Author: Nine-tailed Fox
Title: Let Your Heart Decide
Genre: Hmm…dunno lah…~
Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun
Supporting Cast: Oh Sehun, Lu Han and Other members
Main Pairing: Chanbaek, Hunhan
Length: 1 Shoot
Warning: YAOI, BOYS LOVE, DLDR!!
INI SAYA KEMBALI! MEMBAWA FF YG TIDAK BIASA…KENAPA? SOALNYA DICERITA INI RADA2 FANTASY GTU LAH.
Maaf ya kalo cerita saya terlalu ngebias banget…maklum saya ini pencinta uke. Hehe!
LANJOOOOODDD!
= = = = = = = = = = = = = = = = = =
Aku tak membutuhkan matahari…selama aku dapat melihat senyummu.
Aku tak membutuhkan udara…selama aku dapat menghirup sisa nafasmu.
Tak perlu alunan music yang indah sebagai pengantar tidur…selama aku dapat mendengar igauanmu yang menyebut namaku dalam mimpi.
Tak
perlu kulihat pelangi yang membentang membelah langit…selama aku dapat
terus memandang mata indah milikkmu yang menyimpan sejuta makna
didalamnya.
Suara tawamu adalah detak jantungku.
Sentuhan hangatmu adalah desah nafasku.
Seluruh duniaku…ada dalam dirimu.
Jikalau kau ingin pergi…bawalah serta diriku…bersamamu.
Kemana pun…
…
…….
………
Suara aliran
air, langit kelam dengan sentuhan warna jingga, pohon-pohon tua tak
berdaun yang berdiri tanpa daya diatas tanah gersang.
Chanyeol tak tahu dimana ia berada saat ini…apakah ini alam mimpi atau hanya suatu tempat yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.
Keadaan
sekitar yang tak bersahabat membuatnya merasa tak nyaman…ia menoleh
kesegala arah. Hanya ada bola-bola cahaya yang bertebaran
disekitarnya…seperti kunang-kunang raksasa.
Suara aliran
air membuatnya tertarik untuk melangkah maju, mendekati sungai yang
membentang tak jauh didepannya. Sungai dengan aliran air yang tenang,
sangat tenang seolah mampu menghanyutkan apapun secara diam-diam.
Chanyeol tak dapat menemukan dimana sungai ini berujung dan
bermula…semua terlihat diliputi misteri.
“Hhh…~”
Ia mendesah pelan…mengawali rasa keputus-asaannya sekarang.
Chanyeol
benar-benar tak dapat mengingat bagaimana dan seperti apa caranya ia
bisa sampai ketempat seperti ini. Dan…bagaimana ia dapat mengenakan
pakaian serba putih seperti saat ini?
“Hei, kau yang disana!!”
Tersentak Chanyeol mendengar seruan baginya itu…seruan yang dihasilkan oleh suara yang terdengar kelam dan menakutkan.
Lelaki
tampan itu menoleh kearah asal suara, lebih tepatnya kearah kanan…dan
mendapati perihal yang membuat kedua mata jernihnya terbuka lebih lebar
dari biasanya.
Sosok asing
berjubah hitam…persis seperti Dementor dalam Film Harry Potter yang
pernah disaksikannya, hanya saja kepalanya tertutupi sempurna dengan
tudung dan tak terlihat sama sekali. Sosok tersebut tengah mendayung
sebuah perahu kayu usang dengan kedua tangannya yang tertutupi sarung
tangan hitam.
Chanyeol tak mampu berkata-kata…bahkan hingga sosok itu dan perahunya telah berhenti ditepi sungai, tepat dihadapannya.
“Selamat datang kepada jiwa-jiwa yang tersesat.”
Sosok itu
menunduk singkat seraya mengayunkan tangan layaknya seorang pelayan
terhadap tuannya…lalu kembali berdiri tegap, meski wajahnya tak dapat
tertangkap mata, namun Chanyeol tak peduli. Ia merasa tak terdorong sama
sekali untuk mengenal sosok asing ini lebih jauh.
“Disini
adalah tempat dimana awal berakhir dan akhir berawal…apa yang telah
terjadi, apa yang tengah terjadi dan apa yang akan terjadi, telah
tersurat dalam catatan alam semesta yang ditulis malaikat atas perintah
Sang Pencipta segalanya.”
Sosok itu kembali berucap dengan suara misteriusnya…kata-kata yang terlontar pun terdengar misterius dan mencekam.
Chanyeol tak mengerti…apakah dirinya adalah jiwa yang tersesat?
“Jika kau berkenan…naiklah, aku dapat membawamu kemana pun sesuai dengan kehendak hatimu…bersama perahu usangku ini.”
Kemana pun?
Sungguhkah?
Termasuk…pergi ketempat Baekhyun berada?
“Be-benarkah?
“Selama kau yakin dengan kehendak hatimu.”
Lelaki
tampan itu meneguk liurnya paksa…tawaran yang sangat menggiurkan untuk
ia tolak baru saja ia terima. Meski sejujurnya diri ini masih meragu
namun keinginan kuat dapat ia rasakan memenuhi relung hatinya.
Keinginan untuk dapat melihat sosok itu lagi…mendengar suaranya lagi.
Menyentuh tiap lekuk tubuhnya…serta merengkuhnya erat.
Chanyeol ingin sekali…sangat ingin bertemu Baekhyun.
Kekasihnya, pujaan hatinya, malaikatnya, cintanya, hidupnya…segalanya.
Ia arahkan
tatapan mata elangnya pada sosok dihadapannya yang sedari tadi hanya
terdiam bagaikan pahatan tanpa nyawa. Chanyeol telah yakin…dengan
kehendak hatinya.
“Bisakah kau membawaku ketempat dimana dia berada?”
“Dengan senang hati.”
Senyum
merekah menghiasi paras rupawan Chanyeol, bagai satu-satunya bunga yang
tumbuh dialam gersang ini. Hatinya mulai diliputi kebahagiaan yang tak
dapat dilukiskan dengan untaian kata semata, harapan agar dapat menemui
pujaan hatinya kini tak lagi hanya sebagai harapan kosong.
Otaknya mulai memainkan tiap adegan yang akan ia lalu bersama Baekhyun nanti.
Tertawa bersama, saling berpelukan, bergandengan tangan…mengucapkan kata cinta.
“Namun ada syaratnya.”
Suara
mencekam itu kembali terdengar mengancam perasaannya. Chanyeol mendelik
pada sang pemilik suara yang masih setia berdiri diatas perahu kayu. Ia
seolah bagai bicara pada sosok yang bukan makhluk hidup…seperti apa
wajahnya mau pun ekspresinya, Chanyeol tak dapat memperkirakan. Ia tak
tahu harus bagaimana bersikap…
“Syarat…?”
Sosok itu mengangguk, menghasilkan sedikit ketakutan yang menyelubung dalam benak lelaki tampan tersebut.
“Selama kau dapat memenuhinya…maka semua tak kan jadi masalah.”
Chanyeol
kembali meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa lebih
gersang dari tanah. Sosok ini benar-benar berhasil
mengintimidasinya…membuatnya sulit mengambil keputusan.
Namun…keinginannya untuk dapat bertemu dengan sang kekasih tak menciut sedikit pun.
Apapun…
Selama ia dan Baekhyun dapat bersatu kembali.
“Sepertinya…hatimu telah siap untuk memenuhi syaratnya, bukan begitu wahai jiwa yang kehilangan arah?”
Sebuah anggukan pelan dari Chanyeol sebagai jawaban…
Bukankah ia tak kan lagi kehilangan arah…jika kelak dapat bersatu kembali dengan Baekhyun?
Dilihatnya
sosok tersebut kembali mengayunkan tangan kanan, hingga jubah hitamnya
berkibar mengikuti gerakan tangannya. Chanyeol mengerutkan kening ketika
telunjuknya mengacung dan menunjuk kearah…dirinya?
“Jika kau ingin aku mengabulkan keinginanmu…maka itulah syarat yang harus kau penuhi.”
Dengan hanya
sedikit keraguan yang tersisa Chanyeol menoleh kebelakang…disana telah
membentuk sebuah gumpalan asap hitam, yang kemudian berpencar membentuk
sebuah bingkai melingkar.
Sepasang mata jernihnya melebar bersamaan dengan ketertegunan dan tercipta disana.
Dalam
bingkai tersebut, perlahan-lahan hadirlah sepenggal gambaran akan
dirinya…yang tengah tak berdaya berbaring diatas ranjang Ruang ICU,
didampingi oleh beberapa alat medis serta perban dengan sedikit noda
kemerahan dalam tidur pesakitannya.
Perlahan ketertegunan dimatanya berubah menjadi tatapan penuh kerinduan dan penyesalan.
Satu persatu
mereka tiba. Joonmyeon, Wufan, Sehun, Jongin, Jongdae, Minseok, Yixing,
Zitao, Kyungsoo…berdiri mengelilingi ranjang tempat Chanyeol berbaring.
Hanya
terdapat duka disana…sungguh ia melihat setitik air meninggalkan pelupuk
mata Wufan, Joonmyeon yang biasanya terlihat tegar kini membiarkan air
matanya berjatuhan, adik-nya Sehun dan Jongin menggenggam erat kedua
tangannya seraya menahan tangis, Kyungsoo menangis tersedu dalam dekapan
Yixing yang terlihat mengigit keras bibir bawahnya…sementara Minseok
kesulitan menenangkan Jongdae yang tak henti memanggil nama Chanyeol
disaat matanya sendiri juga terbasahi air kesedihan. Dan Zitao…ah, si
lugu yang satu ini…siapa pun tolong peluk dan usaplah kepalanya, jangan
biarkan bibirnya terus bergetar dalam waktu lama.
“Kalian…kalian…semua…tidak…”
Dengan
tertatih ia berusaha bergerak…mengulurkan tangan dengan keinginan agar
dapat menggapai dan memeluk mereka semua. Keluarganya.
Sampai suara mencekam itu kembali menghantui indera pendengarannya…
“Kau tidak bisa lagi kembali kesana…”
Demikianlah ia berkata…dengan suara yang dingin dan tak bersahabat, menjerat hati Chanyeol untuk kembali menikmati keraguan.
“Kau tidak
bisa lagi kembali ketempat mereka, kau harus meninggalkan mereka
semua…demi ‘dia’ yang ingin kau temui. Memang banyak pilihan namun kau
hanya dapat memilih salah satu…dimanakah tempat yang tak lagi membuatmu
merasa tersesat?”
Chanyeol
mengepal erat kedua tangannya…dengan kabut ke-kalut-an yang menyelimuti
tiap persendian tulangnya. Ia masih terus menatap apa yang tersuguh
ditengah-tengah bingkai asap tersebut…tak ada yang berubah, duka masih
kental menyelubung diantara orang-orang terkasihnya disana.
Dia ingin
kembali…bersama mereka semua, tertawa bersama, makan bersama, marah,
kesal…Chanyeol tak ingin kehilangan semua hal indah tersebut.
Tapi…
Tapi disana…tidak ada Baekhyun.
Tanpa Baekhyun…apakah ia masih mampu memahami arti sebuah kebahagiaan?
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku…
Kesedihanmu adalah kesedihanku…
Sakitmu adalah sakitku…
Deritamu adalah deritaku…
Duniaku…adalah dirimu.
Kau selalu hadir disetiap tempat…yang ingin kutuju.
Chanyeol
memejamkan matanya cukup lama, menghembuskan nafas membuang segala
ketidakpastian yang sempat menggelayuti jantungnya. Dan ia berbalik,
lalu kembali membuka mata saat ia telah kembali berhadapan dengan sosok
berjubah hitam tersebut.
“Aku penuhi syaratmu, bawalah aku ketempatnya…”
“Hm…itukah
keputusanmu?” suara itu kini terdengar lebih berperasaan…seakan
mengagumi keberanian yang tersirat dimata indah Chanyeol. “Kalau
begitu…naiklah.”
Sosok itu
kembali membungkuk dan mengayunkan lengannya, mempersilahkan bagi pemuda
yang telah mengambil keputusan itu untuk menapakkan kaki diatas perahu
kayu usang miliknya.
Dan bingkai
asap itu pun lenyap, tepat setelah kaki Chanyeol menyentuh lantai
perahu…menelan habis sisa-sisa kenangan indah yang pernah memenuhi hati
lelaki tampan tersebut.
.
.
.
Chanyeol
sibuk menghindari bola-bola cahaya yang nyaris membentur
kepalanya…sebenarnya tidak menyakitkan sama sekali, hanya saja terasa
risih baginya. Bola-bola cahaya seukuran bola baseball itu banyak sekali
jumlahnya…dan yang terindah adalah ketika mereka berada tepat diatas
permukaan air, cantik sekali.
Sudahkah Baekhyun melihat semua ini?
“Tidakkah kau seharusnya mendayung perahu ini?”
Ia bertanya
pada sosok berjubah hitam yang berdiri didepannya…yang sedari tadi
terdiam seperti patung, tak mengatakan apa pun dan hanya menciptakan
sunyi, seolah tengah mengawasi Chanyeol yang sedang duduk dengan matanya
yang tak pernah sekali pun nampak terlihat.
“Bukankah
kau yang saat ini sedang mendayung?” balasnya dingin dan sulit dipahami
oleh Chanyeol, namja tampan itu memandang sosok tersebut penuh tanya
sebagai ganti pertanyaan yang seharusnya ia lontarkan dari mulut.
“Hatimu lah yang membawa perahu ini berlayar menuju tempat ‘dia’ yang
ingin kau temui…”
Chanyeol
terdiam terbisu…ingin sekali ia membalas ucapan sosok tersebut namun
belum sampai semua itu terlaksana, benturan perahu terhadap daratan
membuatnya terlonjak kaget. Ia berdiri dan menemukan bahwasanya perahu
telah berhenti bergerak karena ujungnya menyentuh pinggiran sungai.
“Ah…sepertinya kau sudah sampai…”
“Apa?”
“Sekarang pergilah…temuilah ‘dia’ yang ingin kau temui…”
Chanyeol
mengangguk mematuhi…entah mendapat dorongan dari mana, diturutinya
ucapan sosok berjubah hitam itu dan ia pun turun dari perahu. Kakinya
kembali menapaki tanah yang sama seperti sebelumnya, gersang dan kering.
Namun apa lah yang berada didepannya…hanya sebuah hutan gelap, penuh
sulur-sulur berduri dan semak belukar. Tak ada satu pun jalan yang dapat
ia lalui…hanya gelap dan menakutkan.
“Hei, tidak ada jalan disini…-“
Ia berbalik
dan tak mendapati seorang pun dibelakangnya…dengan cepat Chanyeol
menyadari bahwa kini ia kembali seorang diri, sosok berjubah hitam itu
telah menghilang…lenyap membawa serta perahu kayu usang itu.
Chanyeol
mendesah pasrah…segala kejanggalan ini hanya dapat ia terima dan tak
mampu ia tolak, sendirian membuatnya menjadi lemah.
Chanyeol ingin segera bertemu dengan Baekhyun…
Dengan
mendesah pelan ia kembali berbalik, tak apa jika ia harus menerobos
hutan gelap itu seorang diri. Ditempat ini…maut tak kan berani
menyentuhnya.
“Haa?”
Betapa heran
dirinya ketika hal yang sama sekali berbeda ia temukan kini. Entah
sejak kapan telah tercipta sebuah lorong dari jalinan tanaman dan sulur
ditengah hutan tersebut…tepat setelah ia berbalik.
Lorong yang dapat ia lewati dengan mudah…lorong yang mungkin saja akan membawanya ketempat Baekhyun.
Chanyeol tak
lagi ingin memikirkan apa pun dan tak sudi membuang-buang waktu. Segera
ia memacu langkah, berlari menerobos kegelapan dalam lorong dengan
perasaan yang menggebu…ia tak peduli takdir apapun yang sekiranya akan
terjadi selama ia dapat bertemu dengan pujaan hatinya, Baekhyun.
“Hhh~ sedikit lagi…sedikit lagi…”
Ia terus
berlari, berlari dan berlari menembus kelamnya hutan…lorong yang panjang
ini, entah kapan Chanyeol akan tiba diujung. Namun semua itu tak perlu
lah ia pikirkan, ia hanya harus terus berlari…yah berlari. Chanyeol akan
terus berlari hingga sampai ketempat Baekhyun berada. Abaikan lelah
jangan pedulikan peluh yang menetes…toh jikalau kelak ia bertemu dengan
Baekhyun, semua itu akan lenyap dalam sekejap.
Kedua mata Chanyeol menyipit tatkala menemukan setitik cahaya diujung lorong…disanakah tempat perjuangannya akan berakhir?
Tertatih ia melangkah dalam tekanan rasa lelah yang luar biasa, berusaha menggapai cahaya meninggalkan lorong gelap.
Silau…
Chanyeol
segera menempatkan telapak tangannya dikening guna menghalau cahaya
teramat terang yang menghamburkan penglihatannya. Ia menengadah…langit
sangat cerah, meski tanpa matahari dan entah bagaimana cahaya dapat
memenuhi tempat ini, mungkin matahari hanya bersembunyi dibalik rapatnya
kumpulan awan.
“Tempat apa ini sebenarnya…”
Setelah ia
rasa matanya mulai terbiasa akan cahaya…Chanyeol menatap lurus kedepan
dengan mata terbuka lebar menatap tajam. Setidaknya tempat ini lebih
baik dari tempat sebelumnya, tak ada tanah gersang, bola-bola cahaya
atau pepohonan kering tanpa daun.
Tempat ini
adalah sebuah padang rumput ber-ilalang…cukup tinggi hingga mencapai
lututnya, tanah yang datar tanpa bebukitan atau sejenisnya.
Ia menghela
nafas singkat, cukup lama pandangannya berkelana hingga pada akhirnya
terpaku pada satu titik. Jauh didepannya namun masih dapat ia
melihatnya. Figure seseorang berpakaian serba putih…berdiri sedikit jauh
disana.
Matanya menyipit…
Chanyeol mengenali sosok tersebut.
“Baek…hyun?”
Sungguhkah…benarkah yang ia lihat?
Nyatakah sosok disana?
Dengan kedua
mata yang belum berkedip sekalipun Chanyeol mulai melangkah…mungkin
tanpa ia sendiri sadari. Perlahan menggerakan kaki, pelan…lalu bertambah
cepat, semakin cepat hingga pada akhirnya lelaki tampan itu berlari
menuju sosok tersebut.
Baekhyun!
Baekhyun!!
Baekhyun!!!
Aku lupa bagaimana caranya tersenyum jika kau tak ada disampingku.
Aku tidak tahu bagaimana caranya tertawa jika kau tak ada disampingku.
Teruslah berada disampingku…
Karena kau adalah alasanku atas semua itu.
Karena kau…adalah bahagiaku.
“BAEKHYUN!”
Sosok itu
menoleh dengan cepat menghadapi seruan keras nan menggebu dari mulut
Chanyeol…memperlihatkan mata, hidung, bibir dan pipi yang merupakan
perpaduan dalam membentuk paras indahnya.
Benar…
Itu Baekhyun.
Sungguh…itu Baekhyun-nya.
Raut
keterkejutan melintasi paras indahnya…Chanyeol terus berusaha berlari,
dikala hawa semakin memanas dan perasaannya seakan hendak mengawang
tinggi.
Seperti ini kah rasanya bahagia?
Benar…
Selama Baekhyun hadir disisinya…hati ini tak kan pernah dilanda kehampaan.
“C-Chanyeol?!!”
Chanyeol
segera menghamburkan diri untuk merengkuh tubuh Baekhyun…menumpahkan
segala hasrat dan kerinduan yang sempat mengurung hatinya. Tanpa
mengatakan sepenggal kalimat mau pun sepatah kata. Membiarkan Baekhyun
kehilangan keseimbangan karena tak sanggup menahan berat tubuhnya…hingga
keduanya terjatuh dalam sebuah pelukan hangat diatas tanah berilalang
yang menjadi saksi bisu musnahnya harapan kosong dihati Chanyeol.
“Cha-Chanyeol…k-kenapa…bagaimana…bagaimana bisa kau ada disini?”
Baekhyun tak
mendapat jawaban, Chanyeol masih setia merengkuhnya erat…dengan bahu
yang sedikit bergetar pertanda jika kekasihnya itu kini tengah menahan
pecahnya tangis.
“Akhirnya
aku bertemu…akhirnya aku bertemu denganmu. Aku tidak ingin berpisah,
Baekhyun…jangan tinggalkan aku, janganlah lagi pergi seorang
diri…bawalah aku bersamamu.”
Suaranya
terdengar begitu lirih, perasaan yang mendalam terkandung dalam tiap
rangkaian kata dari mulut Chanyeol. Baekhyun membalas pelukan kekasihnya
tersebut, mulutnya terkatup rapat mengurung jutaan kata yang hendak ia
ucapkan…kedua tangannya kini berada dipunggung Chanyeol, dalam keadaan
terduduk…terasa hangat, punggung Chanyeol yang ia sukai.
Tangan
Baekhyun mendadak bergetar…memikirkan kenyataan pahit yang merupakan
alasan mengapa ia dan Chanyeol dapat berada ditempat ini. Tempat yang
sangat jauh dan tak terjangkau oleh jiwa-jiwa yang masih memiliki arah
untuk melanjutkan takdir mereka.
“Chanyeol,
maafkan aku…” pelan Baekhyun sendu, menyadari bahwa dirinyalah alasan
utama Chanyeol kehilangan arah takdirnya “Karena diriku kau berada
disini, karena diriku…kau tak dapat kembali ketempat dimana seharusnya
kau dapat menemukan kebahagiaan lain. Chanyeol, tak seharusnya kau
melakukan semua ini…mereka pasti tengah menunggumu…”
Chanyeol tak
mengatakan apa pun sebagai pembelaan diri…ia melepas pelukaannya
terhadap Baekhyun untuk menghadiahi kekasihnya itu sebuah ciuman lembut
yang mendalam. Membagi kerinduan, membiarkan lelaki pemilik paras indah
itu untuk menikmati hasrat dan kerinduan yang tercipta dengan begitu
kuat dihatinya.
“Aku tak kan
menemukan kebahagiaan lain tanpa dirimu, Baekhyun…” kata Chanyeol
setelah ia mengakhiri ciumannya, dengan senyum menawan yang terlukis
diwajahnya “Karena hanya dirimulah hal terindah dalam
hidupku…satu-satunya alasan dibalik kebahagiaan yang selama ini
kurasakan.”
“Chanyeol…”
“Sejak kali pertama kita bertemu…kau…telah menjadi pusat duniaku.”
Chanyeol
membimbing Baekhyun untuk berdiri serta kembali memeluknya cukup lama
dan erat, ia menatap lekat kedua mata Baekhyun, berusaha memperlihatkan
kesungguhan hatinya. Bahwa disinilah ia ingin berada, bahwa bersama
Baekhyunlah ia ingin melanjutkan takdirnya, tak peduli dimana pun
tempatnya.
Karena hatinya telah menghendaki demikian.
Dihapusnya
genangan air di kedua pelupuk mata Baekhyun dengan ibu jarinya, ketika
akhirnya senyum merekah menambah keindahan paras cantik kekasihnya itu.
Baekhyun
meraih sebelah tangan Chanyeol dan mengamitnya, menyelipkan jemari
lentiknya diantara jemari kokoh Chanyeol. Ia sedikit menengadah untuk
menatap Chanyeol yang lebih tinggi dan tersenyum lembut.
Lalu berkata…
“Chanyeol,
bersediakah kah kau pergi bersamaku…untuk mengukir janji abadi yang akan
mempersatukan kita selamanya, dihadapan para malaikat?”
Sebuah
cahaya muncul tak jauh dari tempat mereka berdiri…cahaya yang kemudian
memudar memperlihatkan apa yang ada dibaliknya. Sebuah gerbang raksasa
berwarna emas, sangat tinggi dan terlihat mewah…gerbang tersebut
perlahan-lahan terbuka, seolah menanti mereka untuk memasukinya.
Baekhyun kembali menatap Chanyeol dan keduanya saling melempar senyum…Chanyeol menggangguk pelan sebagai jawabannya.
Sepasang jiwa yang saling terikat oleh takdir itu pun melangkah, menuju pintu gerbang awal kehidupan baru mereka.
Dalam keabadian…
Dan kebersamaan yang tak kan pernah berakhir.
…
……
………
Matahari
kini tengah mengawang menempati singgasana tertingginya diatas langit,
menaungi beberapa pemuda dengan sengatannya yang mematikan. Namun sang
raja cahaya tersebut tetap tak mampu mengusir mereka semua dari tempat
kesedihan yang membuat senyum tak kunjung hadir, bahkan sejak ia memulai
mendaki langit untuk mengawali hari.
Adalah
sembilan pemuda pemilik jiwa yang kini tengah diterjang badai duka…dalam
balutan busana hitam dan wajah kelam. Tujuh orang berdiri mengelilingi
dua pusara ber-batu nisan putih yang saling berdampingan, sementara dua
orang lainnya berlulut membawa karangan bunga dihadapan masing-masing
pusara.
Satu diantara yang berlutut mulai terisak…Huang Zitao.
“Semua ini
bagaikan mimpi, Baekhyun…semua ini bohong, kan?” Tao mengambil waktu
untuk menyeka lintasan air mata yang hampir menetes dari dagu nya “Kau
tidak mungkin sudah…sudah…su…-“
Ia menutup
mulut dengan tangan kanan yang tadi ia gunakan untuk menyeka air mata,
kepalanya tertunduk menyembunyikan paras menawannya yang telah ternodai
air kesedihan…Sehun segera merendahkan tubuh untuk merangkul dan
mengusap lembut tangan Tao, sementara yang lain…tak ada hal berguna yang
dapat mereka lakukan selain hanya diam menahan kesedihan dihati
masing-masing.
Wufan
menatap batu nisan bertuliskan nama lengkap Chanyeol dihadapannya…ia
tersenyum tipis, sangat tipis bagai serpihan pasir yang akan sirna hanya
dengan satu hembusan kecil.
“Mereka pasti telah berbahagia disana bukan? Mereka bersama…”
“Ya,
Kyungsoo…” Wufan mengangguk tanpa sedikit pun berpaling dari menatap
lekat nisan makam Chanyeol, sejujurnya ia pun masih meragu akan hari
esok…benarkah Chanyeol telah pergi untuk selamanya? “Karena mereka
saling memiliki…”
Pemuda
tampan itu menoleh lalu menatap satu persatu yang berdiri
dibelakangnya…mulai dari Joonmyeon, Jongin dan Yixing yang tengah
memeluk serta mengusap kepala Kyungsoo, Minseok kemudian Jongdae. Semua
mengangguk pelan seraya tersenyum…dalam duka bercampur sedikit kelegaan
hati.
Lima hari
yang lalu tanpa diduga mobil van yang sebagian dari mereka…EXO-K
tumpangi mengalami kecelakaan saat hendak meninggalkan Incheon Airport.
Baekhyun
meninggal ditempat kejadian…sementara Chanyeol juga Luhan yang saat itu
diminta Sehun untuk menaiki van EXO-K, dalam keadaan sekarat dilarikan
kerumah sakit. Chanyeol menyusul kepergian Baekhyun dua hari
setelahnya…sedangkan Luhan hingga kini masih dalam keadaan tak sadarkan
diri di rumah sakit.
Hanya
Jongin, Joonmyeon, Sehun dan Kyungsoo yang selamat dari maut. Meski
hingga kini perban bernoda merah masih setia menutupi jejak malapetaka
ditubuh mereka, namun tetap saja penyesalan mendalam mereka rasakan atas
kepergian Baekhyun dan Chanyeol.
Takdir selalu berubah tak terduga…
Bagaikan aliran air tenang yang kemudian menjelma menjadi arus mematikan yang dapat memembinasakan apapun.
“Zitao…”
Wufan
menepuk pundak Zitao membuat maknae-nya itu menoleh…ia masih terseguk,
kedua mata indahnya basah dengan sempurna menusuk hati Wufan. Dengan
lembut sang Leader-pun mengusapnya sambil tersenyum, berusaha mengusir
kesedihan di hati Tao meski hanya sedikit.
“Letakanlah bunganya…aku yakin Baekhyun disana sangat bahagia karena kau datang dengan membawa bunga matahari kesukaannya.”
Zitao
melirik karangan bunga crimson merah yang baru saja Wufan letakan diatas
makam Chanyeol…ia terseguk lagi, tangannya kini terasa berat, dengan
meletakan bunga ini itu berarti ia menerima kepergian Baekhyun.
Haruskah?
Tuhan…sungguh ini bagaikan mimpi.
“Iya, gege…”
Dengan
tangan gemetar Zitao meletakan karangan bunga matahari itu diatas makam
Baekhyun, sementara Sehun tak henti-hentinya mengusap tangan Zitao,
Zitao hanya tersenyum tipis yang dibalas dengan senyum pula oleh sesama
maknae tersebut.
‘Drrrt! Ddrrtt!’
Semua
tersentak saat mendengar getar ponsel yang bersumber dari Wufan…sang
pemilik segera bangkit seraya merogoh saku celananya disusul Zitao dan
Sehun.
“Ya, hallo…”
sapaan penuh wibawa terdengar meski mata sang Leader masih sedikit
berkaca-kaca, Joonmyeon yang terlihat penasaran menatap serius pada
Wufan “Iya, saya Wu Fan yang bertanggung jawab atas…-“
Percakapan
terputus bersamaan dengan terbukanya mata Wufan lebih lebar dari
biasanya, bibir kecilnya tampak kaku, tak ada sepatah kata pun lagi yang
lolos dari sana…sunyi menyeruak, mengantarkan kecemasan yang tiba-tiba
saja mencekam dihati masing-masing.
“Wufan…apa yang terjadi?”
Joonmyeon
nampak semakin cemas…dan semua nampak tercengang luar biasa tatkala
menemukan setetes air suci menetes dari mata Wufan.
“Luhan…d-dia…”
.
.
.
“Sehun tenanglah! SEHUN!!”
Sehun terus
berlari berusaha melebihi batas kemampuannya, mengabaikan seruan
Joonmyeon yang juga berlari dibelakangnya bersama yang lain. Meski dalam
hati Joonmyeon tak kalah cemas dari Sehun…namun ia hanya ingin
menenangkan situasi dan membuat yang lainnya tak merasa panic.
“OH SEHUN!!”
Untuk
kesekian kalinya Sehun mengabaikan seruan Leader yang seharusnya ia
dengarkan…ia tak peduli apa pun lagi kini setelah mengetahui perihal
yang disampaikan dokter lewat telpon Wufan tadi.
“Tidak mungkin, tidak mungkin…”
Terus ia
bergumam dengan tatapan kosong dan gelengan kepala lemah…Sehun tak
mengurangi kecepatan sedikit pun dan mendorong begitu saja setiap orang
yang menghalangi langkahnya.
Semakin
cepat ia berlari tatkala melihat seorang berpakaian putih keluar dan
menutup pintu sebuah ruangan…Dokter Hwang yang menangani Luhan. Segera
Sehun menghampiri dokter tersebut dan menatapnya tajam, dengan nafas
yang tidak stabil dan tubuh yang tak seimbang.
Tatapan
tajam Sehun merupakan sebuah pertanyaan yang segera dipahami sang
dokter…pemuda dihadapannya itu tak mampu, atau lebih tepatnya tak berani
menyebutkan kondisi sesungguhnya dari sang kekasih dalam pertanyaannya.
Dokter Hwang
menatap sejenak Joonmyeon dan yang lainnya dibelakang Sehun…sebelum
akhirnya ia hanya tertunduk dan menggeleng lemah.
“TIDAK!”
Sehun
mendorong tubuh sang dokter kemudian mendobrak pintu ruangan secara
kasar…dan belum ada satu langkah ia memasuki ruangan, nafasnya terasa
putus saat itu juga. Kedua matanya melebar sempurna…dadanya bagai
membeku dan seluruh isi kepalanya melayang entah kemana.
Sosok itu…sosok mungil yang tengah berbaring diranjang dengan kain putih polos yang menutupi seluruh tubuhnya itu…itu…
Sehun
melangkah mendekat…dengan gerakan lambat, sangat lambat melebihi
lambatnya detak jarum jam, kaki-kaki kurusnya seakan hendak patah karena
terlalu lemah dan tak kuat menyangga tubuhnya. Sejujurnya ia
ragu…kejutan apa lagi ini?
Mengapa
Luhan-nya harus berbaring diatas ranjang itu dengan sehelai kain putih
polos yang menutupi sekujur tubuhnya dari ujung kaki hingga puncak
kepala?
Tidak, tidak…
Itu bukan Luhan.
Sehun belum membuka kainnya dan sama sekali belum melihat wajah Luhan.
“Dia meninggal karena organ dalamnya banyak mengalami kerusakkan…kami tak sanggup berbuat banyak. Maafkan kami…”
Sebuah
belati tak kasat mata bagaikan menancap dan mengoyak jantung Sehun detik
itu juga. Susah payah ia berusaha menampik kenyataan pahit
tersebut…namun mendengar suara langsung Dokter Hwang yang mengatakannya,
membuat langit seolah runtuh tepat diatas kepalanya.
Mulai
terdengar kembali isak tangis yang sama seperti saat pemakaman Chanyeol
kemarin…ia kenal itu adalah suara…tidak! Sehun tidak tahu suara milik
siapa itu! Semua orang menangis disini! Mengapa harus menangis?!
Menangisi apa?!
Perlahan dibukanya kain yang menutupi kepala sosok yang terbaring di ranjang.
Saat itu
juga Sehun mengutuk sopir truk sialan yang menghantam mobil van mereka,
Sehun mengutuk dokter yang tak mampu menyelamatkan nyawa kekasihnya,
Sehun mengutuk malaikat pencabut nyawa yang telah berani-beraninya
mengambil nyawa kekasihnya.
Sehun mengutuk siapa pun yang telah mengambil Luhan dari sisinya!
Namun…yang lebih terkutuk adalah…dirinya yang telah memaksa Luhan untuk naik mobil bersamanya.
“Kau harus kuat, Sehun…”
Tepukan
pelan Joonmyeon berhasil membuat Sehun menoleh…dan menatap dengan
terbelalak tangan sang Leader yang masih berada dipundaknya.
Kuat?
Bagaimana ia bisa kuat jika sumber kekuatannya saja kini telah hilang?!
“Tidak…tidak…TIDAAAAAAAAKKKK!!!”
Pemuda itu
menjerit…diambang batas kesadaran dan kewarasan yang tengah ia pertahan
dengan susah payah. Bola matanya bergerak-gerak tak tentu arah
menandakan betapa terguncangnya ia saat ini.
Ini adalah mimpi buruk paling buruk yang pernah ia alami…
“Sehun, kendalikan dirimu! Tenanglah!”
Zitao
berusaha menenangkan Sehun yang tengah kalap dengan memeluk tangan
kanannya sementara Joonmyeon menahan tangan kirinya. Sehun sempat
berhenti sejenak, nafasnya terengah dengan begitu hebatnya, peluh
menetes deras membasahi kening dan lehernya.
Sehun merasa setan tengah merasukinya kini…
Sialan mereka semua yang berani menyuruhnya tenang!
Persetan kalian yang mengatakan kalau dirinya harus kuat!
Luhan kini
telah pergi…Luhan kini telah menutup mata untuk selamanya…Luhan kini
telah meninggalkannya untuk sepanjang sisa hidupnya.
Luhannya…
Luhannya…
Kekasihnya…
Cintanya…
“AAARRRRGGHH!”
Sehun
mendorong sekuatnya tubuh Zitao dan Joonmyeon lalu melesat keluar
ruangan dengan berlari tak tentu arah. Jongin, Wufan, Jongdae dan
Minseok segera bergegas menyusulnya…sementara Yixing dan Kyungsoo
membantu Zitao dan Joonmyeon untuk berdiri. Joonmyeon sempat menubruk
meja hingga ia merasa sedikit kesakitan.
“SEHUN! SEHUN!”
Jongin terus
berseru memanggil-manggil nama lelaki yang kini berlari tak tentu arah
sedikit jauh didepannya. Kondisi Sehun benar-benar menjadi tidak stabil
dengan cepat, hatinya terguncang terlalu hebat…kesedihan dan derita yang
diterima sang maknae tersebut telah berubah menjadi berlipat ganda.
Bahkan Wufan yang memiliki kaki terpanjang diantara mereka pun tak mampu
mengejar Sehun yang mulai nampak kehilangan arah.
Sementara
itu Sehun terus berlari…menabrak begitu saja setiap orang yang
menghalangi jalannya, terus tanpa henti melewati escalator sambil terus
berteriak seperti orang tidak waras.
Yah, seperti itulah Sehun kini…
Ia telah kehilangan dirinya sendiri…
Sampai
akhirnya ia tiba dipintu keluar rumah sakit dengan terus melanjutkan
langkahnya…mendekati jalan raya yang ramai akan kendaraan berkecepatan
tinggi.
“SEHUN AWAS!!”
Jongin
berteriak bersamaan dengan suara klakson mobil yang terdengar ketika
Sehun menjatuhkan diri kedalam lautan kuda besi disana begitu saja.
Namun semua itu terlambat…
Jalan raya itu kini, telah berubah menjadi lautan darah.
“S…Sehun…SEHUUUUUUUUNNN!!”
…
……
………
Aku tahu dunia ini indah…karena kau ada didalamnya.
Bahkan
tempat terjauh sekalipun, dimana derita dan rasa sakit berkumpul
didalamnya…juga akan terlihat indah dimataku, asalkan kau berada
didalamnya.
Banyak orang berkata, hati akan merasa bahagia jika melihat sesuatu yang indah…
Perasaan itu kah yang selalu kurasa tiap melihatmu?
Jika kebahagiaanku pergi…
Dunia ini tak lagi indah. Aku tidak mau lagi berada disini!
Aku akan meninggalkannya dan pergi ketempatmu.
Sehun yakin
jika ia tak lagi berada dirumah sakit, seluruh pakaian hitam yang ia
kenakan kini telah berubah warna menjadi pakaian putih bersih dan polos,
layaknya kain yang menutupi tubuh Luhan tadi.
Ia baru saja membuka mata beberapa menit lalu dan tersadar…
Suara aliran
air, langit kelam dengan sentuhan warna jingga, pohon-pohon tua tak
berdaun yang berdiri tanpa daya diatas tanah gersang.
“Selamat datang kepada jiwa-jiwa yang tersesat.”
Juga sosok
berjubah hitam…yang kini berdiri diatas perahu kayu usang, ditepian
sungai tepat dihadapannya. Sosok tersebut membungkuk seraya mengayunkan
tangan, layaknya seorang pelayan kepada tuannya.
“Disini
adalah tempat dimana awal berakhir dan akhir berawal…apa yang telah
terjadi, apa yang tengah terjadi dan apa yang akan terjadi, telah
tersurat dalam catatan alam semesta yang ditulis malaikat atas perintah
Sang Pencipta segalanya.”
Raut wajah Sehun berubah serius sekaligus takjub…bicara apa sosok asing ini? Mengapa ia menggunakan jubah hitam semacam itu?
Malaikat mautkah dia?
Sementara dirinya sendiri…adalah jiwa-jiwa tersesat?
Begitukah?
“Jika kau berkenan…naiklah, aku dapat membawamu kemana pun sesuai dengan kehendak hatimu…bersama perahu usangku ini.”
~THE END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar