Author: BabySuDo
Genre: Yaoi romance, friendship
Rating: T
Cast: SuD.O couple and EXO members
Length: Chaptered
Disclaimer
or A/N (?): Ini ff saya dedikasikan untuk couple yang GAK AKAN hilang
sepanjang sejarah. Untuk Suho appa dan D.O umma, beserta anak – anak
mereka sebagai pelengkap jalannya cerita ini. Gak terlalu banyak SuD.O
momentnya sih. Hanya saja, setelah semua keganjalan yang terungkap di ff
ini akan berasa SuD.O momentnya *mungkin ya*.
Ini ff JELAS
milik saya. Alur cerita dan akan dibawa kemana nanti ini cerita adalah
hasil kerja pikir otak saya. EXO bukan milik saya, tentu milik agency
mereka, saya cuma pinjem kok. Soalnya saya bete liat ff KaiSoo
bertebaran #plak.
Oiya, ini ff udah pernah di publish di fb
dan di fanpage EXO FanFiction. Nama authornya berbeda soalnya saya
punya nickname banyak #plak. INI BUKAN PLAGIAT YA !
WARNING:
Kalau gak suka ya jangan baca. Jangan jadi siders, mending ke laut
ajah. Mau bashing? Sono di depan kantor SM #eh. Saya author galak (?)
jadi kalau alurnya kecepatan, gak nyambung, banyak typo (s) ya jangan
salahin saya. Kan gak ada manusia sempurna, tapi saya 'mencoba'
menyempurnakan ff ini 'sebisa' mungkin.
Untuk yang kasih jempol, comment, saya mengucapkan terima kasih.
Readers: iye thor, tapi kapan bacanya?
Author: oiye, hehe mianhae mianhae~
HAPPY READING ALL \^O^/
Ketika otak ku dengan keras membuka memori lama
Memori lama tentang masa lalu yang berputar kembali
Baru ku sadari …
Bahwa kaulah yang selama ini ku cintai
Bahwa kaulah yang selalu ada disampingku
Bahwa kaulah yang selama ini ada dihatiku
Kaulah yang mendekapku kedalam kehangatan cinta yang tulus dan penuh kelembutan
Tapi ..
Sialnya ..
Ketika memori itu terputar kembali, ia datang bersama sebuah penyesalan
Penyesalan yang membuatku benci pada diriku sendiri
Diriku yang melupakanmu ..
Diriku yang melupakan cinta ini ..
Diriku yang melupakan semua cerita tentang kita ..
Dan di saat aku ingin memperbaiki semuanya
Kau pergi ..
Pergi ke atas langit sana ..
Pergi untuk selamanya.
Tap tap tap
Suara langkah kaki terdengar di
sebuah lorong gelap. Tepatnya di sebuah gang sempit yang tak tau
berujung apa. Seorang namja bersurai hitam dengan bola mata hitam cukup
besar melangkahkan kakinya kecil – kecil menuju suara – suara cukup
berisik di ujung lorong yang gelap itu.
"Ya hyung ! Kenapa
aku terus yang jaga? Hyung curang sekali sih-_-" terdengar suara namja
kecil yang menggetarkan gendang telinga si namja surai hitam itu. Ia
semakin mempercepat langkahnya untuk melihat namja kecil itu.
"Kau
kalau suit, jadi kau yang jaga. Terima saja~" suara dari mulut lain
terdengar. Suaranya mengatakan bahwa ia juga namja yang umurnya
terbilang masih kecil juga. Hanya saja, suaranya lebih terdengar dewasa
dari suara anak kecil yang pertama.
Namja pemilik surai
hitam itu terus melangkahkan kakinya. Semakin cepat hingga terkesan
berlari. Sampai di ujung lorong, mata besarnya dikejutkan dengan
pemandangan cukup indah.
Rumah penduduk yang berbaris rapi
ke samping kiri dan kanan. Hampir mempunyai ukuran yang sama walau
masing - masing rumah itu dicat dengan warna berbeda. Lingkungannya
bersih, ditambah lagi dengan berbagai macam pepohonan yang sengaja
ditanam si pemilik rumah untuk memperlihatkan kesan rindang dan nyaman
di halaman rumahnya.
Angin semilir yang lembut menyentuh
kulit terasa hangat walau sebenarnya langit di atas sana gelap. Tidak
gelap juga sih, bisa dibilang agak terang karna ada sang rembulan yang
ditemani bintang – bintang bercahaya terang mengelilinginya.
Rumah
yang berbaris itu terletak di sebuah gang cukup lebar, dibilang lebar
karna sepertinya muat untuk satu mobil sedan masuk menyusuri gang itu.
Di sisi lain gang itu, tepatnya di seberang jalan. Terdapat sebuah taman
bermain yang dihiasi dengan pepohonan hijau dan berbagai macam bunga
berwarna – warni yang –sepertinya- memiliki bau yang harum.
Jalan
raya yang memisahkan gang tersebut dengan taman bermain itu terlihat
lengang walau sesekali ada beberapa kendaraan yang melintasinya. Juga
beberapa pejalan kaki yang kadang terlihat berpegangan tangan melewati
bagian trotoar jalan.
Puas dengan pemandangan indah yang
menyambutnya. Mata besarnya kembali memperhatikan sisi lain dari gang
itu. Terlihat dua namja kecil yang –menurutnya- berbeda usia walau
tinggi mereka –sepertinya- tak jauh berbeda. Yang satu memakai baju
berwarna biru dan yang satunya memakai baju berwarna merah. Yang memakai
baju biru terlihat lebih dewasa ketimbang namja kecil yang memakai baju
merah. Mereka terlihat sedang bermain kejar – kejaran, namun beberapa
saat kemudian si namja berbaju merah terlihat mempoutkan bibirnya lucu.
Keduanya
berbisik, namja bersurai hitam yang memperhatikannya tidak bisa
mendengar apa yang mereka bicarakan. Yang ia tahu, si namja baju merah
itu terlihat tersenyum malu sambil bergumam sesuatu dan berakhir dengan
kepalanya yang tertunduk.
"Aigoo Kyungsoo, pipimu memerah"
seru si namja biru pada namja merah yang bernama Kyungsoo. Namja
bersurai hitam itu diam di tempatnya ketika mendengar nama namja si baju
merah disebut.
K-Kyungsoo … Hei itu namaku !
Ia berteriak, tapi suaranya tak keluar. Seperti ada sesuatu yang menahannya agar suara cemprengnya tak keluar.
Namja
berbaju merah bernama Kyungsoo itu kemudian berlari setelah kepalanya
melihat taman bermain yang ada di seberang jalan. Ntah apa yang
dipikirkannya saat itu, ia berlari sekuat tenaga menuju taman bermain
itu tanpa pamit pada namja berbaju biru.
"Ya ! Kyungsoo-ah,
kau mau kemana eoh?" Kyungsoo kecil tak menjawab, ia terus berlari dan
berlari sampai ke tengah jalan raya. Merasa ucapannya dihiraukan begitu
saja, namja berbaju biru itu ikutan berlari untuk mengejar Kyungsoo
kecil.
Kyungsoo dewasa yang sedari tadi memperhatikan
mereka pun ikutan berlari hingga langkahnya terhenti ketika mendengar
suara klakson dari arah kiri Kyungsoo kecil.
Tiiinn tiiiinn ..
Suara
klakson dari sebuah mobil mini bus yang melaju dengan kekuatan tinggi
menghampiri Kyungsoo kecil yang masih saja berlari. Gerakan larinya
melemah, mungkin karna terlalu semangat berlari hingga tenaganya hampir
terkuras habis.
Hei selamatkan aku, ppaliwa !
Kyungsoo
dewasa kembali terkejut karna suaranya tak juga terdengar. Sedangkan
Kyungsoo kecil tinggal menanti mautnya. Namun untungnya, namja berbaju
biru itu tinggal beberapa langkah lagi bisa menyelamatkan si Kyungsoo
kecil yang keras kepala.
"Kyungsoo ! Awaaaasssss !"
Bruk .. Duk
"Aw~"
Kyungsoo kecil meringis sebelum akhirnya kepalanya mengeluarkan darah
karena terbentur pembatas trotoar jalan cukup keras. Namja berbaju biru
yang menyelamatkannya menangis tersedu. Takut, sedih, marah, dan kecewa,
semua jadi satu. Terlihat dari tangisannya yang begitu kencang karna
melihat darah yang mengucur deras dari kepala belakang Kyungsoo.
"Kyungsoo-ah
bangun ! Baby Soo bangun ! Ireona !" tak dipedulikannya lagi luka lecet
– lecet dan darah yang bercucuran di kedua lututnya. Ia terus
mengguncang tubuh mungil Kyungsoo yang tak sadarkan diri.
Kyungsoo
dewasa yang terpaku beberapa saat melihat kejadian itu segera berlari
menghampiri mereka. Tapi tiba – tiba semuanya terasa berputar. Kepalanya
mendadak pusing, keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhnya.
Bruk
Hingga akhirnya ia jatuh seiring dengan terdengarnya suara sirine ambulans.
"Ngghh …." Kyungsoo bergerak tak nyaman di ranjangnya. Keringat yang
mengucur di sekujur tubuhnya berhasil membuat –hampir- seluruh piyamanya
basah. Seorang yeoja paruh baya yang sedari tadi duduk di samping
ranjang menatap khawatir padanya.
"Kyungsoo-ah ireona ! Ppaliwa !"
yeoja paruh baya itu terus mengguncang tubuh Kyungsoo hingga akhirnya
mata bulat milik Kyungsoo berhasil terbuka dengan sempurna.
"E-eomma
.." suara parau menyambut eomma Kyungsoo –yeoja paruh baya-. Iya
tersenyum manis pada anak semata wayangnya itu sambil mengelap keringat
yang masih mengalir dari pelipis Kyungsoo.
"Kau .. mimpi buruk
lagi?" Kyungsoo tak menjawab, direngkuhnya tubuh rapuh eommanya itu dan
dibenamkan dalam – dalam kepalanya ke ceruk leher milik eommanya,
"gwenchana Kyungsoo-ah hanya mimpi. Sekarang kau sudah di sini, bersama
eomma tentunya. Don't afraid baby~" Kyungsoo mengangguk kecil sebelum
akhirnya ia melepas rengkuhannya.
"Sekarang kau mandi dan bersiap –
siap ke sekolah. Jangan buat Jongdae menunggumu, ne?" sekali lagi
Kyungsoo mengangguk dan eommanya keluar dari kamarnya. Kyungsoo
menyambar handuknya dan mulai melakukan kegiatan rutinnya seperti biasa.
"Annyeong eomma, appa~" seru Kyungsoo riang sambil duduk di kursinya.
"Annyeong
Kyungsoo" balas mereka. Kyungsoo mengoleskan selai coklat di rotinya
dan memakannya dengan lahap. Tak lupa meminum susu vanilla kesukaannya.
"Oiya
Kyungsoo, sepertinya Jongdae belum datang. Kalau kau sudah selesai
sarapan, kau saja yang datang ke rumahnya, ne?" Kyungsoo yang masih
mengunyah rotinya hanya mengangguk mendengar ucapan eommanya. Setelah
menyelesaikan sarapan paginya, ia memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas
dan berpamitan pada kedua orang tuanya sebelum ke rumah sahabatnya yang
bernama Jongdae.
"Titi DJ (?) Kyungsoo-ah" begitulah pesan terakhir eomma dan appanya sebelum Kyungsoo menghilang di balik pintu rumah mereka.
Kyungsoo melangkahkan kakinya semangat menuju sebuah rumah bergaya
klasik dengan cat cream yang terlihat agar memudar di beberapa sudutnya.
Itulah rumah Jongdae, sahabatnya yang akan berangkat bersamanya menuju
sekolah baru mereka.
"Kyungsoo-ah kau sudah datang? Mianhae
menunggu lama" belum sempat Kyungsoo menggerakkan tangannya untuk
mengetuk pintu, sosok Jongdae yang ingin ditemuinya sudah muncul di
depannya dengan gaya cool seperti biasa.
"Ah aniya, aku baru saja datang^^" Kyungsoo tersenyum manis. Kemudian duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu Jongdae.
"Eomma aku berangkat yaa~" seru Jongdae yang kini telah siap berangkat ke sekolah dengan Kyungsoo.
"Chakkaman,
eomma mau tanya dulu. Kau kapan kembali tinggal di asrama, eum?"
Jongdae mempoutkan bibirnya lucu. Soal itu sudah dibahas mereka tadi
malam dan sekarang eommanya membahas lagi.
"Aigoo eomma memang
benar – benar tak sayang padaku. Eomma memaksaku tinggal di asrama,
ckckck teganya-_-" Nyonya Kim –eomma Jongdae- mengelus lembut puncak
kepala Jongdae. Sudah memasuki usia remaja, tapi anak lelakinya itu
masih menunjukkan sifat kekanakan, ckck …
"Bukan begitu aegya.
Eomma hanya berpikir, kalau kau tetap pulang pergi ke sekolah dan
menginap di rumahmu, untuk apa kau waktu itu meminta eomma membiayaimu
untuk tinggal di asrama sekolah yang fasilitasnya terbilang lengkap dan
enak itu? Itu namanya buang – buang uang, aegya. Mubazir~" Jongdae
semakin mempoutkan bibirnya, lagi dan lagi, ia diberi wejangan oleh sang
eomma.
"Ne~ besok aku akan kembali ke asrama. Izinkan aku satu
malam saja untuk tinggal di sini, ne? Bolehkan eomma?" Nyonya Kim
mengangguk tanda setuju. Terkembang senyum kesenangan di bibir Jongdae.
"Yasudah
sana berangkat, kasihan Kyungsoo yang sudah menunggu lama dari tadi."
Kemudian keduanya berangkat menuju halte bus yang cukup dekat dengan
rumah mereka setelah keduanya berpamitan dengan eommanya Jongdae.
Sebenarnya
mereka terbilang dari keluarga yang cukup kaya. Tanpa capek - capek
naik bus,mereka bisa saja minta antar jemput dengan supir pribadi
mereka. Tapi perlu readers tau kalau mereka ini baru masuk SMA. Usia
yang pas untuk belajar mandiri.
Selama keduanya di dalam bus, keadaan hening. Hanya terdengar suara
deru mesin yang cukup halus di telinga. Keduanya larut dalam pikiran
masing – masing hingga akhirnya Kyungsoo yang sedari tadi penasaran
dengan 'asrama' yang dibicarakan Jongdae dan eommanya pun angkat bicara.
"Ngg
.. Jongdae-ah aku boleh bertanya sesuatu?" Kyungsoo berucap hati –
hati, seperti takut pertanyaan yang sebentar lagi akan ia lontarkan
melukai sahabat barunya itu. Ya, Kyungsoo terbilang sahabat baru bagi
Jongdae walau sudah satu tahun menjadi tetangga Jongdae. Setelah sesuatu
terjadi pada Kyungsoo, keluarganya pindah rumah ke daerah dimana
sekarang Jongdae dan keluarganya tinggal.
Dulu Kyungsoo tak begitu
mengenal Jongdae karna Kyungsoo berbeda SMP dengan Jongdae. Namun, saat
Kyungsoo sering bermimpi buruk dan kondisinya yang terbilang lemah,
kedua orangtua Kyungsoo memilih untuk memasukkan dirinya ke sebuah SMA
dimana Jongdae juga bersekolah di sana. Lalu, mulai dari situlah
pertemanan mereka dimulai. Tetangga yang tadinya diam – diaman ini, kini
sering bertegur sapa. Bahkan pernah beberapa kali salah satu dari
keduanya menginap walau rumah mereka yang bisa dibilang hadap – hadapan
itu.
"Ne~ tentu saja boleh Kyungsoo-ah, waeyo?" Kyungsoo menghela
napas panjang sebelum akhirnya mulai mengajukan pertanyaan yang dari
tadi terus mengganggu pikirannya itu.
"Ng .. soal asrama itu,
mengapa kau tinggal di asrama, Jongdae?" Jongdae tersenyum penuh
kemenangan. Ia yang –sepertinya- sudah tau apa yang akan ditanyakan
Kyungsoo begitu senang setelah mendengar pertanyaan itu keluar langsung
dari sang pemilik bibir kissable itu.
"Kau tau kan habis ini kita
harus naik bis lagi sebanyak dua kali?" Kyungsoo mengangguk, "Nah,
itulah sebabnya mengapa aku 'diharuskan' tinggal di asrama sekolah
kita." Jongdae memberi penekanan pada kata 'diharuskan', seperti
berharap sesuatu akan terjadi.
"Jadi, kau merasa lelah begitu?" Jongdae mengangguk ragu. Bukan lelah sebenarnya, lebih dari itu, capek.
"Waeyo?
Kau mau tinggal di asrama juga?" Kyungsoo mengalihkan perhatiannya ke
depan. Menatap supir bus yang asyik memperhatikan jalan agar bus yang
dikendarainya tidak mendapat kecelakaan. Jongdae menunduk, bergumam
kecil, berharap lebih tepatnya. Berharap kalau Kyungsoo mengatakan 'iya'
atas pertanyaannya barusan.
"Ah sudah sampai, ayo cepat kita naik
bus yang kedua" Jongdae mempoutkan bibirnya sejenak sebelum Kyungsoo
menarik tangannya dengan agak kasar untuk turun dari bus itu dan naik ke
bus yang kedua. Lalu seterusnya ke bus yang ketiga hingga mereka sampai
di jalan dekat gerbang sekolah mereka, SM Senior High School.
"Ya! Awas !"
Buk
Terlambat,
Kyungsoo yang berjalan santai menuju gerbang sekolahnya sudah ditabrak
duluan oleh seorang namja bersurai coklat yang berlarian seperti dikejar
setan-_-.
"Hei kau! Kalau jalan pakai mata juga dong, jangan
pakai kaki doang !" Jongdae berteriak kesal, ingin sekali menonjok telak
namja yang baru saja menabrak sahabatnya itu sampai terjatuh dan
berpapasan dengan aspal jalan. Tapi Kyungsoo memang orang yang terlalu
baik, ia menahan tangan Jongdae untuk melarangnya melakukan niatnya itu,
"Kajja bangun, kau baik – baik saja? Apa ada yang terluka?" Jongdae
bertanya khawatir karna melihat Kyungsoo yang sedikit pucat. Kyungsoo
menggeleng kuat untuk meyakinkan Jongdae bahwa ia baik – baik saja.
"Ya
dasar bocah sialan ! Penguntit ! Stalker ! Awas kau yah !" seorang
namja berambut agak bergelombang dengan kuncir kuda berteriak keras
sambil menghentak – hentakkan kakinya marah. Wajahnya terbilang imut,
tapi suara bassnya itu membuktikan kalau ia namja yang sudah terbilang
dewasa O.o menipu dong #plak.
"Chanyeol hyung~" Jongdae yang sudah
membantu Kyungsoo bangun menghampiri namja bernama Chanyeol yang baru
saja berteriak marah. Yang dihampiri ntah kerasukan apa, sikap marah
yang terbilang seram tadi langsung hilang. Berganti dengan senyum ceria
seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru.
"Hei
Jongdae, apa kabar men? Gila lo, makin ganteng ajah~" Chanyeol menepuk –
nepuk bahu Jongdae agak kasar. Membuat si empunya bahu sedikit
berguncang karna tepukkannya yang terlalu keras.
"E-eh hyung bisa
aja. Hyung kenapa tadi marah – marah hyung? Kenapa juga meneriaki namja
tadi dengan penguntit, stalker?" Chanyeol kembali menunjukkan senyum
cerianya dan malah menarik Jongdae untuk mengikutinya, "E-eh hyung
temanku ketinggalan, aigoo~" Jongdae melepas tangan kekar Chanyeol yang
menariknya lalu menarik Kyungsoo yang ternyata terbengong melihat adegan
barusan. Apalagi mata bulatnya menunjukkan ekspresi O_O saat melihat
Chanyeol yang mempunyai tinggi badan di atas rata – rata itu.
"Eoh,
ini siapa Jongdae? Pacaramu? Manisnya~" Chanyeol yang melihat Jongdae
menggenggam erat tangan Kyungsoo langsung melepas tautan diantara
mereka. Kemudian merangkul Kyungsoo seperti sudah mengenal dirinya cukup
lama.
"Bukan hyung, dia temanku yang tempo hari ku ceritakan itu.
Betul kan kataku kalau dia manis, hehe .." Jongdae tertawa bangga bahwa
dirinya yang –memang- menganggap Kyungsoo manis ternyata memang benar –
benar manis dimata seorang Park Chanyeol.
Pletak pletak
Dua
buah jitakan cukup keras mendarat di kepala Jongdae dan Chanyeol.
Seorang namja tinggi yang tingginya melebihi Chanyeol beberapa centilah
yang menghadiahi mereka jitakan. Wajah dingin, tatapan tajam yang
menusuk namun terkesan manly itu menatap marah ke arah keduanya,
terkecuali Kyungsoo. Hanya tatapan keheranan dan sedikit kebingungan
yang ia perlihatkan saat melihat Kyungsoo berdiri di antara Jongdae dan
Chanyeol.
"Appo~ Kris hyung kenapa menjitakku eoh?" tanya keduanya
bersamaan. Yang ditanya malah diam dan menarik Kyungsoo untuk lebih
dekat padanya.
"Kau anak baru ya? Kok baru liat ya?" ntah setan
dari mana yang masuk ke tubuh namja super duper tinggi ini sehingga
membuatnya berkata 'sedikit' lembut pada Kyungsoo yang justru ketakutan
melihatnya.
"B .. bukan. S .. saya .."
Sret
Jongdae menarik paksa Kyungsoo dan melindunginya di belakang punggungnya.
"Kris hyung mulai ganjen kan? Nanti aku laporin Tao baru tau rasa kau !"
Glek
Kris
menelan berat salivanya. Tao, namja bermata kelam dan berimage imut
bila di depan Kris itu adalah namja yang begitu dicintainya. Kris sangat
menyayanginya, melebihi dirinya menyayangi dirinya sendiri.
"E-eh
jangan dong. Hyung kan cuma tanya dia anak baru apa bukan. Yee~" Kris
mencibir sinis kemudian melangkahkan kakinya besar – besar menuju
gerbang sekolahnya yang tentu saja sekolah Kyungsoo, Jongdae dan
Chanyeol juga.
Kyungsoo makin tak mengerti dengan orang – orang
yang sekarang ada di sekelilingnya. Jongdae yang melihat itu hanya
menepuk bahunya pelan lalu mengajaknya masuk ke sekolah mereka karna
sebentar lagi proses belajar mengajar akan segera dimulai.
Seorang namja bersurai coklat dengan rambut lurus dan poni membelah
ke samping berjalan di barisan rak buku sebuah perpustakaan sekolah.
Langkahnya kecil – kecil, tangannya menunjuk setiap buku yang ada di rak
– rak besar berwarna coklat yang mengelilinginya.
"Ah itu dia,
aish tapi kenapa tinggi sekali eoh?" dia menggerutu kesal karna buku
yang tengah dicarinya itu terletak di tingkat lima di salah satu rak
buku itu. Ia memutar bola matanya untuk berpikir lalu menolehkan
kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari bantuan.
"Ah tidak,
namja itu juga sama pendeknya denganku." Gumamnya lagi sebelum akhirnya
ia mengurungkan niatnya untuk mengambil buku yang terbilang cukup tinggi
itu.
Buk
"Aw~" ia meringis kesakitan karna baru saja tubuhnya menabrak sesuatu.
"Ah
mianhae sunbaenim, jeongmal. Saya tidak sengaja, mianhae~" seorang
namja bersurai hitam yang –sepertinya- ia tabrak tadi berucap meminta
maaf sambil membungkukkan badannya berkali – kali seperti takut kalau
dirinya yang memang senior itu akan memarahinya habis – habisan.
"Gwenchana,
tak ada yang terluka kok." Kemudian keduanya saling menatap. Tatapan
mereka bertemu, membuat keduanya membeku saat sepasang kedua mata mereka
saling melihat satu sama lain.
Mata itu .. Mata besar dengan bola mata hitam itu …
"Sunbaenim,
gwenchanayo? Aigoo sepertinya kau sakit?" namja yang dipanggil
sunbaenim itu langsung menggeleng kuat untuk memastikan ia baik – baik
saja. Ia tersenyum, memasang senyum angelicnya seperti biasa.
"Gwenchana,
hehe .. Kau .. tunggu, sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana
ya?" namja bersurai coklat yang baru saja dipanggil 'sunbaenim' itu
berpikir keras sebelum akhirnya sang namja yang ditabraknya berseru.
"Mungkin
di sekolah ini. Aku murid di sekolah ini. Masih kelas satu sih, hehe
.." namja yang ditabraknya terkekeh kecil menyadari bahwa dirinya memang
seorang hoobae dari namja bersurai coklat itu.
"Ah sepertinya
tidak, matamu itu mengingatkanku pada seseorang. Tapi siapa ya?" namja
bersurai coklat itu masih saja berpikir keras. Ia memaksa otaknya untuk
bekerja lebih keras, membuka memori lamanya soal 'mata besar dengan bola
mata warna hitam' yang cukup jarang ditemui di Negara Korea Selatan
itu, "ah aku ingat kau .."
"Hei Suho kau di sini rupanya !" Kris,
namja dengan tinggi melebihi rata – rata itu menepuk pelan bahu namja
bersurai coklat yang ternyata bernama Suho itu. Suho sedikit kesal pada
Kris karna ia datang di saat yang tidak tepat. Memori lamanya yang baru
saja terputar kembali hilang begitu saja karna namja jangkung itu.
"Ne~
aku di sini, seperti biasa. Kau tuh yang kemana – mana. Pasti menggoda
adik kelas lagi-_-" SUho mencibir sinis pada Kris. Ia sangat tau
kebiasaan sahabatnya itu. Tiap proses belajar mengajar selesai, ia akan
ke koridor kelas satu, menebar pesona kharismanya untuk menarik
perhatian adik kelasnya. Kris tertawa meremehkan Suho lalu di usaknya
kepala sahabatnya itu.
"Tidak lagi dong, kan udah ada 'My Baby
Panda', hehe …" Kris tersenyum begitu bangga ketika menyebut 'Baby
Panda'nya itu, membuat Suho semakin kesal.
"Tetap saja ia itu jauh
darimu." Sebelum Kris membalas perkataannya, Suho kembali berkicau,
"lebih baik sekarang kau ambilkan buku flora fauna yang ada di tingkat
lima rak ini. Kita sangat membutuhkannya untuk mengerjakan tugas dari
Lee seonsaengnim." Kris mendengus malas, beginilah resiko punya teman
kelompok yang tingginya … rata – rata?
"Ige! Makanya minum susu
biar .. eh tunggu, kau itu bukannya teman Jongdae yang tadi pagi datang
ke sekolah bersamanyakan?" Suho menghela napas panjang.
Mulai lagi dia, ckck ….
"N-ne,
t-tapi mianhae sunbaenim. Memang aku melakukan kesalahan apa ya?" namja
yang ditabrak Suho tadi yang diketahui bernama Kyungsoo, mundur teratur
untuk menghindari Kris yang berjalan semakin dekat ke arahnya. Suho
yang melihat Kyungsoo memasang mimik wajah takut segera menarik kasar
lengan Kris dan merentangkan tangannya di depan Kyungsoo.
"Jangan sakiti dia, Wu Yi Fan ! Atau kau akan aku adukan pada 'Baby Panda"-mu itu !"
"Eoh,
siapa yang mau menyakitinya? Aku kan hanya bertanya saja. Lagi pula ..
dia manis sekali sih .." Kris menjilat bibir atasnya, membuat Suho
semakin kesal melihatnya.
"Dasar namja pervert ! Sana kau pergi,
bawa sekalian tuh buku yang tadi ku bilang." Kris tak menggubris
perkataan Suho, ia malah berani memajukan dirinya menuju Suho dan
Kyungsoo yang semakin takut dengannya, "Oh tidak, ada Tao ! TAOOO~
Nagamu nakal nih !" Kris yang mendengar nama 'Baby Panda'-nya disebut
langsung ngibrit ketakutan meninggalkan Suho dan Kyungsoo yang bernapas
lega, "Dasar naga pabbo ! baru dibegitukan saja sudah kabur kaya
ketangkap basah habis maling, ckck .."
Suho membalikkan tubuhnya, hanya sekedar untuk memastikan keadaan Kyungsoo yang berada dibelakangnya.
"Eoh
kok malah ketawa?" Suho memasang wajah bingungnya ketika melihat
Kyungsoo yang sedang memegang mulutnya untuk sekedar meredam suara
tawanya karna mengingat dimana mereka berada sekarang.
"A-aniya
sunbaenim, hehe … hanya lucu saja melihat tingkah siswa – siswa di sini,
hehe …" Suho hanya geleng – geleng, lucu? Mungkin itu bagi Kyungsoo,
karna menurutnya, siswa – siswa di sekolah mereka sudah masuk kategori
GILA.
"Ah ya kita belum berkenalan, aku Kim Suho. Suho imnida^^" Suho mengulurkan tangannya ke arah Kyungsoo.
"Aku
Do Kyungsoo. Kyungsoo imnida^^" Kyungsoo membalas uluran tangan Suho
dengan menjabat erat tangannya. Tak lupa ia memberikan senyum terbaiknya
pada Suho yang terbengong melihatnya.
Siapa? K-Kyungsoo? D-Do Kyungsoo? Apakah dia …
.
.
.
.
.
TBC or END ?
Tolong reviewnya *tebar dollar*
Sekian
readers: *timpuk author gaje pakai sendal*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar