Tittle : SEVERELY
Cast : Cho Kyuhyun—Park Yeowon—Lee Donghae
Length : OneShot
Genre : Romance, Angst, AU
AUTHOR : @harukaze03
PERHATIKAN WAKTUNYA !!
#3,5 Years Ago…
Ia berdiri di balkon apartemen kekasihnya, memandangi langit sore
dengan penuh antusias. Ia bernafas dengan teratur dan tenang ditemani
angin sore musim gugur yang menggelitik kulit putih susunya.
Seorang pria yang tak lain adalah kekasihnya datang padanya dengan
membawa dua cangkir teh hangat yang masih mengepulkan dempulan berwarna
putih.
“Lihat..lihat !” gadis yang masih berdiri di balkon apartemen itu
menarik tangan pria yang berdiri di belakangnya, hingga pria itu sempat
khawatir cangkir yang kini ada di tangannya akan terlepas nanti. “Sudah
tiba, lihatlah !” ia berseru, dengan telunjuk yang ia arahkan pada
langit yang berwarna jingga yang kini dihiasi dengan sekumpulan burung
layang yang tengah terbang dengan teratur.
Pria itu mengulum senyum memandangi wajah gadisnya berseri, dipenuhi
aura bahagia memandang kagum suasana langit. “Yeon-ah, apa kau tidak
bosan, setiap hari melihat langit yang dipenuhi burung-burung ?”
“Never Oppa,” jawabnya singkat dengan wajah yang sama sekali tak
berpaling sedikitpun dari langit. Senyumnya yang mengembang membuat
gadis berdarah Korea asli itu semakin terlihat cantik.
“Well…” tanggap pria itu lalu menyodorkan satu cangkir pada gadisnya.
“Sangat cantik,” decak gadis itu lagi, masih memandangi langit dengan
perasaan kagum. Pria di sampingnya merengkuh kepala gadisnya dan
menyandarkannya di dadanya. Gadis itu menambah senyum ketika merasakan
detak jantung sang kekasih menjalar cepat ke seluruh tubuhnya, “Well,
sunset is coming. and I think you know what should you do Oppa,” gadis
itu menyesap tehnya kemudian menengadahkan kepala menatap sang kekasih
yang jauh lebih tinggi darinya, pria itu tersenyum kikuk lalu tanpa ragu
ia mengecap bibir gadisnya seiring dengan tenggelamnya matahari di
sebelah barat.
–
#NOW
Mereka berdua duduk berdampingan di satu sofa yang panjang, di antara
mereka duduk seorang bayi yang masih berumur satu tahun. Wajahnya cute
dengan kulit pulit seputih susu dan bibir yang semerah apel di musim
panas.
Cafe tempat keluarga kecil itu bersantai tidak terlalu ramai,
suasananya tenang ditambah lagi musik klasik yang lembut mengalun indah
menghiasi suasana kafe.
“Rambut Dongwon sepertinya harus dipotong,” salah satu di antara mereka berucap.
“Oh ya?” wanita muda itu menanggapi, ia membelai rambut coklat sang
bayi yang baru saja diucap namanya oleh suaminya dengan penuh kasih.
“Rambutnya sudah panjang, aku akan meminta Eomma menemaniku ke salon
besok.”
“Ya, kau juga harus perlu dipermak sepertinya, rambutmu sudah seperti
ekor kuda sekarang,” canda si pria sambil memainkan ujung rambut
istrinya yang berwarna hitam gelap.
“Well, akan kulakukan apapun maumu Lee Donghae,” ujar wanita muda itu
yang kemudian meraih cangkir teh di atas meja dan menyeruputnya
sedikit.
“Aku bercanda istriku,” ia terkekeh. Sang istri memasang wajah acuh
tak acuhnya. “Hey, Lee Yeowon aku bercanda. Kau cantik dengan tampilan
seperti apapun, dan…”
Lee Yeowon, itulah nama wanita muda itu. ia mengernyitkan dahi,”Dan apa ?”
“Dan aku mencintaimu seperti apapun dirimu,” lanjut Lee Donghae
dengan senyum yang memesona. Ia merengkuh kepala istrinya dan
menyenderkannya di dada bidangnya. Saat merasakan detak jantung suaminya
mengalir ke seluruh tubuhnya Yeowon hanya tersenyum kecut.
Seorang pria jangkung yang juga ada di kafe itu menatap sebuah
pemandangan dengan tatapan tidak percaya. Sebuah keluarga kecil yang
duduk merapat di satu sofa panjang di samping kaca besar kafe. Ia
berjalan mendekat secara perlahan ke tempat di mana keluarga kecil itu
berada.
Ia berdiri tepat menghadap mereka dengan rasa tidak percaya, dengan
dada yang rasanya sesak dan dengan tenggorokan yang rasanya tiba-tiba
kering. “Yeowon…Park Yeowon…?”
Dengan cepat, wanita muda itu menarik kepalanya dari dada suaminya,
menatap tidak percaya pada pria jangkung yang beberapa detik lalu
menyerukan namanya. “Kyu…Kyuhyun?”
Mata bertemu mata, keduanya tenggelam dalam tatapan tidak percaya.
Pria jangkung yang bermarga Cho itu berdiri kaku, merasakan sesuatu yang
dingin bertempur dengan rasa panas yang memenuhi isi dadanya dan detak
jantungnya yang entah sejak kapan tiba-tiba berdetak lebih dari dua kali
lipat dari biasanya.
“Siapa dia, kau mengenalnya Yeobo?” Donghae yang tak mengerti apa-apa
tiba-tiba bertanya setelah beberapa menit menyaksikan mata istrinya
menatap dalam mata pria jangkung di depan mereka.
Seakan mereka lupa bahwa mereka berada di tempat umum, seakan mereka
lupa ada orang lain di sini dan seakan mereka lupa ada Lee Donghae—suami
Yeowon yang juga ada di sini.
Wanita muda itu mendadak gugup, memandang wajah suaminya dengan air muka yang sulit diartikan. “Di…dia, mm…”
“Temanmu? Kau mengenalnya kan, yeobo ?” tebak Donghae dengan cepat.
“Ah, ya. Dia..dia temanku,” Yeowon menganggukkan kepalanya
berkali-kali, berusaha membuang rasa cemasnya yang tiba-tiba menyerang
perasaannya.
“Oh, silahkan duduk,” Donghae menunjuk sofa panjang yang ada di depannya, mempersilakan pria jangkung itu untuk duduk.
Kyuhyun mengangguk pelan disertai dengan senyuman tipis sebelum ia
benar-benar mendudukkan dirinya di sofa yang dimaksud Donghae. Ia duduk
dengan wajah tenang, berbeda dengan hatinya saat ini. Ia menghembuskan
nafas, “Aku Cho Kyuhyun,” diulurkannya tangannya pada Donghae, pria
itupun menyambut uluran tangannya dengan ramah.
“Aku Lee Donghae, suami Yeowon,” balasnya.
Kyuhyun tersenyum tipis—lagi, “Benarkah ? kalian tampak sangat serasi,” ujarnya. Demi menutupi lukanya.
“Haha,” Donghae tertawa untuk beberapa sesaat, “Semua orang juga berkata seperti itu. terima kasih Kyuhyun-ssi.”
Kyuhyun ikut tertawa. Sebuah tawa palsu.
“Kau teman kuliahnya Yeowon ?” tanya Donghae setelah beberapa menit berlalu.
“Ya, aku teman kuliahnya,” jawab Kyuhyun tenang. Matanya melirik
sekilas wanita muda yang kini duduk dengan kepala tertunduk di
hadapannya, di samping suaminya.
Donghae ingin melontarkan sesuatu lagi, namun deringan ponselnya
terpaksa menahan niatnya tersebut, “Tunggu sebentar,” izinnya pada
Kyuhyum. Pria itu hanya mengangguk kecil.
Donghae berbicara beberapa menit dengan orang yang meneleponnya,
selama itu juga Kyuhyun mencuri kesepatan untuk memandangi sosok Yeowon
yang masih sama seperti tadi—duduk dengan kepala tertunduk.
“Maaf, tapi aku harus pergi sekarang. Sepertinya ada sedikit masalah
di kantor. Aku menitipkan istri dan anakku sebentar bersamamu, kau tidak
keberatan kan ?” tanya Donghae setelah memutus sambungan teleponnya dan
memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas yang ia kenakan
sekarang.
“Tentu..tentu saja, itu tidak masalah,” Kyuhyun menyetujui usul Donghae dengan mantap. Donghae tersenyum senang.
“Aku akan menjemputmu nanti,” ujar Donghae. Ia mengecup kening istri
dan anaknya secara bergantian sebelum bangkit dari sofa. Kyuhyun yang
melihat itu meremas kain celananya, berusaha menahan sesuatu yang
rasanya…entahlah, terlalu sulit dijelaskan bagaimana rasanya.
Hanya ada Yeowon, Kyuhyun dan seorang bayi kecil bernama Lee Dongwon
sekarang. Donghae sudah melesat sekitar enam menit yang lalu, dan selama
itu pula baik Yeowon maupun Kyuhyun hanya mampu berdiam diri.
Kyuhyun berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Paru-parunya rasanya begitu sempit dan menyakitkan. “Yeon-ah…”
Pelan,sedikit demi sedikit, dengan agak ragu Yeowon mengangkat wajah, menatap Kyuhyun. Yeon, hanya Kyuhyun yang memanggilnya seperti itu dan ia menyukainya.
“Bagaimana kabarmu?” Kyuhyun mengukir senyum ketika melontar satu pertanyaan itu.
Pikiran yang kosong dan bibir yng rasanya terkunci, membuat Yeowon hanya mampu menjawab,”Seperti yang kau lihat.”
Kyuhyun tersenyum tipis—lagi. “Kau tampak bahagia dengan kehidupanmu sekarang.”
Yeowon tersenyum kecut tanpa menatap wajah Kyuhyun, “Mungkin,” lirihnya.
“Berapa usia anakmu?” tanya Kyuhyun lagi seraya memerhatikan Dongwon
kecil yang duduk manis di pangkuan Ibunya, “Ia sangat tampan,” jujurnya.
“Satu tahun,” jawab Yeowon seadanya.
Kyuhyun mengangguk mengerti, memerhatikan wajah Dongwon lagi. Ia
tidak menampik bahwa wajah anak itu sangat tampan dan siapapun tahu
wajah tampannya itu benar-benar mirip ayah kandungnya—Lee Donghae.
“Kau tidak menanyakan kabarku Yeon-ah?”
Yeowon sedikit membulatkan mata, “Ah ya. Bagaimana kabarmu ?”
“Tidak banyak yang berubah. Dan hampir sama saja dengan yang dulu,” jawabnya . Walau jawaban yang sebenarnya adalah; begitu
buruk kabarku. Aku begitu menyedihkan selama berpisah denganmu. Dan
kurasa setelah ini keadaanku akan lebih buruk lagi, mengingatmu kini
benar-benar tidak bisa kugapai lagi.
“Kau…sudah menikah?” mulanya ia ragu, namun bagaimanapun juga Yeowon harus menanyakan yang satu itu.
Kyuhyun tertawa, sebuah tawa kekalahan. “Belum,” jawabnya jujur dan sangat singkat.
“Kenapa?”
“Karena aku mencintai seorang wanita yang sudah mempunyai pendamping
hidup, dan aku tidak mampu melupakannya, aku terlalu mencintainya,”
ucapnya tenang dengan suara yang datar.
Mata Yeowon berkaca-kaca, “Lupakan dia, kau harus hidup bahagia tanpanya, kau terlalu baik untuknya.”
“Hm.. akan kucoba lagi untuk melupakannya,” ucap Kyuhyun. ia
tersenyum lagi, sebuah senyum tipis yang kini Yeowon tahu senyum itu
adalah ungkapan rasa sakitnya. “Kurasa aku harus pergi,” Kyuhyun melrik
jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Yeowon menahan tangan Kyuhyun dengan cepat, “Maafkan aku…”ia berucap
dengan suara parau, kedua pipinya sudah dihiasi cairan bening. “Maafkan
aku…” ucapnya lagi, kali ini ia mencengkeram kuat tangan Kyuhyun, seakan
bertahan di sana dari rasa sakit yang sedari tadi menjalari seluruh
tubuh dan jiwanya.
“Tidak ada yang perlu di maafkan dan tidak ada yang harus meminta
maaf di antara kita Yeon-ah,” Kyuhyun kembali duduk di sofa, melepas
tangan Yeowon yang mencengkeram tangannya, lalu menggenggam tangan
wanita itu erat.
“Tapi aku menyakitimu, aku menghianatimu,” jatuh semakin banyak, Kyuhyun menghapus air mata Yeowon dengan ibu jarinya.
“Tidak Yeon-ah. Kau tidak pernah menyakitiku, apalagi menghianatiku.
Semua ini terjadi karena sudah seharusnya, percayalah Yeon-ah. Jangan
pernah menyalahkan dirimu sendiri.” Kyuhyun masih menggenggam tangan
Yeowon, berusaha menenangkan wanita itu.
“Kumohon jangan membenciku…”
“Tidak pernah Yeon-ah. Aku tidak akan pernah membencimu, aku mecintaimu.”
“Kyu….aku minta..maaf,” air matanya berjatuhan lagi. Dan setiap satu tetes air matanya jatuh rasanya hatinya begitu perih.
“Hiduplah dengan baik Yeon-ah. Jangan pernah merasa bersalah. Kau tidak pernah menyakitiku.”
“Bgaimana denganmu?” desak Yeowon dengan suara yang begitu serak.
“Seperti yang kau katakan, aku harus hidup dengan baik,bahagia,” ia
berucap dengan santai, dengan senyum lucunya. “Aku…merelakanmu Yeon-ah,
aku tidak akan pernah menyesal asal aku bisa melihatmu tersenyum
bahagia,” itu ucap Kyuhyun, “Sampaikan salamku pada Dongwon Appa,”
ucapnya tulus. Ia bangkit dari sofa, melepas genggaman tangannya,
mengusap pelan kepala Dongwon lalu melangkah pergi. Menjauh…dari sosok
wanita itu…wanita yang dulunya adalah gadis-nya, wanita yang dulu sangat
ia cintai dan tak dapat disangkal sampai sekarangpun ia masih mencintai
wanita itu.
Yeowon menatap pintu kafe dengan nanar. Sosok pria yang begitu
dicintainya sudah menghilang beberapa detik yang lalu. Dan rasa sesak
didadanya semakin menjadi, ia menggigit bibir bawahnya sekuat-kuatnya,
tidak peduli walau kini lidahnya mengecap sesuatu yang terasa asin. Ia
memeluk Dongwon dengan erat, lalu menangis.
Kumohon, berbahagialah..tanpaku. kau tahu aku mencintaimu, dan aku tidak sanggup melihatmu terluka karenaku. Lupakan aku, Oppa.
–
# 2,5 Years Ago…
Mereka berdua berdiri di balkon apartemen seperti seperti hari-hari
biasa. Menunggu langit berubah menjadi jingga dan burung layang
berterbangan hingga matahari tenggelam di ufuk barat.
Keduanya saling menggenggam. Tangan keduanya tidak berkeringat dan
terasa dingin. Bukan karena winter hari ini yangg begitu menusuk. Namun
karena sesuatu yang harus siap mereka hadapi nanti.
“Bu…rung…” ucap Yeowon. Suara yang bergetar karena menahan tangis.
“Cantik ya?” timpal Kyuhyun dengan suara yang lebih tegar dari Yeowon. Gadis itu menganggukkan kepala.
“Apa…besok aku masih bisa melihat sore indah seperti hari ini?”
“Tentu saja, kau bisa melihatnya setiap hari Yeon-ah.”
“Tapi…semuanya akan terasa berbeda jika aku melakukannya tanpamu,”
matanya menerawang langit jingga pekat. Burung berterbangan dengan
lambat, seakan memerhatikan mereka berdua yang berpegangan tangan dalam
kesedihan.
“Aku akan kembali, tenang saja,” Kyuhyun berusaha menghibur. Berkata
dengan nada tegar, padahal mereka sama-sama tahu tidak ada satupun dari
mereka yang mampu tegar.
“Ya, kau memang harus kembali. Aku menunggumu,” genggaman tangan
mereka semakin erat. Yeowon menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Ia
menahan isakan. Ekor matanya sudah basah—dialiri air mata.
Kyuhyun mengukir senyum, ia meraih tubuh gadisnya dan menenggelamkannya di dadanya. “Aku mencintaimu Yeon-ah.”
“Aku juga mencintaimu. Berjanjilah untuk kembali dan menjadikan aku
sebagai milikmu Oppa,” Yeowon menangis di dada kekasihnya, ia memeluk
kekasihnya erat.
“Aku berjanji…”
Matahari tenggelam di ufuk barat, langit sudah menggelap, burung
masih saja berterbangan di bawah langit. Kyuhyun melonggarkan pelukannya
pada gadisnya, memandang wajah cantik gadisnya yang kini dipenuhi
kesedihan. Ia memaksakan senyumnya, kemudian mengecap bibir gadisnya
dengan lembut.
Rasanya tidak sama kali ini. Hanya ada rasa basah, asin dan sedih
yang mereka rasakan. Tidak seperti hari-hari lainnya, di mana saat bibir
mereka saling bertemu mereka merasa bahagia dan langit jingga yang
menjadi saksinya. Namun hari ini langit menggelap lebih awal, dan bibir
yang menyatu kali ini mungkin tidak akan pernah bisa menyatu lagi suatu
hari nanti.
Sebuah perpisahan untuk mereka…
–
#NOW
Yeowon menghapus air matanya dengan cepat saat melihat Donghae
memasuki cafe. Dengan cepat pula ia memasang wajah cerianya, seperti
yang ia lakukan di hari-hari lainnya, di depan suaminya.
Donghae tersenyum, menuntun istrinya kedalam mobil yang terparkir di depan kafe.
Mobil bergerak dengan semestinya, namun hati dan pikiran Yeowon
seakan terhenti dan kosong. Ia hanya memandang langit sore ini yang
berwarna jingga dari balik kaca bening mobil.
Jika saja saat itu kita tidak berpisah, apakah mungkin yang
sekarang berada di sampingku, yang sekarang menjadi ayah dari anakku
adalah kau…?
Yeowon meremas ujung blousenya, menggigit bibir bawahnya lagi. Tidak
ada yang tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak berpisah dengan
Kyuhyun saat itu. mereka bersama, atau tidak. Tidak ada yang tahu. Itu
semua takdir. Dan Tuhan telah mengaturnya.
Tapi Yeowon masih saja berandai.
Berandai jika saja ia bisa memutar waktu kembali. Jika saja ia bisa
memberontak saat Ayahnya bersikeras memaksanya menikah dengan pria yang
selalu dibanggakan Ayahnya, pria yang menurut Ayah Yeowon pantas
untuknya, yang status sosialnya sama dengannya, yang sederajat
dengannya.
Tapi…. semua sudah terjadi. sekeras apapun ia mengelak, akhirnya sama
saja. Kyuhyun tidak bisa memilikinya dan Donghae menjadi pendamping
hidupnya, seumur hidupnya.
“Yeobo…?”
Yeowon terperanjat, baru ia sadari mereka sudah tiba di rumah sejak
tadi dan sejak tadi pula Donghae memanggil namanya tanpa ia sadari
sedikitpun.
“Kau kenapa? Kau… menangis, ada apa?” Donghae menangkup wajah
istrinya. Memandang wajah lesu wanita itu dengan perasaan khawatir.
“Tidak apa-apa. Aku hanya mengantuk,” Yeowon mengelak. Ia segera
membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumah dengan Dongwon yang ada di
gendonganya.
Wanita itu duduk di tepi ranjang, memandang ke arah jendela kamarnya.
Menengadahkan kepala menatap langit yang kini berwarna jingga pekat.
Ia menitikkan air mata.
–
Kyuhyun berdiri di balkon apartemen lamanya. Apartemen yang kecil,
tidak berkelas dan murahan yang dulu sering ia jadikan tempat untuk
menghabiskan waktu bersama Yeowon—gadisnya.
Kini Kyuhyun bisa membeli sepuluh apartemen mewah sekalipun. Ia
berbeda sekarang, bukan seorang Cho Kyuhyun yang hanya berstatus seorang
mahasiswa miskin yang hanya mampu mengandalkan beasiswa. Ia berada di
puncak kesuksesan setelah pergi menuntut ilmu ke negeri paman Sam 2,5
tahun yang lalu.
Namun, rasanya itu semua percuma… karena pada akhirnya ia tidak bisa
memiliki wanita yang ia cintai. Mungkin ia terlambat. Atau mungkin ini
memang sudah takdirnya.
Ia tersenyum kecut memandang langit sore yang berwarna jingga pekat. Burung layang sudah bergerombol, terbang di bawah langit.
“1..2…3…” hitungnya pelan, dan saat hitungan ketiga matahari
tenggelam sempurna dan langit menggelap. Angin musim gugur menusuk
kulitnya hingga menembus tulang. Kyuhyun memejamkan mata, meresapi rasa
sakit itu. terdiam, menahan rasa sesak. Dan meski matanya tertutup, air
mata tetap saja berjatuhan tanpa bisa ditahan.
–The End–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar