TITLE : Smtown-Ina’s Backstage Scandal
AUTHOR : @EunriPark
MAINCAST : EXO KAI
GENRE : Gajelas, Romance?
Rating : NC! (No Comedy!:P) PG-15~
Length : Ficlet! 1000 Words~ gakurang, galebih:P
Happy Reading aaaand Comment Please if you mind
Ini sih aku bikin buat yang galau SMTOWN kemaren hahaha—karena aku
salah satunya:D dan membuat FF ini membuat kegalauanku berkurang
ahahhahah alhamdulillah ya sesuatu
*****
“Who is Super Junior anyway—” Ern
menghentikan oceh pendek yang sepertinya akan memanjang, saat gadis
dihadapannya memelototi dirinya. Gadis itu menyuruh Ern—sepupunya yang
baru saja pulang dari LA—untuk mengambil kunci rumahnya disini, di
Backstage Gelora Bung Karno, karena dirinya berperan sebagai LO Super
Junior untuk Indonesia’s biggest concert this year. Dan saat gadis itu
mengoceh panjang lebar tentang Super Junior, Ern hanya mengo karena dia
sama sekali tidak tahu Super Junior. Hanya bertanya seperti itu? Gadis
itu berniat membunuh Ern jika saja dia tidak mengingat bahwa gadis itu
adalah sepupunya.
“Emangnya lo tinggal di planet mana,
hah?” gadis itu memutar bola matanya saat Ern lagi-lagi mengernyit tak
mengerti. “Super Junior itu artis, bego. Boyband terpopuler abad ini,
dengan members tertampan sejagat raya. Payah sekali lo nggak tau
mereka.”
“Okay well im sorry?” Ern terkekeh geli menangkap gelagat kesal sepupunya itu, “Now where is our homekey? I wanna sleep, ugh, LA-Indonesia was so bad. I always got jetlaaaaaaaag and that’s annoying me much!”
“Well, ambil saja sendiri, ada di mobilku. Ini kuncinya.”
“You really—aaaaissh why don’t you notice me by text?
Alex nyebelin! Tau gitu tadi gue langsung ambil di mobil aja, kan? Gak
perlu kesini nanya sana sini. BT tau! Mana berisik banget lagi. Sialan
lo!”
“Hehe—maaf deh, tadi gue sibuk banget,”
gadis yang dipanggil Alex itu nyengir, “Oke gue nggak bisa temenin lo
lama-lama ya Ern, kerjaan gue masih banyak loh—ngecengin member Super
Junior gitu deh—da!”
“Alex—ish, dasar orang sibuk,” gadis itu
menggerutu sendiri melihat sepupu perempuannya tersebut meninggalkannya
acuh, hanya menjawab teriakannya dengan melambaikan tangannya ke udara.
Gadis lalu bergegas keluar dari tempat yang ramai dengan lalu-lalang
orang yang memakai kaos pink bertuliskan ‘STAFF’ dibagian belakang, baju
yang sama persis dengan yang dipakai oleh Alexa tadi. Ia memasukkan
kunci mobil Alex kedalam tas kecil yang disampirkannya dibahu sebelah
kiri, lalu mengeluarkan ponselnya dan membalas beberapa text yang ia
terima dari teman kuliahnya.
Tiba-tiba saja seseorang menarik
pergelangan tangannya, membawanya kedalam suatu ruangan kecil yang
pintunya terletak tepat disampingnya. Gadis itu meronta kesal sementara
mulutnya menggerutu ini itu, “Hya! Siapa lo? Ngapain? Lepas atau gue
teriak!”
Karena pria itu tak menggubris, Ern
menghentakkan tangannya sekuat tenaga agar terlepas, namun hasilnya
nihil. Pria itu, mungkin hanya dengan ¼ tenaganya berhasil menahan
tangan itu agar tetap dalam genggamannya, sementara tangannya yang lain
menutup pintu ruangan yang mungkin hanya berukuran 1,5 x 1,5 meter ini.
Sepertinya ruang ganti.
Ern baru saja akan kembali berteriak
ketika pria itu melepas masker hitam yang menutupi bibir dan hidungnya,
sehingga Ern bisa melihat bahwa pria itu berkeringat dan itu membuatnya
terlihat seksi. Ia seperti kehilangan pita suaranya. Menggelengkan
kepalanya kuat-kuat, Ern mencoba menghalau pikiran liarnya yang
berteriak kalap bahwa pria-dihadapannya-ini-tampan-sekali.
Pria itu mengintimidasi dirinya dengan
melangkah mantap kedepan, membuatnya otomatis mundur, dan terpaksa
berhenti saat punggungnya menabrak dinding ruangan sempit ini.
Ern menelan ludah, menyadari bahwa pria
itu semakin mendekat. Mendekat. Mendekat. Membuatnya bisa mencium harum
tubuh pria itu yang menurutnya khas, meskipun mungkin tercampur dengan
parfum. Pria itu menurunkan kepalanya hingga sejajar dengan gadis itu,
memiringkannya, sementara fokus matanya kini tertuju pada bibir plum
gadis itu yang hanya berjarak beberapa jari dari bibirnya. Menggodanya.
Semakin mendekat. Pria itu memegang pergelangan tangannya, menyimpannya
di dinding sejajar dengan bahunya saat gadis itu mencoba menjauhkan
pria itu dari tubuhnya.
Gadis itu bungkam, terkunci dalam sorot
tajam mata pria itu, terlihat tidak fokus sama sekali. Tidak bisa
menghindari tatapan itu, karena sorot itu terlalu memaksanya untuk
membalas. Mengintimidasi dan membuatnya mau tak mau balas menatap.
Membuat jantungnya bertalu-talu. Menyesakkan, sementara aliran
darahnyapun sama sekali tak berkompromi. Terasa begitu panas membakar
dirinya.
Suasana begitu bising diluar, namun tidak
disini. Debar jantung itu terasa sangat mendominasi. Paru-paru gadis
itu terasa sesak karena saat ini ia lupa bagaimana caranya bernafas
dengan benar, detak jantungnya yang semakin membuncah membuat dadanya
serasa ingin meledak saat pria itu memajukan tubuhnya, membuat dada
gadis itu sengaja tak sengaja bersentuhan dengan dada si pria.
Membuatnya merasakan detak jantung pria itu yang sama menggila. Atau
hanya perasaannya saja?
Entah setan mana yang merasukinya saat
ini, tapi gadis itu ikut-ikutan memiringkan kepalanya saat pria itu
melakukan hal yang sama, merasakan hembus nafas pria itu diwajahnya.
Segar dan membuatnya merinding. Ern memejamkan mata perlahan, merasakan
jaraknya dengan pria itu menjadi semakin ekstrim. Dan saat bibir mereka
nyaris bersentuhan, ponsel yang digenggam gadis itu bergetar.
Menghentikan segala kegilaan yang baru saja dilewatinya dalam hitungan
detik yang terasa begitu lambat. Membuatnya kembali merasakan kebisingan
diluar. Membuatnya merasa malu setengah mati karena hampir saja, ia
berciuman dengan laki-laki yang sama sekali tak dikenalinya. Namun
gilanya, dia seperti… menginginkan ciuman itu? Astaga ini gila!
Ia berniat mendorong pria itu agar
menjauh darinya namun gagal. Tangan pria itu masih menggenggam
pergelangan tangannya dengan kuat. Masih berada pada posisi yang sama.
Tangan itu kemudian mengambil ponsel yang digenggam gadis itu, menekan
tombol merah yang berada pada bagian kanan bawah benda berbentuk persegi
panjang tersebut. Menghentikan getaran yang ditimbulkannya karena
sebuah panggilan masuk.
Pria itu menarik diri, mengutak-atik
ponsel gadis itu dan memasukkan beberapa nomor yang sudah dihapalnya
diluar kepala. Lalu menekan tombol hijau. Ia tersenyum puas saat suara
‘tuuut’ samar-samar terdengar. Menekan tombol merah pada ponsel pintar
tersebut, pria itu memasukkan ponsel yang digenggamnya kedalam saku
celana pendek yang digunakan gadis itu dengan santai. Menyeringai saat
gadis itu lagi-lagi terkunci dalam sorot matanya yang menghipnotis, saat
tatap pria itu terhunus pada gadis dihadapannya.
“I don’t understand about what did you say—angel,” Pria itu mengibaskan poninya, membuat gadis didepannya terpesona. “But..” pria itu menggigit bibir bawahnya, berpikir tentang apa yang harus ia katakan selanjutnya. “Eung.. my eyes suddenly catch you a couple minutes ago and I think I can’t deny it, well,”
Ern menelan ludah, berpikir keras untuk
berusaha mengingat bagaimana caranya bernafas dengan benar. Suara itu
begitu lembut dan merasuk kedalam dirinya. Berulang berkali-kali
ditelinganya. “Call me Kai. Meet me out one hour from now,”
katanya pelan, lalu menelusuri pipi gadis itu dengan jari telunjuknya.
Tenang, menghipnotis. Membuat dunianya seakan berhenti berputar. “I’ll phone you soon, angel.”
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar