Pengikut

Jumat, 19 Oktober 2012

Unplanned Chapter 2: gone

Disclaimer: Mereka milik diri mereka sendiri, Tuhan YME, serta keluarganya, juga EXOtic
Cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol, and other
Warning: sejak kapan Chanyeol jadi serius dan sejak kapan Baekhyun jadi hantu? Yah namanya juga ff, pasti ooc. Sejak kapan mereka berhenti jadi cowok tulen lalu berubah menjadi maho? Namanya juga ff yaoi, pasti boys love. Makanya Don't like don't read muah #bacot
.

Chanyeol POV
.
Aku merasa berat untuk membuka mataku. Aku tidak ingat bagaimana aku beranjak ke kasur, sepertinya aku kelelahan kemarin lalu tertidur begitu saja. Mengingat kemarin malam, aku langsung teringat Baekhyun, yang benar saja aku bisa melupakannya? Aku melihat ke sekeliling kamarku, segera bangun untuk mengecek setiap sudut flatku, tapi tidak ada keberadaannya. Setelah itu aku melihat bajuku yang kemarin kupinjamkan pada Baekhyun sudah dilipat rapi di atas meja. Aku mengeceknya tapi tidak ada surat atau pesan. Mungkin dia sudah pulang saat aku ketiduran, padahal aku tidak keberatan kalau dia menginap.
Tiba-tiba pipiku terasa memerah, aku benar-benar lupa apa yang telah aku lakukan kemarin malam. Baru saja aku teringat bahwa aku sudah mencium dan menyatakan perasaanku pada Baekhyun. Ahh, apa yang sudah kau lakukan Park Chanyeol? Pasti Baekhyun mengira aku aneh, arrghh... Aku benar-benar harus minta maaf padanya, menyuruhnya untuk melupakan apa yang terjadi tadi malam. Bodonya aku tidak sempat menanyakan nomor ponsel juga alamatnya. Katanya dia memang tinggal di wilayah yang sama denganku, mungkin kita akan bertemu lagi secara kebetulan seperti kemarin.
Aku pun mengambil segelas air putih, segera duduk dan meneguknya. Sebenarnya apa yang kupikirkan sih? Kenapa aku bisa kehilangan kendali seperti itu? Tapi tidak bisa kupungkiri bahwa aku menyukainya. Menyukai Byun Baekhyun. Bagaiman perasaan dirinya padaku? Aku juga tidak tahu, tapi kenapa dia tidak melawan saat kucium?
Apakah dia menyukaiku juga?
Haha, mana mungkin, berhentilah berkhayal Park Chanyeol.
.
Aku mengunci pintu flatku saat akan berangkat menuju tempat training. Ah sialan, pasti aku akan dihukum karena sudah membolos kemarin.
"Ah Chanyeol-hyung, selamat pagi," sapa seseorang, ternyata Kyungsoo, dongsaengku di tempat training yang sama, dia tinggal di sebelah flatku.
"Pagi Kyungsoo-ah," balasku sambil tersenyum.
"Hyung kelihatan pucat, apa masih sakit?" tanya Kyungsoo menampakan wajah khawatirnya seperti seorang ibu, dia memang keibuan—agak aneh memang, karena dia laki-laki, tapi yah karena sifatnya itulah membuat semua orang menyukainya.
"Sakit bagaimana?" tanyaku.
"Ya kemarin 'kan Hyung tidak masuk, pasti sakit 'kan?"
Aku tidak bisa menahan tawaku, "Kau seperti tidak tahu aku saja Kyungsoo-ah!"
Wajah khawatir Kyungsoo pun berubah menjadi sinis, "Kukira Hyung benar-benar sakit, ternyata membolos, pasti Hyung istirahat seharian sambil bermalas-malasan di kasur."
"Yah aku memang membolos, tapi aku tidak malas-malasan di kasur, aku jalan bersama—"
"Pacar?" belum selesai berbicara, Kyungsoo sudah memotong seenaknya, wajahnya pun kini tersenyum jahil sambil menatapku, "Sejak kapan Hyung punya pacar?"
Aku mendengus, aku tidak tahu harus menyebut Baekhyun sebagai apa. Teman? Tapi setelah kejadian kemarin rasanya dia sudah kuanggap lebih dari teman. Pacar? Bahkan aku tidak mendengar balasan darinya kalau dia mencintaiku juga! Argh, membingungkan.
"Itu... yah... bagaimana ya? Dia hanya teman sih, tapi kemarin sore aku mengajaknya ke flatku, dan aku... menembaknya," entah kenapa aku memberi tahu Kyungsoo soal hal yang terjadi kemarin, tapi kalau Kyungsoo mungkin bisa dipercaya.
"Mwo? Tapi—"
"Tapi apa? Kau tidak percaya?" potongku saat melihat ekspresi Kyungsoo yang sepertinya tidak yakin aku akan melakukan hal semacam itu.
"Bukan begitu... tapi aku melihat kemarin Hyung pulang ke flat sendirian saja..." katanya dengan wajah ragu.
Melihat ekspresi Kyungsoo yang seperti itu mengingatkanku pada Sehun yang mengucapkan perkataan yang sama saat di taman kemarin, yang mengatakan bahwa aku sendirian saja.
"Tapi dari tadi aku melihat Hyung sendirian saja."
"Bicara dengan siapa lagi dia?"
"Ingin makan dua?"
Tiba-tiba kata-kata ganjal yang diucapkan oleh orang-orang itu mengusik pikiranku, aku bahkan mengingat waktu pertama kali aku bertemu dengan Baekhyun, seorang yeoja yang menatapku dengan aneh... seolah-olah aku memang bicara sendiri... Awalnya aku mengira memang kelakuanku yang aneh sehingga orang-orang menatapku seperti itu...
Tapi kenapa sekarang tampak... aku memang hanya sendirian.
Apakah Baekhyun hanya khayalan?
Tidak, tidak mungkin, jelas-jelas kemarin aku bersama Baekhyun. Pasti ini hanya kesalah pahaman, pasti.
"Chanyeol-hyung, ada apa?" tanya Kyungsoo khawatir, tanpa sadar aku sudah memegang kepalaku seolah-olah aku akan pingsan.
"Tidak apa-apa, anu... memang kau melihatku masuk ke flat kapan?" tanyaku padanya.
"Oh, itu... kemarin setelah pulang dari training, aku melihat Hyung berjalan sendirian menuju flat, kira-kira pukul 06.00. Awalnya aku ingin menawari payung pada Hyung yang kehujanan, tapi Hyung berlari terburu-buru sendirian sambil melindungi diri dengan jaket. Sampai akhirnya aku dapat mengejar Hyung, Hyung sudah masuk ke dalam flat."
Aku mendengar cerita Kyungsoo dengan perasaan ganjal, aku memang saat itu sedang berlari-lari menuju flat dan menjadikan jaketku sebagai payung, tapi tidak hanya untukku sendiri. Aku ingat bagaimana aku berusaha untuk melindungi Baekhyun agar tidak kehujanan, aku ingat bagaimana wajah ragu-ragu Baekhyun saat kutawari dia masuk ke flatku untuk berganti baju, aku ingat bagaimana saat dia akan menangis setelah mengatakan dia yang menyelamatkanku waktu itu, dan aku ingat betapa jelasnya aku mencium bibir kecilnya yang terasa semanis es krim stroberi itu. Aku ingat segalanya yang kulakukan bersamanya kemarin adalah nyata.
"Aku... aku yakin kemarin aku masuk flat bersamanya, aku juga pulang bersamanya kok..." kataku tetap ngotot seperti anak kecil yang percaya bahwa unicorn itu memang ada.
Kyungsoo kelihatannya ragu, tapi akhirnya dia mengatakan, "Itu aku juga tidak tahu jelas, mungkin aku juga yang salah lihat, maaf... Tidak usah terlalu dipikirkan Hyung, maksudku yah..." dia terdiam untuk berpikir apa yang akan dia katakan selanjutnya, "... semoga pengakuan Hyung diterima olehnya."
Dia tersenyum di kaliamat terakhirnya. Iya ya, aku memang sudah menembak Baekhyun, dan dia belum menjawab pengakuanku.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, meyakinkan kalau yang orang lain katakan memang hanya kesalah pahaman! Pasti Kyungsoo hanya salah lihat saja kemarin.
Tapi itu bukan berarti aku yang salah melihat Baekhyun 'kan?
.
Sudah tiga hari aku tidak bertemu dengan Baekhyun. Baru tiga hari, mungkin dia sedang sibuk atau apa, lagi pula aku memang tidak punya nomor ponsel atau alamat rumahnya, aku jadi tidak bisa menghubunginya. Tapi, sesudah seminggu pun aku tidak bertemu dengannya, aku jadi penasaran. Apakah dia menghindariku setelah apa yang kuperbuat padanya? Ukh, mungkin saja. Aku pun berusaha untuk mencari dimana alamat Baekhyun, tapi hasilnya nihil. Aku mencoba untuk menanyakan di setiap apartemen di daerahku, tapi semuanya hanya menjawab, "Tidak ada yang bernama Byun Baekhyun disini."
Belum putus asa, aku mencoba untuk mencari di rumah-rumah sekitar. Karena nama marga 'Byun' sangat jarang, aku kesulitan untuk mencarinya, hampir tidak ada keluarga yang bermarga 'Byun' yang tinggal di dekat sini. Sekalinya ketemu, mereka juga tidak kenal dengan orang bernama Byun Baekhyun.
Aku sudah mencoba segala yang kubisa, melihat daftar telepon, menanyakan ke teman bahkan polisi untuk mengetahui dimana Byun Baekhyun. Tapi setelah dua minggu mencari informasi yang kudapat hanya "tidak tahu" dan "memang ada yang bernama Byun Baekhyun?"
Perasaanku jadi kacau. Kenapa dia tidak muncul saja? Sudah sebulan penuh aku mencari dirinya. Apa dia pindah? Atau pergi dan tidak bilang-bilang padaku karena membenciku? Memang apa alasannya dia membenciku? Apa karena aku menciumnya? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaa tentangnya yang terngiang-ngiang di kepalaku. Sampai aku mempertanyakan hal yang sama sekali tidak inginku tanyakan.
Apakah Baekhyun memang hanya khayalanku saja?
.
Keadaanku makin memburuk. Aku lebih sering kabur, bolos, dan membantah perintah orang-orang. Aku kacau? Memang. Sudah dua bulan sejak aku tidak bertemu dengan Baekhyun. Aku bingung, apakah benar Baekhyun itu hanya khayalanku? Atau aku hanya sedang bermimpi? Haha, iya mungkin saja. Atau mungkin yang lebih fantastik Baekhyun adalah hantu dan hanya aku yang bisa melihatnya? Sejak kapan aku jadi indigo, dan sejak kapan ada hantu semanis dia?
Tapi, aku masih percaya bahwa Baekhyun benar-benar ada. Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang. Sudah banyak orang yang bilang, "mungkin hanya mimpi, tidak ada yang bernama Byun Baekhyun" dan hal-hal semacam itu.
"Chanyeol-ah!" aku terkesiap saat tangan seseorang melambai-lambai di depan mataku. Ternyata itu Junmyun-hyung, dia pasti menyadarkanku yang sedang terbengong.
"Ahh, mianhae Hyung, aku tidak fokus lagi..." ucapku sambil mengusap belakang kepalaku malu.
Junmyun-hyung hanya membuang nafas, "Kau akhir-akhir ini kacau Chanyeol-ah. Ada masalah kah? Kalau ada ceritakan saja, daripada jadi beban terus."
"Ah tidak apa-apa Hyung," kataku sambil tersenyum hambar.
"Ceritakan saja, mungkin bisa kubantu," ucap Junmyun-hyung tulus.
Akhirnya aku pun menceritakan masalahku. Aku memang tidak bisa menyembunyikan perasaanku. Aku ceritakan saja pada Junmyun-hyung. Junmyun-hyung hanya mengangguk-angguk dan setelah mendengar nama Byun Baekhyun, mukanya langsung berubah.
"Byun Baekhyun?" ulangnya ragu, mukanya kelihatan seperti sedang mengingat sesuatu.
"Apa kau tahu Hyung?" tanyaku langsung antusias.
"Eh, ya... itu... Iya kalau tidak salah memang benar, iya betul Byun Baekhyun! Aku pernah mendengarnya, dia adalah vokalis band di sebuah SMA, namanya lumayan cukup dikenal, tapi sudah setahun dia tidak terdengar lagi. Aku tidak terlalu tahu sebabnya tapi aku pernah dengar—"
Junmyun-hyung menghentikan omongannya, dia berusaha untuk mengingat apa yang ingin dia katakan.
"Aku hanya pernah dengar bahwa dia menghilang setahun yang lalu."
.
"Eh, ya... dulu Baekhyun memang vokalis dari band kita," kata seorang namja yang duduk di hadapanku itu.
Sekarang aku berada di ruang club band SMA yang katanya beranggotakan Baekhyun itu. Wajah namja di hadapanku itu kelihatannya agak canggung dan ragu menceritakan tentang Baekhyun. Ketika aku melihat matanya, dia kelihatan sedih.
"Dulu itu maksudnya... Dia sudah keluar? Lalu apa maksudnya dengan berita dia menghilang? Dia pindah?" tanyaku hati-hati.
Dia terdiam sejenak, lalu dia pun membuang nafas panjang, "Berita itu... Ya bagaimana menceritakannya ya? Dia memang hilang setahun yang lalu, dia menghilang setelah pulang malam karena latihan vokal. Keluarganya dan pihak sekolah mencari-carinya sampai menghubungi polisi, kemungkinan dia diculik atau apa, tapi sudah tiga bulan hasilnya tetap nihil, dia masih menghilang."
Aku hanya mengangguk dan mendengar cerita dari namja itu, "Setelah tiga bulan itu akhirnya ada kabar, katanya dia semacam dirampok, tapi tetap saja dia masih tidak ditemukan dan pada akhirnya—" namja itu membuat jeda sebentar, lagi-lagi dia menarik nafas panjang, matanya mulai berkaca-kaca, aku mempunyai firasat buruk tentang ini, "—yah, akhirnya tidak menyenangkan. Dia ditemukan meninggal, dengan anggota tubuh tidak sempurna."
Aku tidak percaya dengan kalimat terakhir yang diucapkan. Baekhyun sudah meninggal? Dengan badan tidak sempurna?
"Maksudmu... Dia jadi korban mutilasi?" aku bertanya padanya dengan suara serak, tanpa sadar mataku mulai memerah.
Dia mengangguk pelan, "Ya, anggota tubuhnya terpotong-potong. Keluarganya sempat tidak percaya, tapi setelah dicek, itu memang anggota tubuh Baekhyun. Dan yang paling menyebalkan, pelakunya masih belum ditemukan, sampai saat ini."
Tanganku bergetar, kakiku lemas. Aku tidak bisa membayangkan tubuh mungil Baekhyun terpisah-pisah. Siapa orang sialan yang berani melakukannya pada Baekhyun? Memangnya dia salah apa?
"Kau tidak bohong 'kan?" aku masih tidak percaya.
"Untuk apa aku bohong... Aku juga, aku juga tidak mau Baekhyun berakhir seperti itu," aku melihat mata namja itu mulai memerah, "kita sudah bersama-sama membentuk band ini dan dialah yang paling bersemangat. Padahal setelah lulus dia ingin menjadi trainee, tapi yah semuanya sudah terengut."
Aku mulai mengingat apa yang dikatakan Baekhyun padaku, dia ingin menjadi trainee tapi tidak bisa. Walaupun dia tidak menjawab alasannya padaku, tapi sekarang aku sudah tahu, karena Baekhyun memang tidak bisa, dia sudah tiada, dia sudah meninggal.
Bodohnya aku malah tersenyum, tapi senyuman pahit. Sekarang semuanya sudah jelas. Baekhyun memang tidak ada, tapi dia ada, dia ada di sampingku. Untuk apa dia menampakan dirinya padaku kalau begitu? Pasti ada suatu alasan.
.
Langit sudah mulai gelap, aku ingin segera pulang, tapi entah apa yang mendesakku untuk tidak pulang dulu. Aku berjalan ke arah taman kecil, melihat beberapa anak kecil bermain-main di bak pasir membuat istana pasir. Aku pun duduk di sebuah ayunan, melihat anak-anak kecil itu bermain dengan gembira. Melihat anak-anak itu lagi-lagi mengingatkanku pada Baekhyun, wajahnya yang polos dan kekanak-kanakan itu sangat mirip anak kecil.
Hari sudah semakin gelap, anak-anak itu pun pulang menuju rumah mereka masing-masing. Tinggal aku sendiri di taman itu. Terdiam dan melihat langit yang sudah gelap.
Aku tidak mengayunkan tubuhku di ayunan itu, tapi saat aku terbengong, aku merasakan tangan seseorang mendorong tubuhku sehingga berayun, lalu tangan itu memegang pundakku erat.
Kepalaku spontan mengangkat ke atas, melihat siapa yang ada di belakangku.
Dia menyugingkan senyum yang manis itu, senyum yang kurindakan.
"Baekkie."
"Maaf aku tidak menghubungimu Yeollie," dia tersenyum kecil padaku, dan tanpa sadar dia memelukku dengan lengannya, aku menyukainya.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Apa aku pura-pura tidak tahu saja kalau dia sebenarnya sudah meninggal? Pura-pura tidak tahu kenyataannya dan membiarkan Baekhyun bisa bersamaku.
Iya, tidak apa-apa, asal aku bisa bersamanya.
"Kenapa kau tidak menemuiku? Kau... Apa kau membenciku karena aku... men... ciummu?" aku terdengar canggung mengatakan hal itu, tanpa sadar mukaku merona.
"Bukannya... kau sudah tahu sebabnya?" dia bertanya balik.
"Apa maksudmu?" aku hanya pura-pura tidak mengerti.
"Kau sudah tahu 'kan... aku ini siapa," dia tidak menatapku kali ini, tapi lengannya tetap memeluk leherku.
"Aku tidak peduli," ucapku pada akhirnya, "aku tidak peduli kalau kau memang sudah ya, tidak ada di dunia ini. Aku tetap menyukaimu, buktinya kau bersamaku sekarang, apa kau juga menyukaiku?"
Itu memang pertanyaan bodoh, tapi aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku saat ini.
Aku tidak melihat wajahnya, tapi aku yakin dia sedang tersenyum. Entah dia tertawa dan menganggapku bodoh atau apa.
"Aku menyukaimu kok, tapi... Aku mana bisa menyukaimu, kau tidak mau berpacaran dengan orang yang sudah mati 'kan?"
"Aku tidak peduli. Aku tidak melihatmu sebagai hantu, aku melihatmu sebagai Byun Baekhyun, namja yang kucintai..." kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku. Terdengar seperti gombalan memang, tapi aku benar-benar serius.
Baekhyun memperlonggar pelukannya. Tanpa disadari dia mengecup puncuk kepalaku, "Mianhae Yeollie... Saranghae..."
Setelah itu aku melihat ke belakangku, sudah tidak ada siapa-siapa.
Dia lenyap begitu saja.
Setelah itu aku pun berjalan menuju flatku. Badanku terasa lemas saat itu. Aku terus berpikir, apakah itu memang pertemuan terakhirku dengannya? Lagi-lagi aku tersenyum, tidak percaya dengan semua yang terjadi. Aku hanya berharap semua ini mimpi, benar-benar mimpi, bahwa Byun Baekhyun hanya muncul di mimpiku saja.
BRAK!
Aku tejatuh setelah dipukul keras di belakang kepala. Sial, apa lagi sekarang?
Tanganku diseret dan dibawa ke sebuah gang sempit yang gelap. Aku didorong sampai membentur tembok.
"Hei bocah, ingat kami?"
.
tbc
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar