Sepertinya banyak cinta yang bermekaran, ya? Senangnya~" Mendengar perkataan Baekhyun, semua yang ada di situ tertawa keras. Tidak mempedulikan wajah Luhan dan Lay yang merah padam.
"Sudahlah, ayo kita pulang! Aku mau merayakan kemenangan Hunnie~" Ajak Luhan.
"Memangnya, kamu mau merayakannya di mana, Lu?" Tanya Kris heran. Mereka sama sekali tidak memesan tempat, 'kan? Karena ini acara yang mendadak. Dan tidak mungkin juga mereka merayakannya di rumah. Memangnya orang tua mereka mengizinkan?
Luhan tersenyum manis ke arah Kris dengan memperlihatkan sedikit eye-smile nya. "Tentu saja di apartemen Kris ge. Boleh 'kan, ge? Please..." Pinta Luhan sambil mengeluarkan jurus puppy-eyesnya yang tentu saja tidak bisa ditolak Kris. Akhirnya dengan pasrah, Kris pun mengangguk.
"YEAY! Xie xie, Kris ge! Aku sayaaaang banget sama Kris ge!" Kris tersenyum melihat tingkah laku adik kesayangannya yang langsung berubah 180° menjadi kekanakan.
"Kalian semua ikut, ya!" Ajak Luhan pada Xiumin, Tao, Chen, dan Suho yang ada di situ.
"Tidak perlu. Itu 'kan acara kalian. Kami pulang saja." Tolak Xiumin halus. Namun, Luhan langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"Aniya… Kalian kan teman Hunnie, berarti teman kami juga! Lagipula, ini 'kan merayakan kemenangan teman kalian sendiri. Masa kalian tidak ikut?"
"Baiklah kalau begitu." Luhan pun tersenyum senang dan menoleh ke arah Suho dan Chen.
"Suho-hyung dan Chen-hyung ikut, 'kan?" Kris terlonjak kaget mendengar Luhan mengajak Suho.
"TIDAK BOLEH! Enak saja dia pakai ikut-ikutan! Aku tidak setuju!" Bantah Kris dengan nada kesal.
"Tapi, gege…"
"Tidak, Xi Lu Han! Sekali kubilang tidak, tetap tidak!" Bantah Kris lagi.
"GEGE JAHAT! EGOIS! Masa tidak memperbolehkan orang bertamu! Lagipula, apa gege tidak capek harus bertengkar terus sama Suho-hyung! Aku saja yang melihatnya capek!" Kata Luhan kesal.
"Tapi Lu…"
"Pokoknya Suho-hyung dan Chen-hyung harus ikut!" Kris pun mengalah dan memperbolehkan mereka ikut.
"Wah~ Ternyata my princess begitu memperhatikanku. Gomawo, Luhannie~" Luhan tersenyum menanggapi perkataan Suho.
"Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang! Let's Go!" Seru BaekYeol bersamaan. Baru saja mereka hendak pergi, Kyungsoo memanggil Luhan.
"Luhan!" Luhan membalikkan badannya dan tersenyum ke arah Kyungsoo.
"Ada apa, Kyungsoo-ah?" Tanya Luhan lembut.
"Hm… itu… aku… hmm…" Kyungsoo bingung bagaimana caranya mengajak Luhan bicara. "Itu… ada yang mau kubicarakan. Bisa ikut aku sebentar?" Luhan menatap Kyungsoo dengan heran, namun tetap mengangguk.
"Baiklah. Kalian tunggu di sini sebentar, ya. Aku mau bicara sebentar dengan Kyungsoo." Mereka semua mengangguk. Kemudian, Luhan pun berjalan mengikuti Kyungsoo yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.
^o^
"Kamu mau bicara apa, Kyungsoo-ah?" Tanya Luhan saat mereka sudah sampai di halaman belakang sekolah. Kyungsoo terdiam, ia tidak tahu harus memulai dari mana.
"Kyungsoo-ah…" Kyungsoo menarik napas dalam-dalam, dan mulai berbicara.
"Selamat ya, Luhannie. Kamu sudah menemukan orang yang lebih baik untukmu! Aku yakin, Sehun tidak akan pernah menyakitimu dan akan selalu membahagiakanmu!"
"Kamu ini bicara apa, Kyungsoo-ah? Hubunganku dan Sehun 'kan hanya sebatas sahabat. Kami sama sekali tidak…"
"Kamu mencintainya 'kan, Luhan?" Luhan kaget mendengar pertanyaan Kyungsoo. Jujur, ia sendiri bingung dengan perasaannya terhadap Sehun. Apalagi setelah tahu kalau Sehun adalah Hun. Orang yang selalu melindungi dan menghiburnya saat sedih. Satu-satunya temannya saat semua orang menjauhinya.
"Dulu…" Kyungsoo membuka suara. Membuat Luhan kembali ke alam sadarnya. "Kamu pernah bercerita padaku tentang temanmu di Cina yang selalu melindungimu. Teman yang paling kamu sayangi. Apakah kamu ingat, Luhan?" Luhan mengangguk. Ia ingat, sesaat ia pindah lagi ke Korea, dan mendapatkan Kyungsoo sebagai tetangganya, mereka langsung akrab. Luhan selalu bercerita tentang Hun pada Kyungsoo. Termasuk kepergian Hun yang memisahkan mereka berdua.
"Sehun itu… Hun, 'kan?" Sekali lagi, Luhan mengangguk. Membuat Kyungsoo tersenyum. "Aku senang, Hun-mu ternyata masih hidup." Luhan menggumamkan kata 'Hm' sambil tersenyum.
Kyungsoo kembali menarik napasnya dalam-dalam. "Aku tahu kamu belum sadar akan hal ini, Luhan. Tapi dari tatapanmu pada Sehun, aku yakin kalau kamu mencintainya. Begitu juga dengan Sehun. Dia juga mencintaimu." Luhan hanya diam mendengar Kyungsoo berbicara.
"Jadi, sekali lagi kudoakan kalian berdua bahagia! Aku tahu, kalian sangatlah cocok untuk satu sama lain! Kalian saling mencintai dan melindungi. Dan yang terakhir, kuharap ia tidak akan pernah meyakitimu dan membuatmu menangis, Luhan."
"De~ Gomawo, Kyungsoo-ah~ Kudoakan juga kamu akan menemukan cinta sejatimu. Orang yang mencintaimu dengan sepenuh hati, dan menyayangimu lebih dari apapun." Namun kali ini, senyuman Kyungsoo berubah menjadi senyuman sedih, dan matanya sedikit berkaca-kaca.
"Orang yang kucintai, tidak akan pernah mencintaiku, Luhan. Tidak akan pernah." Jawab Kyungsoo dengan nada bergetar. Terdengar sekali ia sedang menahan tangisnya.
"Kamu jangan pesimis dulu, Kyungsoo-ah. Belum tentu kalau…" Belum sempat Luhan melanjutkan kata-katanya, Kyungsoo langsung memotongnya.
"Kai tidak akan pernah mencintaiku, Luhan! Karena dia masih mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu!" Tangisan Kyungsoo pecah. Luhan yang melihatnya merasa sedih juga. Ia tidak tahan melihat Kyungsoo seperti ini. Namun, kemudian ia mengingat sesuatu, dan tersenyum pada Kyungsoo.
"Aniya, Kyungsoo-ah… Kai mencintaimu." Kyungsoo langsung melihat ke arah Luhan dengan tatapan bertanya. "Karena, itulah alasan dia memutuskanku. Orang lain yang dia cintai itu adalah kamu."
"Kenapa kamu bisa tahu?" Tanya Kyungsoo cepat.
"Karena, aku melihatnya. Aku melihatnya tersenyum saat menatap foto kalian berdua yang ada di dompetnya. Dia sering menggumamkan namamu saat kami sedang kencan dulu. Dan tersenyum sendiri saat aku menyebut namamu, atau menceritakan sesuatu tentangmu." Tangisan Kyungsoo langsung berhenti. Namun, ia masih belum sepenuhnya percaya pada Luhan.
"Kalau begitu, kenapa kamu masih berteman denganku kalau kamu tahu alasan kalian putus adalah aku? Kenapa kamu masih begitu baik padaku, Luhan?"
"Karena menurutku, tidak ada gunanya aku membencimu. Kamu teman- aniya… kamu sahabatku, Kyungsoo. Buat apa aku membencimu hanya karena Kai lebih mencintaimu daripada aku?"
"Tapi, ia mengakuinya, Luhan! Ia mengakui kalau ia masih mencintaimu!" Seru Kyungsoo. Luhan menggeleng pelan dan menatap kedua mata Kyungsoo lembut.
"Dia masih bingung kali ini, Kyungsoo. Tapi aku tahu, jauh di lubuk hatinya, ia hanya mencintaimu. Jadi, berilah dia sedikit waktu untuk menyadari hal itu. Aku yakin itu tidak akan lama. Asalkan kamu mau bersabar, pasti hasil akhirnya akan membuatmu bahagia. Percayalah padaku!" Setelah terdiam sesaat, Kyungsoo tersenyum dan mengangguk.
"Gomawo, Luhan! Aku senang punya sahabat sepertimu." Luhan tersenyum dan mengangguk membalas ucapan Kyungsoo. Kemudian, ia melangkah dari tempat itu menuju tempat teman-temannya.
"Luhan!" Panggil seseorang. Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencoba mencari sumber suara itu. Tiba-tiba saja, tangannya ditarik ke balik pohon, dan ia melihat Kai lah yang menariknya.
"Kai! Ada apa?" Tanya Luhan. Kai menatap mata Luhan sebentar, lalu menariknya ke dalam pelukannya. "Eh? Kai?"
"Aku mendengar semuanya, Luhan. Percakapanmu dengan Kyungsoo…" Ujar Kai pelan, sambil terus memeluk Luhan. Luhan tersenyum mendengar hal itu.
"Kalau begitu… Kamu tahu 'kan, kalau Kyungsoo juga mencintaimu, Kai?" Kai mengangguk. Dengan lembut, Luhan melepaskan pelukan Kai. Lalu, ia membalas menatap kedua mata Kai.
"Bahagiakanlah dia, Kai." Pinta Luhan.
"Tapi, Luhan! Sampai sekarang pun aku masih mencintaimu! Aku tidak bisa mencintai Kyungsoo dengan sepenuh hati kalau sebagian hatiku masih mencintaimu!" Bantah Kai. Luhan hanya tersenyum lembut membalas perkataan Kai.
"Kamu hanya masih bingung, Kai. Aku tahu, orang yang sebenarnya kamu cintai adalah Kyungsoo. Bukan aku."
"Tapi, aku tidak bisa, Luhan. Aku…"
"Apa kamu rela kehilangan Kyungsoo, Kai?" Kai langsung menggeleng dengan cepat.
"Kalau begitu, cobalah kamu pikirkan matang-matang, Kai. Siapakah orang yang sebenarnya kamu cintai. Aku yakin, kamu akan menemukan jawabannya ddari lubuk hatimu yang terdalam." Kai terdiam sejenak. Hanya menatap dalam kedua bola mata Luhan, mencari kepastian dan keyakinan. Kemudian, ia mengangguk.
"Gomawo, Luhan. Dan mianhae. Selama ini, aku selalu saja membuatmu sedih dan menangis." Ucap Kai menyesal. Luhan menggeleng pelan. Menandakan kalau ia tidak apa-apa.
Kai kembali menarik Luhan ke dalam pelukannya. "Berbahagialah dengan si cadel itu, my baby deer~" Luhan tertawa kecil.
"Namanya Oh Sehun, Kkamjong-ah. Bukan si cadel." Kai memutarkan kedua bola matanya tak peduli.
"Yah yah, apalah itu. Pokoknya, berbahagialah. Aku tahu kalian saling mencintai. Tinggal tunggu kalian saja, apakah kalian berani menyatakan perasaan satu sama lain." Luhan mengangguk.
"Aku masih belum yakin dia mencintaiku, Kai. Tapi… tentu saja aku berharap dia benar-benar mencintaiku." Kai tersenyum dan mengangguk. "Oh iya, Kai, maukah kamu berjanji akan satu hal padaku?"
"Sebutkan saja, Luhan. Kalau aku sanggup, akan kutepati janji itu."
"Berjanjilah padaku kalau kamu akan membuat Kyungsoo bahagia, Kai. Jangan pernah kamu menyakitinya, dan membuatnya sedih ataupun menangis. Cintailah dia dengan sepenuh hatimu."
"Ya, aku berjanji!" Mereka melingkarkan kelingking mereka, seperti yang selalu mereka lakukan setiap kali mereka berjanji saat masih berpacaran dulu.
"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya, Kai!" Kai mengangguk. Kemudian, Luhan pun menghilang dari pandangannya.
"Terima kasih, karena kamu mau bersabar menghadapiku selama ini, Luhan." Bisik Kai sambil berlalu.
-To Be Continued-

A/N: Chapter 5 Updated! Wah rasanya senang sekali bisa update chap baru untuk minggu ini. Dan ternyata, saya benar-benar masih belum bisa meng-update secara kilat T^T Mianhae, yeorobun! #Orz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar